PENGETAHUAN DAN SIKAP WANITA PRAKONSEPSI TENTANG GIZI DAN KESEHATAN REPRODUKSI SEBELUM DAN SETELAH SUSCATIN DI KECAMATAN UJUNG TANAH

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masa kehamilan merupakan masa periode awal kehidupan atau biasa disebut

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA GIZI BESI PADA TENAGA KERJA WANITA DI PT HM SAMPOERNA Oleh : Supriyono *)

VALIDASI IMPLEMENTASI PELAYANAN TERPADU PADA WANITA PERIODE PRAKONSEPSI DI KECAMATAN UJUNG TANAH KOTA MAKASSAR

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DAN POLA KONSUMSI DENGAN KEJADIAN ANEMIA GIZI PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS KASSI-KASSI

HUBUNGAN SOSIAL EKONOMI DENGAN KEKURANGAN ENERGI KRONIK (KEK) PADA WANITA PRAKONSEPSI DI KOTA MAKASSAR

PENGARUH PENYULUHAN TERHADAP PENGETAHUAN IBU HAMIL TRIMESTER I TENTANG TABLET FE (STUDI DI PUSKESMAS BANGETAYU SEMARANG TAHUN 2013)

BAB I PENDAHULUAN. sampai usia lanjut (Depkes RI, 2001). mineral. Menurut Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VI 1998

NASKAH PUBLIKASI TRI NURIKA Disusun Oleh:

142 Jurnal Kesehatan Samodra Ilmu Vol. 07 No. 02 Juli 2016

KARYA TULIS ILMIAH. Karya Tulis Ilmiah ini diajukan untuk memenuhi persyaratan Memperoleh Gelar Ahli Madya Kebidanan

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PERILAKU GIZI SEIMBANG PADA WANITA PRAKONSEPSI DI KOTA MAKASSAR

EFEKTIFITAS PELATIHAN PENCEGAHAN GIZI BURUK BALITA PADA PEER EDUCATOR UNTUK MENINGKATAN PENGETAHUAN KELOMPOK DASAWISMA DI PUSKESMAS BATURRADEN I.

PUBLIKASI ILMIAH Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Starta I pada Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan

PENGARUH BUKU SAKU TERHADAP TINGKAT KECUKUPAN GIZI PADA REMAJA (Studi Di SMA Teuku Umar Semarang Tahun 2016)

PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG ANEMIA DENGAN STATUS HEMOGLOBIN REMAJA PUTRI DI SMA NEGERI 10 MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN. atau konsentrasi hemoglobin dibawah nilai batas normal, akibatnya dapat

PENGARUH PENYULUHAN TERHADAP PENGETAHUAN TENTANG KANKER LEHER RAHIM PADA WANITA USIA SUBUR DI KELURAHAN BONGSARI SEMARANG BARAT TAHUN 2011

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN PADA IBU HAMIL TENTANG ANEMIA TERHADAP PERILAKU PENCEGAHAN ANEMIA SELAMA KEHAMILAN. Kiftiyah

STUDI PERBAIKAN KADAR HEMOGLOBIN IBU HAMIL ANEMIA DENGAN PEMBERIAN SUPLEMENTASI TABLET BESI (PROGRAM) DI PUSKESMAS PADONGKO KABUPATEN BARRU

HUBUNGAN LINGKAR LENGAN ATAS (LILA) DAN KADAR HEMOGLOBIN (Hb) DENGAN BERAT BAYI LAHIR

BAB. I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

STATUS GIZI IBU HAMIL SERTA PENGARUHNYA TERHADAP BAYI YANG DILAHIRKAN

ABSTRAK. Faktor - Faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi Ibu Hamil Trimester I di RSIA Pertiwi Makassar

BAB I PENDAHULUAN.

PERUBAHAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG KEKURANGAN ENERGI KRONIK PASCA PENYULUHAN

PERAN PETUGAS KESEHATAN DAN KEPATUHAN IBU HAMIL MENGKONSUMSI TABLET BESI

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang berkualitas. Peningkatan sumber daya manusia harus

Dewi Puspitaningrum 1), Siti Istiana 2)

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan pertumbuhan fisik yang tidak optimal dan penurunan perkembangan. berakibat tingginya angka kesakitan dan kematian.

STUDI PENGETAHUAN MENGENAI MASALAH GIZI DAN STATUS GIZI PADA REMAJA PUTRI DI FKM UNHAS TAHUN 2013

Penyerapan Pengetahuan Tentang Kanker Serviks Sebelum Dan Sesudah Penyuluhan. The Knowledge Acceptance Of Cervical Cancer Before And After Counseling

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN MELALUI SMALL GROUP DISCUSSION

BAB I PENDAHULUAN. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan. perkembangan kecerdasan, menurunkan produktivitas kerja, dan

BAB I PENDAHULUAN. 2001). Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA PUTERI TENTANG ANEMIA DEFISIENSI BESI DI SMA NEGERI 15 MEDAN

Pengaruh Promosi Kesehatan Tentang Tanda Bahaya Kehamilan Terhadap Pengetahuan Ibu Hamil Di Puskesmas Amurang Kabupaten Minahasa Selatan

BAB I PENDAHULUAN. (Suharno, 1993). Berdasarkan hasil penelitian WHO tahun 2008, diketahui bahwa

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan yaitu meningkatnya kesadaran,

PENGARUH INTERVENSI PENYULUHAN TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI

BAB 1 : PENDAHULUAN. masalah kesehatan masyarakat ( Public Health Problem) adalah anemia gizi.

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN REPRODUKSI TERHADAP SIKAP REMAJA PUTRI KELAS XI TENTANG DAMPAK PERNIKAHAN DINI DI SMA NEGERI 1 TANGEN KAB.

EFEKTIFITAS EDUKASI GIZI TERHADAP PERBAIKAN ASUPAN ZAT BESI PADA REMAJA PUTRI

BAB I PENDAHULUAN. defisiensi vitamin A, dan defisiensi yodium (Depkes RI, 2003).

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadinya gangguan gizi antara lain anemia. Anemia pada kehamilan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan gizi dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia (SDKI) tahun 2012 AKI di Indoensia mencapai 359 per jumlah

BAB I PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya. manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG GIZI DENGAN KADAR HEMOGLOBIN PADA IBU HAMIL DI KECAMATAN JEBRES SURAKARTA ABSTRAK. Satiti Setiyo Siwi, S.S.T.

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEKURANGAN ENERGI KRONIS PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUNGAI BILU BANJARMASIN

ARTIKEL ILMIAH. Disusun Oleh : SRI REJEKI J

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. cukup makan, maka akan terjadi konsekuensi fungsional. Tiga konsekuensi yang

PENGARUH PELATIHAN PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN (P3K) TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN SISWI KELAS X TENTANG PERTOLOGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan fisiknya dan perkembangan kecerdasannya juga terhambat.

JKK Vol. 11 No. 1, Juni 2015 (SAY)

GAMBARAN KEJADIAN KURANG ENERGI KRONIK DAN POLA MAKAN WANITA USIA SUBUR DI DESA PESINGGAHAN, KECAMATAN DAWAN, KLUNGKUNG

BAB I PENDAHULUAN. kurangnya asupan zat gizi yang akan menyebabkan gizi buruk, kurang energi

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Anemia merupakan masalah gizi yang banyak terdapat di seluruh dunia

Jurnal Harapan Bangsa, Vol.1 No.1 Desember 2013 ISSN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KEKURANGAN ENERGI KRONIK (KEK) PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS HALMAHERA SEMARANG

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Ahli Madya Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan. Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. Anemia adalah suatu kondisi medis dimana kadar hemoglobin kurang dari

BAB I PENDAHULUAN. menderita anemia. Anemia banyak terjadi pada masyarakat terutama pada. tinggi. Menurut World Health Organization (WHO, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang. Berdasarkan Riskesdas (2013), dilaporkan bahwa angka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM TABLET FE PADA IBU PRIMIGRAVIDA DENGAN KEJADIAN ANEMIA DI PUSKESMAS TEGALREJO TAHUN 2016

PENGARUH PELATIHAN PEMBERIAN MAKAN PADA BAYI DAN ANAK TERHADAP PENGETAHUAN KADER DI WILAYAH PUSKESMAS KLATEN TENGAH KABUPATEN KLATEN

BAB III METODE PENELITIAN

Pengaruh Promosi Kesehatan Tentang Tanda Bahaya Kehamilan Terhadap Peningkatan Pengetahuan Ibu Hamil

Yane Liswanti, Dina Ediana 1Program Studi DIII Analis KesehatanSTIKes BTH Tasikmalaya *Coresponding author :

BAB Ι PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan suatu proses fisiologis yang terjadi pada setiap

Maria Ulfa dan Ika Agustina STIKes Patria Husada Blitar

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak, masa remaja, dewasa sampai usia lanjut usia (Depkes, 2003).

CHMK NURSING SCIENTIFIC JOURNAL Volume 1. No 1 APRIL 2017

Andi Tenri Kawareng* Razak Thaha. Aminuddin Syam. Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin.

Oleh : Aat Agustini ABSTRAK

PENGARUH PENYULUHAN MANFAAT POSYANDU TERHADAP SIKAP IBU BALITA TENTANG POSYANDU DI DUSUN NGANGKRIK SLEMAN TAHUN 2015 NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung dengan baik, bayi tumbuh sehat sesuai yang diharapkan dan

HUBUNGAN KEKURANGAN ENERGI KRONIS PADA IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH PADA BAYI BARU LAHIR DI WILAYAH PUSKESMAS WULUHAN TAHUN 2016

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh : Nama Mahasiswa : Sri Setiyo Ningrum NIM :

BAB I PENDAHULUAN. salah satu kontribusi penting dalam Millenium Development Goals (MDGs)

1998, WHO telah merekomendasikan penambahan suplemen asam folat sebesar 400 µg (0,4 mg) per hari bagi ibu hamil untuk mencegah kelainanan tabung

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN

PENGETAHUAN IBU DALAM PENATALAKSANAAN GIZI SEIMBANG PADA KELUARGA DI DESA SIBORBORON KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN

GAMBARAN KEJADIAN KURANG ENERGI KRONIK DAN POLA MAKAN WANITA USIA SUBUR DI DESA PESINGGAHAN KECAMATAN DAWAN KLUNGKUNG BALI 2014

PERBEDAAN KADAR HEMOGLOBIN SISWI SMA PEDESAAN DAN PERKOTAAN DI KABUPATEN KLATEN

PENGARUH KONSUMSI TELUR AYAM RAS REBUS TERHADAP PENINGKATAN KADAR HB PADA IBU HAMIL TRIMESTER II DI BPM WILAYAH KERJA PUSKESMAS KLATEN TENGAH

GAMBARAN STATUS GIZI IBU HAMIL TRIMESTER I

BAB 1 : PENDAHULUAN. derajat kesehatan masyarakat juga dipengaruhi oleh faktor ekonomi, pendidikan, lingkungan

PENYULUHAN DENGAN MEDIA KOMIK UNTUK MENINGKATKAN PENGETAHUAN TENTANG SARAPAN PAGI PADA SISWA KELAS IV SDN 01 MANGUHARJO KOTA MADIUN

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Salah satu penentu kualitas sumber daya manusia adalah gizi seimbang. Kekurangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

Kata kunci : Pendidikan Gizi, Pengetahuan Gizi, Tingkat Kecukupan Gizi, Anemia, Remaja Daftar bacaan : 91 ( )

PENDAHULUAN Latar Belakang

HUBUNGAN UKURAN LINGKAR LENGAN ATAS (LLA) IBU DAN PENINGKATAN BERAT BADAN SELAMA KEHAMILAN DENGAN BERAT BADAN LAHIR BAYI DI KABUPATEN KARANGANYAR

KARAKTERISTIK IBU HAMIL DENGAN ANEMIA DI PUSKESMAS PANARUNG KOTA PALANGKA RAYA TAHUN 2015

I. PENDAHULUAN. terpenting dalam pertumbuhan anak dimasa datang (Rodhi, 2011) World Health Organization (WHO) 2008, telah membagi umur kehamilan

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA IBU HAMIL TRIMESTER III DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS AIR DINGIN KOTA PADANG TAHUN 2012

Transkripsi:

PENGETAHUAN DAN SIKAP WANITA PRAKONSEPSI TENTANG GIZI DAN KESEHATAN REPRODUKSI SEBELUM DAN SETELAH SUSCATIN DI KECAMATAN UJUNG TANAH KNOWLEDGE AND ATTITUDE WOMEN PRECONCEPTION ABOUT NUTRITION AND REPRODUKTIVE HEALTH BEFORE AND AFTER SUSCATIN IN UJUNG TANAH Rahmiyati Rahim 1, A.Razak Thaha 1, Citrakesumasari 1 1 Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin (rahmiyati_rahim@yahoo.co.id/082192974919) ABSTRAK Pengetahuan gizi merupakan pengetahuan tentang hubungan konsumsi makanan dengan kesehatan tubuh. Kesehatan ibu mencakup kesehatan wanita dalam usia subur. Status gizi wanita, terutama pada masa usia subur merupakan elemen pokok dalam kesehatan reproduksi, bila seorang wanita kekurangan gizi akan berdampak pada penurunan fungsi reproduksi. Pendidikan merupakan cara yang paling penting dan efektif untuk memperoleh pengetahuan tentang kesehatan reproduksi.penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan pengetahuan dan sikap wanita prakonsepsi tentang gizi dan kesehatan reproduksi sesudah suscatin di Kecamatan Ujung Tanah Tahun 2013. Jenis penelitian ini adalah penelitian Pra-Eksperimen dengan rancangan One Group Pretest- Postest. Teknik pengambilan sampel adalah Total Sampling dengan jumlah 27 orang. Pengumpulan data menggunakan kuesioner yang diberikan sebelum dan sesudah suscatin. Analisis data menggunakan uji T Paired Samples.Hasilpenelitian menunjukkan bahwa dengan adanya penambahan materi tentang gizi dan kesehatan reproduksi dapat meningkatkan pengetahuan responden sebesar 29,6% dari 70,4% menjadi 100% sesudah mengikuti Suscatin dan tidak ada lagi responden yang berpengetahuan kurang serta meningkatkan sikap responden sebesar 81,5% dari 18,5% menjadi 100% dan tidak ada lagi Responden yang bersikap negatif.diharapkan kepada pihak KUA agar dapat memasukkan materi edukasi gizi dan kesehatan reproduksi dalam buku saku Suscatin. Kata Kunci : Gizi, Kesehatan Reproduksi, Pengetahuan, Sikap ABSTRACT Nutrition knowledge is knowledge about the relationship of food consumption bythe body's health. Maternal health include women of child bearing age. Nutritional status of women, especially during child-bearing age are the principal element in reproductive health, malnutrition when a woman will have an impacton the decline in reproductive function. Educationis the most important and effective way to gain knowledge about reproductive health. This studyaims to determine the knowl edge and attitude change preconceptions aboutwomen and reproductive health nutrition after suscatin in Ujung Tanah Districtin 2013. Type of research is a Pre-Experiment with design One group pretestposttest. Sampling technique is the total sampling with number 27. Collecting data using questionnaires given before and after suscatin. Data analysis using Paired Samples T test. The results showed that with the addition of materials on nutrition and reproductive health to improve the knowledge of the respondent amounted to 29.6% from 70.4% to 100% after follow Suscatin and no less knowledgeable respondents as well as respondents' attitudes increased by 81.5% from 18.5% to 100% and no more respondents being negative. KUA is expected to hand in order to incorporate nutrition education materials and reproductive health in the pocket book Suscatin. Keywords : Nutrition, Reproductive Health, Knowledge, Attitude 1

PENDAHULUAN Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan gizi dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan terganggu, menurunnya produktifitas kerja dan daya tahan tubuh yang berakibat meningkatnya angka kesakitan dan kematian. Kecukupan gizi sangat diperlukan oleh setiap individu sejak janin masih didalam kandungan, bayi, anak anak, masa remaja, dewasa sampai usia lanjut (Supriyono, 2010). Kesehatan reproduksi, sama halnya dengan kesehatan pada umumnya, adalah hak setiap manusia. Untuk mampu mencapainya, diperlukan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi yang benar dan komprehensif. Pengetahuan tersebut didapatkan melalui berbagai sarana, salah satunya adalah pendidikan. Pendidikan merupakan cara yang paling penting dan efektif untuk memperoleh pengetahuan tentang kesehatan reproduksi (Benita, 2011). Pemenuhan kebutuhan gizi pada ibu hamil berkaitan erat dengan tinggi rendahnya pengetahuan ibu tentang gizi. Tingkat pengetahuan gizi ibu adalah kemampuan seorang ibu dalam memahami konsep dan prinsip serta informasi yang berhubungan dengan gizi. Tingkat pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh pengalaman, faktor pendidikan, lingkungan, sosial, sarana dan prasarana maupun derajat penyuluhan yang diperoleh (Siwi, 2009). Pengetahuan gizi merupakan pengetahuan tentang hubungan konsumsi makanan dengan kesehatan tubuh. Ibu hamil dengan pengetahuan gizi baik diharapkan dapat memilih asupan makanan yang bernilai gizi baik dan seimbang bagi dirinya sendiri, janin dan keluarga. Pengetahuan gizi yang baik dapat membantu seseorang belajar bagaimana menyimpan, mengolah serta menggunakan bahan makanan yang berkualitas untuk dikonsumsi. Gizi ibu yang buruk sebelum kehamilan maupun pada saat kehamilan, dapat menyebabkan Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT), bayi lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR), gangguan pertumbuhan dan perkembangan otak bayi serta peningkatan risiko kesakitan dan kematian. BBLR mempunyai dampak buruk terhadap perkembangan kognitif dan psikomotorik bayi, disamping dampak buruk pada saat pertumbuhannya (Yongky, 2009) Anemia gizi karena kekurangan zat besi masih merupakan masalah gizi utama yang banyak menimpa kelompok rawan yaitu ibu hamil, anak balita, wanita usia subur (WUS) dan pekerja berpenghasilan rendah (Supriyono, 2010). Survei Nasional tahun 2001 menunjukkan prevalensi anemia pada WUS kawin, WUS tidak kawin, dan ibu hamil masing-masing sebesar 26,9 persen, 24,5 persen dan 40 persen Angka kejadian anemia di Indonesia semakin tinggi dikarenakan penanganan anemia dilakukan ketika ibu hamil bukan dimulai sebelum kehamilan (Bappenas, 2010). 2

Anemia gizi dapat terjadi pada berbagai kelompok umur. Berdasarkan Riskesdas 2007, menunjukkan bahwa prevalensi anemia pada perempuan dewasa perkotaan sebesar 11,3%, laki-laki dewasa perkotaan sebesar 12,1%, dan pada anak-anak (usia 14 tahun) sebesar 12,8%. Dari semua kelompok umur tersebut, kejadian anemia pada anak-anak (usia 14 tahun) merupakan kelompok dengan prevalensi terbesar, karena pada masa ini terjadi peningkatan kebutuhan zat besi akibat pertumbuhan dan adanya menstruasi pada remaja putri (Rahmiwati, 2007). Penelitian yang dilakukan oleh Citrakesumasari, dkk (2012) di Kabupaten Barru mengemukakan bahwa Mc Mappacci mampu mempraktekkan penyampaian informasi anemia gizi dan KEK ketika melaksanakan tugas sebagai Mc Mappacci, namun mengalami beberapa adaptasi karena disesuaikan dengan kondisi pelaksanaan Mappacci yang sangat variatif. Toma mampu mempraktekkan penyampaian informasi anemia gizi dan KEK kepada catin, meskipun sebagian besar toma harus membaca yang tertulis dalam modul karena waktu pemberian modul diberikan pada saat kehadiran di acara Mappacci. Pemahaman calon tentang anemia gizi dan KEK yaitu sebagian besar catin sudah mengetahui tanda dan risiko anemia gizi gizi dan KEK bagi ibu hamil, serta pentingnya suplemen tablet penambah darah. Pelatihan kader dasawisma mampu meningkatkan pengetahuan kader menjadi baik sebesar 65% (dari 25% (5 orang) menjadi 90% (18 orang). Penelitian yang dilakukan oleh Nugraheni, dkk (2000) di Kendal mengemukakan bahwa pengetahuan responden tentang pengertian, tanda, gejala, penyebab, akibat dan upaya pencegahan anemia masih kurang (53,3%). Sedangkan mengenai sikap responden, pada umumnya mereka cukup baik (43,3%) dan praktek responden tentang upaya pencegahan anemia masih kurang (46,7%), hampir seluruh responden belum pernah minum preparat penambah darah dan 100% responden belum pernah periksa Hb. BAHAN DAN METODE Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian Pra-Eksperimen dengan rancangan One Group Pretest-Postest. Kelompok subjek diobservasi sebelum dilakukan intervensi, kemudian diobservasi lagi setelah intervensi. Pada rancangan ini tidak ada kelompok pembanding (kontrol), tetapi paling tidak sudah dilakukan observasi pertama (pretest) yang memungkinkan peneliti dapat menguji perubahan-perubahan yang terjadi setelah adanya eksperimen. Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah semua wanita prakonsepsi yang tercatat di KUA di kecamatan Ujung Tanah periode bulan April-Mei 2013. Teknik pengambilan sampel adalah Total Sampling. Data penelitian diperoleh dengan mengumpulkan 3

data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara menggunakan kuesioner yang berisikan pertanyaan-pertanyaan yang mengacu pada tujuan penelitian, yaitu pertanyaan yang meliputi pengetahuan dan sikap tentang gizi dan kesehatan reproduksi serta ditambah dengan data karakteristik umum responden. Data sekunder meliputi gambaran umum wilayah kecamatan Ujung Tanah, gambaran umum Kantor Urusan Agama kecamatan Ujung Tanah. Pengolahan data dan analisis data dilakukan dengan menggunakan program komputer meliputi proses editing, coding dan entry data kemudian dilakukan Analisis Univariat untuk mendeskripsikan usia responden, pendidikan, pekerjaan dan perilaku wanita prakonsepsi tentang gizi dan kesehatan reproduksi sesudah suscatin. Pada data dilakukan analisis variabel yang terkait dengan penelitian dengan melakukan tabulasi silang antara variabel. Kemudian dilakukan Uji T Paired Samples untuk melihat perbedaan sebelum dan sesudah perlakuan. Analisis ini dilakukan dengan menggunakan program SPSS. Keputusan uji statistik menggunakan taraf signifikan p<0,05. Data yang telah diolah akan disajikan dalam bentuk tabel dan narasi untuk membahas hasil penelitian. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah wanita prakonsepsi yang terdaftar di KUA pada bulan April-Mei 2013 sebanyak 39 orang, yang mengikuti suscatin sebanyak 27 orang (69,2%) dan yang tidak datang mengikuti suscatin sebanyak 12 orang (30,8%). Distribusi responden berdasarkan kelompok umur tertinggi berada pada kelompok umur 20-30 tahun yaitu sebanyak 21 orang (77,8%), kelompok umur < 20 tahun yaitu sebanyak 6 orang (22,2%). Sedangkan berdasarkan pendidikan terakhir yang tertinggi adalah SLTA yaitu sebanyak 10 orang (37,1%) dan terendah adalah tidak tamat SD yaitu 1 orang (3,7%). Untuk karateristik pekerjaan, pada umumnya responden berstatus sebagai pedagang/wiraswasta yaitu 11 orang (40,8%), tidak bekerja yaitu sebanyak 8 orang (29,6%) dan pegawai swasta 6 orang (22,2%).(Tabel 1) Adapun gambaran pengetahuan wanita prakonsepsi tentang gizi dan kesehatan reproduksi sebelum dan setelah suscatin yaitu adanya perubahan tingkat pengetahuan responden yang dapat dilihat dari hasil Pretest diketahui bahwa tingkat pengetahuan responden yaitu sebanyak 19 orang (70,4%) yang berpengetahuan cukup dan 8 orang (29,6%) yang berpengetahuan kurang. Dapat dikatakan bahwa umumnya tingkat pengetahuan responden tentang gizi dan kesehatan reproduksi sudah cukup baik. Hasil Postest menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan responden setelah diberi edukasi semuanya 4

berpengetahuan cukup 27 orang (100%). Pengetahuan dalam hal ini adalah segala sesuatu yang wanita periode prakonsepsi ketahui tentang Kemampuan wanita prakonsepsi untuk mengetahui dan memahami tentang gizi dan kesehatan reproduksi yang meliputi pengertian gizi dan kesehatan reproduksi, masalah yang sering dialami pada masa reproduksi, hal-hal yang penting diketahui sebelum hamil, dampak kurang gizi pada masa reproduksi dan cara meningkatkan status gizi wanita sebelum hamil (Grafik 1) Tingkat pengetahuan responden dengan umur sebelum suscatin bahwa kategori pengetahuan cukup lebih banyak terdapat pada kelompok umur 20-30 tahun sebanyak 76,2% dan pengetahuan kurang lebih banyak terdapat pada kelompok umur < 20 tahun sebanyak 50%. Sedangkan setelah diberi suscatin responden umur < 20 tahun dan kelompok umur 20-30 tahun semuanya berpengetahuan cukup yaitu masing- masing sebanyak 100% serta tidak ada lagi responden yang berpengetahuan kurang. Tingkat pengetahuan responden dengan tingkat pendidikan sebelum suscatin menunjukkan bahwa kategori pengetahuan cukup lebih banyak terdapat pada responden dengan tingkat pendidikan universitas dan tidak tamat SD sebanyak 100% dan kategori pengetahuan kurang lebih banyak terdapat pada responden dengan tingkat pendidikan Diploma yaitu sebanyak 50%. Sedangkan setelah diberikan suscatin menunjukkan bahwa responden dengan pendidikan tidak tamat SD, SD, SLTP, SLTA, Diploma dan Universitas semuanya berpengetahuan cukup yaitu masing-masing sebanyak 100% dan tidak ada lagi responden yang berpengetahuan kurang. Tingkat pengetahuan responden dengan pekerjaan sebelum mengikuti suscatin menunjukkan bahwa kategori pengetahuan cukup banyak terdapat pada responden dengan status sebagai buruh harian dan PNS yaitu sebanyak 100% dan kategori pengetahuan yang kurang banyak terdapat pada responden yang tidak bekerja sebanyak 50%. Sedangkan setelah diberi suscatin menunjukkan bahwa responden yang berstatus tidak bekerja, pedagang/wiraswasta, buruh harian, PNS dan pegawai swasta semuanya berpengetahuan cukup yaitu masing-masing 100% dan tidak ada lagi responden yang berpengetahuan kurang. Berdasarkan uji T- Paired Samples ada peningkatan pengetahuan setelah pemberian suscatin dengan penambahan materi gizi dan kesehatan reproduksi sebanyak 3,519. Nilai p menunjukkan hasil bahwa ada perbedaan antara pengetahuan sebelum dan sesudah pemberian edukasi gizi dengan nilai p = 0,000 (p<0,05).(tabel 2) Adapun gambaran sikap wanita prakonsepsi tentang gizi dan kesehatan reproduksi sebelum dan setelah suscatin yaitu adanya perubahan sikap responden sebelum dan sesudah suscatin tentang gizi dan kesehatan reproduksi. Hai ini dapat dilihat dari hasil pretest 5

diketahui bahwa sikap responden sebelum diberikan suscatin yaitu sebanyak 5 orang (18,5%) yang bersikap positif dan sebanyak 22 orang (81,5%) yang bersikap negatif. Hasil posttest menunjukkan bahwa sikap responden setelah diberikan suscatin semuanya bersikap positif yaitu sebanyak 27 orang (100%) tidak ada responden yang bersikap responden. Sikap dalam penelitian ini adalah tanggapan responden tentang pengertian gizi dan kesehatan reproduksi, masalah yang sering dialami pada masa reproduksi, hal-hal yang penting diketahui sebelum hamil, dampak kurang gizi pada masa reproduksi, cara meningkatkan status gizi sebelum hamil. (Grafik 2). Sikap responden dengan tingkat pendidikan sebelum suscatin menunjukkan bahwa kategori sikap positif lebih banyak terdapat pada responden dengan tingkat pendidikan SLTA yaitu sebanyak 30% dan kategori sikap negatif lebih banyak terdapat pada responden dengan tingkat pendidikan tidak tamat SD, Diploma dan Universitas yaitu sebanyak 100%. Sedangkan setelah diberikan suscatin menunjukkan bahwa responden dengan pendidikan tidak tamat SD, SD, SLTP, SLTA, Diploma dan Universitas semuanya bersikap positif yaitu masing-masing sebanyak 100% dan tidak ada lagi responden yang bersikap negatif. Sikap responden dengan tingkat pendidikan sebelum suscatin menunjukkan bahwa kategori sikap positif lebih banyak terdapat pada responden dengan tingkat pendidikan SLTA yaitu sebanyak 30% dan kategori sikap negatif lebih banyak terdapat pada responden dengan tingkat pendidikan tidak tamat SD, Diploma dan Universitas yaitu sebanyak 100%. Sedangkan setelah diberikan suscatin menunjukkan bahwa responden dengan pendidikan tidak tamat SD, SD, SLTP, SLTA, Diploma dan Universitas semuanya bersikap positif yaitu masing-masing sebanyak 100% dan tidak ada lagi responden yang bersikap negatif. Sikap responden dengan pekerjaan sebelum mengikuti suscatin menunjukkan bahwa kategori sikap positif banyak terdapat pada responden dengan status sebagai pedagang yaitu sebanyak 36,4% dan kategori sikap negatif banyak terdapat pada responden yang tidak bekerja, buruh harian dan PNS yaitu sebanyak 100%. Sedangkan setelah diberi suscatin dengan penambahan materi gizi dan kesehatan reproduksi menunjukkan bahwa responden yang berstatus tidak bekerja, pedagang/wiraswasta, buruh harian, PNS dan pegawai swasta semuanya bersikap positif yaitu masing-masing 100% dan tidak ada lagi responden yang bersikap negatif Berdasarkan uji T-Paired Samples menunjukkanpeningkatan sikap setelah pemberian suscatin dengan penambahan materi gizi dan kesehatan reproduksi sebanyak 8,667. Nilai p menunjukkan hasil bahwa ada perbedaan antara pengetahuan sebelum dan sesudah pemberian edukasi gizi dengan nilai p = 0,000 (p<0,05).(tabel 3) 6

Pembahasan Pengetahuan responden sebelum diberikan suscatin dengan penambahan materi gizi dan kesehatan reproduksi sudah cukup baik. Namun dilihat dari 15 pernyataan yang diberikan pernyataan P4 yang paling sedikit dijawab benar oleh responden sebesar 3,7% yaitu Anemia dan KEK (Kurang Energi Kronik) merupakan masalah gizi wanita pada masa reproduksi. Hal ini menandakan bahwa masih banyak wanita periode prakonsepsi yang belum tahu tentang Anemia dan KEK itu sendiri. Begitupun pada pernyataan P5 dan P13 yang hanya sedikit dijawab benar oleh responden sebesar 33,3% yaitu Masa subur adalah suatu masa dalam siklus menstruasi wanita dimana sel telur yang matang siap untuk dibuahi dan KEK ditandai dengan hasil pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA) lebih dari 23,5cm. Oleh sebab itu, edukasi merupakan salah satu cara untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman wanita periode prakonsepsi tentang masalah gizi. Setelah diberikan edukasi melalui suscatin pengetahuan responden mengalami peningkatan. tingkat pengetahuan responden setelah mengikuti suscatin dengan penambahan materi gizi dan kesehatan reproduksi semuanya berpengetahuan cukup yaitu 100%. Hal ini menunjukkan bahwa responden mampu mengingat dengan baik materi edukasi yang diberikan. Hal ini dapat dilihat peran edukasi sangat penting untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman wanita periode prakonsepsi. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Pengetahuan umumnya datang dari pengalaman dan dapat diperoleh dari informasi oleh orang lain. Salah satu upaya pemberian informasi yang dapat dilakukan adalah dengan edukasi. Masalah gizi sering terjadi dikarenakan ketidaktahuan responden dan kurangnya informasi mengenai gizi. Terbentuknya perilaku yang baru dari pengetahuan terhadap stimulasi berupa materi atau objek tentang sesuatu yang akan menimbulkan pengetahuan baru pada subjek tersebut dan selanjutnya menimbulkan respon yang lebih jauh yaitu berupa tindakan. Namun, pengetahuan yang cukup tidak menjamin seseorang berprilaku yang sama seperti apa yang diketahui. Berdasarkan pengetahuan menurut umur, pengetahuan kurang lebih banyak terdapat pada kelompok umur < 20 tahun sebanyak 50%. Faktor usia ibu hamil kurang dari 20 tahun salah satu penyebab kematian perinatal, dimana ibu-ibu yang terlalu muda seringkali secara emosional dan fisik belum matang, selain pendidikan pada umumnya rendah, ibu yang masih muda masih tergantung kepada orang lain. Sedangkan setelah mengikuti suscatin semua responden umur < 20 tahun dan kelompok umur 20-30 tahun berpengetahuan cukup yaitu 7

masing- masing sebanyak 100% serta tidak ada lagi responden yang berpengetahuan kurang. Dengan usia yang masih muda dan produktif maka memungkinkan mereka masih mampu menangkap informasi yang diberikan dan bisa mengingat kembali. Berdasarkan pengetahuan menurut pendidikan, pengetahuan cukup lebih banyak pada tingkat universitas sebanyak 100% dan kategori pengetahuan kurang lebih banyak terdapat pada responden dengan tingkat pendidikan Diploma yaitu sebanyak 50%. Pendidikan merupakan usaha mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi. Namun, pendidikan rendah tidak menjamin seseorang berpengetahuan rendah pula hal ini di sebabkan karena pendidikan tidakhanya dapat diperoleh dari pendidikanformal saja tetapi bisa juga diperoleh dari pendidikan informal, contohnya pendidikan informal dapat diperoleh keaktifan wanita dalam mengikuti penyuluhanyang berhubungan dengan perbaikan gizi.selain dari pendidikan informal,pendidikan dapat pula didapatkan darimedia lain, seperti majalah, koran, televisi,radio, dan sebagainya, sehingga dapatmenambah pengetahuan. Sedangkan setelah mengikuti suscatin yang semua responden dengan pendidikan tidak tamat SD, SD, SLTP, SLTA, Diploma dan Universitas semuanya berpengetahuan cukup yaitu masing-masing sebanyak 100% dan tidak ada lagi responden yang berpengetahuan kurang. Semakin banyak informasi tentang kesehatan yang masuk semakin banyak pula pengetahuan yang didapat tentang kesehatan. Berdasarkan pengetahuan menurut pekerjaan, pengetahuan cukup banyak terdapat pada responden dengan status sebagai PNS dan Buruh Harian yaitu sebanyak 100% dan kategori pengetahuan yang kurang banyak terdapat pada responden yang tidak bekerja sebanyak 50%. Pekerjaan merupakan kegiatan yang dilakukan untuk memenuhi dan menunjang kebutuhan hidup. Tujuannya adalah mencari nafkah. Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung dan tidak langsung. Hal ini disebabkan karena wanita yang bekerja mempunyai lingkungan yang lebih luas sehingga informasi yang didapatkan lebih banyak. Sedangkan setelah mengikuti suscatin semua responden yang berstatus tidak bekerja, pedagang/wiraswasta, buruh harian, PNS dan pegawai swasta semuanya berpengetahuan cukup yaitu masing-masing 100% dan tidak ada lagi responden yang berpengetahuan kurang. Hasil uji T- Paired Samples juga menunjukkan bahwa ada peningkatan pengetahuan setelah pemberian suscatin dengan penambahan materi gizi dan kesehatan reproduksi sebanyak 3,519. 8

Dari hasil penelitian ini, tingkat pengetahuan responden masuk dalam kategori C1 yaitu tahu (know) yang diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall)terhadap sesuatu yang spesifik dari keseluruhan bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima (Notoatmodjo, 2010). Penelitian serupa juga pernah dilakukan oleh Bohari (2011) di RSIA Fatimah Makassar menunjukkan terjadi perubahan pengetahuan tentang IMD setelah diberikan edukasi. Dimana sebelum edukasi hanya 21,74% yang berpengetahuan baik setelah edukasi meningkat menjadi 78,26% responden yang berpengetahuan baik dan selebihnya berpengetahuan cukup dan tidak ada lagi yang berpengetahuan kurang. Begitupun pada penelitian Amaliah (2011) di RSIA Sitti Khadijah Muhammadiyah Makassar menunjukkan terjadi perubahan pengetahuan tentang IMD setelah diberikan edukasi. Dimana sebelum edukasi hanya 42,5% yang berpengetahuan cukup setelah edukasi meningkat menjadi 100% responden yang berpengetahuan cukup. Sikap belum tentu merupakan suatu tindakan atau aktifitas, namun merupakan suatu kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek. Manifestasi sikap tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku tertutup. Dengan kata lain sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup oleh seseorang terhadap stimulus atau objek (Notoadmodjo, 2003). Sebelum mengikuti suscatin dengan penambahan edukasi gizi dan kesehatan reproduksi mayoritas sikap responden negatif sebanyak 22 orang (81,5%) dan yang bersikap positif hanya sebanyak 5 orang (18,5%). Namun, setelah mengikuti suscatin dengan penambahan materi edukasi gizi dan kesehatan reproduksi semua responden bersikap positif yaitu 100%, tidak ada lagi responden yang bersikap negatif. Berdasarkan sikap menurut umur responden sebelum mengikuti suscatin sikap positif lebih banyak terdapat pada kelompok umur 20-30 tahun sebanyak 23,8% dan sikap negatif lebih banyak terdapat pada kelompok umur < 20 tahun sebanyak 100%. Sedangkan setelah mengikuti suscatin dengan penambahan materi gizi dan kesehatan reproduksi semua responden umur < 20 tahun dan kelompok umur 20-30 tahun semuanya bersikap positif yaitu masing- masing sebanyak 100% serta tidak ada lagi responden yang bersikap negatif. Berdasarkan sikap menurut tingkat pendidikan sebelum mengikuti suscatin sikap positif lebih banyak terdapat pada responden dengan tingkat pendidikan SLTA yaitu sebanyak 30% dan kategori sikap negatif lebih banyak terdapat pada responden dengan tingkat pendidikan tidak tamat SD, Diploma dan Universitas yaitu sebanyak 100%. Hai ini 9

disebabkan karena pengetahuan yang cukup tidak menjamin seseorang berprilaku yang sama seperti apa yang diketahui. Sedangkan setelah suscatin dengan penambahan materi gizi dan kesehatan reproduksi menunjukkan bahwa responden dengan pendidikan tidak tamat SD, SD, SLTP, SLTA, Diploma dan Universitas semuanya bersikap positif yaitu masing-masing sebanyak 100% dan tidak ada lagi responden yang bersikap negatif. Berdasarkan sikap menurut pekerjaan sebelum mengikuti suscatin sikap positif banyak terdapat pada responden dengan status sebagai pedagang/wiraswasta yaitu sebanyak 36,4% dan kategori sikap negatif banyak terdapat pada responden yang tidak bekerja, buruh harian dan PNS yaitu sebanyak 100%.Sedangkan setelah suscatin semua responden yang berstatus tidak bekerja, pedagang/wiraswasta, buruh harian, PNS dan pegawai swasta semuanya bersikap positif yaitu masing-masing 100% dan tidak ada lagi responden yang bersikap negatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terjadi perubahan sikap respoden setelah mengikuti suscatin. Dimana sebelum mengikuti suscatin hanya 18,5% yang bersikap positif dan setelah mengikuti suscatin sikap positif responden mengalami peningkatan menjadi 100%. Hal ini juga dapat dilihat dari hasil Uji T-Paired Samples menunjukkan ada peningkatan sikap setelah pemberian suscatin dengan penambahan materi gizi dan kesehatan reproduksi sebanyak 8,667. Penelitian serupa juga pernah dilakukan oleh Bohari (2011) di RSIA Fatimah Makassar menunjukkan terjadi perubahan sikap tentang IMD setelah diberikan edukasi. Dimana sebelum edukasi hanya 58,7% yang bersikap positif setelah edukasi meningkat menjadi 100% responden yang bersikap positif. Begitupun pada penelitian Amaliah (2011) di RSIA Sitti Khadijah Muhammadiyah Makassar menunjukkan terjadi perubahan sikap tentang IMD setelah diberikan edukasi. Dimana sebelum edukasi hanya 27,5% yang bersikap positf setelah edukasi meningkat menjadi 100% responden yang bersikap positif. Pendidikan kesehatan membantu orang mengambil sikap yang bijaksana terhadap kesehatan dan kualitas hidup.edukasi merupakan suatu metode dalam pendidikan kesehatan yang dapat merubah sikap seseorang menjadi lebih baik.hal ini terbukti dari sikap responden setelah diberikan edukasi mengalami perubahan yang berarti dari sikap negatif menjadi positif. Adanya intervensi berupa edukasi ternyata dapat meningkatkan sikap seseorang terhadap suatu hal. Sikap responden tentang gizi dan kesehatan reproduksi dipengaruhi oleh pengetahuan responden terhadap hal yang sama. Edukasi diartikan sebagai perubahan progresif pada seseorang yang memengaruhi pengetahuan/sikap dan prilakunya sebagai hasil dari pembelajaran dan belajar.edukasi meliputi proses-proses yang dilalui seseorang dalam 10

mengembangkan kemampuan dan memperkaya pengetahuan, proses ini juga membantu terjadinya perubahan pada sikap atau perilaku orang tersebut. Tujuan dari edukasi adalahmeningkatkan pengetahuan responden tentang gizi dan kesehatan reproduksi dan memiliki sikap positif. Perubahan sikap pada dasarnya dipengaruhi oleh faktor pengetahuan, keyakinan/kepercayaan yang didapatkan dari hasil pengindraan, yang salah satunya didapatkan pada pendidikan atau proses belajar. Sama halnya dengan pengetahuan, sikap juga menunjukkan perubahan yang signifikan. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Sekartika (2013) yang mengemukakan bahwa 18 orang (66,6%) dari responden yang mengikuti suscatin juga mengikuti pelayanan kesehatan terpadu di Puskesmas. Hal ini sesuai dengan dengan teori yang dikemukan Lawrance Green dan kawan-kawan (1980) yang menyatakan bahwa perilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk dari beberapa faktor, yaitu salah satunya adalah predisposisi (predisposing factors), yang mencakup pengetahuan, sikap dan sebagainya. Hal ini menunjukkan bahwa wanita yang mendapatkan edukasi atau informasi tentang gizi dan kesehatan reproduksi lebih banyak melakukan pemeriksaan kesehatan sebelum konsepsi daripada wanita yang tidak mendapatkan edukasi atau informasi tentang gizi dan kesehatan reproduksi. Oleh karena itu, peran KUA juga sangat dibutuhkan untuk memberikan informasi tentang gizi dan kesehatan reproduksi pada wanita prakonsepsi sehingga wanita prakonsepsi mau datang untuk memeriksakan kesehatannya di Puskesmas dan tentunya tak lepas dari dukungan petugas kesehatan untuk mengarahkan wanita prakonsepsi. Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Aisah, dkk (2010) juga mengemukakan bahwa pengetahuan, sikap, dan ketrampilan tidak dipengaruhi oleh umur dan tingkat pendidikan tetapi dipengaruhi oleh intervensi edukasi kelompok sebaya. Penelitian ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh yang Citrakesumasari, dkk (2012) yang mengatakan bahwa Pemahaman calon pengantin tentang anemia gizi dan KEK yaitu sebagian besar catin sudah mengetahui tanda dan risiko anemia gizi gizi dan KEK bagi ibu hamil, serta pentingnya suplemen tablet penambah darahsetelah diberi edukasi oleh mc mapacci dan Toma. Begitupun penelitian yang dilakukan oleh Sumaryati (2003) mengemukakan ada perbedaan antara pengetahuan dan sikap terhadap pencegahan dan penanggulangan anemia gizi pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol setelah dilakukan intervensi. Jadi, Pengetahuan sangat dibutuhkan agar perilaku masyarakat dapat lebih mudah diubah kearah yang lebih baik. 11

KESIMPULAN DAN SARAN Penambahan materi edukasi gizi dan kesehatan reproduksi dalam suscatin (Kursus Calon Pengantin) dapat meningkatkan pengetahuan wanita periode prakonsepsi sebesar 29,6% dari 70,4% menjadi 100% setelah mengikuti suscatin dan tidak ada lagi responden yang berpengetahuan kurang.penambahan materi edukasi gizi dan kesehatan reproduksi dalam suscatin (Kursus Calon Pengantin) dapat meningkatkan sikap wanita periode prakonsepsi sebesar 81,5% dari 18,5% menjadi 100% setelah mengikuti suscatin dan tidak ada lagi responden yang besikap negatif. Diharapkan kepada pihak KUA agar dapat memasukkan materi edukasi gizi dan kesehatan reproduksi dalam buku saku suscatin. 12

DAFTAR PUSTAKA Aisah, Siti, Sahar Junaiti & Hastoni, Priyo, Sutanto., 2010. Pengaruh Edukasi Kelompok Seba ya terhadap Perubahan Perilaku Pencegahan Anemia Gizi Besi pada Wanita Usia Subur di Kota Semarang. Prosiding Seminar Nasional Unismus, 2010 ISBN:978.979.704.883. [Online] http:// jurnal unismus.ac.id Amaliah, Rezki. 2011. Perubahan Pengetahuan dan Sikap Ibu Hamil tentang Inisiasi Menyusui Dini Sebelum dan Sesudah Edukasi di RSIA Sitti Khadijah Muhammadiyah Cabang Makassar Tahun 2011. Skripsi: Prodi Ilmu Gizi FKM Unhas. Bappenas., 2010. Rencana Aksi Nasional Pangan Dan Gizi. http:// www.bappenas.go.id/getfile-server/node/106655(diakses 4 Februari 2013) Benita, Rena, Nydia. 2012. Pengaruh Penyuluhan terhadap Tingkat Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Pada Remaja Siswa SMP Kristen Gergaji. Skripsi: Program Pendidikan Sarjana Kedokteran, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro. Bohari. 2011. Perubahan Pengetahuan dan Sikap Ibu Hamil Tentang Inisiasi Menyusui Dini Sebelum dan Sesudah Edukasi di RSIA Siti FatimahKota Makassar Tahun 2011. Skripsi: Prodi Ilmu Gizi FKM Unhas. Citrakesumasari, dkk., 2012. Mappacci Sebagai Pendekatan Pemberian Pemahaman Calon Pengantin tentang Anemia Gizi dan Kurang Energi Kronik di Kabupaten Barru, Sula wesi Selatan, Tahun 2012. Laporan Hasil Riset Operasional Intervensi Kesehatan Ibu Dan Anak Nugraheni, S,A, Aruben Ronny &Purnami Tri Cahya., 2000. Peningkatan Pengetahuan dan Sikap Calon Pengantin tentang Anemia pada Kehamilan Melalui Cerita Bergambar K esehatan Reproduksi Tahap I. Laporan Penelitian ilmiah, Universitas Diponegoro Notoatmojo, Soekidjo., 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat, Prinsip-Prinsip Dasar. Cetakan kedua. Jakarta: PT Rineka Cipta. Notoatmojo, Soekidjo., 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT Asdi Maha Satya Rahmiwati, A., 2007. Pola Konsumsi Pangan, Status Gizi, dan Pengetahuan Reproduksi Remaja Putri.Tesis. Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Sekartika, Rita., 2013. Validasi Implementasi Pelayanan Terpadu pada Wanita Periode Prakonsepsi di Kecamatan Ujung Tanah Kota Makassar Tahun 2013. Skripsi: Prodi Ilmu Gizi FKM Unhas Siwi, Setiyo, Satiti., 2011. Hubungan Tingkat Pengetahuan tentang Gizi dengan Kadar Hemoglobin Pada Ibu Hamil Di Kecamatan Jebres Surakarta. 1(01).,p. 2. [Online] http://www.search.ask.com/web?o=13170&tpr=1&q=hubungan+tingkat+pengetahuan +tentang+gizi+dengan+kadar+hemoglobin+ibu+hamil 13

Sumaryati, Ninuk., 2003. Pengaruh Intevensi Buklet Info Anemia Gizi dalam Pencegahan dan Penanggulangan Anemia Gizi terhadap Pengetahuan dan Sikap Siswi Sekolah Menengah Umum di Kaupaten Demak.Tesis:Program Pasca Sarjana, Universitas Diponegoro, Semarang Supriyono., 2010. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Anemia Gizi Besi pada Tenaga Kerja Wanita di Pt HM Sampoerna. http://gizi.depkes.go.id/wpcontent/uploads/2012/08/fakt or-faktor-yang-mempengaruhi-anemia-gizi-besi-pada-tenaga-kerja-wanita-di-pt-hmsampoerna.pdf. (Diakses 2 Februari 2013) Yongky, dkk., 2009. Status Gizi Awal Kehamilan dan Pertambahan Berat Badan Ibu Hamil Kaitannya dengan BBLR.Jurnal Pangan dan Gizi. 4(1).,p.8-12. [Online] http:/ /journal.ipb.ac.id/ index.php/jgizipangan /article/viewfile/4515/3018 (diakses 8 Maret 2013). 14

Lampiran Tabel 1. Distribusi Reponden Berdasarkan karakteristik di KUA Kecamatan Ujung Tanah Karakteristik n % Kelompok Umur (Thn) < 20 20-30 Pendidikan Tidak tamat SD SD SLTP SLTA Diploma Universitas Pekerjaan Tidak bekerja Pedagang/Wiraswasta Buruh harian PNS Pegawai Swasta 6 21 1 5 5 10 2 4 22,2 77,8 3,7 18,5 18,5 37,1 7,4 14,8 8 11 1 1 6 29,6 40,8 3,7 3,7 22,2 Total 27 100 Sumber: Data Primer, 2013 Grafik 1. Pengetahuan Responden sebelum dan setelah Suscatin 100 100 70,4 50 29,6 0 0 Pretest Postest cukup 70,4 100 kurang 29,6 0 Sumber: Data Primer, 2013 Grafik 2. Sikap Responden sebelum dan setelah Suscatin 81,5 100 100 18,5 50 0 0 Pretest Postest Positif 18,5 100 Negatif 81,5 0 Sumber: Data Primer, 2013 Tabel 2. Uji Perbedaan Pengetahuan Sebelum dan Sesudah Suscatin Pengetahuan Min Max Mean SD Ket. p Pre test 6 13 9,67 2,320 3,519 0,000 Post test 11 15 13,19 1,178 Sumber: Data primer, 2013 Tabel 3. Uji Perbedaan Sikap Sebelum dan Sesudah Suscatin Sikap Min Max Mean SD Ket. p Pre test 33 54 39,85 5,517 8,667 0,000 Post test 45 59 48,52 3,215 Sumber: Data primer, 2013 15