BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Kejadian kecacingan masih menjadi masalah kesehatan masyarakat. Lebih

BAB 1 PENDAHULUAN. nematoda yang hidup di usus dan ditularkan melalui tanah. Spesies cacing

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang dan beriklim tropis, termasuk Indonesia. Hal ini. iklim, suhu, kelembaban dan hal-hal yang berhubungan langsung

BAB 1 PENDAHULUAN. ditularkan melalui tanah. Penyakit ini dapat menyebabkan penurunan kesehatan,

BAB I PENDAHULUAN. Transmitted Helminths. Jenis cacing yang sering ditemukan adalah Ascaris

I. PENDAHULUAN. tropis dan subtropis. Berdasarkan data dari World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. Helminthes (STH) merupakan masalah kesehatan di dunia. Menurut World Health

BAB I PENDAHULUAN. (cacing) ke dalam tubuh manusia. Salah satu penyakit kecacingan yang paling

BAB 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia masih banyak penyakit yang merupakan masalah kesehatan,

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan kerja. Tenaga kerja yang terpapar dengan potensi bahaya lingkungan

I. PENDAHULUAN. Kecacingan adalah masalah kesehatan yang masih banyak ditemukan. Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO), lebih dari 1,5

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit infeksi cacing usus terutama yang. umum di seluruh dunia. Mereka ditularkan melalui telur

BAB 1 PENDAHULUAN. tanah untuk proses pematangan sehingga terjadi perubahan dari bentuk non-infektif

BAB 1 PENDAHULUAN. penyebarannya melalui media tanah masih menjadi masalah di dalam dunia kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Infeksi cacing masih merupakan salah satu masalah. kesehatan masyarakat yang penting di negara berkembang,

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. infeksi parasit usus merupakan salah satu masalah. kesehatan masyarakat yang diperhatikan dunia global,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. diarahkan guna tercapainya kesadaran dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat sehingga perlu dipersiapkan kualitasnya dengan baik. Gizi dibutuhkan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang kurang bersih. Infeksi yang sering berkaitan dengan lingkungan yang kurang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. belum mendapatkan perhatian serius, sehingga digolongkan dalam penyakit

ABSTRAK. Infeksi kecacingan yang disebabkan oleh Soil Transmitted Helminths (STH)

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi Soil Transmitted Helminths (STH) merupakan infeksi cacing yang

I. PENDAHULUAN. dengan sekitar 4,5 juta kasus di klinik. Secara epidemiologi, infeksi tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. Mewujudkan misi Indonesia sehat 2010 maka ditetapkan empat misi

BAB 1 PENDAHULUAN. rawan terserang berbagai penyakit. (Depkes RI, 2007)

BAB 1 PENDAHULUAN. depan yang perlu dijaga, ditingkatkan dan dilindungi kesehatannya. Sekolah selain

UJI DAYA ANTHELMINTIK INFUSA BAWANG PUTIH (Allium sativum Linn.) TERHADAP CACING GELANG BABI (Ascaris suum) SECARA IN VITRO SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi parasit pada saluran cerna dapat disebabkan oleh protozoa usus dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kesehatan merupakan sumber kesenangan, kenikmatan dan kebahagiaan,

BAB I PENDAHULUAN. (neglected diseases). Cacing yang tergolong jenis STH adalah Ascaris

BAB I PENDAHULUAN I.1.

Gambaran Kejadian Kecacingan Dan Higiene Perorangan Pada Anak Jalanan Di Kecamatan Mariso Kota Makassar Tahun 2014

BAB I PENDAHULUAN. yang menentukan kualitas sumber daya manusia adalah asupan nutrisi pada

BAB 1 PENDAHULUAN. satu kejadian yang masih marak terjadi hingga saat ini adalah penyakit kecacingan

BAB 1 PENDAHULUAN. dibutuhkan zat gizi yang lebih banyak, sistem imun masih lemah sehingga lebih mudah terkena

SKRIPSI. Oleh. Yoga Wicaksana NIM

Faktor risiko terjadinya kecacingan di SDN Tebing Tinggi di Kabupaten Balangan Provinsi Kalimantan Selatan Abstrak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu keadaan yang sehat telah diatur dalam undang-undang pokok kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang Infeksi cacing merupakan salah satu masalah. kesehatan masyarakat yang paling penting di seluruh

1. BAB I PENDAHULUAN

MAKALAH MASALAH KECACINGAN DAN INTERVENSI

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang, salah satunya adalah Indonesia. Helminthiasis atau

xvii Universitas Sumatera Utara

Pada siklus tidak langsung larva rabditiform di tanah berubah menjadi cacing jantan dan

BAB I PENDAHULUAN. Soil transmitted helminth (STH) merupakan cacing usus yang dapat. menginfeksi manusia dengan empat spesies utama yaitu Ascaris

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Lampiran I. Oktaviani Ririn Lamara Jurusan Kesehatan Masyarakat ABSTRAK

CONEGARAN TRIHARJO KEC. WATES 20 JANUARI 2011 (HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM DESEMBER

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Soil-transmitted helminthiasis merupakan. kejadian infeksi satu atau lebih dari 4 spesies cacing

SUMMARY PERBEDAAN HIGIENE PERORANGAN DENGAN KEJADIAN PENYAKIT KECACINGAN DI SDN 1 LIBUO DAN SDN 1 MALEO KECAMATAN PAGUAT KABUPATEN POHUWATO

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA HIGIENE PERORANGAN DENGAN INFESTASI CACING PADA PELAJAR SEKOLAH DASAR NEGERI 47 KOTA MANADO

Pemeriksaan Kualitatif Infestasi Soil Transmitted Helminthes pada Anak SD di Daerah Pesisir Sungai Kecamatan Tapung Kabupaten Kampar, Riau

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Infeksi cacing merupakan salah satu penyakit yang paling umum tersebar dan

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Ada lebih dari 20 jenis cacing usus yang dapat menginfeksi manusia, namun

PREVALENSI NEMATODA USUS GOLONGAN SOIL TRANSMITTED HELMINTHES (STH) PADA PETERNAK DI LINGKUNGAN GATEP KELURAHAN AMPENAN SELATAN

Kebijakan Penanggulangan Kecacingan Terintegrasi di 100 Kabupaten Stunting

PREVALENSI KECACINGAN SOIL TRANSMITTED HELMINTHS (STH) PADA SISWA SDN I KROMENGAN KABUPATEN MALANG

FREKUENSI SOIL TRANSMITTED HELMINTHS PADA SISWA SEKOLAH DASAR NEGERI NO. 32 MUARA AIR HAJI KECAMATAN LINGGO SARI BAGANTI PESISIR SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masalah kesehatan manusia, yaitu sebagai vektor penular penyakit. Lalat berperan

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi cacing usus masih menjadi masalah kesehatan bagi masyarakat di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Kecacingan merupakan penyakit yang disebabkan oleh masuk dan berkembang

Pencegahan Kecacingan dan Peningkatan Status Gizi Siswa Sekolah Dasar untuk Peningkatan Kualitas Pendidikan

PENGANTAR KBM MATA KULIAH BIOMEDIK I. (Bagian Parasitologi) didik.dosen.unimus.ac.id

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Infeksi Trichuris trichiura adalah salah satu penyakit cacingan yang banyak

Kata kunci: Infeksi, Personal Hygiene, Soil Trasmitted Helminth

PREVALENSI INFEKSI CACING USUS YANG DITULARKAN MELALUI TANAH PADA SISWA SD GMIM LAHAI ROY MALALAYANG

SOSIALISASI PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT PADA ANAK-ANAK TINGKAT SEKOLAH DASAR DI DESA TABORE KECAMATAN MENTANGAI KALIMANTAN TENGAH

Efektifitas Dosis Tunggal Berulang Mebendazol500 mg Terhadap Trikuriasis pada Anak-Anak Sekolah Dasar Cigadung dan Cicadas, Bandung Timur

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Soil transmitted helminths adalah cacing perut yang siklus hidup dan

HUBUNGAN HIGIENITAS PERSONAL SISWA DENGAN KEJADIAN KECACINGAN NEMATODE USUS

BAB 1 PENDAHULUAN. lumbricoides dengan prevalensi yang masih tinggi di dunia, dengan rata-rata kejadian

ABSTRAK PERBANDINGAN PREVALENSI INFEKSI CACING TULARAN TANAH DAN PERILAKU SISWA SD DI DATARAN TINGGI DAN SISWA SD DI DATARAN RENDAH

ABSTRAK. Kata Kunci: Cirebon, kecacingan, Pulasaren

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. cacing gelang (Ascaris lumbricoides), cacing cambuk (Trichuris trichuria), dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

INFEKSI CACING USUS PADA ANAK SEKOLAH SDN I MANURUNG KECAMATAN KUSAN HILIR KABUPATEN TANAH BUMBU KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2014

I. PENDAHULUAN. Kejadian kecacingan STH di Indonesia masih relatif tinggi pada tahun 2006,

BAB 1 PENDAHULUAN. Lalat adalah serangga jenis Arthropoda yang masuk dalam ordo Diptera.

Artikel Penelitian. Abstrak. Abstract. Rizka Yunidha Anwar 1, Nuzulia Irawati 2, Machdawaty Masri 3

JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pengaruh Promosi Kesehatan Terhadap Pengetahuan Siswa Kelas 4, 5 dan 6 dalam Upaya Pencegahan Kecacingan di SDN 2 Keteguhan Teluk Betung Barat

GAMBARAN PENGETAHUAN PENYAKIT CACINGAN (HELMINTHIASIS) PADA WALI MURID SDN 1, 2, 3, DAN 4 MULYOAGUNG, KECAMATAN DAU, KABUPATEN MALANG, JAWA TIMUR

PREVALENSI CACING USUS MELALUI PEMERIKSAAN KEROKAN KUKU PADA SISWA SDN PONDOKREJO 4 DUSUN KOMBONGAN KECAMATAN TEMPUREJO KABUPATEN JEMBER SKRIPSI

DAFTAR PUSTAKA. Centers for Disease Control and Prevention, Diunduh dari:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Factors correlated with helminthiasis incidence on students of Cempaka 1 Elementary School Banjarbaru

Transkripsi:

1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di negara tropis yang sedang berkembang seperti Indonesia, masih banyak penyakit yang masih menjadi permasalahan di dunia kesehatan, salah satunya adalah infeksi kecacingan (Helminthiasis) (Yudhastuti, 2012). Kecacingan (Helminthiasis) merupakan infestasi satu atau lebih parasit usus golongan nematoda. Cacing golongan nematoda yang sering menginfeksi usus manusia antara lain, cacing gelang (Ascaris lumbricoides), cacing tambang (Ancylostoma duodenale dan Necator americanus), dan cacing cambuk (Trichiuris trichiura). Beberapa spesies cacing tersebut merupakan parasit yang dalam menyelesaikan siklus hidupnya memerlukan tanah untuk berkembang menjadi bentuk infektif. Bentuk infektif inilah yang berperan dalam penularannya sehingga disebut dengan istilah Soil-Transmitted Helminthes (STH) (Suriptiastuti, 2006). World Health Organization (WHO) mengklasifikasikan infeksi STH ke dalam salah satu Neglected Tropical Diseases (NTDs) di dunia yang artinya penyakit ini selama ini terabaikan, meskipun tidak berakibat fatal tapi sangat mempengaruhi status kesehatan masyarakat dan tak jarang menyebabkan kematian. WHO menyebutkan 150.000 kematian terjadi setiap tahunnya akibat infeksi STH. (Gass dan Addiss, 2013). Pada tahun 2014 terdapat lebih dari 1,5 miliar penduduk atau sekitar 24 % dari seluruh populasi dunia terinfeksi STH. Lebih lanjut, terdapat 5,3 miliar penduduk di seluruh dunia yang beresiko terinfeksi minimal satu spesies dari STH (WHO, 2014). Berdasarkan data WHO pada tahun 2006 diketahui bahwa infeksi kecacingan tertinggi disebabkan oleh cacing Ascaris lumbricoides yang menginfeksi lebih dari 1.2 miliar orang, disusul oleh cacing Trichuris trichiura yang menginfeksi 795 juta orang, dan cacing Hookworm yang menginfeksi 740 juta orang (Mardiana, 2008). Infeksi tersebar secara luas baik di daerah tropis maupun subtropis dengan angka tertinggi terjadi di dataran Afrika, Amerika, Cina, dan Asia bagian timur (WHO, 2014).

2 Sebagai negara yang beriklim tropis dengan tanah yang lembab dan terlindung dari sinar matahari, Indonesia merupakan tempat yang baik untuk perkembangbiakan cacing yang siklus hidupnya di tanah. Prevalensi kecacingan di Indonesia masih relatif tinggi pada tahun 2006, yaitu sebesar 32,6% dan pada tahun 2007 mencapai 65% (Samad, 2009). Pada pemeriksaan feses yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan tahun 2002 di 230 Sekolah Dasar/ Madrasah Ibtidaiah yang tersebar di 27 provinsi, menunjukkan rata-rata preavalensi kecacingan sebesar 35,5% dengan infeksi terbanyak berturut-turut disebabkan oleh Trichuris trichiura (20,5%), Ascaris lumbricoides (17,4%), Hookworm (2,3%) (Ditjen PPM&PL, 2004). Pada tahun 2008, dilakukan survei oleh Sub Direktorat Diare dan Penyakit Pencernaan Direktorat Jenderal PPM&PL pada 8 provinsi di Indonesia, menunjukkan prevalensi kecacingan berkisar antara 5,25-60,98% dengan infeksi terbanyak disebabkan oleh Ascaris lumbricoides dan Trichuris trichiura (Ditjen PPM&PL, 2008). Berdasarkan laporan dari kabupaten/kota tahun 2012 menyebutkan bahwa prevalensi kecacingan di Indonesia berkisar antara 10%- 85,9%, terutama pada golongan kurang mampu dengan sanitasi buruk (Ditjen PPM&PL, 2012). Sejauh ini upaya penenanggulangan kecacingan belum membuahkan hasil yang maksimal, hal tersebut dapat dilihat pada sebagian besar provinsi di Indonesia yang menunjukkan bahwa angka prevalensi kecacingan saat ini masih di atas target nasional yang ingin dicapai pada tahun 2010 (<10%) (KEMENKES, 2006). Dari laporan survei pada 10 propinsi yang dilakukan oleh Ditjen PPM-PL menyebutkan bahwa Provinsi Sumatera Utara merupakan daerah yang memiliki angka kecacingan tinggi, yaitu menduduki peringkat ketiga dengan angka kecacingan 60,4% setelah Nusa Tenggara Barat (83,6%) dan Sumatera Barat (82,3%). Sedangkan untuk angka nasional adalah 30,35%, dengan rincian prevalensi cacing Ascaris lumbricoides 17,75%, cacing Trichuris trichiura 17,74% dan cacing Hookworm 6,46% (Ditjen PPM-PL, 2004). Anak usia sekolah merupakan golongan masyarakat yang diharapkan dapat tumbuh menjadi sumber daya manusia yang potensial dimasa akan datang

3 sehingga perlu diperhatikan dan disiapkan untuk dapat tumbuh sempurna baik fisik dan intelektualnya. Dalam hubungan dengan infeksi kecacingan, beberapa penelitian ternyata menunjukkan bahwa anak usia sekolah merupakan golongan yang sering terkena infeksi kecacingan (DEPKES, 2004; Tumanggor, 2010). Lebih dari 270 juta anak usia prasekolah dan 600 juta anak usia sekolah di seluruh dunia tinggal di daerah yang memilki angka penyebaran infeksi STH yang tinggi, daerah tersebut tentunya membutuhkan penanganan dan upaya prevensi yang tepat (WHO, 2014). Penelitian tentang kecacingan pada anak sekolah dasar menunjukkan angka kejadian yang cukup tinggi. Penelitian Mardiana dan Djarismawati (2008) menemukan data prevalensi cacing usus pada murid SD WGT Taskin dari lima wilayah, dua wilayah yaitu Jakarta Utara dan Jakarta Barat, penderita askariasis masing-masing 80% dan 74,70%, sedangkan penderita trikuriasis di Jakarta Selatan dan Jakarta Barat masing-masing 68,42% dan 25,30%. Penelitian yang dilakukan Pertiwi, et al (2013) pada murid SD di Pulau Barrang Lompo Kota Makassar menemukan dari 239 responden, terdapat 181 responden (75,7%) yang positif kecacingan. Sementara data prevalensi kejadian kecacingan pada murid SDN 100400 Pargarutan dan SDN 100570 Palsabolas Kecamatan Angkola Timur Kabupaten Tapanuli Selatan tahun 2012, didapatkan sebanyak 60% murid yang positif terinfeksi kecacingan dari total 100 orang responden (Fitri, 2012). Tingginya angka kecacingan tersebut pada usia anak prasekolah dan sekolah dikarenakan mereka sering bermain atau kontak dengan tanah yang merupakan tempat tumbuh dan berkembangnya cacing-cacing perut (Chadijah, 2014). Demikian pula dengan kebiasaan mengkonsumsi makanan yang di jual di sekolah tanpa memperhatikan higenitas serta sanitasi lingkungan (Silitonga et al, 2008). Pencemaran tanah merupakan penyebab utama terjadinya transmisi telur cacing dari tanah kepada manusia melalui tangan atau kuku yang mengandung telur cacing lalu masuk ke mulut melalui makanan. Selain itu larva dari cacing yang terkontaminasi di tanah juga mampu menembus kulit manusia sehingga menimbulkan infeksi (Resnhaleksmana, 2014).

4 Perilaku hidup bersih dan sehat merupakan faktor yang mempengaruhi kesehatan individu, kelompok, atau masyarakat. Perilaku ini menyangkut pengetahuan akan pentingnya higenitas personal serta sikap dalam menanggapi suatu penyakit atau permasalahan kesehatan lainnya. Dalam upaya pemeliharaan kebersihan diri ini, pengetahuan anak terhadap pentingnya kebersihan diri sangat diperlukan karena pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentukan tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2007) Higenitas personal atau kebersihan diri merupakan upaya seseorang dalam memelihara kebersihan dan kesehatan dirinya untuk memperoleh kesejahteraan fisik dan psikologis (Wahit Iqbal, 2008). Salah satu penyebab tingginya angka kecacingan adalah rendahnya tingkat higienitas personal atau kebersihan diri seperti kebiasaan mencuci tangan sebelum makan dan setelah buang air besar, kebersihan kuku, perilaku jajan di sembarang tempat, perilaku buang air besar tidak di WC, serta ketersediaan sumber air bersih (Tumanggor, 2010). Keadaan sanitasi yang belum memadai, keadaan sosial ekonomi yang masih rendah dan kebiasaan manusia mencemari lingkungan dengan tinjanya sendiri, didukung oleh iklim yang sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangan cacing merupakan beberapa faktor penyebab tingginya prevalensi infeksi cacing usus yang ditularkan melalui tanah di Indonesia (Zit, 2000). Penyediaan air bersih dan kepemilikan jamban yang baik akan menurunkan prevalensi kecacingan, tetapi hal tersebut harus diikuti dengan perilaku anak, sosial ekonomi, dan sarana air bersih yang baik (Albonico, 2008). Penelitian Jalaluddin (2009) menyebutkan adanya hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan dan sikap dengan dengan kejadian infeksi Soil Transmitted Helminthes (STH) (p=0,000). Lebih lanjut, Jalaluddin (2009) juga menyebutkan adanya hubungan yang cukup signifikan anatara sanitasi lingkungan rumah dengan kejadian infeksi Soil Transmitted Helminthes (STH), penelitian ini menemukan bahwa siswa-siswi yang kondisi sanitasi lingkungan tidak baik berpeluang 14,8 kali lebih besar terinfeksi cacing dibanding yang sanitasi lingkungannya baik (p=0,000). Berdasarkan penelitian Salbiah (2008)

5 menyebutkan adanya hubungan yang cukup signifikan antara higienitas personal dengan kejadian infeksi Soil Transmitted Helminthes (STH) (p=0,002). Melihat kondisi lingkungan di daerah Medan Amplas, masih banyak dijumpai pemukiman warga yang belum mencapai kelayakan sanitasi lingkungan. Salah satu faktor utamanya adalah tingkat sosial ekonomi dan tingkat pendidikan yang belum memadai. Selain itu sistem drainase dan pembuangan air limbah rumah tangga belum tertata dengan baik. Berdasarkan hal tersebut di atas penulis tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai hubungan antara perilaku, higienitas personal, dan sanitasi lingkungan rumah dengan kejadian infeksi Soil-Transmitted Helminthes pada siswa-siswi SD Negeri 060925 Kelurahan Harjosari 1 Kecamatan Medan Amplas Tahun 2015. 1.2. Rumusan Masalah Apakah ada hubungan antara perilaku, higienitas personal, dan sanitasi lingkungan rumah dengan kejadian infeksi Soil-Transmitted Helminthes pada siswa-siswi SD Negeri 060925 Kelurahan Harjosari 1 Kecamatan Medan Amplas Tahun 2015? 1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan antara perilaku, higienitas personal, dan sanitasi lingkungan rumah dengan kejadian infeksi Soil-Transmitted Helminthes pada siswa-siswi SD Negeri 060925 Kelurahan Harjosari 1 Kecamatan Medan Amplas Tahun 2015.

6 1.3.2. Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui prevalensi infeksi Soil-Transmitted Helminthes pada siswa-siswi SD Negeri 060925 Kelurahan Harjosari 1 Kecamatan Medan Amplas Tahun 2015. 2. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan anak dan hubungannya dengan kejadian infeksi Soil-Transmitted Helminthes pada siswa-siswi SD Negeri 060925 Kelurahan Harjosari 1 Kecamatan Medan Amplas Tahun 2015. 3. Untuk mengetahui hubungan sikap anak dengan kejadian infeksi Soil- Transmitted Helminthes pada siswa-siswi SD Negeri 060925 Kelurahan Harjosari 1 Kecamatan Medan Amplas Tahun 2015. 4. Untuk mengetahui hubungan higienitas personal anak dengan kejadian infeksi Soil-Transmitted Helminthes pada siswa-siswi SD Negeri 060925 Kelurahan Harjosari 1 Kecamatan Medan Amplas Tahun 2015. 5. Untuk mengetahui sanitasi lingkungan rumah anak dan hubungannya dengan kejadian infeksi Soil-Transmitted Helminthes pada siswa-siswi SD Negeri 060925 Kelurahan Harjosari 1 Kecamatan Medan Amplas Tahun 2015. 1.4. Manfaat Penelitian 1. Bagi Pemerintah Setempat Penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi mengenai data prevalensi kejadian infeksi Soil-Transmitted Helminthes di SD Negeri 060925 Kelurahan Harjosari 1 Kecamatan Medan Amplas Tahun 2015, perilaku anak sekolah dasar tentang infeksi Soil-Transmitted Helminthes, higenitas personal anak, dan keadaan sanitasi lingkungan rumah anak, sehingga pemerintah setempat diharapkan dapat mencanangkan dan menyusun program pencegahan dan pengendalian kejadian infeksi Soil- Transmitted Helminthes pada masyarakat setempat.

7 2. Bagi Orang Tua Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi bagi orang tua mengenai keadaan kesehatan anaknya menyangkut infeksi kecacingan, serta dapat menjadi masukan yang berharga agar orang tua lebih peduli terhadap sanitasi lingkungan rumah dan juga agar mengajarkan anaknya agar berperilaku hidup bersih dan sehat. 3. Bagi Siswa/Siswi Melalui penelitian ini, diharapkan siswa/siswi dapat mengetahui penyebab infeksi Soil-Transmitted Helminthes, sehingga memahamii bahwa dengan meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat dapat menghindarkan mereka dari infeksi kecacingan. 4. Bagi Peneliti Penelitian ini dapat menambah wawasan dan sebagai referensi bagi penelitian lebih lanjut.