BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB III PENGGUNAAN QIYAS SEBAGAI MANHAJ YANG DIGUNAKAN. Permasalahan tentang status kemahraman anak hasil in-vitro fertilization

studipemikiranislam.wordpress.com RUANG LINGKUP AJARAN ISLAM

Etimologis: berasal dari jahada mengerahkan segenap kemampuan (satu akar kata dgn jihad)

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan kehidupan sehari-hari setiap individu memiliki kepentingan

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI PEMBAYARAN DENGAN CEK LEBIH PADA TOKO SEPATU UD RIZKI JAYA

Sumber sumber Ajaran Islam

Mudharabah Musytakarah

Khutbah Jum'at. Hukum & Bahaya Minuman Keras. Bersama Dakwah 1

BAB I PENDAHULUAN. seluruh alam, dimana didalamnya telah di tetapkan ajaran-ajaran yang sesuai

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN

ija>rah merupakan salah satu kegiatan muamalah dalam memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. baik secara individu maupun dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam kehidupan seharihari

BAB I PENDAHULUAN. dan keadaan, mengangkat dan menghilangkan segala beban umat. Hukum

BAB I PENDAHULUAN 280. h Sulaiman Rasyid, Fiqih Islam, (Bandung: Sinar Baru algensindo, 2013), h.

KAIDAH FIQHIYAH. Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. saling mengisi dalam rangka mencukupi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Semakin

5 Oktober 2011 AAEI ITB K-07

BAB IV SUMUR DENGAN SISTEM BORONGAN DI DESA KEMANTREN KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada hakikatnya Allah menciptakan manusia di dunia ini tidak lain

Konversi Akad Murabahah

BAB I PENDAHULUAN. tidak mau seorang manusia haruslah berinteraksi dengan yang lain. Agar kebutuhan

A. Pengertian Fiqih. A.1. Pengertian Fiqih Menurut Bahasa:

BAB IV ANALISIS DATA A. Tata Cara Pelaksanaan Sulam Alis di Salon kecantikan Evi Beauty Galery Bandar Lampung

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI BARANG SERVIS DI TOKO CAHAYA ELECTRO PASAR GEDONGAN WARU SIDOARJO

BAB III PROSES IJMA MENURUT ABDUL WAHAB KHALLAF DAN PROSES PENETAPAN HUKUM DALAM KOMISI FATWA MUI

BAB I PENDAHULUAN. lain, supaya mereka tolong-menolong, tukar-menukar keperluan dalam segala urusan

Ushul Fiqh SUMBER SUMBER HUKUM ISLAM

BAB III ANALISIS PASAL 209 KHI TENTANG WASIAT WAJIBAH DALAM KAJIAN NORMATIF YURIDIS

BAB IV ANALISIS DATA

Membaca Sebagian Al-Quran Dalam Khutbah Jum'at

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK JUAL BELI EMAS DI TOKO EMAS ARJUNA SEMARANG

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN HADIAH JALAN SEHAT DARI HASIL PENJUALAN KUPON. Kupon Di Desa Made Kecamatan Sambikerep Surabaya

BAB IV ANALISIS DATA. Yogyakarta, 2008, hlm Dimyauddin Djuwaini, Pengantar fiqh Muamalah, Gema Insani,

Landasan Sosial Normatif dan Filosofis Akhlak Manusia

Kerangka Dasar Agama dan Ajaran Islam

BAB IV ANALISIS SADD AL-DH>ARI< AH TERHADAP JUAL BELI PESANAN MAKANAN DENGAN SISTEM NGEBON OLEH PARA NELAYAN DI DESA BRONDONG GANG 6 LAMONGAN

Pedoman Umum Asuransi Syariah

BAB IV. pembiayaan-pembiayaan pada nasabah. Prinsip-prinsip tersebut diperlukan

BAB IV ANALISIS APLIKASI PEMBERIAN UPAH TANPA KONTRAK DI UD. SAMUDERA PRATAMA SURABAYA

UAS Ushul Fiqh dan Qawa id Fiqhiyyah 2015/2016

B A B I P E N D A H U L U A N. Puasa di dalam Islam disebut Al-Shiam, kata ini berasal dari bahasa Arab

BAB I PENDAHULUAN. diwajibkan antara satu sama lain untuk saling tolong menolong karena untuk. sendiri, adakalanya meminta bantuan orang lain.

BAB IV ANALISIS MENGENAI PANDANGAN IMAM SYAFI I TENTANG STATUS WARIS ANAK KHUNTSA MUSYKIL

Dan tolong-menolonglah dalam (mengerjakan) kebajikan dan taqwa dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertaqwalah kamu kep

BAB I PENDAHULUAN. Abdurrahman, Masalah Perwakafan Tanah Milik dan Tanah Wakaf di Negara Kita, Alumni, Bandung, 2000, hlm. 2. 2

Perundangan Zaman Rasulullah. Prinsip2 Asas Perundangan Islam:

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PREKTEK ARISAN DI KOPERASI MITRA BAHAGIA DINOYO DEKET LAMONGAN

BAB IV ANALISIS HEDGING TERHADAP KENAIKAN HARGA BAHAN BAKAR MINYAK-BBM DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB II PEMBAHASAN TENTANG MASLAHAH

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP MEKANISME JUAL BELI IKAN LAUT DALAM TENDAK

BAB IV ANALISIS MENURUT EMPAT MAZHAB TERHADAP JUAL BELI CABE DENGAN SISTEM UANG MUKA DI DESA SUMBEREJO KECAMATAN BANYUPUTIH KABUPATEN SITUBONDO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KASUS TAUKIL WALI NIKAH VIA TELEPON

SUMBER SUMBER HUKUM ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. 1 Rachmad Syafei, Ilmu Usul Fiqh, Pustaka Setia, Bandung, 1999, hlm. 283.

BAB IV ANALISIS TERHADAP PELASANAAN AKAD MUDH ARABAH PADA SIMPANAN SERBAGUNA DI BMT BISMILLAH SUKOREJO

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT telah menjadikan manusia masing-masing saling. membutuhkan satu sama lain, supaya mereka saling tolong menolong, tukar

BAB IV ANALISIS MAS{LAH{AH MURSALAH TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI JANGKRIK DENGAN SISTEM PERKIRAAN DI DESA KACANGAN KECAMATAN ANDONG KABUPATEN BOYOLALI

4. Firman Allah SWT QS. al-baqarah [2]: 275: &$!%#*#$ 234 +#,-.,(/01 '() )5'(2%6.789:;<= & #AB7CDE3" Orang yang makan (mengambil) riba ti

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP OPERASIONALISASI DANA DEPOSITO DI BNI SYARI AH CAB. SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. Abdullah Al-Mushlih, Fiqh Ekonomi Keuangan Islam, Darul Haq, Jakarta, 2004, hlm.90.

Riba, Dosa Besar Yang Menghancurkan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD JASA PENGETIKAN SKRIPSI DENGAN SISTEM PAKET DI RENTAL BIECOMP

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KENAIKAN DENGAN SISTEM BON DI WARKOP CAHYO JAGIR SURABAYA

LAPORAN AGAMA K-07. Hukum dan HAM dalam Islam. Kelompok 3.a. Anngota kelompok: Kartika Trianita Zihnil Adha Islamy Mazrad

SILABUS PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNISNU JEPARA TAHUN 2015

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP JAMINAN HUTANG BERUPA AKTA KELAHIRAN ANAK DI DESA WARUREJO KECAMATAN BALEREJO KABUPATEN MADIUN

Pendidikan Agama Islam

Al-Qur an Al hadist Ijtihad

BAB IV. A. Mekanisme Penundaan Waktu Penyerahan Barang Dengan Akad Jual Beli. beli pesanan di beberapa toko di DTC Wonokromo Surabaya dikarenakan

Halal Guide.INFO - Guide to Halal and Islamic Lifestyle

BAB IV PEMERIKSAAN KESEHATAN PRANIKAH (PREMARITAL CHECK UP) DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

HUKUM MENGENAKAN SANDAL DI PEKUBURAN

BAB III KEJAHATAN TINDAK PIDANA NARKOTIKA DALAM HUKUM ISLAM. langsung di dalam Al-Qur an maupun dalam Sunnah. Dalam Al-qur an hanya

BAB I PENDAHULUAN. Hal tersebut sebagaimana dijelaskan Allah SWT

BAB IV ANALISIS A. Pelaksanaan Pembayaran Upah Buruh Tani Oleh Pemberi Kerja

SUMBER AJARAN ISLAM. Erni Kurnianingsih ( ) Nanang Budi Nugroho ( ) Nia Kurniawati ( ) Tarmizi ( )

BAB I PENDAHULUAN. sendi kehidupan manusia termasuk masalah ekonomi. Kegiatan perekonomian

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG JUAL BELI SUKU CADANG MOTOR HONDA DI DEALER HONDA CV. SINARJAYA KECAMATAN BUDURAN KABUPATEN SIDOARJO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK AKAD UTANG PIUTANG BERHADIAH DI DESA SUGIHWARAS KECAMATAN CANDI KABUPATEN SIDOARJO

IMA>MIYAH TENTANG HUKUM MENERIMA HARTA WARISAN DARI

Halal Guide.INFO - Guide to Halal and Islamic Lifestyle

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK GADAI TANAH SAWAH DI DESA ULULOR KECAMATAN PRACIMANTORO KABUPATEN WONOGIRI

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP IMPLEMENTASI PENETAPAN TARIF JASA ANGKUTAN UMUM BIS ANTAR KOTA/PROVINSI SURABAYA-SEMARANG

A. Analisis Terhadap Praktek Perubahan Harga Secara Sepihak dalam Jual Beli Rak Antara. Produsen dan Pedagang Pengecer di Jalan Dupak No. 91 Surabaya.

KONSEP RIBA SESI III ACHMAD ZAKY

1. Tentang firman Allah: Orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan kepada Tuhan mereka

BAB I PENDAHULUAN. Manusia pada umumnya dilahirkan seorang diri, namun demikian

EKONOMI SYARIAH PERTEMUAN KE LIMA

Halal Guide.INFO - Guide to Halal and Islamic Lifestyle

Halal Guide.INFO - Guide to Halal and Islamic Lifestyle

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KONTRAK OPSI SAHAM DI BURSA EFEK INDONESIA SURABAYA

Halal Guide.INFO - Guide to Halal and Islamic Lifestyle

BAB IV ANALISIS DATA. A. Aplikasi Penarikan dan Penyaluran Uang Kembalian Untuk Program Donasi Pada Alfamart Prasanti II Bandar Lampung

BAB III ANALISIS. Pada dasarnya hukum islam tidak memberatkan umatnya. Akan tetapi

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG. dan ia merupakan salah satu bentuk dari yakni suatu usaha

BAB I PENDAHULUAN. manusia lain. Dalam kehidupan sehari-hari manusia pasti saling. memenuhinya sendiri, sehingga memerlukan orang lain.

BAB IV DASAR PERTIMBANGAN MAHKAMAH AGUNG TERHADAP PUTUSAN WARIS BEDA AGAMA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV ANALISIS KETENTUAN KHI PASAL 153 AYAT (5) TENTANG IDDAH BAGI PEREMPUAN YANG BERHENTI HAID KETIKA MENJALANI MASA IDDAH KARENA MENYUSUI

HUKUM PIDANA TRANSNASIONAL. Dr Trisno Raharjo, S.H. M.Hum

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sepanjang riwayat yang sampai kepada kita bahwa qiyas itu diberikan kepada Nabi saw, dan disamping itu ada pula beberapa riwayat yang sampai kepada kita, bahwa qiyas dalam urusan agama itu dilarang oleh Nabi saw. Qiyas sebagai sumber hukum terletak pada urutan keempat setelah al quran, sunnah, ijma. Ini mengandung pengertian bahwa qiyas baru bisa dipergunakan jika tidak diperoleh ketetapan hukum dalam tigas umber yang mendahuluinya. Dengan kata lain, qiyas dipergunakan dalam keadaan terpaksa. Jadi, ada syarat yang harus dipenuhi sebelum qiyas dijadikan hujjah syariyah. Itupun harus di catat pula, bahwa qiyas sama sekali tidak bisa digunakan dalam masalah ibadah, apalagi ibadah badaniyah atau untuk menetapkan hukum halal-haram. Menggunakan qiyas sebagai sumber hukum dalam masalah-masalah yang bukan ibadah, para ulama berselisih pendapat. Ada yang menerima dan ada yang menolak.bagi ulama yang menerima, sepakat bahwa qiyas baru digunakan jika tidak diperoleh ketetapan hukum dari tiga sumber yang mendahuluinya. B. Rumusanmasalah 1. Apa pengertian qiyas? 2. Apa syarat-syarat hukum? 3. Apa saja rukun qiyas? 4. Apa saja macam qiyas? 1

BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Qiyas Secara harfiyah qiyas bermakna mengukur atau memastikan panjang, berat atau kualitas sesuatu. Itulah mengapa skala disebut dengan miqyas. Dari segi teknis qiyas merupakan perluasan nilai syariah yang dalam kasus asal. Kepada kasus baru karena yang disebut terakhir mempunyai illat yang sama dengan yang disebut pertama. Kasus asal ditentukan oleh nash yang ada dan qiyas berusaha memperluas ketentuan tekstual tersebut kepada kasus yang baru. Dengan adanya kesamaan illat antara kasus asal dan kasus baru, maka penerapan qiyas mendapat justifikasi. Pemakaian analogi hanya dibenarkan apabila jalan keluar dari kasus baru tidak ditemukan dalam al-quran, sunnah atau ijma yang tergolong qhat i. Akan menjadi sia-sia untuk menggunakan qiyas apabila kasus yang baru dapat terjawab oleh ketentuan yang telah ada. Hukum dapat dideduksi dari salah satu sumber melalui penerapan qiyas. Menurut istilah, banyak rumusan para ulama antara lain : 1 a. Menurut shadr al-syari ah, qiyas adalah memberlakukan hukum asal pada hukum cabang disebabkan kesatuan Illat yang tidak dapat dicapai melalui pendekatan bahasa saja. b. Menurut mayoritas ulama syafi iyah, qiyas adalah membawa hukum yang belum diketahui kepada hukum yang diketahui dalam rangka menetapkan hukum keduanya, atau meniadakan hukum bagi keduanya, disebabkan sesuatu yang menyatukan keduanya,baik hukum maupun sifatnya. c. Menurut Wahbah al-zuhaili, qiyas adalah menyamakan kasus yang belum ada ketetapan hukumnya berdasarkan nash kepada kasus yang 1 Suwarjin. Ushul fiqih. Yogyakatra: Teras. 2012. Hlm. 75-76 2

sudah ada ketetapan hukumnya berdasarkan nash, disebabkan kesatuan illat hukum diantara keduanya. Dari definisi-definisi di atas, ulama klasik dan kontemporer sepakat bahwa penetapan hukum melalui Qiyas bukanlah penetapan hukum yang utama sebagaimana seperti Alquran, melainkan hanya menyingkap dan menjelaskan hukum saja. Penyingkapan yang dimaksud dilakukan melalui penelitian terhadap illat yang terdapat pada asal dan cabang. Misalnya, untuk mengetahui hukum minuman bir, dapat dilakukan melalui penelitian terhadap kandungannya. Kalau ternyata terdapat zat yang memabukan, maka hukum meminum khamr, yaitu haram, sebab terdapat kesamaan illat diantara keduannya, yaitu memabukan. B. Syarat- Syarat hukum Hukum adalah ketentuan seperti perintah dan larangan yang dikeluarkan oleh al qur an sunnah, dan ijma dan qiyas berusaha memperluasnya kepada kasus yang baru agar menjadi dasar yang sah dari qiyas hukum harus memenuhi syarat berikut: 2 a. Ia harus merupakan ketentuan syar i yang bersifat praktis, qiyas hanya dapat diusahakan apabila ada hukum dalam sumber-sumber. b. Hukum itu harus berlaku, berarti ia tidak dihapus jadi validasi hukum yang akan diperluas dengan qiyas tidak boleh menjadi masalah yang diperselisihkan. c. Hukum itu harus rasional, dalam pengertiannya bahwaakal manusia mampu memahami alasan atau sebab penerapannya atau ilatnya telah ditentukan secara jelas didalam nash. d. Syarat dari hukum bahwa ia tidak dibatasi oleh situasi keadaaan tertentu. 2 Muhammad Hashim Kamali. Prinsip dan Teori-teori Hukum Islam (Ushul al-fiqh). Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 1996. Hlm. 262-265. 3

e. Hukum nash tidak mmenunjukkan adanya penyimpangan dari ketentuaan umum qiyas. C. Rukun Qiyas Dari pengertian qiyas yang dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa unsure pokok (rukun) qiyas terdiri atas empat unsur, yaitu : 3 a. Ashl (pokok), yaitu suatu peristiwa yang sudah ada nash-nya yang dijadikan tempat mengqiyaskan. Ini berdasarkan pengertian ashl menurut fuqoha. Sedangkan ashl menurut hukum teologi adalah suatu nashsyara yang menunjukan ketentuan hukum, dengan kata lain, suatu nash yang menjadikan dasar hukum. b. Far u (cabang) yaitu peristiwa yang belum ada nashnya. Far u itulah yang dikehendaki untuk disamakan hukumnya dengan ashl. c. Hukum ashl yaitu hukum syara yang ditetapkan oleh suatu nash. d. Illat yaitu suatu sifat yang terdapat pada ashl. Dengan adanya sifat itulah, ashl mempunyai suatu hukum dan dengan sifat itu pula terdapat cabang, sehingga hukum cabang itu disamakanlah dengan hukum ashl. D. Macam-macam Qiyas Pembagian Qiyas dapat dilakukan dengan melihat beberapa aspek yang terdapat didalamnya, antara lain : 4 a. Dari segi kekuatan illat yang terdapat pada ashl dan cabang, qiyas dibagi menjadi tiga, yaitu : 1) Qiyas Aulawi, yaitu qiyas dimana illat yang terdapat pada far u lebih kuat disbanding kan illat yang terdapat pada Ashl, seperti mengqiyaskan keharaman memukul orang tua dengan keharaman 3 Rachmat Syafi i. Ilmu ushul fiqih. Bandung: CV Pustaka setia. 2010. Hlm. 87-88 4 Suwarjin. Ushul fiqih. Yogyakarta: Teras. 2012. hlm 77-78 4

berkata ahh dan membentak kepadanya. Seperti pada surat al-israa ayat 23..Artinya : Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara keduanya atau Kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya Perkataan "ahh" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka Perkataan yang mulia. Illatnya adalah sama-sama menyakitkan. Tetapi pada kasus memukul orang tua illat (menyakitkannya) lebih kuat di banding illat (menyakitkannya) pada kasus berkata ahh. 2) Qiyas Musawi, yaitu qiyas dimana illat hukum yang terdapat pada far u sama kuatnya dengan illat yang terdapat pada ashl. misalnya, mengqiyaskan keharaman membakar harta anak yatim dengan keharaman memakan harta anak yatim. Seperti pada surat an-nisaa ayat 2. Artinya : Dan berikanlah kepada anak-anak yatim (yang sudah balig) harta mereka, jangan kamu menukar yang baik dengan yang buruk dan jangan kamu Makan harta mereka bersama hartamu. Sesungguhnya tindakan-tindakan (menukar dan memakan) itu, 5

adalah dosa yang besar. Illat hukum pada kedua kasus ini sama jenisnya, yaitu sama-sama memusnahkan harta anak yatim dan sama kuatnya. 3) Qiyas Adna, yaitu qiyas dimana illat yang terdapat pada far u lebih lemah di bandingkan illat yang terdapat pada ashl. Misalnya, mengqiyas-kan apel kepada gandum dalam menetapkan berlakunya riba fadhli dalam hal tukar menukar barang sejenis. illatnya adalah samasama makanan. b. Dari segi kejelasan illat, qiyas dibagi menjadi dua, yaitu : 1) Qiyas Jali, yaitu qiyas yang illat hukumnya ditetapkan di dalam nash bersamaan dengan penetapan hukum pada ashl atau illat tersebut tidak ditetapkan di dalam nash, namun titik perbedaan antara ashl dan far u dapat dipastikan tidak ada pengaruhnya. Contoh bentuk pertama seperti mengqiyaskan memukul orang tua dengan perkataan ahh. Sedangkan bentuk kedua seperti mngqiyasakan perempuan kepada laki-laki dalam hal kebolehan mengqoshor saat dalam perjalanan. Karena, meskipun terdapat perbedaan jenis kelamin namun perbedaan tersebut dapat dikesampingkan. Qiyas Jali meliputi qiyas Aulawi dan qiyas Musawi. 2) Qiyas Khafi, yaitu qiyas yang illat hukumnya tidak disebutkan di dalam nash, tetapi di nisbatkan dari hukum ashl yang memungkinkan kedudukan illatnya bersifat zhonni. Misalnya, mengqiyaskan pembunuhan dengan benda berat kepada pembunuhan dengan benda tajam secara melawan hukum. illat ini lebih jelas kedudukannya pada ashl dibandingkan kedudukan pada far u. yang termasuk qiyas Khafi adalah qiyas Adna. 6

Untuk lebih paham tentang penerapan tentang qiyas tentu harus lebih di tambah contoh-contoh penerapanya. Berikut contoh qiyas syara dan qiyas buatan : 5 1. Minum khamar adalah suatu peristiwa yang hukumnya telah ditetapkan dengan nash, yaitu haram. Ditunjukan oleh firmanallah Swt dalam surat Al-Maidah ayat 90. Artinya : Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah Termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan. Dengan illat memabukkan. Maka semua hasil perasan (minuman) yang mempunyai illat memabukan, hukumnya disamakan dengan khamar dan haram diminum. 2. Pembunuhan ahli waris terhadap yang mewariskan adalah peristiwa yang hukumnya telah ditetapkan dengan nash, yaitu terhalangnya si pembunuh untuk mendapatkan hak waris. Ditunujkan oleh sabda nabi SAW. اليرث القل seorang pembunuh tidak dapat harta warisan (dari yang dibunuh), dengan illat bahwa pembunuhan itu memajukan sesuatu sebelum waktunya, maka tujuan itu ditolak dan dihukum dengan tidak mendapat bagian waris. Pembunuhan pemberi wasiat oleh yang menerima wasiat memiliki illat ini, sehingga 5 Abdul Wahhab khallaf. Ilmu Ushul Fikih. Jakarta : Pustaka Amani. 2003. hlm. 65-67 7

hukumnya disamakan dengan pembunuhan yang mewariskan oleh ahli waris, dan pembunuhan (penerima wasiat) tidak mendapat bagian yang diwasiatkan dari orang yang bewasiat. 3. Jual beli pada saat adzan hari jum at adalah peristiwa yang hukumnya ditetapkan dengan nash, yaitu makruh. Ditunjukan oleh firman Allah swt dalam surat Al-jumuah ayat 9. Artinya : Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jum'at, Maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. karena ada illat kesibukan yang melupakan shalat. Sewa menyewa, gadai, atau akad muamalah apa saja pada saat adzan shalat jum at memiliki illat ini, yaitu kesibukan yang melupakan shalat, maka hukum akad-akad tersebut disamakan dengan jual beli dan makruh dilakukan pada saat adzan shalat. 8

BAB III KESIMPULAN Setelah pembahasan diatas, kita dapat menarik kesimpulan bahwa qiyas merupakan ukuran dan megetahui ukuran sesuatu, atau sama dengan menyamakan sesuatu dengan yang lain. Sedangkan qiyas menurut istilah adalah bukanlah merupakan penetapan hukum dari awal sebagaimana nash, melainkan hanya menyingkap dan menjelaskan hukum saja. Kemudian terjadi perbedaan pendapat tentang kebolehan menggunakan qiyas. Hal ini dikarenakan terjadi perbedaan pendapat diantara para ulama manzab fiqh. Tentu qiyas dapat dijadikan alat untuk menentuka hukum yang belum diketahui menurut Iman Syafi i. Melalui beberapa langkah sehingga suatu permasalahan dapat ditemukan hukumnya untuk kemaslahatan umat. 9

Daftar Pustaka Syafe i, Rachmat. 2010. Ilmu Ushul Fiqih. Bandung: CV Pustaka Setia. Kamali, Muhammad Hashim. 1996. Prinsip dan Teori-teori Hukum Islam (Ushul al- Fiqh). Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Khallaf, Abdul Wahhab. 2003. Ilmu Ushul Fikih. Jakarta: Pustaka Amani. Suwarjin. 2012. Ushul Fiqh. Yogyakarta: Teras. 10