yang mendorong terjadinya KDRT dalam masyarakat Minangkabau perkotaan? Apakah Ada Hubungan antara pergeseran peran keluarga luas dan mamak dengan

dokumen-dokumen yang mirip
B. Draf Artikel Ilmiah

BAB I PENDAHULUAN. dialami perempuan, sebagian besar terjadi dalam lingkungan rumah. tangga. Dalam catatan tahunan pada tahun 2008 Komisi Nasional

- Secara psikologis sang istri mempunyai ikatan bathin yang sudah diputuskan dengan terjadinya suatu perkawinan

BAB V PENUTUP. terjadi tiga macam kekerasan, meliputi kekerasan psikis, fisik, dan. penelantaran rumah tangga namun kekerasan psikis lebih dominan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Fenomena kekerasan yang terjadi akhir-akhir ini terus meningkat dari

KEKERASAN BERBASIS GENDER: BENTUK KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA. Oleh: Khoirul Ihwanudin 1. Abstrak

PEREMPUAN DAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA. Oleh: Chandra Dewi Puspitasari

BAB V PENUTUP. perkawinan yang pantang oleh adat. Di Kenagarian Sungai Talang yang menjadi

2016 FENOMENA CERAI GUGAT PADA PASANGAN KELUARGA SUNDA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam hubungan antara manusia satu dengan yang lain sering kali

BAB I PENDAHULUAN. atau adopsi; membentuk suatu rumah tangga tunggal; saling berinteraksi dan berkomunikasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berbicara terkait kasus-kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT)

BAB I PENDAHULUAN. yang didukung oleh umat beragama mustahil bisa terbentuk rumah tangga tanpa. berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

BAB I PENDAHULUAN. Berpacaran sebagai proses dua manusia lawan jenis untuk mengenal dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap individu yang berkeluarga mendambakan kehidupan yang harmonis

I. TINJAUAN PUSTAKA. kekerasan itu tidak jauh dari kebiasaan kita. Berdasarkan Undang-undang (UU) No. 23 Tahun

Penanggulangan Kekerasan Dalam Rumah Tangga Di Kota Jambi. Oleh: Nys. Arfa 1

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kasus kekerasan dalam rumah tangga di Indonesia dapat diibaratkan seperti gunung

PETUNJUK PENELITIAN. Nama : Usia : Pendidikan terakhir :

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak. Di Indonesia seringkali dalam rumah tangga juga ada sanak saudara

BAB IV PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan pada uraian yang telah diuraikan pada bab hasil dan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. ibu NN, ibu SS dan ibu HT mendapatkan kekerasan dari suami. lain yaitu kakak kandung dan kakak iparnya.

BAB I PENDAHULUAN. tidak bisa menangani masalahnya dapat mengakibatkan stres. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. akhirnya menikah. Pada hakikatnya pernikahan adalah ikatan yang

BAB I PENDAHULUAN. Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) sebenarnya bukan hal yang baru

BAB V PENUTUP. A. KESIMPULAN 1. Bentuk-bentuk Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) pada Mantan Pekerja Seks Komersial

BAB V PENUTUP. sebelumnya, dapat penulis ketengahkan beberapa kesimpulan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh penyelesaian yang lebih baik. Walaupun demikian, masih banyak

BAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah karya seni yang dikarang menurut standar bahasa. kata-kata yang indah dan gaya bahasa serta gaya cerita yang menarik,

BAB 1 PENDAHULUAN. Fenomena kaum perempuan korban kekerasan dalam rumah tangga di

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik. perkawinan antara manusia yang berlaian jenis itu.

BAB I PENDAHULUAN. terjadi sebuah perubahan. Perlawanan budaya merupakan sebuah perjuangan

BAB I PENDAHULUAN. masing-masing tahap perkembangannya adalah pada masa kanak-kanak, masa

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan kepribadian setiap anggota keluarga. Keluarga merupakan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sosial kemasyarakatan (Fatimah, 2006, h. 188). Menurut Soebekti (dalam Sulastri, 2015, h. 132) perkawinan adalah

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu organisasi kemasyarakatan yang bertujuan dengan

HUBUNGAN ANTARA ASERTIFITAS DENGAN KECENDERUNGAN MENGALAMI KEKERASAN EMOSIONAL PADA PEREMPUAN YANG BERPACARAN SKRIPSI

Peran dan Masalah yang Dihadapi Penyidik Polri dalam Proses Perkara Tindakan Kekerasan dalam Rumah Tangga

SAAT TERJADI KONFLIK

KECEMASAN PADA WANITA YANG HENDAK MENIKAH KEMBALI

Kalender Doa Agustus 2015 Berdoa Bagi Wanita Korban Kekerasan Rumah Tangga

LAMPIRAN A. Data Kasar A-1 DATA KASAR SIKAP TERHADAP KEKERASAN DALAM PACARAN A-2 DATA KASAR STEREOTIP GENDER

KONFLIK INTERPERSONAL ANTAR ANGGOTA KELUARGA BESAR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kekerasan secara umum sering diartikan dengan pemukulan,

KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

Skala Agresivitas Petunjuk Pengisian Skala

STRATEGI KOPING PADA WANITA JAWA KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

PERSPEKTIF GENDER DALAM UNDANG-UNDANG KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA. Oleh: Wahyu Ernaningsih

BAB I PENDAHULUAN. pada era reformasi adalah diangkatnya masalah kekerasan dalam rumah tangga

BAB III KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA PRESPEKTIF HUKUM POSITIF (UNDANG-UNDANG R.I NOMOR 23 TAHUN 2004)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia pada dasarnya mempunyai kodrat, yaitu memiliki hasrat untuk

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan pada hakikatnya secara sederhana merupakan bentuk

Kekerasan dalam Rumah Tangga

BAB I PENDAHULUAN. keamanan budaya telah membawa dampak negatif berupa peningkatan kualitas dan

PENELITIAN KAJIAN WANITA

BAB I PENDAHULUAN. potensi dan generasi penerus cita-cita perjuangan bangsa. 1 Anak adalah bagian

BAB I PENDAHULUAN. sosial yang khususnya berkaitan dengan hukum, moralitas serta ketidakadilan.

"PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEREMPUANSEBAGAI KORBAN TINDAK PIDANA KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DI KABUPATEN LUWU TIMUR" BAB I PENDAHULUAN

BABI PENDAHULUAN. Kekerasan da1am Rumah Tangga merupakan suatu persoa1an yang serius.

BAB V PEMBAHASAN MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. terjadi akhir-akhir ini sangat memprihatinkan. Perilaku Agresi sangat

BAB I PENDAHULUAN. adalah kekerasan yang terjadi pada anak. Menurut data yang di dapat dari

BAB I PENDAHULUAN. memberikan efek negatif yang cukup besar bagi anak sebagai korban.

BAB III DESKRIPSI PASAL 44 AYAT 4 UU NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG KETENTUAN PIDANA KEKERASAN SUAMI KEPADA ISTERI DALAM RUMAH TANGGA

Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Luas Matrilineal dalam Menyikapi Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) Oleh

Kalender Doa Proyek Hanna Januari 2013

FENOMENA KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dian Kurnia Putri, 2014

KEKERASAN PADA ANAK DITINJAU DARI ASPEK MEDIS

Usia berapa Anda saat ini?

BAB I PENDAHULUAN. Kekerasan terhadap perempuan merupakan suatu fenomena yang sering

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG PERLINDUNGAN TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN

5 Penyuluhan Hukum Penyelesaian Masalah Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT) di Desa Kamal Kecamatan Arjasa Kabupaten Jember

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. keluarga yang harmonis. Dalam berumah tangga setiap pasang terkadang

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENGGUNAAN SOCIAL MEDIA SEBAGAI PENYEBAB PERCERAIAN. dan bergonta-ganti wanita di Facebook (berhubungan dengan banyak wanita

BAB I PENDAHULUAN. tetapi di dalam kehidupan rumah tangga sering terjadi berbagai konflik. Konflik

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Kekerasan adalah perbuatan yang dapat berupa fisik maupun non fisik,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. kematian dan cedera ringan sampai yang berat berupa kematian.

SOSIALISASI UU PKDRT MELALUI FOCUS GROUP DISCUSSION UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN DAN MENGETAHUI PENDAPAT TENTANG KDRT PADA WANITA DI KODYA YOGYAKARTA

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penilitian ini adalah keluarga yang tinggal di Wilayah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebahagiaan merupakan keadaan psikologis yang ditandai dengan tingginya

BAB I PENDAHULUAN. Tindak kekerasan di dalam rumah tangga (domestic violence) merupakan jenis

PENERAPAN UNDANG-UNDANG NO. 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (STUDI KASUS DI PENGADILAN NEGERI SRAGEN)

BAB IV PRAKTEK PEWARISAN HARTA PUSAKA TINGGI TIDAK BERGERAK DALAM MASYARAKAT ADAT MINANGKABAU DI NAGARI PARIANGAN DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB I PENDAHULUAN tentang Perlindungan Anak Pasal 1 angka 1 (selanjutnya UU Perlindungan

BAB I PENDAHULUAN. berpartisipasi serta berhak atas perlindungan dari tindak kekerasan dan. diskriminasi serta hak sipil dan kebebasan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Saat ini masyarakat mengalami depresi sosial skala tinggi. Depresi ini lahir karena tidak ada pegangan hidup.

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya keluarga terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak. Ayah dan

Majalah Hukum Forum Akademika

#### Selamat Mengerjakan ####

Pendampingan Terhadap Perempuan & Anak Korban Kekerasan Tahun 2016

BAB II KAJIAN TEORI. adalah bercintaan atau berkasih-kasihan sehingga dapat disimpulkan. perempuan, adanya komitmen dari kedua belah pihak biasanya

Bagan 2. Konflik Internal Subyek. Ketidakmampuan mengelola konflik (E) Berselingkuh

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Definisi Perkawinan, Perceraian serta akibat-akibat Hukumnya.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam dirinya untuk menikah dan membangun rumah tangga bersama pasangannya.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

Transkripsi:

RINGKASAN Kekerasan dalam rumah tangga atau yang dikenal dengan KDRT sering terjadi walau telah dikeluarkan undang-umdang yang tujuannya melindungi perempuan dan dapat menyeret pelakunya ke meja hijau. Tindak kekerasan terhadap perempuan merupakan salah satu bentuk pelanggaran hak azasi manusia. Bentuk tindak kekerasan yang termasuk dalam ruang lingkup ini mencakup kekerasan fisik, psikis, seksual, dan penelantaran rumah tangga. Berbagai usaha telah dilakukan untuk mengatasi dan mengurangi terjadinya tindak kekerasan, dan penelantaran dalam rumah tangga terhadap perempuam. Lembaga swadaya masyarakat yang bergerak untuk mengadvokasi perempuan telah lama melakukan upaya untuk melindungi wanita dari tindak kekerasan ini. Puncak dari perjuangan ini adalah dilahirkanya uandang-undang nomor 23 tahun 2004 tentang penghapuan kekerasan dalam rumah tangga pada tanggal 22 september 2004 oleh Presiden Megawati. Undang-undang nomor 23 tahun 2004 tentang penghapusan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), yang telah berumur satu tahun nampaknya masih belum mampu mengurangi secara signifikan tindak kekerasan terhadap perempuam. Kasus-kasus kekerasan dalam rumah tangga mencuat secara signifikan di berbagai daerah di Indonesia, termasuk di Sumatera Barat. Dalam masyarakat dimana peranan keluarga luas masih dominan, urusan rumah tangga tidak hanya menjadi urusan diantara suami istri berdua. Keluarga batih merupakan bagian yang tak terpisahkan dari keluarga luas. Kondisi ini tentu saja akan berpengaruh terhadap keutuhan rumah tangga. Keluarga luas dapat menjadi katalisator dan fasilitator bagi keutuhan rumah tangga, tetapi sealigus juga dapat menjadi penyebab terjadi konflik dalam rumah tangga. Pergesesaran peranan keluarga luas matrilineal dapat menyebabkan kontrol terhadap anggota keluarga batih (istri) menjadi melemah. Hal ini bisa meningkatkan kekerasan suami terhadap istri dalam keluarga batih. Berdasarkan uraian tersebut pertanyaan penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut bagaimana bentuk-bentuk KDRT dalam masyarakat Minangkabau perkotaan? Bagaimana proses dan prakondisi 1

yang mendorong terjadinya KDRT dalam masyarakat Minangkabau perkotaan? Apakah Ada Hubungan antara pergeseran peran keluarga luas dan mamak dengan KDRT? Penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mendeskripsikan bentuk-bentuk KDRT yang dialami oleh istri dan aktoraktor yang terlibat dalam KDRT. 2. Mendeskripsikan proses dan prakondisi yang menyebabkan terjadinya KDRT. 3. Mendeskripsikan peran keluarga luas dan mamak dalam menyelesaikan KDRT 4. Mendeskripsikan dan menganalisis hubungan antara pergeseran peran keluarga luas dan mamak dengan KDRT. Penelitian dilakukan di Kota Padang yaitu di wilayah administrasi Polisi Resort Kota Padang, Tidak menentukan kecamatan mana yang dipilih karena didasarkan pada kasus yang terjadi saja. Penelitian ini berangkat dari tinjauan sosiologis dalam perspektif perubahan sosial, masalah sosial dan jender. Metode yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif. Proses Penelitian Penelitian awal tentang bentuk dan prakondisi KDRT telah dilakukan pada tahun 2006 lalu. Saat itu peneliti hanya melihat bentuk kekerasan dan prakondisi yang melatarbelakanginya. Dalam penelitian ini ingin melihat peran keluarga luas minangkabau terhadap kondisi terjadinya kekerasan dalam rumah tangga. Data penelitian ini sebagian menindaklanjuti data penelitian awal tersebut dengan menambah data dan melihat kepada peran keluarga luas. Sumber data awal didapatdari kanor polisi (polresta Padang) kemudian berkembang di lapangan berdasarkan informasi dari kasus awal atau masyarakat sekitar. Kasus satu merupakan kasus yang terjadi begitu lama tapi tidak pernah diadukan ke polisi. Kendala-Kendala Dalam Penelitian: Kendala yang dihadapi dalam penelitian ini adalah alamat informasi yang didapatkan dari kantor polisi kurang lengkap (data mengenai alamat, nama korban dan pelaku kurang lengkap dan kurang jelas) sehingga banyak informasi kasus yang tidak dapat dipakai atau dicari alamat korban). Selain itu kebanyakan alamat yang bersangkutan sudah ppindah dan tetangga tidak ada yang mengetahuinya. Banyak juga korban menganggap bahwa masalah yang dia alami adalah aib, sehingga enggan untuk diwawancarai. Selain 2

itu wawancara tidak bisa berlangsung sekali, karena kalau pada saat kita datang suami sedang di rumah maka informan tidak berani mengungkapkan masalah yang sebenarnya. Solusi yang ditempuh adalah dengan mencari informasi kepada tetangga atau oarang yang dekat dengan korban, wawancara dilakukan berulangkali a. Bentuk Dan Prakondisi Terjadinya Kekerasan Kekerasan yang terjadi dalam peristiwa kekerasan dalam rumah tangga adalah meliputi kekerasan fisik seperti menendang, memukul, menjambak, menyulut dengan api, melukai, dan sebagainya. Kekerasan emosional berupa menghardik, membentak, marahmarah, mencaci maki dan sebagainya, semestinya tidak terjadi dalam rumah tangga yang berawal dengan saling mencintai satu sama lain. Kekerasan seksual berupa memaksa istri berhubungan seksual dalam kondisi istri tidak bergairah atau dalam keadaan tertekan. Prakondisi yang menyebabkan terjadinya peristiwa kekerasan diantaranya hadir orang ketiga dalam rumah tangga. Kehadiran orang ketiga umumnya karena salah satu dari pasangan suami istri, menjalin asmara dengan orang lain. Kasus yang ditemui lebih banyak suami yang melakukan sehingga salah satu dihinggapi api cemburu. Kondisi tersebut menyulut emosional kedua belah pihak sehingga mulai main kekerasan. Awalnya dimulai dengan kekerasan emosional, membentak, memaki dan berkata kasar. Setelah itu mulai melakukan kekerasan seperti menampat atau menendang. Kalau sudah dimulai dengan kekerasan fisik itu, maka cendrung berangsung dalam waktu yang lama. Selain dari waktunya, kualitasnya juga cendrung meningkat. Selain itu prakondisi yang menyebabkan kekerasan adalah perilaku buruk pelaku maupun korban. Perilaku buruk pelaku baisanya adalah kebiasaan mabuk baik karena minuman keras maupun dengan barang yang memabukkan lainnya. Kalau pulangnya pelaku mabuk akan melakukan kekerasan fisik dan kekerasan seksual. Kalau dari pihak korban, biasanya dituduh oleh suami sebagai istri yang suka melawan. Sikap seperti itu sering menimbulkan emosi pelaku (suami). b. Motif kekerasan Dari beberapa kasus yang ditemukan, motif kekerasan dalam rumah tangga terjadi dengan beberapa motif antara lain : Balas Dendam, artinya di sini bahwa kasus kekerasan terjadi bila proses perkawinan tidak berjalan dengan mulus. Maksudnya bukan pestanya yang tidak sukses, tapi bila 3

ada unsur tidak setuju salah satu pihak ketika melangsungkan pernikahan, maka pada saat rumah tangga telah berdiri maka percekcokan mudah timbul. Ada dua bentuk kekerasan yang dipicu, pertama bila keluarha perempuan tidak setuju, tapi akhirnya perkawinan berlangsung juga, maka pada saat rumah tangga mulai ada ganjalanganjalan, maka kecendrungan suami akan melakukan kekerasan kepada istri. Sebaliknya bila keluarga laki-laki yang tidak setuju, tapi perkawinan tetap berlangsung, maka keluarga pihak suami akan memberikan dukungan pada pelaku (suami) walau kadangkala pelaku salah. Ada kecendrungan pihak keluarga pelaku tidak berusaha menyusun rumah tangga anak mereka yang berantakan. Sifat arogansi laki-laki yang tinggi sehingga perempuan tidak boleh menyalahkan laki-laki. Dalam beberapa kasus menunjukkan kekerasan yang dilakukan karena perempuan memprotes perilaku laki-laki yang sudah menyimpang dari norma umum yang berlaku. Salah satu kasus memperlihatkan bahwa kekerasan terjadi karena istri mememprotes suami yang berpacaran dengan perempuan lain. Kalim istri kepada suami didasarkan data yang didukung oleh beberapa orang saksi. Suami tetap atidak mau mengaku dan membela diri dengan cara marah kepada istri. Istri yang merasa suami berbohong tetap tidak mau mengalah, sehingga terjadi tindak kekerasan oleh suami kepada istri. Karena mertua banyak ikut campur urusan rumah tangga anaknya (mertua suami). Dalam kesehariannya pihak mertua (orang tua istri) banyak ikut campur dalam urusan rumah tangga anaknya. Pihak suami merasa mertua terlalu banyak ikut campur dalam keluarga mereka. Suami juga merasa selalu dipojokkan dalam keluarga perempuan. Keadaan ini membuat pihak suami menjadi emosional. Karena merasa selalu dicampuri urusan rumah tangganya menyebabkan timbul sikap marah-marah kepada istri. Tindakan tersebut lebih pada pelampiasan amarah kepada keluarga pihak istri dan yang menjadi korban kekerasan adalah istri. Campur tangan pihak ketiga. Kondisi yang menyebabkan terjadinya kekerasan dalam rumah tangga beragam, misalnya ekonomi, konflik keluarga sebelum terjadi perkawinan. Namun kekerasan akan muncul bila telah hadir orang ketiga. Kebanyakan orang ketiga adalah orang yang hadir karena hubungan asmara dengan suami maupun istri. Kondisi ekonomi memang cukup menentukan dalam 4

kelangsungan hidup rumah tangga, namun bila keluarga dapat memaklumi kondisi tersebut awalnya mereka bisa saja hidup dalam kondisi yang prihatin. Tapi bila sudah hadir pihak ketiga maka emosional terutama suami mulai memuncak. Pada saat itu juga kekerasan mulai berlangsung. Orang ketiga dengan jalan poligami juga sering sebagai pemicu. c. Peran Keluarga Luas. Keluarga luas dalam kasus penelitian ini adalah keluarga luas yang tidak berwujud sebagaimana keluarga luas minangkabau zaman dulu. Dulu keluarga luas tinggal di Rumah Gadang yang terdiri dari beberapa kepala keluarga. Masing-masing keluarga menempati satu kamar Rumah Gadang. Setelah terjadi perubahan kecendrungan tinggal di rumah beton kecendrungan beberapa keluarga untuk tinggal di rumah orang tua mereka mulai berkurang walai masih berlangsung. Namun saat ini perubahan sosial pada sistem kekerabatan keluarga luas di Minangkabau cukup tinggi. Keluarga luas tidak lagi berwujud dalam suatu ikatan yang tinggal dalam satu rumah sehingga keluarga inti semakin menguat. Kecendrungan keluarga inti tinggal di rumah sendiri. Pembangunan rumah tinggal pada keluarga luas minangkabau zaman dulu juga mendapat banyak dukungan dari keluarga luas, sehingga rumah mejadi pertemuan anggota keluarga luas, misalnya ada saja anak saudara yang tinggal di rumah keluarga inti. Sekarang keluarga inti jadi menguat sehingga ada rasa segan pihak saudara utuk tinggal di rumah keluarga inti. Untuk itu dalam penelitian ini keluarhga luas dipahami sebagai keluarga luas minangkabau tidak memperhatikan tempat tinggal. Bisa saja keluarga luas tersebut tinggal dekat, bisa juga jauh. Yang termasuk keluarga luas diantaranya adalah keluarga orang tua jika masih hidup, saudara laki-laki dan perempuan, mamak dan sepupu yang masih satu paruik. Pemahaman anggota keluarga luas terhadap kasus KDRT dalam rumah tangga yang memiliki kasus pada umumnya dianggap sebagai masalah pribadi yang susah diikut campuri. Seorang mamak pada kasus 1 mengaku tahu kasus KDRT yang terjadi pada keluarga kemenakannya, namun merasa agak sulit untuk ikut campur terlalu jauh pada kasus tersebut. Biasanya yang bersangkutan juga segan mengungkapkan kejadian rumah tangga kepada mamaknya. Mamak bahkan untuk mengatahui lebih banyak tentang kasus 5

yang menimpa kemenakannya melalui orang lain, yaitu dengan menanyakan kepada orang tuanya atau pada saudara yang sering berhubungan atau korban terbuka kepadanya. Hal itu sebenarnya salah satu factor pendukung terjadinya kekerasan dalam rumah tangga dalam waktu yang cukup lama. Mestinya Keluarga luas dapat menjadi berfungsi sebagai factor penghalang terjadinya kekerasan rumah tangga dalam waktu yang cukup lama. Salah seorang informan yang merupakan saudara dalam keluarga luas, yang juga ikut mendukung proses pengaduan ke polisi mengungkapkan : Saya sebenarnya sudah lama mengetahui masalah rumah tangga mereka, saya sebagai orang yang masih saudara telah menasehati baik istri maupun suaminya sebanyak dua kali. Tapi karena yang bersangkutan tidak mau saling mengalah, itulah jadinya. Paling mamak sebatas menasehati, kalau tidak didengar ya dibiarkan aja. Sehingga kalau saat ini sistem kekerabatan keluarga Minangkabau masih menganut sistem keluarga luas yang biasa juga disebut dengan sasuku tidak efektif lagi dalam menghindari terjadinya kekerasan rumah tangga dalam waktu yang lama. Sistem tempat tinggal yang sudah terpisah dalam keluarha inti juga telah mengkonstruksi pikiran masyarakat Minangkabau bahwa rumah bukan lagi wilayah umum milik kaum pihak istri, namun sudah wilayah privasi kelaurga inti sehingga semua pihak dari keluarga luas merasa tidak enak kalau terlalu sering masuk ke rumah korban. Keluarga luas juga merasa tidak enak kalau sering-sering ikut campur dengan urusan keluarga salah satu anggota kerabatnya. Pergeseran peran mamak juga tidak memungkinkan lagi sebuah keluarga inti baru memiliki dua pelindung yaitu dari orang tua dan mamaknya. Konsep peran mamak di keluarga Minangkabau adalah peran ganda yang harus dimainkan, sesuai dengan falsapah adat anak dipangku kemenakan dibimbing. Artinya tanggung jawab seorang mamak tidak hanya menjaga atau mengurus keluarga anak istrinya saja tapi juga harus mengurusi keluarga kemenakannya. Idealnya seorang perempuan Minangkabau akan mendapat perlindungan dari dua pihak yaitu dari pihak orang tua dan mamak. Sekarang umumnya peran mamak tidak mungkin diharapkan lebih banyak, karena dengan menguatnya keluarga inti seorang laki-laki harus konsentrasi pada keluarganya sendiri, dimana anaknya sendiri juga tidak mendapat dukungan lagi dari mamaknya. 6

Kesimpulan 1. Bentuk kekerasan dalam rumah tangga sama saja dengan kekerasan yang terjadi secara umum, kualitasnya ringan sampai kepada sadisme, sekilas tidak bisa diterima dengan akal sehat. Bentuk kekerasan tersebut antara lain kekerasan fisik, kekerasan emosional, kekerasan ekonomi, dan kekerasan seksual. 2. Prakondisi terjadinya kekerasan adalah diawali dengan pertengkaran mulut, berkata kasar, memukul, akhirnya sampai kepada penganiayaan berat. 3. Peran Keluarga luas dalam menyelesaikan KDRT pada masyarakat Minangkabau perkotaan umumnya lebih kepada menasehati keluarga yang sedang mengalami kasus KDRT, apabila sudah mengarah kepada tindakan kriminal biasanya membantu melaporkan kepada polisi. Peran mamak tidak lagi banyak karena dengan menguatnya keluarga inti, mamak juga punya tanggungjawab yang besar terhadap rumah tangganya. 4. Pergeseran peran keluarga luas dan mamak pada masyarakat Minangkabau Perkotaan menyebabkan peran keluarga luas dan mamak tidak efektif lagi sebagai pencegah atau mengurangi tingkat kekerasan dalam rumah tangga. Hal ini karena keluarga ini telah dianggap sebagai wilayah privasi sehingga sulit untuk dimasuki secara mendalam. 7