SKIZOFRENIA PARANOID REMISI PARSIAL PADA LAKI-LAKI USIA 51 TAHUN PARANOID SCHIZOPHRENIA PARTIAL REMISSION IN MALE AGE 51 YEARS

dokumen-dokumen yang mirip
LAPORAN PSIKIATRI GANGGUAN AFEKTIF BIPOLAR CAMPURAN

Melisa dan Muhammad Gangguan Kepribadian dan Perilaku Akibat Penyakit, Kerusakan, dan Disfungsi Otak Pada Pria Usia 45 Tahun

STATUS PASIEN PSIKIATRI. : Hagu Barat Laut, Banda Sakti, Aceh Utara Status Pernikahan : Belum menikah

PEMERIKSAAN PSIKIATRI

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedaruratan psikiatri adalah sub bagian dari psikiatri yang. mengalami gangguan alam pikiran, perasaan, atau perilaku yang

POST TRAUMATIC STRESS DISORDER

Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

Mata: sklera ikterik -/- konjungtiva anemis -/- cor: BJ I-II reguler, murmur (-) gallop (-) Pulmo: suara napas vesikuler +/+ ronki -/- wheezing -/-

SKIZOFRENIA HEBEFRENIK

Skizofrenia. 1. Apa itu Skizofrenia? 2. Siapa yang lebih rentan terhadap Skizofrenia?

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

1. Dokter Umum 2. Perawat KETERKAITAN : PERALATAN PERLENGKAPAN : 1. SOP anamnesa pasien. Petugas Medis/ paramedis di BP

RIWAYAT PSIKIATRI Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 5 Juni 2013, pukul WIB di Poliklinik Psikiatri RSUP Persahabatan.

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. dengan karakteristik berupa gangguan pikiran (asosiasi longgar, waham),

GANGGUAN PSIKOTIK TERBAGI. Pembimbing: Dr. M. Surya Husada Sp.KJ. disusun oleh: Ade Kurniadi ( )

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gangguan jiwa (mental disorder) merupakan salah satu dari empat

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam

Kata kunci: halusinasi audiotorik, sindrom ekstrapiramidal, skizofrenia paranoid, waham bizarre

Skizofrenia Paranoid Remisi Partial pada Pria Usia 35 Tahun di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Lampung

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya kekacauan pikiran, persepsi dan tingkah laku di mana. tidak mampu menyesuaikan diri dengan diri sendiri, orang lain,

SKIZOFRENIA HEBEFRENIK. Siska Nurlaela Dina Astiyanawati Dr. Tuti Wahmurti A.S., dr., Sp.KJ (K)

LAPORAN KASUS SKIZOFRENIA PARANOID PEMBIMBING : DR. A. SYAIFUL HD, SP.KJ

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PEDOMAN PENGGOLONGAN DIAGNOSIS GANGGUAN JIWA

LAPORAN KASUS SKIZOFRENIA HEBEFRENIK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I. Pendahuluan. 1.1 Latar belakang

: Jl. Petamburan 2 RT 03 RW 03 No.10

BAB I PENDAHULUAN yang bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan

STATUS PSIKIATRI. II. RIWAYAT PSIKIATRI No. Rekam Medis : Autoanamnesis : Alloanamnesis : A. Keluhan Utama. Autoanamnesis.

GANGGUAN SKIZOAFEKTIF FIHRIN PUTRA AGUNG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

Paranoid Schizophrenia Partial Remission of 24 Years Old Woman in Mental Hospital of Lampung Province

BAB I PENDAHULUAN. serta ketidakpastian situasi sosial politik membuat gangguan jiwa menjadi

SISTEM KLASIFIKASI DAN DIAGNOSIS GANGGUAN MENTAL DITA RACHMAYANI, S.PSI., M.A

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. IDENTITAS PASIEN RIWAYAT PSIKIATRI

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN JIWA. PADA Sdr.W DENGAN HARGA DIRI RENDAH. DI RUANG X ( KRESNO ) RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. 1. Inisial : Sdr.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan jiwa bukan hanya sekedar terbebas dari gangguan jiwa,

BAB I PENDAHULUAN. penyimpangan dari fungsi psikologis seperti pembicaraan yang kacau, delusi,

Woman 41th Years Old with Paranoid Skizofrenia Complete Remission at Psychiatric Hospital of Lampung Province Lampung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Istilah obsesi menunjuk pada suatu idea yang mendesak ke dalam pikiran.

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan jiwa di masyarakat yang sangat tinggi, yakni satu dari empat

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. gejala klinik yang manifestasinya bisa berbeda beda pada masing

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa menurut WHO (World Health Organization) adalah ketika

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi berkepanjangan juga merupakan salah satu pemicu yang. memunculkan stress, depresi, dan berbagai gangguan kesehatan pada

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Jiwa menurut Rancangan Undang-Undang Kesehatan Jiwa tahun

BAB I PENDAHULUAN. efektif, konsep diri yang positif dan kestabilan emosional (Videbeck, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesehatan jiwa menurut Undang-Undang No. 3 Tahun 1966 merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan disability (ketidakmampuan) (Maramis, 1994 dalam Suryani,

DAFTAR KOMPETENSI KLINIK

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan jiwa adalah gangguan dalam cara berfikir (cognitive),

SISTEM KLASIFIKASI DAN DIAGNOSIS GANGGUAN MENTAL DITA RACHMAYANI, S.PSI., M.A

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan penurunan semua fungsi kejiwaan terutama minat dan motivasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Kesehatan jiwa menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 18. secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Kesehatan jiwa merupakan

Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

GAMBARAN POLA ASUH KELUARGA PADA PASIEN SKIZOFRENIA PARANOID (STUDI RETROSPEKTIF) DI RSJD SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. pada gangguan jiwa berat dan beberapa bentuk waham yang spesifik sering

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan dinamisnya kehidupan masyarakat. Masalah ini merupakan

I. PENDAHULUAN. yang aneh dan tidak beraturan, angan-angan, halusinasi, emosi yang tidak tepat,

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. H DENGAN PERUBAHAN PERSEPSI SENSORI HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANG SENA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

LAMPIRAN B DATA SUBJEK DAN KEEMPAT ANAK DI RSJ. SOEHARTO MEERJAN

BAB I PENDAHULUAN. teknologi yang pesat menjadi stresor pada kehidupan manusia. Jika individu

BAB I PENDAHULUAN. serta adanya gangguan fungsi psikososial (Sukandar dkk., 2013). Skizofrenia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Skizofrenia adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan suatu

PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI DI RUANG ARIMBI RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan

BAB I PENDAHULUAN. genetik, faktor organo-biologis, faktor psikologis serta faktor sosio-kultural.

EPIDEMIOLOGI MANIFESTASI KLINIS

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya distress ( tidak nyaman, tidak tentram dan rasa nyeri ), disabilitas

PERAN DUKUNGAN KELUARGA PADA PENANGANAN PENDERITA SKIZOFRENIA

BAB I PENDAHULUAN. dan kestabilan emosional. Upaya kesehatan jiwa dapat dilakukan. pekerjaan, & lingkungan masyarakat (Videbeck, 2008).

UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS KEDOKTERAN SILABUS PSIKIATRI

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organitation (WHO), prevalensi masalah

BAB I PENDAHULUAN. Skizofrenia menurut Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan

SKILL LAB. SISTEM NEUROPSIKIATRI BUKU PANDUAN MAHASISWA TEHNIK KETERAMPILAN WAWANCARA

BAB I PENDAHULUAN. kecacatan. Kesehatan jiwa menurut undang-undang No.3 tahun 1966 adalah

Rakhma Nora Ika Susiana *) Abstrak

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan gejala-gejala positif seperti pembicaraan yang kacau, delusi, halusinasi,

BAB 1 PENDAHULUAN. juga dengan masyarakat (Maslim, 2002 ; Maramis, 2010). masalah yang mesti dihadapi, baik menggunakan fisik ataupun psikologig

PENGELOLAAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI PENDENGARAN DAN PENGLIHATAN PADA Tn. E DI RUANG P8 WISMA ANTAREJA RSJ Prof. dr.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. D DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI DI RUANG MAESPATI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

HEMODIALISIS PADA PASIEN GANGGUAN JIWA SKIZOFRENIA. By Ns. Ni Luh Gede Suwartini,S.Kep

BAB I PENDAHULUAN. Keadaan sehat atau sakit mental dapat dinilai dari keefektifan fungsi

ABSTRAK. Kata Kunci: Manajemen halusinasi, kemampuan mengontrol halusinasi, puskesmas gangguan jiwa

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kekambuhan pada Pasien Skizofrenia di RSD dr. Soebandi Jember

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH TERAPI MUSIK DANGDUT RITME CEPAT TERHADAP PERBEDAAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN DEPRESI DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. tahunnya. World Health Organization (WHO) memperkirakan. mendatang diperkirakan sekitar 29% warga dunia menderita

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB 1 PENDAHULUAN. sisiokultural. Dalam konsep stress-adaptasi penyebab perilaku maladaptif

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. yaitu gangguan jiwa (Neurosa) dan sakit jiwa (Psikosa) (Yosep, hubungan interpersonal serta gangguan fungsi dan peran sosial.

Transkripsi:

SKIZOFRENIA PARANOID REMISI PARSIAL PADA LAKI-LAKI USIA 51 TAHUN Adelia Merdiana Dewi, Anggraini Janar Wulan Fakultas Kedokteran, Universita Lampung Abstrak Skizofrenia adalah suatu gangguan psikiatrik yang ditandai dengan perubahan pada persepsi, pikiran, afek, dan perilaku seseorang.gejala skizofrenia secara garis besar dapat di bagi dalam dua kelompok, yaitu gejala positif dan gejala negatif.pasien laki-laki Tn. CA, usia 51 tahun dirawat di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Lampung. Pasien dibawa oleh keluarganya karena gaduhgelisah, sering pergi dari rumah, membanting dan melempar barang-barang disekitarnya, sering menghadang mobil dijalan, sulit tidur dan sering terbangun malam hari. Selain keluhan tersebut pasien juga sering mendengar suara suara yang terdengar olehnya seperti bisikan ramai, suara itu seperti memarahi. Pasien juga sering melihat air yang berubah menjadi orang yang berbicara dan memarahinya. Pada pemeriksaan fisik didapatkan, tekanan darah 120/70 mmhg, nadi 92x/menit, napas16x/menitdan kondisi medis umum : tidak ditemukan kelainan. Pada pemeriksaan psikiatri didapatkan halusinasi auditorik, ilusi serta Delusion Of Influence. Pada pasien ini didiagnosis yaitu Aksis I : skizofrenia paranoid remisi parsial (F20.x4), Aksis II : tidak ada diagnosis, Aksis III : Diabetes Militus, Aksis IV : kurangnya pemahaman terkait dengan pengobatan (putus obat), Aksis V : GAF 70-61 (HLPY) dan GAF current 50-41 serta penatalaksanaan pada pasien adalah medikamentosa (psikofarmaka) dan non medikamentosa. Medikamentosa diberikan Risperidon karena efek samping obat yang lebih sedikit, pada non medikamentosa diberikan psikoterapi psikofarmaka pada keluarga. Kata kunci: gelisah, halusinasi, skizofrenia PARANOID SCHIZOPHRENIA PARTIAL REMISSION IN MALE AGE 51 YEARS Abstract Schizophrenia is a psychiatric disorder characterized by a change in perception, thought, affect, and behavior. The symptoms of schizophrenia can be broadly divided into two groups: positive symptoms and negative symptoms. Mr. CA, male patients, age 51 years admitted to the asylum Lampung Province. The patient was brought by his family because of rowdy restless, often go from the house, slamming and throwing things around, often facing the street car, sleeplessness and frequent night waking. In addition to the patient's complaint also frequently heard voices that sounded to him like a whisper crowded, it sounds like a scolding. Patients also often see the water turn into people who speak and scolded him. On physical examination found, blood pressure 120/70 mm Hg, pulse 92x / min, 16x breaths / min and a general medical condition: no abnormalities detected. On psychiatric examination found auditory hallucinations, illusions and Delusion Of Influence. In these patients are diagnosed Axis I: paranoid schizophrenia partial remission (F20.x4), Axis II: there is no diagnosis, Axis III: Diabetes mellitus, Axis IV: lack of understanding related to the treatment (of withdrawal), Axis V: GAF 70-61 (HLPY) and current GAF 50-41 as well as the management of patients is medical (psikofarmaka) and non-medical. The drug therapy was Risperidon due to less side effects. Nonpharmacology therapy was psychotherapy to his family. Keywords: hallucinations, restlessness,schizophrenia... Korespondensi: Adelia Merdiana Dewi S.ked, Alamat: Jln. Kerinci no. 3 Kota Metro, HP 081278736829, e-mail: adelia.merdiana@gmail.com Pendahuluan Gangguan jiwa merupakan salah satumasalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Secara umum gangguan jiwa disebabkan karena adanya tekanan psikologis baik dari luar individu maupun dari dalam individu. Beberapa hal yang menjadi penyebab adalah ketidaktahuan keluarga dan masyarakat terhadap gangguan jiwa ini. Menurut World Health Organization (WHO) menyebutkan bahwa prevalensi masalah kesehatan jiwa saat ini cukup tinggi, 25% dari penduduk dunia pernah menderita masalah kesehatan jiwa, 1% diantaranya adalah gangguan jiwa berat. Potensi seseorang mudah terserang gangguan jiwa memang tinggi, setiap saat 450 juta orang diseluruh dunia terkena dampak permasalahan jiwa, saraf, maupun perilaku. Salah satu bentuk gangguan jiwa yang terdapat diseluruh dunia adalah gangguan jiwa berat yaitu Skizofrenia. 1 Skizofrenia adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan suatu gangguan psikiatrik mayor yang ditandai dengan adanya perubahan pada persepsi, pikiran, afek, dan perilaku seseorang. Kesadaran yang jernih dan kemampuan intelektual biasanya tetap terpelihara, walaupun defisit kognitif tertentu dapat berkembang kemudian. Gejala skizofrenia J Medula Unila Volume 5 Nomor 1 Mei 2016 1

secara garis besar dapat di bagi dalam dua kelompok, yaitu gejala positif dan gejala negatif. Gejala positif berupa delusi, halusinasi, kekacauan pikiran, gaduh gelisah dan perilaku aneh atau bermusuhan. Gejala negatif adalah alam perasaan (afek) tumpul atau mendatar, menarik diri atau isolasi diri dari pergaulan, miskin kontak emosional (pendiam, sulit diajak bicara), pasif, apatis atau acuh tak acuh, sulit berpikir abstrak dan kehilangan dorongan kehendak atau inisiatif. 2 Skizofrenia dapat ditemukan pada semua kelompok masyarakat dan di berbagai daerah. Insiden dan tingkat prevalensi sepanjang hidup secara kasar hampir sama di seluruh dunia. Gangguan ini mengenai hampir 1% populasi dewasa dan biasanya onsetnya pada usia remaja akhir atau awal masa dewasa. Pada laki-laki biasanya gangguan ini mulai pada usia lebih muda yaitu 15-25 tahun sedangkan pada perempuan lebih lambat yaitu sekitar 25-35 tahun. Insiden skizofrenia lebih tinggi pada laki-laki dari pada perempuan. 3 World Health Organization tahun 2000 menyebutkan bahwa di seluruh dunia terdapat 45 juta orang yang menderita skizofrenia. Lebih dari 50% dari pasien skizofrenia tidak mendapat perhatian dan 90% diantaranya terdapat dinegara berkembang danjumlah pasien yang paling banyak terdapat yaitu di Western Pasifik yaitu 12,7 juta orang. Penyakit ini mempengaruhi lebih banyak dari 1% populasi. 4 Persentase tersebut merujuk pada 2,7 juta orang dewasa di Amerika Serikat sedangkan jumlah pasien skizofrenia di Indonesia adalah tiga sampai lima per 1000 penduduk. Mayoritas pasien berada di kota besar. Ini terkait dengan tingginya stress yang muncul didaerah perkotaan. Dari hasil survei dirumah sakit Indonesia, ada 0,5-1,5 perseribu penduduk mengalami gangguan jiwa. 5 Data yang didapat di Rumah sakit Jiwa skizofrenia menduduki peringkat pertama dari sepuluh diagnosa penyakit rawat inap dengan jumlah 497 orang (47.02%) dari 1.057 orang. Pasien skizofrenia beresiko meningkatkan risiko penyalahgunaan zat, terutama ketergantungan nikotin. Hampir 90% pasien mengalami ketergantungan nikotin. Pasien skizofrenia juga berisiko untuk bunuh diri dan perilaku menyerang. Bunuh diri merupakan penyebab kematian pasien skizofrenia yang terbanyak, hampir 10% dari pasien skizofrenia yang melakukan bunuh diri. 3 Kasus Pasien laki-laki Tn. CA, usia 51 tahun dirawat di Ruang Kutilang Rumah Sakit Jiwa Provinsi Lampung. Telah dilakukan autoanamnesis pada tanggal 12 februari 2015 di ruang Kutilang. Seorang laki - laki, wajah sesuai dengan usianya menggunakan seragam rumah sakit jiwa terkesan kurang rapih, baju tampak kurang rapi, rambut sudah terdapat uban pendek tidak tersisir rapi, kuku terpotong rapih, perawatan diri cukup. Pasien dibawa oleh keluarganya ke Rumah Sakit Jiwa Provinsi Lampung karena sering gelisah dan keluyuran dengan alasan yang tidak jelas. Selain gelisah pasien juga sering pergi dari rumah, pasien sering membanting barang-barang disekitarnya, sering menghadang mobil dijalan, sulit tidur dan sering terbangun pada malam hari. Menurut pasien, jika pasien tidak memiliki kegiatan pasien sering mendengar ada suara suara yang terdengar olehnya seperti bisikan bisikan yang sangat ramai, terkadang suara itu seperti memarahi pasien. Pada saat baru dibawa ke rumah sakit menurut pasien suara tersebut semakin sering sehingga membuat takut dan berusaha mengusir suara tersebut dengan melempar barang. Selain keluhan tersebut pasien juga mengatakan sering melihat air yang mengalir berubah menjadi orang yang berbicara. Sama dengan bisikan tersebut suara air itu terdengar dengan pasien seperti bisikan yang ramai, terkadang memarahi pasien dan mengajak untuk berpergian. Hal tersebut lah yang membuat pasien melakukan kegiatan yang tidak wajar seperti berbicara sendiri, merusak barang barang disekitarnya, suka berpergian dan sampai dengan menghadang kendaraan dijalanan. Selain itu pasien juga merasa dipengaruhi oleh suara-suara bisikan tersebut, pasien cenderung menuruti perintah yang didengarnya. Riwayat perjalanan penyakit, pasiensudah dua kali dirawat di rumah sakit jiwa, yang pertama adalah tahun 2013. Keluhan yang dialami berkurang, rajin kontrol namun pasien tidak mengkonsumsi obat secara teratur. Setelah berhenti minum obat pasien mulai sering menampakkan gejala- J Medula Unila Volume 5 Nomor 1 Mei 2016 2

gejala seperti awal masuk rumah sakit.pendidikan terahir pasien adalah SMA dan tidak pernah tinggal kelas. Sampai dengan dilakukan anamnesis pasien tidak mau dikatakan bahwa dia mengalami gangguan jiwa. Gaya hidup pasien dirumah tidak teratur, kurang bersih dan bertingkah sesuai dengan yang diinginkan. Pasien merokok tetapi tidak meminum minuman berakohol dan tidak mengkonsumsi narkoba dan sejenisnya. Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum baik, tekanan darah 120/70 mmhg, nadi 92x/menit, napas16x/menitdan kondisi medis umum : tidak ditemukan kelainan. Pada status psikiatri didapatkan saat dilakukan pemeriksaan tampak pasien kooperatif. Pasien terlihat nyaman saat diajak tanya jawab, Spontan, volume cukup, intonasi cukup, amplitudo cukup, artikulasi jelas, kualitas cukup, kuantitas cukup. Ketika ditanya pasien, pasien menjawab dengan santai.terdapat gangguan persepsi berupa halusinasi auditorik serta terdapat ilusi.pada isi pikir terdapat gangguan yaitu Delusion Of Influence (+). Sementara pada memori pasien sendiri, memori jangka panjang, menengah, pendek dan segera baik dan untuk orientasi waktu, tempat, dan orang juga baik dan untuk tilikan pasien masuk dalam tilikan I. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan GDN : 297 mg/dl. Pembahasan Diagnosis ditegakkan pada saat anamnesis dan pemeriksaan psikiatri, pada pasien ini ditemukan adanya gangguan persepsi dan isi pikir yang bermakna serta menimbulkan suatu distress (penderitaan) dan disability (hendaya) dalam pekerjaan dan kehidupan sosial pasien, sehingga dapat disimpulkan bahwa pasien ini mengalami gangguan jiwa. 2 Pada diagnosis aksis Iyaitu diagnosis psikiatri pasien, berdasarkan data-data yang didapat melalui anamnesis, tidak terdapat riwayat kecelakaan, tidakterdapat kejang sebelumnya ataupun adanya kelainan organik. Pasien tidak pernah mengkonsumsi alkohol ataupun zat psikoaktif.hal ini dapat menjadi dasar untuk menyingkirkan diagnosis gangguan mental organik (F.00) dan penggunaan zat psikoaktif (F.1). 6, 7 Penegakan diagnosis aksis 1 berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan psikiatri dengan pasien.pada pasien didapatkan halusinasi auditorik, ilusi serta terdapat delusion of influence.dari data ini menjadi dasar diagnosis bahwa pasien menderita skizofrenia (F.20),sekaligus menyingkirkan diagnosis gangguan psikotik akut (F.23).Dari anamnesis yang dilakukan didapatkan adanya halusinasi auditorik, ilusi serta terdapat delusion of influence maka didiagnosis pasien menderita skizofrenia paranoid (F20.0).Karena keadaan yang dialami merupakan gejala perulangan atau gejala kekambuhan yang dikarenakan pasien kurang patuh dalam menjalani pengobatan dalam hal ini pasien kurang patuh untuk meminum obat sehingga mengalami kekambuhan.dari data ini menjadi dasar untuk mendiagnosis bahwa pasien menderitaskizofrenia paranoid remisi parsial (F.20.x4). 2 Menurut PPDGJ skizofrenia adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan suatu gangguan psikiatrik mayor yang ditandai dengan adanya perubahan pada persepsi, pikiran, afek, dan perilaku seseorang. Kesadaran yang jernih dan kemampuan intelektual biasanya tetap terpelihara, walaupun defisit kognitif tertentu dapat berkembang kemudian. Seorang dapat dikatakan skizofrenia bila terdapat gejala sedikitnya terdapat satu gejala dari gejala berikut ini yaitu terdapat thought echo, thought insertion or withdrawal, thought broadcasting, delusion of control, delusion of influence, delusion of passivity, delusion of perception, halusinasi auditorik serta waham. Dan dikatakan skizofrenia bila gejala tersebut sudah dirasakan lebih dari 1 bulan. Dan pada pasien ini terdapat gejala berupa delusion of influencedan halusinasi auditorik yang sudah dirasakan sejak tahun 2013 jadi dapat didiagnosis sebagai skizofrenia. Bila pada skizofrenia paranoid harus ditambahkan gejala berupa halusinasi atau waham yang menonjol. Halusinasi yang menojol dapat dilihat dari keluhan-keluhan yang dirasakan oleh pasien, yaitu mendengar suara-suara bisikan. Karena gejala merupakan perulangan jadi didiagnosis sebagai skizofrenia paranoid remisis partial. Pada aksis II tidak ada diganostik dikarenakan pasien selalu naik kelas dan mampu melanjutkan sekolahnya hingga SMA sehingga menyingkirkan diagnosis adanya retardasi mental.selain itu tidak ditemukan adanya tanda-tanda gangguan kepribadian J Medula Unila Volume 5 Nomor 1 Mei 2016 3

pada pasien ini.sehinggaaksis II tidak ada diagnosis. Pada aksis III, autoanamnesis dan pemeriksaan laboratorium ditemukan riwayat penyakit fisik.oleh karena itu aksis IIIdengan penyakit penyertadiabetes Militus.Harus diperhatikan bila pada pasien skizofrenia disertai dengan diabetes militus karena terdapat obat antipsikotik yang dapat meningkatkan gula darah yaitu contoh obatnya adalah clozapine dan olanzapine. Selain skizofrenia mempengaruhi diabetes militus, diabetes militus pun mempengaruhi terjadinya skizofrenia. Diabetes militus adalah penyakit metabolik yang ditandai dengan polidipsi, polifagi dan poliuri. Serta terdapat peningkatan gula darah. Pada pasien diabetes militus dilakukan pengobatan secara teratur dan terus menerus untuk mengontrol gula darah. Hal ini dapat mempengaruhi dari kejiwaan pasien tersebut. 8 Pada aksis IV, sebelumnya mengalami putus obat. Dan pada aksis V, penilaian Global Assessment of Fungtional (GAF) Scale yaitu 50-41 karena terdapat gejala yang berat dan disabilitas berat, sedangkan GAF tertinggi selama satu tahun terahir adalah 70-61 yaitu beberapa gejala ringan yang menetap, diabilitas ringan dalam fungsi, secara umum masih baik. 9 Penatalaksanaan pada pasien ini diberikan Psikofarmaka yaitu Risperidon 2x1 mg dipertimbangkan peningkatan dosis berdasarkan tanda dan gejala yang ditemukan.alasan diberikan obat antipsikotik ini adalah efek samping yang kecil dan dimulai dengan dosis paling kecil. Risperidon memiliki efek samping yang kecil untuk terjadinya sindrom ekstrapiramidal dan efek sedatif, juga tidak membuat perubahan fungsi kognitif pada pasien, dan obat ini juga mudah didapatkan. Pada kasus ini diberikan terapi sampai minimal dua tahun karena pasien ini mengalami kekambuhan yang berulang dan telah mengalami putus obat sebelumya. Sementara obat yang memiliki efek samping sindrom ekstrapiramidal tinggi yaitu Haloperidol, Perphenazine, Fluphenazine, trifluoperazine dll. Serta Non-medikamentosa yaitu Psikoterapi dan Psikoedukasi pada 9, 10 keluarga. Prognosis pada pasien ini adalah dubia ad malam dikarenakan berulangnya penyakit yang sama, kondisi ekonomi kurang, kepatuhan minum obat kurang. 3 Simpulan Pada pasien ini didiagnosis yaitu Aksis I : skizofrenia paranoid remisi parsial (F20.x4), Aksis II : tidak ada diagnosis, Aksis III : Diabetes Militus, Aksis IV : kurang nya pemahaman terkait dengan pengobatan (putus obat), Aksis V : GAF 70-61 (HLPY) dan GAF current 50-41 serta penatalaksanaan pada pasien adalah medikamentosa (psikofarmaka) yaitu risperidon 2X1 mg dan non medikamentosa. 11 Daftar Pustaka 1. Hawari D. Pendekatan holistik pada gangguan jiwa skizofrenia. Jakarta: Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2007. Hlm. 31-4. 2. Maslim R. Pedoman Penggolongan Diagnostik Gangguan Jiwa (PPDGJ III): Direktoral Jendral Pelayanan Medik Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta: Penerbit Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran Unika Atmajaya; 2003. hlm. 46-63. 3. Amir N. Buku Ajar Psikiatri Edisi 2. Jakarta: Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2013. hlm. 56-60. 4. Maramis WF. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga; 2004. hlm. 76-9. 5. Riza H. Hubungan tingkat pengetahuan keluarga tentang perawatan pasien halusinasi dengan perilaku keluarga dalam merawat pasien halusinasi. [internet]. 2012 [Diakses 6 Juni 2015]. Tersediadari: http://repository.unri.ac.id 6. Kaplan HI. Sinopsis Psikiatri Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis. Edisi Ketujuh. Jakarta: Penerbit Bina Rupa Askara; 2005. hlm. 22-30. 7. Kaplan HI, Saddock BJ. Sinopsis Psikiatri. Edisi 8. Jakarta: Penerbit Bina Rupa Aksara; 2005. hlm 33-7. 8. Lipscombe LL. Antipsychotic Drugs and Hyperglycemia in Older Patients With J Medula Unila Volume 5 Nomor 1 Mei 2016 4

Diabetes. Arch Intern Med. 2009; 169(14): 1282-9. 9. Maramis WF. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Penerbit Airlangga University; 2005. hlm. 85-91. 10. Maslim R. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. Edisi Ketiga. Jakarta: Penerbit Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atmajaya; 2007. hlm. 79-84. 11. Maslim R. Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ III. Jakarta: Penerbit Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika AtmaJaya; 2001. Hlm. 34-8. J Medula Unila Volume 5 Nomor 1 Mei 2016 5