RESPON BEBERAPA VARIETAS TERHADAP PENYAKIT UTAMA JAGUNG DI KABUPATEN KEDIRI JAWA TIMUR

dokumen-dokumen yang mirip
FUNGISIDA METALAKSIL TIDAK EFEKTIF MENEKAN PENYAKIT BULAI (Peronosclerospora maydis) DI KALIMANTAN BARAT DAN ALTERNATIF PENGENDALIANNYA

PENGARUH PENYIMPANAN DAN FREKUENSI INOKULASI SUSPENSI KONIDIA Peronosclerospora philippinensis TERHADAP INFEKSI PENYAKIT BULAI PADA JAGUNG

Pengendalian Penyakit pada Tanaman Jagung Oleh : Ratnawati

PERANAN VARIETAS DAN FUNGISIDA DALAM DINAMIKA PENULARAN PATOGEN OBLIGAT PARASIT DAN SAPROFIT PADA TANAMANJAGUNG

INTENSITAS SERANGAN PENYAKIT ANTRAKNOSA (Colletotrichum sp) PADA VARIETAS/GALUR DAN HASIL SORGUM

UJI EFEKTIVITAS FUNGISIDA SAROMIL 35SD (b.a. Metalaksil) TERHADAP PENYAKIT BULAI (Peronsclerospora philippinensis) PADA TANAMAN JAGUNG

SUMBER INOKULUM PENYAKIT BULAI Peronosclerospora philippinensis PADA TANAMAN JAGUNG

KETAHANAN BEBERAPA JAGUNG GALUR PERSILANGAN PLASMA NUTFAH TERHADAP PENYAKIT BERCAK DAUN

REAKSI AKSESI PLASMA NUTFAH JAGUNG TERHADAP PENYAKIT BULAI (Peronosclerospora philippinensis)

Kata kunci: jagung komposit, produktivitas, lahan kering, pangan

II. TINJAUAN PUSTAKA. untuk fase vegetatif dan paruh kedua untuk fase generatif. Jagung memiliki

PENGARUH STOMATA DAN KLOROFIL PADA KETAHANAN BEBERAPA VARIETAS JAGUNG TERHADAP PENYAKIT BULAI

UJI KETAHANAN BEBERAPA VARIETAS JAGUNG (Zea mays L.) TERHADAP PENYAKIT KARAT DAUN (Puccinia polysora Underw.) DI DATARAN RENDAH ABSTRACT

UJI KETAHANAN BEBERAPA VARIETAS JAGUNG (Zea mays L.) TERHADAP INTENSITAS SERANGAN PENYAKIT BULAI (Peronosclerospora maydis)

PEMELIHARAAN TANAMAN JAGUNG DARI PENYAKIT BULE

CENDAWAN Peronosclerospora sp. PENYEBAB PENYAKIT BULAI DI JAWA TIMUR

PENGARUH PEMUPUKAN PETROBIO GR TERHADAP PRODUKTIVITAS TANAMAN JAGUNG DI DAERAH ENDEMIS PENYAKIT BULAI

Penyakit Bulai di Pulau Madura Jawa Timur

INOVASI TEKNOLOGI PRODUKSI JAGUNG

Pembentukan dan Evaluasi Inbrida Jagung Tahan Penyakit Bulai

PENDAHULUAN. Tanaman jagung yang dalam bahasa ilmiahnya disebut Zea mays L.,

Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian USU, Medan *Corresponding author: ABSTRACT

EVALUASI VARIETAS/GENOTIPE JAGUNG QUALITY PROTEIN MAIZE (QPM) TERHADAP PENYAKIT BULAI

ADAPTASI VARIETAS UNGGUL JAGUNG KOMPOSIT PADA LAHAN KERING DI KABUPATEN TOJO UNA-UNA SULAWESI TENGAH ABSTRAK

SI KARAT TEBU DI MUSIM HUJAN

PELUANG DAN MASALAH PENGEMBANGAN JAGUNG PADA LAHAN KERING DENGAN PTT JAGUNG DI SULAWESI SELATAN. M. Arsyad Biba Balai Penelitian Tanaman Serealia

Peluang Produksi Parent Stock Jagung Hibrida Nasional di Provinsi Sulawesi Utara

PENANAMAN TANAMAN JAGUNG/ System JARWO

Prospek Produksi Benih Sumber Jagung Komposit di Provinsi Sulawesi Utara

TEKNOLOGI BUDIDAYA JAGUNG UNTUK PRODUKSI BIOMAS PADA LAHAN MARJINAL. M. Akil Balitsereal Maros ABSTRAK

Analisis Usahatani Beberapa Varietas Unggul Baru Jagung Komposit di Sulawesi Utara

UJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG HIBRIDA PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI KABUPATEN TAKALAR

KAJIAN JENIS FUNGISIDA SISTEMIK TERHADAP PERKEMBANGAN PENYAKIT BULAI (Peronosclerospora maydis) PADA JAGUNG

KERAGAAN BEBERAPA VARIETAS UNGGUL JAGUNG KOMPOSIT DI TINGKAT PETANI LAHAN KERING KABUPATEN BLORA

TINGKAT SERANGAN HAMA PENGGEREK TONGKOL, ULAT GRAYAK, DAN BELALANG PADA JAGUNG DI SULAWESI SELATAN. Abdul Fattah 1) dan Hamka 2)

REKOMENDASI VARIETAS JAGUNG TOLERAN TERHADAP HAMA PENYAKIT DI PROVINSI BENGKULU. Wahyu Wibawa

II. TINJAUAN PUSTAKA. Padi merupakan tanaman pangan penghasil beras yang tergolong dalam famili

PENGENALAN HAMA DAN PENYAKIT UTAMA PADA JAGUNG

STATUS PENYAKIT BULAI PADA TANAMAN JAGUNG DAN PENGENDALIANNYA

KERAGAAN USAHATANI JAGUNG HIBRIDA DENGAN SISTEM TANAM DI LAHAN KERING

Patogen Utama Tanaman Jagung setelah Padi Rendengan di Lahan Sawah Tadah Hujan. Syahrir Pakki dan Amran Muis

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian dari

UJI KETAHANAN BEBERAPA VARIETAS DAN PENGARUH JARAK TANAM TERHADAP PENYAKIT KARAT DAUN

KAJIAN SISTEM TANAM JAGUNG UMUR GENJAH MENDUKUNG PENINGKATAN PRODUKSI

UJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI TAKALAR

PENAMPILAN GALUR-GALUR JAGUNG BERSARI BEBAS DI LAHAN KERING KALIMANTAN SELATAN

DINAMIKA POPULASI HAMA UTAMA JAGUNG. S. Mas ud, A. Tenrirawe, dan M.S Pabbage Balai Penelitian Tanaman Serealia

KOMPONEN TEKNOLOGI PENGENDALIAN PENYAKIT KARAT Puccinia polysora Underw (UREDINALES: PUCCINIACEAE) PADA TANAMAN JAGUNG

Efektivitas Pupuk Organik Kotoran Sapi dan Ayam terhadap Hasil Jagung di Lahan Kering

TEKNOLOGI PRODUKSI BIOMAS JAGUNG MELALUI PENINGKATAN POPULASI TANAMAN. F. Tabri Balai Penelitian Tanaman Serealia

Pedoman Umum. PTT Jagung

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Percobaan

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

Kebutuhan jagung dari tahun ke tahun terus meningkat,

UJI GALUR/VARIETAS JAGUNG HIBRIDA UMUR GENJAH DI NUSA TENGGARA TIMUR

PETUNJUK TEKNIS PRODUKSI BENIH SUMBER JAGUNG KOMPOSIT (BERSARI BEBAS)

KETAHANAN PADI (WAY APO BURU, SINTA NUR, CIHERANG, SINGKIL DAN IR 64) TERHADAP SERANGAN PENYAKIT BERCAK COKLAT (Drechslera oryzae) DAN PRODUKSINYA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Diagnosa Penyakit Akibat Jamur pada Tanaman Padi (Oryza sativa) di Sawah Penduduk Kecamatan Sungai Kakap, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Jagung manis(zea mays var saccarata) merupakan tanaman pangan yang. bahan baku industri gula jagung (Bakhri, 2007).

KEANEKARAGAMAN HAYATI PENYAKIT-PENYAKIT YANG DISEBABKAN OLEH JAMUR PADA TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) DI DATARAN TINGGI DAN RENDAH DI SUMATERA UTARA

KERAGAAN PERTUMBUHAN DAN HASIL KENTANG MERAH TERHADAP JARAK TANAM DAN DOSIS PUPUK YANG BERBEDA DI KABUPATEN REJANG LEBONG PENDAHULUAN

BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

Pengelolaan Tanaman Terpadu. Samijan, Ekaningtyas Kushartanti, Tri Reni Prastuti, Syamsul Bahri

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai berbentuk perdu dengan tinggi lebih kurang cm.

Keragaan Produksi Benih Jagung di Tingkat Penangkar di Kabupaten Konawe Sulawesi Tenggara

BAHAN DAN METODE. I. Uji Daya Hasil Galur-galur Padi Gogo Hasil Kultur Antera.

APLIKASI PUPUK UREA PADA TANAMAN JAGUNG. M. Akil Balai Penelitian Tanaman Serealia

PENGATURAN POPULASI TANAMAN JAGUNG UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN PETANI PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI SIDRAP

USAHATANI JAGUNG PULUT MENDUKUNG KEMANDIRIAN PANGAN DAN PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI. Syuryawati dan Faesal Balai Penelitian Tanaman Serealia

PETUNJUK TEKNIS PRODUKSI BENIH SUMBER JAGUNG KOMPOSIT (BERSARI BEBAS) Penyusun Zubachtirodin Syuryawati Constance Rapar

TINJAUAN PUSTAKA. Syarat Tumbuh

Mengukur Serangan Penyakit Terbawah Benih (Hawar Daun) Pada Pertanaman Padi

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan yang terletak di Desa Rejomulyo,

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

Tinggi tongkol : cm : Menutup tongkol cukup baik

PENYEBARAN VARIETAS UNGGUL JAGUNG DI SULAWESI SELATAN. Sumarni Panikkai Balai Penelitian Tanaman Serealia

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

SKRINING GALUR/VARIETAS LOKAL JAGUNG TERHADAP PENYAKIT BULAI

Keragaan Galur Jagung Genjah pada Lahan Kering Provinsi Riau

PROSPEK DAN STRATEGI PENGEMBANGAN JAGUNG VARIETAS SUKMARAGA DI PROVINSI JAMBI. Adri dan Endrizal Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi

KERAGAAN USAHATANI JAGUNG VARIETAS KOMPOSIT PADA BERBAGAI JARAK TANAM DI LAHAN KERING

MENINGKATKAN KETERSEDIAAN PAKAN MELALUI INTRODUKSI JAGUNG VARIETAS UNGGUL SEBAGAI BORDER TANAMAN KENTANG

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

IDENTIFIKASI BEBERAPA PENYAKIT UTAMA PADA TANAMAN SORGUM DAN JAGUNG DI SULAWESI TENGAH

VERIFIKASI DAMPAK PENERAPAN PAKET TEKNOLOGI BUDIDAYA JAGUNG KOMPOSIT MENDUKUNG UPAYA PERBAIKAN EKONOMI PEDESAAN

KETAHANAN BEBERAPA VARIETAS JAGUNG (Zea mays L.) TERHADAP SERANGAN PENYAKIT HAWAR DAUN (Exserohilum turcicum Pass. Leonard et Sugss.

TEKNOLOGI PRODUKSI BIOMAS JAGUNG MENDUKUNG PENYEDIAAN PAKAN TERNAK SAPI PADA LAHAN SUB OPTIMAL. Ballitsereal Maros 2) BPTP Nusa Tenggara Timur ABSTRAK

PENGARUH KEPADATAN POPULASI TERHADAP HASIL DUA VARIETAS JAGUNG HIBRIDA

Buletin IKATAN Vol. 3 No. 2 Tahun

Vol 2 No. 3. Juli - September 2013 ISSN :

PENGELOLAAN TANAMAN DAN SUMBERDAYA TERPADU

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Pandey (1969) tanaman jagung diklasifikasikan sebagai berikut:

Pemetaan Spasial Varietas Jagung Berdasarkan Musim Tanam di Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan

PENINGKATAN KEUNTUNGAN USAHA TANI KACANG TANAH MELALUI INTRODUKSI TEKNOLOGI VARIETAS UNGGUL DI DESA SIGEDONG KECAMATAN MANCAK KABUPATEN SERANG

VARIETAS UNGGUL KOMODITAS TANAMAN PANGAN HASIL PELEPASAN VARIETAS PADA TAHUN 2016

Sumber : Lampiran SK Menteri Pertanian No.76/Kpts/SR.120/2/2007, tanggal 7 Pebruari 2007.

Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010 ISBN :

INTENSITAS DAN LAJU INFEKSI PENYAKIT KARAT DAUN Uromyces phaseoli PADA TANAMAN KACANG MERAH

PRODUKSI JAGUNG ORIENTASI TONGKOL MUDA MENDUKUNG PENYEDIAAN PAKAN TERNAK. ) Balai Penelitian Tanaman Serealia 2)

Transkripsi:

A. Haris Talanca dan A. Tenrirawe : Respon Beberapa VarietasTerhadap Penyakit Utama Jagung di Kabupaen Kediri Jawa Timur RESPON BEBERAPA VARIETAS TERHADAP PENYAKIT UTAMA JAGUNG DI KABUPATEN KEDIRI JAWA TIMUR Response of Five Corn Varieties to Main Corn Diseases In Kediri District of East Java A. Haris Talanca dan A. Tenrirawe 1) e-mail: andi.haristalanca@gmail.com 1) Balai Penelitian Tanaman Serealia ABSTRACT One of the most important limiting factors of corn development is plant disease. Downy mildew, leaf spot, and leaf rust are major diseases of corn in Indonesia. Downy mildew is a devastating disease of corn and can cause a total loss to the farmer, especially when the infection occurs on susceptible crops during the early stage of plant growth (10-14 days after planting). Although the leaf spot and rust diseases have not been reported causing serious damages to crop in many corn-producing areas in Indonesia, the farmers have to be aware that those diseases can cause severe damages with substantial yield loss when susceptible plants grown in an environment suitable for the diseases development. The research was conducted in Kediri District, East Java during the dry season 2014. Treatments consisted of five corn varieties: Bima-3, Lagaligo, Sukmaraga, Lamuru, and Yellow Srikandi. Each treatment had four replications of one plot (4 x 7 m) each. Seeds were planted with a planting space of 75 cm between rows and 25 cm within a row. Plants were fertilized using urea (200 kg/ha) and Ponskha (300 kg/ha). Ponskha and urea were applied on 10 and 35 days after planting, respectively. Infection rates of leaf spot and rust diseases were recorded using scoring system (0 5) at 60 and 72 days after planting while infection rates of downy mildew were determined based on the percentage of plants infected at 14, 24, and 36 days after planting. The results show that Bima-3, Lagaligo, Lamuru, and Sukmaraga had lower downy mildew infection which are categorized as moderately resistance against the disease. On the other hand, Yellow Srikandi tend to be susceptible to the disease with infection rate of 95.25%. All varieties tested had low infection rates of leaf spot and rust diseases, ranging from 1.9 to 2.4% and 2.0 to 2.25%, respectively. The varieties responses to the leaf spot and leaf rust diseases ranged from moderately resistant to resistant. Keywords: downy mildew, leaf spot, leaf rust, and varieties ABSTRAK Penyakit bulai, bercak daun, dan karat merupakan penyakit utama pada pertanaman jagung di Indonesia. Salah satu masalah dalam usahatani jagung adalah gangguan penyakit terutama penyakit bulai. Penyakit ini sangat membahayakan bila menyerang pertanaman jagung karena dapat mengakibatkan gagal panen. Hal ini dapat terjadi bila penyakit bulai menyerang tanaman jagung varietas rentan pada umur muda (10-14 HST). Selanjutnya penyakit bercak daun dan karat di beberapa penghasil jagung di Indonesia belum menjadi masalah serius seperti penyakit bulai. Namun demikian kedua penyakit ini tetap perlu diwaspadai karena bila kondisi lingkungan sesuai dengan perkembangannya dan varietas jagung yang di tanam rentan, maka akan terjadi 67

Jurnal Agrotan Vol.1 No.1 Maret 2015 serangan berat yang dapat menurunkan hasil. Penelitian ini dilakukan di kabupaten Kediri, Jawa Timur pada musim kemarau (MK. 2014). Sebagai perlakuan adalah lima jenis varietas Bma-3, Lagaligo, Sukmaraga, Lamuru, dan Srikandi kuning, yang ditanam pada petak ukuran 4 x 7 m dengan jarak tanam 20 x 75 cm dan empat ulangan. Pupuk yang digunakan adalah urea 200 kg/ha, dan Ponskha 300 kg/ha. Pemupukan pertama dilakukan pada umur 10 HST sebanyak 300 kg/ha Ponskha, selanjutnya pada umur 35 HST dilakukan pemupukan kedua yaitu urea 200 kg/ha. Hal yang diamati adalah persentase serangan penyakit bercak daun dan karat dengan sistem skoring 0 5, serta persentase serangan penyakit bulai. Pengamatan intensitas serangan penyakit bulai dilakukan pada 2, 4, dan 6 MST., penyakit bercak daun dan karat pada 10 dan 12 MST. Hasil penelitian menunjukkan bahwa varietas Bima-3, Lagaligo, Lamuru, dan Sukmaraga mempunyai persentase serangan bulai rendah dengan tingkat ketahanan adalah agak tahan, sementara varietas Srikandi kuning mempunyai persentase serangan tinggi yaitu 95 25% (rentan). Selanjutnya nilai skoring serangan bercak daun dan karat pada lima varietas yang diuji menunjukkan rendah yaitu masing-masing antara 1,90-2,40 (tahan-agak tahan), dan -2,25 (agak tahan). Kata kunci: Penyakit bulai, bercak daun, karat dan varietas. PENDAHULUAN Kabupaten Kediri merupakan salah satu penghasil jagung utama di Propinsi Jawa Timur, dan komoditas ini menjadi primadona dalam usaha agribisnis jagung, sehingga hampir semua petani menanam jagung setelah padi rendengan. Hal ini memungkinkan karena beberapa industri besar pakan ternak yang ada di Surabaya dan industri perbenihan di Malang menjadi penjamin pasokan jagung yang dihasilkan dari kabupaten Kediri, sehingga petani sangat giat menanam jagung. Dukungan lain yang memicu minat petani untuk menanam jagung menurut Prabowo et al (2011) adalah kondisi agroekologi kab. Kediri yang sebagian besar merupakan buangan letusan gunung merapi (gunung Kelud dan deretan gunung Tengger). Kondisi ini yang menyebabkan lahan pertanian di daerah tersebut menjadi subur untuk berbagai jenis tanaman termasuk tanaman jagung. Hal ini yang mendorong bertambahnya luas dan intensitas pertanaman jagung di kab. Kediri. Akibat dari pertanaman jagung yang intensif dan tidak tertib tanam menyebabkan timbulnya masalah dalam usaha tani jagung yaitu adanya gangguan beberapa jenis penyakit utama khususnya penyakit bulai. Penyakit bulai pada tanaman jagung disebabkan oleh tiga spesis cendawan yaitu Peronosclerospora maydis, P. phillipinensis, dan P. sorghi. Hasil identifikasi menunjukkan bahwa jenis cendawan penyebab penyakit bulai 68

A. Haris Talanca dan A. Tenrirawe : Respon Beberapa VarietasTerhadap Penyakit Utama Jagung di Kabupaen Kediri Jawa Timur yang menyerang pertanaman jagung di kab. Kediri adalah spesis P. maydis, sementara di beberapa daerah di Sulawesi Selatan seperti kab. Maros, Gowa, Takalar, dan Jeneponto adalah jenis P. phillipinensis, serta di Tanah Karo (Sumatera Utara) dan Batu- Malang (Jawa Timur) termasuk jenis spesis P. sorghi (Wakman, W., dan Hasanuddin. 2003; Wakman W. 2005). Penyakit bulai merupakan penyakit utama pada tanaman jagung di kab. Kediri, dan keberadaannya termasuk laten (endemik) oleh karena setiap musim selalu didapatkan adanya serangan penyakit bulai pada pertanaman jagung petani. Gejala serangan penyakit bulai akan meningkat terutama pada penanaman jagung diakhir musim hujan sampai masuk musim kemarau (periode Meil - Oktober), terutama bila varietas jagung yang ditanam adalah varietas rentan bulai. Selain itu juga dipicu oleh sistem pola tanaman jagung yang dilakukan oleh petani dengan tidak menanam secara serempak dalam hamparan yang luas, baik di musim hujan maupun musim kemarau, yang menyebabkan adanya pertanaman jagung mulai umur muda sampai panen. Hal ini berakibat pada ketersediaan sumber inokulum cendawan P maydis secara berkesinambungan dilapangan sehingga menjadi laten (endemik), yang dapat menjadi sumber infeksi pada pertanaman jagung berikutnya. Penyakit utama lainnya yang dijumpai pada pertanaman jagung di kab. Kediri adalah penyakit bercak daun yang disebabkan oleh jenis cendawan Bipolaris maydis, dan karat oleh cendawan Puccinia polysora dengan intensitas serangan rendah, sehingga tidak berpengaruh terhadap penurunan hasil jagung. Gejala penyakit karat umumnya muncul setelah terbentuknya bunga jantan (fase generatif), sementara penyakit bercak daun mulai muncul setelah tanaman jagung berumur sekitar 2 minggu setelah tanam. Kedua penyakit ini yaitu karat dan bercak daun perlu diwaspadai oleh karena pada kondisi iklim terutama kelembaban dan suhu yang sesuai dengan perkembangannya, maka penyakit ini akan dapat menginfeksi pertanaman jagung, terutama bila varietas yang ditanam adalah rentan. Penyakit bercak daun sudah menyebar di seluruh sentra penghasil jagung di Indonesia seperti di Jawa, Kalimantan, Sumatera, dan Sulawesi. Beberapa spesis cendawan ini diketahui dapat menyerang pertanaman jagung yaitu B. maydis, B. turcicum, dan B. 69

Jurnal Agrotan Vol.1 No.1 Maret 2015 carbonum (Dicson, 1956 dalam Pakki, 2005). Penyakit ini pernah menyerang pertanaman jagung yang menyebabkan kerugian pada petani jagung di Propinsi Lampung di tahun 1973. Selanjutnya menurut Poy, (1970) dalam Pakki, (2005) kehilangan hasil akibat serangan penyakit bercak daun pada tanaman jagung dapat mencapai 59%. Selanjutnya penyakit karat juga perlu mendapat perhatian oleh karena keberadaan penyakit ini sewaktu-waktu dapat menjadi ancaman pertanaman jagung, sebab merupakan penyakit endemis. Perkembangan penyakit ini sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan terutama suhu dan kelembaban. Suhu optimal untuk perkembangan penyakit karat adalah 28 C, dengan kelembaban udara yang tinggi, serta varietas jagung rentan. Menurut Pakki, (2008) dalam Burhanuddin, (2011) intensitas serangan penyakit karat lebih tinggi di Batukaropa yang mempunyai kelembaban udara tinggi dibanding dengan di Lanrang yang mempunyai kelembaban yang rendah. Selain itu juga dipengaruhi oleh ketinggian tempat yaitu diatas 1.220 m dpl., maka perkembangan penyakit karat akan terhambat, dan sebaliknya pada ketinggian di bawah 900 m dpl. perkembangan penyakit akan optimal. Beberapa laporan yang menyebutkan bahwa kehilangan hasil akibat serangan penyakit karat di beberapa negara penghasil jagung seperti di Amerika Serikat mencapai 45%, (Rodael, et al., 1988). Nigeria sebesar 50%, dan Afrika Barat mencapai 70%, sementara di Indonesia kehilangan hasil akibat penyakit ini masih tergolong rendah. Upaya pengendalian penyakit bulai, bercak daun, dan karat dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti penggunaan varietas tahan, waktu tanam yang serentak, sanitasi lingkungan tanaman jagung, dan penggunaan fungisida. Cara yang paling mudah untuk dilakukan oleh petani dan tanpa pengaruh negatif terhadap lingkungan adalah penggunaan varietas tahan. Varietas tahan penyakit masih kurang dipasaran, sehingga penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menguji tingkat ketahanan beberapa varietas jagung terhadap serangan penyakit utama jagung di kabupaten Kediri, Jawa Timur. METODOLOGI Penelitian ini dilakukan di kabupaten Kediri, Jawa Timur pada musim kemarau (MK 2014). Sebagai perlakuan adalah lima jenis jagung 70

A. Haris Talanca dan A. Tenrirawe : Respon Beberapa VarietasTerhadap Penyakit Utama Jagung di Kabupaen Kediri Jawa Timur varietas Bima-3, Lagaligo, Sukmaraga, Lamuru, dan Srikandi kuning, yang ditanam pada petak ukuran 4 x 7 m dengan jarak tanam 20 x 75 cm dan empat ulangan. Pupuk yang digunakan adalah urea 200 kg/ha, dan Ponskha 300 kg/ha. Pemupukan pertama dilakukan pada umur 10 HST sebanyak 300 kg ponskha, selanjutnya pada umur 35 HST dilakukan pemupukan kedua yaitu urea 200 kg/ha, sekaligus dilakukan pembumbunan dan penyiangan. Hal yang diamati adalah intensitas serangan penyakit bulai pada 2, 4, dan 6 MST., serta penyakit bercak daun dan karat pada 10 dan 12 MST. Intensitas serangan penyakit bulai dihitung dengan rumus: I = A : (A + B) x 100% I. = Persentase serangan penyakit bulai A. = Jumlah tanaman sakit B. = Jumlah tanaman sehat Intensitas serangan penyakit bercak daun dan karat menggunakan standard skoring 1-5 menurut Ahuya dan Payak (1983) yaitu: Skor 0. = tidak ada serangan; Skor >1-2 = tahan ; Skor >2-3. = agak tahan ; Skor >3-4. = agak rentan ; >4-5. = rentan HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penyakit bulai Hasil pengamatan menunjukkan bahwa terdapat beberapa jenis penyakit utama menginfeksi tanaman jagung yang menampakkan gejala seperti penyakit bulai (Peronosclerospora maydis), bercak daun (Bipolaris maydis), dan karat (Puccinia polysora). Penyakit ini mempunyai tingkat serangan yang berbeda-beda pada beberapa varietas, akan tetapi penyakit bulai masih menunjukkan tingkat serangan tinggi dibanding dengan penyakit lainnya. Hal ini dapat dilihat pada varietas Srikandi kuning dengan intensitas serangan mencapai 95,25% (Tabel 1). 71

Jurnal Agrotan Vol.1 No.1 Maret 2015 Tabel 1. Rata-rata tingkat serangan penyakit bulai pada beberapa varietas di kabupaten Kediri, Jawa Timur, MK. 2014. No. Jenis varietas Persentase serangan bulai (%) 2 (MST) 4 (MST) 6 (MST) 1. Bima-3 4,00 3 35,00 2. Lamuru 8,00 31,00 35,00 3. Srikandi kuning 80,00 91,50 95,25 4. Sukmaraga 19,25 33,00 36,25 5. Lagaligo 6,00 32,25 31,25 Gambar 1. Gejala serangan penyakit bulai pada tanaman jagung Pada pengamatan pertama nampak gejala penyakit bulai pada daun jagung yang terinfeksi cendawan P. maydis berwarna khlorotik dan.memanjang sejajar tulang daun dengan batas yang jelas antara bagian yang non khlorotik, serta pada daun yang sehat akan berwarna hijau normal. Selanjutnya pada pagi hari nampak jelas dibagian bawah daun jagung terlihat spora warna putih seperti tepung (konidia dan tangakainya), yang merupakan sumber inokulum untuk infeksi pada pertanmaan jagung berikutnya. Gejala lainnya adalah tanaman jagung akan mengalami pertumbuhan yang terhambat dan pembentukan tongkol (Gambar 1). Pada Tabel 1. terlihat bahwa pada pengamatan 2 MST. intensitas serangan penyakit bulai pada beberapa varietas yang diuji berbeda-beda dengan kisaran 4,00-19,25%, kecuali pada varietas Srikandi kuning dengan 72

A. Haris Talanca dan A. Tenrirawe : Respon Beberapa VarietasTerhadap Penyakit Utama Jagung di Kabupaen Kediri Jawa Timur persentase serangan mencapai 79,75%. Perbedaan tingkat serangan penyakit bulai sangat ditentukan oleh iklim, terutama suhu dan kelembaban udara, termasuk tingkat ketahanan varietas, dan ketersediaan sumber inokulum di lapangan. Selanjutnya pada pengamatan 4 MST. terjadi peningkatan persentase serangan bulai di lima varietas yang diuji dengan intensitas serangan berkisar 31-33%, sementara pada varietas Srikandi kuning juga terjadi peningkatan intensitas serangan mencapai 91,50%. Demikian pula pada pengamatan terakhir 6 MST. mengalami peningkatan intensitas serangan bulai dengan kisaran 33,25-95,25%. Tingginya intensitas serangan penyakit bulai pada tanaman jagung dapat mengakibatkan turunnya produksi jagung baik dari segi kuantitas maupun kualitas, bahkan pada kondisi serangan berat dapat menjadi gagal panen dan hal ini terjadi pada varietas Srikandi kuning. Menurut Farrar dan Lewis, (1987) bahwa setiap tanaman yang terinfeksi penyakit, maka secara fisiologis akan mengalami penurunan khlorofil, hormon, laju fotosintesis, dan laju respirasi yang diikuti oleh meningkatnya enzim oksidase yang menyebabkan tanaman tidak tumbuh normal sehingga berpengaruh terhadap penurunan hasil. Sebaliknya pada tanaman jagung yang mempunyai tingkat ketahanan terhadap penyakit bulai dapat disebabkan oleh adanya sejumlah gen tahan penyusun khromosom yang disebut dengan ketahanan horizontal. Selain itu juga ditentukan oleh adanya produksi metabolisme berupa racun yang dihasilkan oleh tanaman yang dapat menetralisir fitoaleksin yang dihasilkan oleh cendawan P. maydis (Talanca, 2009).. Salah satu faktor tingginya intensitas serangan penyakit bulai di kabupaten Kediri adalah kuatnya tekanan sumber inokulum bulai yang tersedia dilapangan dan bersifat laten. Hal ini terjadi oleh karena sebagian besar petani jagung di daerah tersebut melakukan usahatani dengan lahan yang disewa, sehingga lahan mereka tidak dibiarkan tanpa tanaman seperti tanaman jagung, akibatnya waktu tanaman jagung tidak serempak yang menyebabkan adanya beberapa variasi umur tanaman jagung. Kondisi ini sangat sesuai untuk kelangsungan hidup dan berkembangnya inokulum bulai karena adanya tanaman jagung (inang) yang selalu tersedia. Hal lain yang berpengaruh terhadap penyebaran dan 73

Jurnal Agrotan Vol.1 No.1 Maret 2015 infeksi penyakit bulai pada musim kemarau adalah adanya pengaruh angin yang merupakan wadah spora berpindah ketanaman jagung yang sehat, dan menentukan waktu tanam tepat dan serempak, termasuk pemilihan jenis benih jagung unggul varietas tahan bulai. adanya air guttasi pada corong daun Ketersediaan benih jagung jagung sehat yang merangsang unggul tahan bulai dipasaran masih percepatan perkecambahan cendawan P. maydis. Kondisi ini menjadi tantangan dalam upaya pengendalian penyakit bulai di kabupaten Kediri, Jawa Timur, sangat terbatas, oleh karena itu perlu mendapat perhatian terutama untuk kegiatan penelitian yang diarahkan pada pembentukan galur-galur elit tahan bulai sebagai bahan perakitan calon termasuk pula adanya resistensi varietas unggul baru tahan bulai. Badan cendawan P. maydis terhadap fungisida Litbang Pertanian telah melepas dengan bahan aktif metalaksil (Talanca et al., 2010), termasuk di kabupaten beberapa varietas jagung unggul, baik dari jenis bersari bebas maupun hibrida. Bengkayang, Kalimantan Barat Untuk jagung bersari bebas tahan bulai (Wakman et al., 2008), sehingga benih dipasaran yang telah diberi perlakuan metalaksil oleh produsen benih menjadi kurang efektif. Menghadapi masalah ini maka seperti varietas Lagaligo, dan jenis hibrida yaitu varietas Bima-3, Bima-9, dan Bima-14. B. Penyakit bercak daun dan karat Gejala visual penyakit bercak alternatif pengendalian penyakit bulai daun menurut (Wakman dan adalah menanam jagung secara Burhanuddin, 2007) adalah adanya lesio serempak dalam hamparan yang luas dengan tenggang waktu penanaman pada daun jagung biasanya memanjang diantara tulang daun dengan warna tidak lebih dari 2 minggu, dan coklat muda dengan ukuran mencapai menggunakan benih jagung varietas tahan bulai. Hal ini tidaklah mudah untuk dilakukan, karena perlu adanya 1,2 x 2,7 cm, berbentuk elips, dan lesio sering dikelilingi oleh warna coklat dan dapat juga muncul pada bagian batang pendekatan khusus kepada para (Gambar 2A). kelompok tani, dan juga pemilik lahan.agar terjadi kesepakatan untuk Selanjutnya gejala serangan penyakit karat pada tanaman jagung 74

A. Haris Talanca dan A. Tenrirawe : Respon Beberapa VarietasTerhadap Penyakit Utama Jagung di Kabupaen Kediri Jawa Timur ditandai oleh adanya bercak-bercak kecil berbentuk bulat sampai oval pada permukaan daun atas dan bawah yang disebut sebagai uredia. Uredia ini menghasilkan urediospora yang berperan penting sebagai sumber inokulum dalam proses infeksi pada tanaman jagung, dan penyebarannya oleh angin. (Gambar 2B). Hasil pengamatan intensitas serangan penyakit bercak daun dan karat pada beberapa varietas jagung yang diuji menunjukkan reaksi berbedabeda (Tabel 2). Pada Tabel 2 terlihat intensitas serangan penyakit bercak daun masih dalam kategori serangan rendah dengan nilai skoring antara 1,90-2,50 pada pengamatan 10 MST. A B Gambar 2. Gejala serangan penyakit bercak daun (A) dan gejala penyakit karat pada jagung (B). Tabel 2. Rata-rata nilai skoring intensitas serangan penyakit bercak daun dan karat pada beberapa varietas jagung (MK. 2014). Skoring persentase serangan Skoring persentase No. Jenis varietas bercak daun jagung serangan karat 10 (MST) 12 (MST) 10 (MST) 12 (MST) 1. Bima-3 1,90 2,25 1,65 2,40 2. Lamuru 1,10 1,90 3. Srikandi kuning 2,50 1,85 4. Sukmaraga 2.00 2,15 5. Lagaligo 1,95 Selanjutnya pada pengamatan 12 MST. nilai skoring intesitas serangan 75

Jurnal Agrotan Vol.1 No.1 Maret 2015 penyakit bercak daun juga masih rendah yaitu sekitar -2,25. Rendahnya nilai skoring intensitas serangan penyakit ini sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan terutama suhu dan kelembaban saat penelitian berlangsung yaitu pada musim kemarau (Mei- Oktober). Curah hujan yang rendah (6,0-16,5 mm/bulan) maka intensitas serangan penyakit bercak daun rendah dibanding dengan pada musim hujan (210-480 mm/bulan). Menurut Shurtleft, (1980) suhu optimum untuk perkembangan cendawan B. maydis adalah antara 20-30 C dengan kelembaban udara >90%. Proses infeksi cendawan B. maydis pada tanaman jagung dimulai dengan sporulasi dipermukaan daun, lalu spora lepas dan disebarkan oleh angin sampai pada permukaan daun jagung lainnya dan terjadi adhesi, kemudian malakukan penetrasi melalui stomata masuk dalam jaringan tanaman dan berkembang sehingga menimbulkan gejala bercak pada daun jagung. Hal yang sama juga terjadi pada pengamatan intensitas serangan penyakit karat pada beberapa varietas jagung umur 10 dan 12 MST dengan nilai skoring masing-masing antara 1,05 - dan 1,90-2,40. Hal ini menunjukkan bahwa penyakit karat tingkat serangannya masih rendah sehingga belum berpengaruh dari segi penurunan hasil jagung. Hal ini disebabkan karena kondisi lingkungan yang kurang kondusif, terutama kelembaban udara yang rendah akibat kemarau. Peyakit karat biasanya menyerang tanaman jagung setelah umur generatif dengan menampakkan gejala pada daun yaitu adanya timbul bisul (pustul atau sori). Bisul ini terbentuk dan tersebar pada kedua permukaan daun bagian atas dan bawah dengan warna coklat kemerahan kemudian berubah warna menjadi hitam kecoklatan setelah teliospora berkembang dan pada tingkat serangan yang berat, maka daun jagung akan menjadi kering (mati). Namun demikian penyakit ini tetap harus diwaspadai oleh karena berbagai laporan di beberapa negara penghasil jagung seperti di Amerika Serikat menunjukkan bahwa kehilangan hasil akibat serangan penyakit karat mencapai 45% (Rodael et al., 1988), di Nigeria 50% (Shurtleft, 1980), dan lebih besar lagi di Afrika mencapai 70%. KESIMPULAN Varietas Bima-3 dan Lagaligo mempunyai persentase serangan bulai 76

A. Haris Talanca dan A. Tenrirawe : Respon Beberapa VarietasTerhadap Penyakit Utama Jagung di Kabupaen Kediri Jawa Timur rendah yaitu 35 dan 31% (agak tahan), dan varietas Srikandi kuning mempunyai persentase serangan tinggi yaitu 95,25% (rentan). sementara persentase serangan penyakit bercak daun dan karat pada semua varietas yang di uji mempunyai nilai skoring rendah masing-masing antara 2,25 dan 1,90-2,40 yaitu tahan sampai agak tahan. DAFTAR PUSTAKA Ahuya, S.C., dan M.M. Payak. 1983. A rating scale for banded leaf and sheath blight of maize. Indian Phytopathology. 36:338-340. Burhanuddin. 2011. Komponen teknologi pengendalian penyakit karat (puccinia polysora) pada tanaman jagung. Prosiding seminar nasional serealia. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Kementerian Pertanian. Hlm. 427-434. Farrar, J.F., and Lewis, D. H. 1987. Nutrition relation in biotripic infection dalam Fungi infection of plant. Cambridge University. New York, Sidney, Meulbourne. Pp. 92-132. Pakki, S. 2005. Epidemiologi dan pengendalian penyakit bercak daun (Bipolaris sp) pada tanaman jwgung. Jurnal penelitian dan pengembangan Pertanian. Departemen pertanian. 24(3) 101-108. Prabowo, A., S.S. Arif, L. Sutiarso, dan B. Purwantana. 2011. Analisis kebutuhan pompa irigasi untuk usahatani jagung; Studi kasus di kabupaten Kediri. Jurnal Enjiniring Pertanian. Kementerian Pertanian, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian: 9(1) 11-20.. Rodael, R.A., G.E. Scot and S. B. King. 1988. Maize yield losses cause by viticola. Indian Phytophatology: 39(6)812-814. Shurtleft, M.C. 1980. A Compendium of corn diseases. 2 nd Edition, St. Paul, Minnesota, USA. American Phytopathology Society. Talanca, A.H. 2009. Resistensi varietas/galur plasmanutfah jagung terhadap penyakit bulai. Prosiding Seminar Nasional dan Workshop. Inovasi teknologi pertanian yang berkelanjutan mendukung pengembangan agribisnis dan agroindustry di pedesaan. Departemen Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Hlm. 21-26. Talanca, A.H., Burhanuddin, A. Tenrirawe. 2010. Uji resistensi 77

Jurnal Agrotan Vol.1 No.1 Maret 2015 cendawan (Peronosclerospora maydis) terhadap fungisida saromil 35 SD (bahan aktif metalaksil). Prosiding Seminar Ilmiah dan Pertemuan Tahunan PFI, PEI, Balai Penelitian Tanaman Serealia, dan Dinas Perkebunan porpinsi Sulawesi Selatan. 7 Hlm. (Peronosclerospora sorghi) pada jagung di dataran tinggi Karo, Sumatera Utara. Makalah pada Seminar Nasional PFI dan PEI di Bandung. 10 Hlm. Wakman, W. 2005. Bentuk morfologi konidia Peronosclerospora sorghi penyebab penyakit bulai pada jagung di Kec. Junrejo Batu, Malang. Risalah Penelitian Jagung dan Serealia. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Balai Penelitian Tanaman Serealia. Hlm. 27-32. Wakman, W., A. H. Talanca, Surtikanti, dan Azri. 2008. Pengendalian penyakit bulai pada tanaman jagung di kabupaten Bengkayang, Propinsi Kalimantan Barat. Seminar mingguan Balitsereal 8 Hlm. Wakman, W. dan Burhanuddin. 2007. Pengendalian penyakit prapanen jagung. Jagung: Teknik Produksi dan Pengembangan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Hlm. 305-335. Wakman, W., dan Hasanuddin. 2003. Penyakit bulai 78