BAB III PENUTUP. II tersebut diatas, maka penulis menarik kesimpulan yaitu:

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-Undang Dasar Pasal 1 angka 3 UUD 1945 merumuskan

BAB I PENDAHULUAN. fungsi dan wewenang, sebagai suatu organisasi yang baik dan kuat memiliki

BAB III PENUTUP. Berdasarkan uraian dari pembahasan di atas maka dapat diberi kesimpulan,

BAB III PENUTUP. sebagai jawaban atas permasalahan, yaitu : Klaten, antara lain adalah :

UNIVERSITAS ATMAJAYA YOGYAKARTA FAKULTAS HUKUM 2009

VI / MPR / 2000 dan TAP MPR-RI No. VII / MPR / 2000 telah memisahkan Polri dari TNI dan meletakkan fungsi Polri

Bab III. Penutup. dalam penulisan hukum/skripsi ini sebagai berikut:

DATA PIRANTI LUNAK BAGIAN SUMBER DAYA MANUSIA POLRES LOMBOK TENGAH TAHUN 2016 JENIS NOMOR / TAHUN TENTANG JUMLAH KET MABES POLRI / KAPOLRI

Bab III PENUTUP. internal Bidpropam Polda DIY belum dilaksanakan secara optimal.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini rasanya cukup relevan untuk membicarakan masalah polisi

diuraikan di atas, maka dapat simpulkan sebagai berikut: a. Tindakan Kepolisian Terhadap Pelaku Pelanggaran Pasal 134 Huruf g adalah

PROSES PERADILAN TERHADAP ANGGOTA POLRI YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PEDOMAN TINDAKAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PADA PENEGAKAN HUKUM DAN KETERTIBAN DALAM PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL

DATA PIRANTI LUNAK SEKSI PROPAM POLRES SUMBAWA TAHUN 2016

I. PENDAHULUAN. profesi maupun peraturan disiplin yang harus dipatuhi oleh setiap anggota Polri.

BAB III PENUTUP. kepemilikan senjata api bagi warga sipil, yaitu: dan diawasi secara ketat, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Kesatuan Republik Indonesia sesuai dengan Undang-Undang

BAB II PENERAPAN SANKSI TERHADAP PELANGGARAN DISIPLIN ANGGOTA KEPOLISIAN REPUBLIK INDONESIA

BAB III PENUTUP. kemudian dilanjutkan dengan sidang komisi kode etik kepolisian, jadi. putusan akhir sebagai polisi melalui sidang komisi kode etik.

BAB V PENUTUP. Dari hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses peradilan yang sesuai dengan prosedur menjadi penentu

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

UNIVERSITAS KATOLIK PARAHYANGAN FAKULTAS HUKUM

STANDAR OPERATION PROCEDURE (SOP) BID PROPAM POLDA BENGKULU TENTANG PENYUSUNAN LAPORAN BERKALA

BAB III PENGATURAN PENEGAKAN HUKUM TERHADAP APARAT KEPOLISIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kepolisian Negara Republik Indonesia (POLRI) adalah Kepolisian

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG KOMISI KEPOLISIAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DAFTAR NAMA PIRANTI LUNAK NO JENIS PILUN PENJABAT YANG KET MENGELUARKAN NOMOR KEP TAHUN 1999

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2002 TENTANG KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN LEMBAGA PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PENYELESAIAN PELANGGARAN KODE ETIK DAN PELANGGARAN DISIPLIN BERAT

PELANGGARAN KODE ETIK PROFESI KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan atas kekuasaan belaka, maka segala kekuasaan negara harus

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. 1. Upaya yang dilakukan Polisi DIY dalam Penanggulangan Tindak. pidana Kesusilaan

BAB III PENUTUP. ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1) Lebih selektif dalam memberikan rekomendasi izin; penggunaan senjata api; Tindakan Kepolisian;

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

TINJAUAN YURIDIS FUNGSI DAN KEWENANGAN KOMISI KEPOLISIAN NASIONAL DALAM PENEGAKKAN HUKUM 1 Oleh : Dominic Mario Monintja 2

BAB IV PENUTUP. 1. Independensi kekuasaan kehakiman merupakan suatu conditio sine qua non dalam

PENJATUHAN SANKSI BAGI ANGGOTA KEPOLISIAN YANG MELANGGAR HUKUM DISIPLIN (STUDI DI POLDA BALI)

PELAKSANAAN UPAYA PAKSA TERHADAP ANGGOTA POLRI PELAKU TINDAK PIDANA DI WILAYAH HUKUM POLRES JAYAPURA KOTA

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) TENTANG PEMERIKSAAN DAN PEMBERKASAN PELANGGARAN KODE ETIK PROFESI POLRI

BAB III PENUTUP. Yogyakarta melakukan upaya sebagai berikut : Pemasangan kamera CCTV di berbagai tempat.

PROSES HUKUM TERHADAP ANGGOTA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DALAM TINDAK PIDANA PENGGELAPAN JURNAL ILMIAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2003 TENTANG PERATURAN DISIPLIN ANGGOTA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2001 TENTANG PERATURAN GAJI ANGGOTA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG KOMISI KEPOLISIAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Vol.15 No.2 Tahun 2015

TESIS IMPLEMENTASI KOMISI KEPOLISIAN NASIONAL DALAM PENYELESAIAN PERKARA PELANGGARAN YANG DILAKUKAN OLEH ANGGOTA POLRI

TANGGUNG JAWAB KEPOLISIAN DALAM MELINDUNGI TAHANAN 1 Oleh: Elvando Wahani 2

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) TENTANG PEMERIKSAAN DAN PEMBERKASAN PELANGGARAN KODE ETIK PROFESI POLRI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2003 TENTANG PERATURAN DISIPLIN ANGGOTA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

ANALISA DAN EVALUASI BULAN APRIL TAHUN 2010 TENTANG KEJADIAN /PELANGGARAN YANG DILAKUKAN OLEH ANGGOTA /PNS POLRI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2003 TENTANG PERATURAN DISIPLIN ANGGOTA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, MEMUTUSKAN :

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NO. POL.: 8 TAHUN 2006 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah telah mencatat bahwa Kepolisian Republik Indonesia telah terbukti

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2018 TENTANG SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. merefleksikan tugas dan wewenang serta tanggung jawab kepolisian, sebagaimana

LAPORAN ANALISA DAN EVALUASI BULAN MARET DIBANDING BULAN FEBRUARI TAHUN 2010 TENTANG KEJADIAN /PELANGGARAN YANG DILAKUKAN OLEH ANGGOTA /PNS POLRI

IMPLEMENTASI PERATURAN KODE ETIK POLRI DALAM PENANGANAN TERHADAP ANGGOTA POLRI YANG MELANGGAR KETENTUAN PIDANA (Studi di Kepolisian Resor Kota Medan)

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DAFTAR PUSTAKA. (Catatan Kontras Terhadap kepolisian), Kontras, Intermasa, Jakarta, Lihat juga M.Khoidin, Hukum Eksekusi Bidang Perdata,

BAB I PENDAHULUAN. membentuk Kepolisian Negara Republik Indonesia yang disebut dengan Polri

ANALISA DAN EVALUASI BULAN JUNI TAHUN 2010 TENTANG KEJADIAN /PELANGGARAN YANG DILAKUKAN OLEH ANGGOTA /PNS POLRI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2003 TENTANG PERATURAN DISIPLIN ANGGOTA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN NOMOR : PER-07/M.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2001 TENTANG PERATURAN GAJI ANGGOTA KEPOLISIAN REPUBLIK INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

STANDARD OPERASIONAL PROSEDUR SEKSI PROPAM POLRES LOMBOK TIMUR Nomor : R /01/I/ 2016

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Penanggulangan pelanggaran lalu lintas oleh pengendara sepeda motor di

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hukum dan pelanggaran hukum dapat dikatakan merupakan satu

BAB I PENDAHULUAN. Negara merupakan sekumpulan orang yang mendiami suatu wilayah dan

Lex Privatum, Vol. IV/No. 6/Juli/2016

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kepolisian merupakan salah satu lembaga pemerintah yang

PENERAPAN HUKUMAN DISIPLIN TERHADAP PELANGGRAN DISIPLIN OLEH ANGGOTA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DI POLRES SOLOK AROSUKA JURNAL

BAB IV PENYELESAIAN KASUS ANGGOTA POLRI

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 04 TAHUN 2013

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR TENTANG BANTUAN HUKUM DI LINGKUNGAN BIDANG HUKUM POLDA NTB

- 2 - Nasional Indonesia, dan Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia;

KATA PENGANTAR. karena berkat rahmat dan karunia-nya jualah penulis dapat menyelesaikan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

PERANAN PROPAM DALAM PENEGAKAN KODE ETIK PROFESI POLRI DI POLDA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Oleh : YANA PUTRI PURWANI JURUSAN ILMU HUKUM FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2014

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2003 TENTANG PEMBERHENTIAN ANGGOTA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2003 TENTANG PERATURAN DISIPLIN ANGGOTA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG DISIPLIN PEGAWAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PIMPINAN LEMBAGA PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

STANDARD OPERATION PROCEDURE (SOP)

2015, No Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 14

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekarang ini masyarakat sangat membutuhkan peran Polisi sebagai pelindung

BAB III PENUTUP. rumusan masalah yakni sebagai berikut :

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

A. Penerapan Bantuan Hukum terhadap Anggota Kepolisian yang. Perkembangan masyarakat, menuntut kebutuhan kepastian akan

KOMISI YUDISIAL BARU DAN PENATAAN SISTEM INFRA-STRUKTUR ETIKA BERBANGSA DAN BERNEGARA. Oleh Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH 1.

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG

RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2002 TENTANG KEPOLISIAN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. martabat, serta etika dan perilaku hakim. perundang-undangan harus diimplementasikan secara konkret dan konsisten

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL

Transkripsi:

95 penghambat yang menyebabkan lemahnya penegakan hukum disiplin dan kode etik profesi polri tersebut diatas. BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan aturan dan fakta yang dianalisis dalam pembahasan di dalam Bab II tersebut diatas, maka penulis menarik kesimpulan yaitu: Polri bukan lagi menjadi bagian dari militer dan menjadi bagian dari masyarakat sipil dimana tetap bersenjata namun dengan tujuan utama untuk melumpuhkan dan bukan mematikan berkaitan dengan tugas, fungsi, dan wewenangnya sebagai anggota polri. Pelaksanaan penegakan hukum disiplin dan kode etik profesi terhadap anggota kepolisian Negara Republik Indonesia yang melanggar hukum disiplin dan kode etik profesi polri setelah pemisahan dengan TNI diselesaikan dengan mendasarkan pada Peraturan Pemerintah No. 2 Tahun 2002 Tahun 2003 Tentang Peraturan Disiplin Anggota Polri dan Peraturan Kapolri No. Pol. 7 Tahun 2006 Tentang Kode Etik Profesi Polri, tidak lagi menggunakan Undang-Undang No. 26 Tahun 1997 Tentang Hukum Disiplin Prajurit ABRI yaitu dengan secara bertahap sesuai Kep. Kapolri No. Pol. Kep/43/IX/2004 Tentang Tata Cara Penyelesaian Pelanggaran Disiplin Anggota Polri dan Peraturan Kapolri No. Pol. 8 Tahun 2006 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Komisi Kode Etik Polri, yang diawali dari penerimaan laporan, temuan petugas, dan/atau tertangkap tangan yang untuk selanjutnya dilakukan pemeriksaan pendahuluan. Setelah dilakukan pemeriksaan pendahuluan maka selanjutnya dilaksanakan pemeriksaan di depan sidang disiplin atau sidang komisi kode etik.

96 Apabila terbukti telah melakukan pelanggaran maka anggota polri tersebut akan dijatuhi tindakan dan/atau hukuman disiplin maupun kode etik, yaitu untuk hukuman disiplin diantaranya yang terberat adalah berupa penempatan dalam tempat khusus selama 21 hari, sedangkan sanksi untuk pelanggaran kode etik profesi polri diantaranya yang terberat adalah Pemberhentian Tidak Dengan Hormat (PTDH). Setelah dilakukan penjatuhan hukuman disiplin selanjutnya dilakukan pencatatan dalam data personel perseorangan. Dalam pelaksanaanya, penegakkan hukum disiplin dan kode etik profesi di lingkungan polri dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu faktor yang pertama adalah faktor hukumnya sendiri yang dimana tidak sesuai dengan amanat dari undangundang no. 2 tahun 2002. Faktor yang kedua adalah faktor penegak hukumnya yang harus memahami terkait hukum disiplin dan kode etik profesi polri. Faktor yang ketiga adalah faktor sarana atau faslitas guna mendukung penegakan hukum disiplin dan kode etik profesi di lingkungan polri. Faktor yang keempat adalah faktor masyarakatnya yang dalam hal ini adalah masyarakat umum dan anggota polri yang diduga telah melakukan pelanggaran hukum disiplin dan kode etik profesi polri yang dimana masih lemahnya pemahaman tentang peraturan disiplin dan etik profesi polri menjadi penyebab terjadinya banyaknya pelanggaran hukum disiplin dan kode etik profesi polri. Faktor yang kelima adalah faktor budayanya dimana anggota polri masih acuh tak acuh terhadap peraturan disiplin dan kode etik profesi polri. B. Saran Atas dasar pengamatan dalam proses Penegakan Hukum Disiplin dan Kode Etik Profesi Polri tersebut, maka perlu dipertimbangkan saran-saran sebagai berikut:

97 1. Karena tidak sesuai dengan amanat dari Undang-Undang No. 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia maka Peraturan Disiplin dan Kode Etik Profesi Polri harus segera di Revisi. 2. Berkaitan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi penegakan hukum, maka penulis menyarankan: a. pemahaman yang masih rendah mengenai Peraturan Disiplin dan Kode Etik Profesi Polri oleh anggota polri harus segera ditingkatkan dengan memasukannya di dalam kurikulum di dalam pendidikan pembentukan anggota polri. b. masyarakat juga disarankan untuk mengerti proses penegakan hukum disiplin dan kode etik profesi polri. c. berkaitan dengan masalah kesejahteraan anggota polri untuk mendukung penegakan hukum dan mengurangi terjadinya pelanggaran yang dilakukan oleh anggota polri, maka disarankan bagi pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan anggota polri sesuai standar internasional, yang berdasarkan fakta dan referensi masih kurang dari standard. 3. Polri bukan lagi bagian dari militer dalam pelaksanaan tugasnya sehari-hari, maka: a. setiap anggota polri dalam menjalankan tugasnya sehari-hari disarankan untuk tidak menggunakan perilaku yang menggambarkan perilaku militer. b. masyarakat harus memahami bahwa polri bukan lagi bagian dari militer dan merupakan mitra kerja masyarakat.

98 DAFTAR PUSTAKA Buku-Buku Anton Tabah,,1998, Reformasi Kepolisian, CV. Sahabat, Klaten. H. Warsito Hadi Utomo, Smik., SH., M.Hum., 2002, Hukum Kepolisian di Indonesia, LPIP Pers, yogyakarta Ishaq, SH., M.Hum.,2008, Dasar-dasar Ilmu Hukum, Penerbit Sinar Grafika, Jakarta. J. B. Daliyo, SH., Et. al., 2003, Pengantar Ilmu Hukum, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Mabes Polri, 1999, Sejarah Kepolisian di Indonesia, Mabes Polri, Jakarta Pudi Rahardi, Drs., MH., 2007, Hukum Kepolisian, Laksbang Mediatama, Surabaya. Sudikno Mertokusumo, Prof., Dr., SH.,2003, Mengenal Hukum, Liberty, Yogyakarta. Suhrawardi K. Lubis, SH., 1994, Etika Profesi Hukum, Jakarta. Peraturan PerUndang- Undangan Undang Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945. Ketetapan MPR Nomor VI/MPR/2000 tentang Pemisahan TNI dan Kepolisian Negara Republik Indonesia. Ketetapan MPR Nomor VII/MPR/2000 tentang Peran TNI dan Kepolisian Negara Republik Indonesia. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 13 tahun 1961 tentang Pokok Kepolisian Negara Republik Indonesia. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 2 tahun 1988 tentang Prajurit

99 Angkatan Bersenjata Republik Indonesia. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 26 tahun 1997 tentang Hukum Disiplin Angkatan Bersenjata Republik Indonesia. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 28 tahun 1997 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 2 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 1 tahun 2003 tentang Pemberhentian Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 2 tahun 2003 tentang Peraturan Disiplin Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 3 tahun 2003 tentang Pelaksanaan Teknis Institusional Peradilan Umum bagi Kepolisian Negara Republik Indonesia. Instruksi Presiden Nomor 2 tahun 1999 tentang Langkah-langkah Kebijakan Dalam Rangka Pemisahan Kepolisian Negara Republik Indonesia Dari Angkatan Bersenjata Republik Indonesia. Keputusan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia No.Pol: Kep/42/IX/2004 tentang Atasan Yang Berhak Menjatuhkan Hukuman Disiplin Di Lingkungan Kepolisian Negara Republik Indonesia Keputusan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia No.Pol: Kep/43/IX/2004 tentang Tata Cara Penyelesaian Pelanggaran Disiplin Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia Keputusan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia No.Pol: Kep/44/IX/2004 tentang Tata Cara Sidang Disiplin Bagi Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia Peraturan Kapolri No. Pol. 7 Tahun 2006 tentang Kode Etik Profesi Polri Peraturan Kapolri No. Pol. 8 Tahun 2006 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Komisi Kode Etik Polri Website :

100 http://www.gatra.com/2005-12-30/artikel.php?id=91087 http://www.liputan-kota.com/2008/12/kasus-pelanggaran-disiplin-polisi-naik.html http://news.okezone.com/index.php/readstory/2008/01/15/1/75326/polda-diy-tahun- 2007-pecat-9-polisi-nakal http://www.solusihukum.com/artikel/artikel49.php http://ftumj.ac.id/upload/kode_etik_profesi http://annilasyiva.multiply.com/journal/item/46 http://id.wikipedia.org/wiki/profesi http://bidanlia.blogspot.com/2009/07/teori-peran.html http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20090831223515aa1kwl6 http://www.idsps.org/reformasipolri