BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. 1970, kemudian dikukuhkan dan diatur di dalam Undang-Undang Nomor 10 tahun

BAB I PENDAHULUAN. miliar jiwa. Cina menempati urutan pertama dengan jumlah populasi 1,357 miliar

BAB 1 PENDAHULUAN. Sensus Penduduk tahun 2010 sebesar 237,6 juta jiwa dengan laju

1 BAB I PENDAHULUAN. pernyataan direktur eksekutif UNFPA Dr. Babatunde Osotimehin (Syarief, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). Jumlah AKI

I. PENDAHULUAN. penduduk Indonesia sebanyak jiwa dan diproyeksikan bahwa jumlah ini

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Program keluarga berencana merupakan salah satu program pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. besar dan berkualitas serta dikelola dengan baik, akan menjadi aset yang besar dan

BAB 1 PENDAHULUAN. diharapkan. Peningkatan partisipasi pria dalam KB dan kesehatan reproduksi

BAB 1 PENDAHULUAN. lebih besar menempatkan ibu pada risiko kematian (akibat kehamilan dan persalinan)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ledakan penduduk merupakan masalah yang belum terselesaikan sampai

BAB I PENDAHULUAN. pendekatan pengendalian populasi dan penurunan fertilitas menjadi kearah

BAB 1 PENDAHULUAN. telah disepakati dalam Dokument Millennium Declaration yang dituangkan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. (International Conference on Population and Development) tanggal 5 sampai

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam waktu 10 tahun. Jumlah penduduk dunia tumbuh begitu cepat, dahulu untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Upaya menurunkan hak-hak dasar kebutuhan manusia melalui Millenium

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan anggota keluarganya. Pada umumnya, apabila hal tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. bahwa angka kematian ibu (AKI) di Indonesia di tahun 2012 mengalami kenaikan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia diterjemahkan sebagai Tujuan Pembangunan Milenium yang

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari penyediaan fasilitas pendidikan, kesehatan, lapangan kerja, dan

BAB I PENDAHULUAN. jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi. Kontrasepsi

BAB I PENDAHULUAN. terhadap bayi premature (lahir muda) makin dapat diselamatkan dari kematian,

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka pertumbuhan penduduk yang tinggi merupakan salah satu masalah

BAB I PENDAHULUAN. jumlah anak dalam keluarga (WHO, 2009). Program KB tidak hanya

BAB 1 PENDAHULUAN. besar. AKI menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 yaitu

BAB I PENDAHULUAN. penghambat pengeluaran folicel stimulating hormon dan leitenizing hormon. sehingga proses konsepsi terhambat (Manuaba, 2002).

BAB 1 PENDAHULUAN. yang muncul di seluruh dunia, di samping isu tentang global warning, keterpurukan

BAB 1 PENDAHULUAN. Perbandingan karakteristik...,cicik Zehan Farahwati, FKM UI, 2009

BAB I PENDAHULUAN. sejalan dengan hasil kesepakan International Conference On Population and

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan telah, sedang dan akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah

ANALISA DAMPAK PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI TERHADAP TOTAL ANGKA KELAHIRAN DI PROVINSI MALUKU

BAB I PENDAHULUAN. 2010) dan laju pertumbuhan penduduk antara tahun sebesar 1,49% yang

BAB 1 PENDAHULUAN. jiwa. Menurut data Badan Pusat Statistik sosial didapatkan laju pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Masalah utama yang sedang dihadapi negara-negara yang sedang berkembang termasuk

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization) Keluarga Berencana adalah

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN KB VASEKTOMI TERHADAP PENGETAHUAN SUAMI DI DESA SOCOKANGSI KECAMATAN JATINOM KABUPATEN KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organisation) expert Committe 1970 :

BAB 1 PENDAHULUAN. Juli 2013 mencapai 7,2 miliar jiwa, dan akan naik menjadi 8,1 miliar jiwa pada tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. pertahun (Badan Pusat Statistik, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keluarga berencana merupakan upaya untuk mengatur jumlah anak

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah utama yang dihadapi Indonesia adalah di bidang kependudukan yaitu

BAB I PENDAHULUAN. dalam pelaksanaan hingga saat ini juga masih mengalami hambatan hambatan.

BAB 1 PENDAHULUAN. yang digunakan dengan jangka panjang, yang meliputi IUD, implant dan kontrasepsi

RINGKASAN SDKI 2007 PROVINSI SULAWESI BARAT

BAB 1 PENDAHULUAN. petugas membantu dalam memilih dan memutuskan jenis kontrasepsi yang akan

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah penduduk yang terus meningkat dan sumber daya alam yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional yang sangat penting dalam rangka mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. Delapan tujuan Millenium Development Goals (MDG s) telah disepakati

BAB I PENDAHULUAN. berkembang, termasuk Indonesia. Salah satu masalah kependudukan yang dihadapi

pemakaian untuk suatu cara kontrasepsi adalah sebesar 61,4% dan 11% diantaranya adalah pemakai MKJP, yakni IUD (4,2 %), implant (2,8%), Medis

BAB I PENDAHULUAN. Berencana Nasional tersebut dapat dilihat pada pelaksanaan Program Making

BAB I PENDAHULUAN. dan misi Program KB Nasional. Visi KB itu sendiri yaitu Norma Keluarga

BAB 1 PENDAHULUAN. keadaan stagnan yang ditandai dengan tidak meningkatnya beberapa indikator

BAB I PENDAHULUAN. Program Keluarga Berencana (KB) menurut Undang-Undang Nomor 10

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan. Realita yang ada saat ini masih banyak masyarakat yang belum bisa

BAB 1 PENDAHULUAN. (1969) yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. kualitas pelayanan kesehatan. Kematian ibu masih merupakan masalah besar yang

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk. Permasalahan yang sangat menonjol adalah jumlah penduduk yang

BAB I PENDAHULUAN. Negara dengan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia setelah Cina,

BAB I PENDAHULUAN. mulai menerapkan Program Keluarga Berencana Nasional pada tahun 1970

I. PENDAHULUAN. Penduduk adalah salah satu aspek terpenting dalam suatu Negara. Penduduk

BAB 1 PENDAHULUAN. kependudukan. Sejak 2004, program keluarga berencana (KB) dinilai berjalan

BAB I PENDAHULUAN. salah satu penyebab mendasar dari timbulnya berbagai masalah. Mulai dari

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mencapai 229 juta jiwa. Dimana terjadi peningkatan jumlah

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan "Keluarga Berkualitas 2015" adalah keluarga yang bertaqwa

BAB 1 PENDAHULUAN. namun kemampuan mengembangkan sumber daya alam seperti deret hitung. Alam

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan dan keterbelakangan melalui pendekatan kependudukan.

BAB I PENDAHULUAN. tidak disertai peningkatan kualitas hidupnya. Laporan BKKBN (2008)

BAB I PENDAHULUAN. Visi Keluarga Berencana Nasional adalah Keluarga Berkualitas. Keluarga yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. kependudukan, termasuk juga di Indonesia. Salah satu masalah yang di hadapi

BAB 1 PENDAHULUAN. sebab apapun yang berkaitan atau memperberat kehamilan diluar kecelakaan. Angka

I. PENDAHULUAN. Sudah enam puluh sembilan tahun Indonesia merdeka, telah banyak tindakantindakan

BAB I PENDAHULUAN. periode tahun yaitu 1,45%. Maka dari itu, pemerintah

Penerapan Kebijakan Jaminan Persalinan dalam Mendukung Pelayanan Keluarga Berencana

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penduduk merupakan modal dasar dalam mewujudkan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. laju pertumbuhan penduduk yang masih relatif tinggi. 1. Indonesia yang kini telah mencapai 237,6 juta hingga tahun 2010 menuntut

ANALISIS DATA KEPENDUDUKAN DAN KB HASIL SUSENAS

BAB I PENDAHULUAN. menempati posisi keempat di dunia setelah Cina, India, dan Amerika Serikat, dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara ke-5 di dunia dengan jumlah penduduk

BAB 1 PENDAHULUAN. yang muda, dan arus urbanisasi ke kota-kota merupakan masalah-masalah pokok

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kepadatan kependudukan di Indonesia merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN SIKAP SUAMI DALAM BER-KB DI DESA WONOREJO WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEDAWUNG I SRAGEN SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional, 2009).

GAMBARAN KELUARGA BERENCANA DAN KESEHATAN REPRODUKSI DI PROPINSI BENGKULU TAHUN 2007 (SURVEI DEMOGRAFI KESEHATAN INDONESIA 2007)

BAB I PENDAHULUAN. 248,8 juta jiwa dengan pertambahan penduduk 1,49%. Lajunya tingkat

BAB I PENDAHULUAN. kondom, suntikan, pil KB, susuk KB atau implan, intrauterine device (IUD),

BAB 1 PENDAHULUAN. setinggi-tingginya. Derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari berbagai

BAB I PENDAHULUAN. adalah pengendalian tingkat kelahiran dan usaha penurunan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. setelah Amerika, China, dan India. Jumlah penduduk Indonesia dari hasil Sensus

BAB I PENDAHULUAN. kualitas penduduk dan pengarahan mobilitas penduduk kedepan. Berdasarkan hasil

MATRIK LAPORAN MINI SURVEI PEMANTAUAN PUS PROVINSI BENGKULU TAHUN 2009

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. dihasilkan dalam International Conference of Population Development (ICPD) Cairo

I. PENDAHULUAN. atau pasangan suami istri untuk mendapatkan tujuan tertentu, seperti

KATA PENGANTAR. dr. Untung Suseno Sutarjo, M.Kes.

BAB 1 PENDAHULUAN berjumlah jiwa meningkat menjadi jiwa di tahun

MATRIK LAPORAN MINI SURVEI PEMANTAUAN PUS PROVINSI BENGKULU TAHUN 2009

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah umum dibidang kesehatan dan kependudukan sebagai mana diungkapkan Sunarto (2004), adalah masih tingginya kematian ibu dan bayi, jumlah penduduk yang besar dan laju pertumbuhan yang tinggi. Dewasa ini masyarakat Indonesia masih belum mendapatkan pelayanan keluarga berencana secara utuh. Masih banyak orang yang tidak mengetahui dan mendapatkan pelayanan kontrasepsi, dikarenakan kurang mengetahui sarana dan prasarana serta kurang tersedianya kontrasepsi. KB merupakan salah satu isu penting dari International Conference on Population and Development (ICPD) Plan of Action. Dinilai kurang berhasil maka beberapa isu pada ICPD diambil alih oleh Millennium Development Goals (MDG S), diantaranya yaitu isu mengenai program Keluarga berencana. Adapun salah satu kunci untuk mencapai tujuan pembangunan global MDG S adalah suksesnya program KB. Karena program KB dapat memberikan kontribusi terhadap delapan MDG s yang telah ditetapkan. Seperti mengentaskan masyarakat dari kemiskinan dan kelaparan, meningkatkan pendidikan dasar, meningkatkan kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan, meningkatkan kesehatan ibu, mengurangi kematian anak. Target lainnya adalah memerangi Human Immuno-Deficiency Virus/Acquired Immuno-Deficiency Syndrome (HIV/AIDS), malaria dan penyakit lainnya, menjamin kelestarian lingkungan, serta meningkatkan kemitraan internasional. Ancaman ledakan jumlah penduduk di Tanah Air kini semakin nyata, tercermin dari pesatnya pertumbuhan penduduk dalam beberapa tahun belakangan. Situasi kependudukan itu disebabkan oleh kesalahan dalam strategi pengendalian pertumbuhan penduduk. (http://www.ppk.lipi.go.id/informasi/ detil.?vnomer=499 - Minggu, 10-05-2009/15.50). Haryono Suyono mengemukakan, selama ini pengendalian pertumbuhan penduduk hanya difokuskan pada pasangan usia subur yang sangat miskin. Padahal,

jumlah mereka hanya sekitar 19 persen dari total jumlah pasangan usia subur di Indonesia. Selain itu distribusi akses pelayanan keluarga berencana (KB) dan pembiayaan yang sekarang tidak terfokus, menjadi pemicu ledakan penduduk di Indonesia (http://www.ppk.lipi.go.id/informasi/berita/berita_detil.asp?vnomer=499 - Minggu, 10-05-2009/15.50). Syarief (2009) mengatakan untuk Memerangi kemiskinan diantaranya dengan mengurangi pertumbuhan penduduk sebesar 50 persen pada 2015 yang jika tidak ditunjang dengan program KB akan sulit dicapai. Bila keluarga miskin memiliki banyak anak, akan muncul keluarga-keluarga miskin baru. Sebaliknya bila jumlah anak dalam keluarga miskin tidak bertambah dengan bantuan program pemberdayaan diharapkan seluruh keluarga miskin akhirnya bisa dientaskan. Selain memberikan kontribusi pada upaya pengurangan kemiskinan, program KB juga berperan besar untuk mencapai pengurangan angka kematian ibu (http://www.bkkbn.go.id/webs/ - Senin, 04 Mei 2009/ 10.10). Program keluarga berencana yang mengedepankan hak-hak reproduksi, pemberdayaan perempuan dan kesetaraan gender telah disepakati oleh semua negara pada Konferensi Kependudukan dan Pembangunan (ICPD) di Kairo tahun 1994. Hal ini tentu saja membawa konsekuensi kepada pelaksanaan program keluarga berencana di Indonesia yang memperhatikan ketiga hal penting tersebut. Sosialisasi mengenai hak-hak reproduksi dan kesetaraan gender menjadi kegiatan yang selalu menjadi perhatian dalam pelaksanaan program, demikian pula halnya dalam pelayanan keluarga berencana dan kesehatan reproduksi. Upaya pemberdayaan perempuan dimaksudkan agar perempuan mempunyai posisi tawar dan posisi setara dalam pengambilan keputusan KB dan kesehatan reproduksi. Hasil mini survey tahun 2005 menunjukkan bahwa prevalensi peserta KB di Indonesia adalah 66,2 %. Alat/cara KB yang dominan dipakai adalah suntikan (34 %) dan pil (17%) sedangkan yang lainnya, IUD 7%, implant/susuk KB 4%, MOW 2,6%, MOP 0,3 % dan kondom 0,6%. Angka prevalensi tertinggi dicapai oleh propinsi Bali (77%), Bengkulu (76%), DIY (75%), Jambi (74 %), Sulut (72%). Sedangkan angka prevalensi rendah ditempati oleh propinsi Papua (44%), NTT (47%) dan maluku

Utara (48%) (http://www.bkkbn.go.id/webs/detailhasilpenelitian.aspx?hpid=11 - Jumat, 17-04-2009/11.20). Pada tahun 2007, proporsi wanita usia 15-49 tahun yang berstatus kawin dan sedang menggunakan alat KB adalah sebesar 57,43%. Angka ini menurun dibandingkan dua tahun terakhir, pada tahun 2005 pemakaian alat KB sebesar 57,89% dan tahun 2006 sebesar 57,91% (Statistik Indonesia, 2008). Angka Kematian Ibu di Indonesia dewasa ini mencapai angka 307 per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini adalah yang tertinggi diseluruh negara ASEAN (Fadhillah, 2006). Menurut data Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001, 90 % penyebab kematian ibu karena adanya komplikasi dan 28 % diantaranya terjadi pendarahan dimasa kehamilan dan persalinan. Apabila dibandingkan dengan negara-negara ASEAN dan negara-negara maju, maka angka kematian ibu/maternal di Indonesia adalah sekitar 3-6 kali Angka Kematian Ibu (AKI) negara ASEAN dan lebih dari 50 kali AKI negara maju (Anonimus, 1996/1997). Disamping angka kematian ibu yang cukup tinggi, angka kelahiran bayi juga meningkat (baby booming). Hal ini tidak akan menjadi masalah jika kondisi ekonomi Negara baik. Kepala BKKBN menegaskan bahwa baby booming disebabkan berkurangnya pasangan usia muda yang ikut keluarga berencana. Saat ini kurang dari 40 persen pasangan usia muda yang mengikuti program KB. Setiap tahunnya akan terjadi kelahiran di atas 5 juta bayi. Sehingga dapat dihitung beban negara setiap tahunnya akibat meningkatnya keluarga miskin. Parwieningrum (2002) mengungkapkan beberapa alasan masih rendahnya program KB, diantaranya karena masalah gender. Pelaksanaan program KB masa lalu lebih diarahkan untuk mengatasi tingginya angka kematian ibu sehingga ibu menjadi sasaran pokok program. Terbatasnya sarana pelayanan pria, hanya 4% tempat pelayanan KB yang melayani pria (Wibowo, 2002). Rendahnya pngetahuan pria tentang KB (39% pria yang mengetahui vasektomi dan lebih dari 88% mengetahui metode KB bagi perempuan, serta anggapan bahwa KB adalah urusan perempuan) dan kesehatan reproduksi, antara lain karena masih sangat terbatasnya informasi tentang kontrasepsi pria dan kesehatan reproduksi. Peserta KB pria baru mencapai

1,3% dari total 58,3% peserta KB. Terbatasnya jenis kontrasepsi pria (kondom dan vasektomi) juga menjadikan pria enggan untuk menjadi peserta KB (http://prov.bkkbn.go.id/gemapria/article-detail.php?artid=36 - Jumat, 17-04-2009/ 11.50). Ada berbagai macam sistem KB yang ditawarkan baik dengan metode modern seperti pil KB, suntikan atau implant/susuk, IUD atau spiral, maupun dengan metode alami, seperti metode kalender, metode suhu badan basal, metode lendir serviks, metode simto-termal, coitus interuptus (senggama terputus), metode amenorea laktasi (MAL). Sistem kalender merupakan sebuah metode KB alamiah (KBA) yang paling tua. Dr. Knaus, seorang ahli kebidanan dari Vienna dan Dr. Ogino, ahli ginekologi dari Jepang adalah pencetus KBA sistem kalender (Notodiharjo, 2002). KB alami dalam masa menyusui disebut dengan metode amenore laktasi (MAL). Menyusui secara eksklusif, merupakan suatu metode kontrasepsi sementara yang cukup efektif, selama ibu pasca persalinan belum mendapat haid. Waktunya kurang dari 6 bulan pasca persalinan. Efektivitas MAL dapat mencapai 98 % bila ibu menyusui lebih dari 8 kali sehari dan bayi mendapat cukup asupan perlaktasi setiap kali menyusui (jambi independent online) (http://prov.bkkbn.go.id/gemapria/article-detail.php?artid=49 - Jumat, 17-04- 2009/11.43). Ketika Indonesia mengalami krisis, program KB mengalami penurunan. Di samping itu desentralisasi pemerintahan juga berdampak negatif terhadap keluarga berencana. Setelah bantuan Amerika sempat terhenti sejak tahun 2003, alat kontrasepsi tidak lagi mudah diperolah. Hal tersebut berdampak pada penurunan kinerja pelayanan KB, sehingga perlu dipikirkan cara KB tanpa alat kontrasepsi sebagai alternatif untuk menjaga tidak meningkatnya laju pertumbuhan dengan caracara KB non alat kontrasepsi, seperti metode operasi (MOP/MOE) dan cara KB alami. Terdapat tiga aspek atau faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang menggunakan KB yaitu informasi/pengetahuan, ketersediaan alat/cara, dan layanan KB. Ketiga aspek itu harus berjalan paralel dan seimbang. Berdasarkan ketentuan ini,

belum terlihat apakah mengendurnya program KB nasional karena aspek informasi, ketersediaan alat/cara, dan layanan KB atau kombinasi ketiganya (Watson, 1982). Hasil Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2002 2003 menunjukkan bahwa 57% wanita pernah kawin dan 60% wanita kawin sedang menggunakan kontrasepsi. 54% wanita pernah kawin dan 57% wanita kawin menggunakan metode modern sedangkan yang menggunaan alat atau cara tradisional/alami hanya 3% dari wanita pernah kawin dan 4% wanita kawin saat ini menggunakan alat atau cara KB tradisional/alami. Menurut hasil SDKI 2002 2003 tersebut, secara umum proporsi wanita pernah kawin dan berstatus kawin yang pernah memakai cara KB tradisional atau alami hanya 9%. 5% wanita pernah kawin dan berstatus kawin pernah menggunakan senggama terputus, dan 4% wanita dalam kedua kelompok itu pernah memakai pantang berkala (Demografi Indonesia, 2002 2003). Kerapkali orang berpikir bahwa KBA tidak efektif. Sesungguhnya, apabila diterapkan dengan benar, Keluarga Berencana Alami nyaris 100% efektif dengan tingkat kehamilan 0.004 (Departemen Kesehatan, Pendidikan dan Kesejahteraan Amerika Serikat (1978)) dibandingkan denga pil yang adalah 97 persen efektif, atau kondom yang 79-88 persen efektif (Saunders, 2003) (dikutip oleh Yesaya: www.indocell.net/yesaya atas ijin The Arlington Catholic Herald. - 21-04- 2009/10.00). Berdasarkan ketersediaan alat, kenyataan yang ditemukan adalah hanya 19% dari klien memperoleh informasi tentang efek samping kontrasepsi. Sedangkan yang memperoleh informasi tentang kontrasepsi alternatif hanya 27% (Junaedi, 2004) (http://www.bkkbn.go.id/webs/detailrubrik.aspx?myid=2503 - Jumat,17-04- 2009/20.14). Selain itu Penelitian Johnson, dkk (1978), selama satu tahun di Sydney menunjukkan bahwa efektifitas KBA naik tiga kali lipat ketika pasangan suami istri memakai KBA dengan metode Sympto-Thermal (http://prov.bkkbn.go.id/gemapria/article-\l.php?artid=49-jumat,17-04-2009/11.43).

Adapun salah satu kelompok sasaran ialah generasi muda terpelajar yaitu mahasiswi, dengan alasan dalam usia muda mereka rentan untuk hamil, sementara dewasa ini usia menikah muda cenderung meningkat. Alasan lain yang mendasari yaitu mahasiswi sebagai kelompok terpelajar dapat menjadi model bagi generasi muda lainnya sehingga perilaku mereka mungkin ditiru atau di adopsi oleh kelompok sebaya mereka, maupun baik yang tidak sekolah & bekerja (pengangguran), bekerja atau bahkan yang sudah menikah. Rendahnya akses terhadap alat/ metode KB ditambah meningkatnya gaya hidup seks bebas mengharuskan perlunya para perempuan muda mengetahui cara-cara KB alternatif termasuk didalamnya KB alami. 1.2 Rumusan Masalah Dari latar belakang diatas terlihat bahwa tingkat penggunaan metode KB alami pada masyarakat masih rendah. Hasil SDKI 2002 2003 bahwa dari 60% wanita kawin hanya 4% yang menggunakan metode KB alami, diperkirakan banyak wanita yang belum menikah yang belum mengetahui metode KB alami. Sesungguhnya apabila diterapkan dengan benar, KBA nyaris 100% efektif dengan tingkat kehamilan 0,004 (Departemen Kesehatan, Pendidikan dan Kesejahteraan Amerika Serikat (1978)). Oleh karena itu KB alami dapat bermanfaat apabila alat kontrasepsi sulit dipenuhi atau tidak tersedia, dan bagi pasangan atau mereka yang tidak mau atau tidak dapat menggunakan alat kontrasepsi dikarenakan seuatu hal. Berdasarkan hal tersebut diatas, ingin diketahui bagaimana pengetahuan dan sikap masyarakat dewasa ini mengenai metode KB alami tahun 2009. Sesuai dengan alasan tersebut, sebagai penelitian awal dilakukan terhadap mahasiswi akademi kebidanan sebagai wanita generasi muda terpelajar yang nantinya menjadi ujung tombak tenaga kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan reproduksi di masyarakat. 1.3 Pertanyaan penelitian 1. Bagaimana gambaran karakteristik mahasiswi akademi kebidanan terhadap

2. Bagaimana gambaran pengetahuan mahasiswi akademi kebidanan terhadap 3. Bagaimana gambaran sikap mahasiswi akademi kebidanan terhadap 4. Bagaimana hubungan pengetahuan mahasiswi akademi kebidanan terhadap 5. Bagaimana hubungan sikap mahasiswi akademi kebidanan terhadap 1.4 Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan Umum Mengetahui hubungan faktor-faktor karakteristis, pengetahun, dan sikap dengan pandangan mahasiswi akademi kebidanan pada satu Universitas di Indonesia terhadap KB Alami. 1.4.2 Tujuan Khusus 1. Diketahui gambaran karaktreristik responden. 2. Diketahui gambaran pengetahuan responden tentang KB alami. 3. Diketahui gambaran sikap responden tentang KB alami. 4. Diketahui hubungan pengetahuan dengan pandangan responden tentang KB alami. 5. Diketahui hubungan sikap dengan pandangan responden tentang KB alami. 1.5 Manfaat Penelitian 1. Menambah informasi tentang KB umumnya dan khususnya terhadap pengetahuan masyarakat tentang metode KB alami dewasa ini. 2. Menambah ilmu pengetahuan melalui penemuan atau hasil penelitian, dan cara-cara atau metode penelitian.

3. Memberi tambahan informasi kepada calon pengguna metode KB alami tentang alternatif cara ber KB. 4. Memberikan informasi yang dapat dijadikan masukan bagi pengelola program keluarga berencana, tentang fakta mengenai perilaku masyarakat tentang KB alami. 1.6 Ruang Lingkup Penelitian Masalah yang akan diteliti adalah mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan pandangan terhadap metode KB alami. Penelitian dilakukan terhadap mahasiswi akademi kebidanan, sebagai wanita generasi muda terpelajar yang dapat menjadi contoh bagi wanita pada umumnya, karena mereka adalah ujung tombak tenaga kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan dan reproduksi. Penelitian yang dilakukan berupa survey (desain non eksperimental). Dilakukannya penelitian tentang pengetahuan dan sikap mengenai penggunaan metode KB alami dikarenakan akhir-akhir ini belum pernah ada penelitian serupa.