PENDAHULUAN Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
PENDAHULUAN Latar Belakang 1-1

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PEMUTAKHIRAN SSK LAMPUNG TIMUR Tahun 2016

Strategi Sanitasi Kabupaten Malaka

Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten Kutai Timur

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Bab 1 Pendahuluan PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN KUDUS. Pendahuluan 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I. Pendahuluan BAB I

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Balangan

PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

Pendahuluan 1. BAB I Pendahuluan 1.1. LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Access) akses sanitasi layak di akhir tahun Dalam upaya untuk mencapai target 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

STRATEGI SANITASI KABUPATEN CIAMIS BAB I

BAB I PENDAHULUAN SSK PEMUTAKHIRAN 2016 POKJA SANITASI KOTA TOMOHON. of Sanitation (IYOS) pada tahun 2008, yang menghasilkan komitmen pemerintah dalam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Strategi Sanitasi Kabupaten Kerinci

STARTEGI SANITASI KABUPATEN (SSK) KELOMPOK KERJA AMPL KABUPATEN ENREKANG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten Klungkung Bab 1 Pendahuluan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Bab 1 Pendahuluan. Strategi Sanitasi Kabupaten Sleman 2015 I-1

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pokja AMPL Kota Makassar

Universal Access cakupan akses 100% untuk air minum dan sanitasi dalam rangka. 1.1 Latar Belakang

B A B I P E N D A H U L U A N

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

STRATEGI SANITASI KOTA KAB. SIDENRENG RAPPANG

I Pendahuluan

STRATEGI SANITASI KABUPATEN TANA TORAJA BAB I PENDAHULUAN

PENDAHULUAN. Bab Latar Belakang. BPS Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung

1.1 Latar Belakang. Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Bandung Barat adalah suatu dokumen perencanaan yang berisi kebijakan dan strategi

b. Kecamatan Padang Panjang Timur, terdiri dari : 1. Kelurahan Koto Panjang; Bagian C Lampiran

Bab I : Pendahuluan I Latar Belakang

Pendahuluan. Bab Latar Belakang

1.1. Latar Belakang. SSK Pemutakhiran Kab. Banyuwangi 2016 I-1

BUKU PUTIH SANITASI KAB. WAKATOBI (POKJA SANITASI 2013) BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB 5 PROGRAM, KEGIATAN DAN INDIKASI PENDANAAN SANITASI

Bab I : Pendahuluan Latar Belakang

PENDAHULUAN BAB I 1.1. LATAR BELAKANG. Pendahuluan 1

PENDAHULUAN BAB I 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang.

STRATEGI SANITASI KABUPATEN KABUPATEN TANGGAMUS PROPINSI LAMPUNG

Di dalam Penyusunan Buku Putih Sanitasi terdiri dari 5 Proses : Proses 1 : Internalisasi dan Penyamaan Persepsi (output Bab I) Proses 2 : Penyiapan Pr

BAB I PENDAHULUAN. Srategi Sanitasi Kabupaten Karanganyar 2012 I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Strategi Sanitasi Kabupaten Pasaman. ( Refisi 2012 ) I.1

BAB I PENDAHULUAN SSK. I.1. Latar Belakang

POKJA AIR MINUM DAN SANITASI KABUPATEN KEPULAUAN ARU

Dokumen Memorandum Program Sanitasi Kabupaten Melawi BAB I PENDAHULUAN

Rangkuman visi, misi, tujuan, sasaran, dan arah penahapan sesuai yang telah ditetapkan.

Strategi Sanitasi Kabupaten OKU TIMUR

STRATEGI SANITASI KOTA. 1.1 Latar Belakang

STRATEGI SANITASI KOTA KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN BERAU BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang. 1.2 Wilayah cakupan SSK

BAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa pokok utama yang telah dicapai dengan penyusunan dokumen ini antara lain:

MEMORANDUM PROGRAM SANITASI (MPS) PEMERINTAH KOTA PADANGSIDIMPUAN

BAB I PENDAHULUAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN KABUPATEN BONE PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Strategi sanitasi kabupaten bintan Tahun anggaran Latar Belakang

Strategi Sanitasi Kota Yogyakarta BAB I PENDAHULUAN

2016 BAB I PENDAHULUAN

Penyusunan Strategi Sanitasi Kabupaten Kabupaten Minahasa Selatan Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2014

Bab 1 Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN MEMORANDUM PROGRAM SANITASI (MPS) 1.1 Latar Belakang.

Memorandum Program Sanitasi (MPS) Kabupaten Balangan BAB 1 PENDAHULUAN

PENDAHULUAN. Tinjauan : tahun Pemutakhiran SSK LATAR BELAKANG

BUPATI BATANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN BATANG TAHUN

BAB I PENDAHULUAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN MADIUN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang.

BUPATI BOLAANG MONGONDOW

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I - 1

BAB 04 STRATEGI PEMBANGUNAN SANITASI

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

Penyusunan Rencana Kerja dan Pembagian Tugas Pokja Hasil rencana kerja terlampir,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Strategi Sanitasi Kabupaten Landak 2013 BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BUPATI BOLAANG MONGONDOW TIMUR

Bab I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN BUPATI NAGAN RAYA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA KERJA PEMBANGUNAN KABUPATEN NAGAN RAYA TAHUN 2015

Buku Putih Sanitasi 2013

RINGKASAN EKSEKUTIF PEMERINTAH KABUPATEN WAKATOBI KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN WAKATOBI

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Strategi Sanitasi Kabupaten Empat Lawang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi Kabupaten Grobogan Halaman 1 1

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KATA PENGANTAR. Jakarta, Mei Ir. Sri Hartoyo Dipl.SE, ME Direktur Jenderal Cipta Karya. Kata Pengantar

Transkripsi:

Bab 1 1.1. Latar Belakang Penyediaan layanan sektor sanitasi dasar yang layak bagi seluruh lapisan masyarakat, khususnya bagi masyarakat berpendapatan rendah dan bertempat tinggal di kawasan padat dan kumuh di Indonesia masih sangat memprihatinkan. Sanitasi permukiman yang tidak memadai sangat mempengaruhi kualitas lingkungan dan kesehatan. Menyadari akan hal ini, maka kementerian-kementerian terkait saling bersinergi untuk mengupayakan lahirnya regulasi sebagai payung hukum percepatan pembangunan sanitasi. Upaya ini diinisiasikan pada Oktober 2013 dan pada akhir Desember 2014 berhasil membuahkan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 185 Tahun 2014 tentang Percepatan Penyediaan Air Minum dan Sanitasi sebagai payung hukum pembangunan sanitasi yang meneguhkan seluruh modalitas pembangunan sanitasi yang telah diterapkan sejak 5 (lima) tahun terakhir di hampir seluruh kabupaten/kota di Indonesia. Potensi lain sebagai modal advokasi kabupaten/kota dan provinsi untuk meningkatkan anggaran air minum dan sanitasi terkait aspek regulasi adalah dengan telah diterbitkannya Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah sebagai pengganti Undang-Undang No. 32 Tahun 2004, yang menyebutkan bahwa sanitasi sebagai salah satu urusan wajib pemerintah daerah. Sebelumnya, telah terbit pula Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan yang juga erat kaitannya dengan pembangunan sanitasi khususnya pada pasal 71 undang-undang tersebut. Pemerintah Kabupaten Pidie Jaya berpartisipasi aktif dalam program PPSP pada tahun 2012 dan 2013 untuk menyusun Dokumen 1

Perencanaan Sanitasi, yakni BPS, SSK dan MPS. Dokumen-dokumen ini merupakan dokumen perencanaan sanitasi jangka menengah dan berlaku hingga 5 (lima) tahun. Pada tahun 2016 ini, Kabupaten Pidie Jaya Jaya kembali menjadi peserta program PPSP untuk melakukan pemutakhiran dokumen perencanaan sanitasi yang pernah disusun sebelumnya berupa SSK Kabupaten Pidie Jaya. Kepesertaan Kabupaten Pidie Jaya sebagai pelaksana PPSP didasarkan pada Surat Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional No. 1731/D.VII/03/2016 tanggal 10 Maret 2016 tentang Penetapan Kabupaten/Kota sebagai pelaksana Program PPSP. Dalam rangka mendukung pelaksanaan Program PPSP di Kabupaten Pidie Jaya serta dengan mempertimbangkan keadaan dan keperluan koordinasi antar Lembaga/SKPK, Bupati membentuk Kelompok Kerja Sanitasi melalui Surat Keputusan Bupati Pidie Jaya nomor: 167 tentang Pembentukan Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2015. Kelompok kerja tersebut antara lain bertugas menyusun Dokumen Pemutakhiran SSK Pidie Jaya. Pemerintah Kabupaten Pidie Jaya Jaya memandang pentingnya melaksanakan pemutakhiran dokumen perencanaan sanitasi ini, antara lain karena: 1. umur dokumen-dokumen sanitasi tersebut yang hampir mencapai 5 (lima) tahun serta perlunya peningkatan kualitas dokumen yang sudah ada untuk percepatan implementasi/pencapaian target Universal Access tahun 2019 yang bersifat lintas sektor, komprehensif, berkelanjutan dan partisipatif; Dokumen Pemutakhiran SSK berisi perencanaan kebijakan dan strategi pembangunan sanitasi secara komprehensif sebagai salah satu dokumen strategis di antara dokumen perencanaan daerah Kabupaten Pidie Jaya, seperti RPJPD, RPJMD, Renstra, RTRW serta beberapa dokumen perencanaan lainnya yang dimaksudkan untuk memberikan arah yang 2

jelas, tegas dan menyeluruh bagi pembangunan sanitasi Kabupaten Pidie Jaya. Hal ini sejalan dengan adanya keberlanjutan dan peningkatan target MDGs tahun 2015 pada dokumen SSK sebelumnya menjadi Universal Access sektor sanitasi pada RPJMN 2015-2019 yaitu terwujudnya cakupan akses untuk sektor sanitasi yang layak secara menyeluruh. Penyusunan dokumen pemutakhiran SSK kali ini diharapkan dapat dilaksanakan secara lebih efisien dan efektif, baik dari sisi substansi maupun alokasi dana dan waktu karena mengakomodir pemutakhiran BPS, SSK dan MPS Kabupaten Pidie Jaya dalam satu dokumen. Dengan demikian guna menghasilkan SSK sebagaimana tersebut di atas, maka diperlukan suatu kerangka kerja yang menjadi dasar dan acuan bagi penyusunan SSK agar dokumen yang disusun memiliki dasar hukum yang jelas dan dapat diimplementasikan dengan memperhatikan empat ciri pendekatan yang dikembangkan, yaitu: a) dilakukan oleh Pokja Sanitasi Kabupaten sendiri secara terintegrasi; b) skala kabupaten; c) Atas kebawah untuk bawah keatas (top-down meets bottom-up); dan d) didasarkan bukti material (evidence-based). Penyusunan pemutakhiran SSK ini juga berpedoman pada RTRW Kabupaten Pidie Jaya agar terlaksana pengendalian pemanfaatan ruang wilayah. Skematik Kedudukan SSK terhadap Dokumen Perencanaan Kabupaten dijelaskan seperti pada Gambar 1.1. 3

Gambar 1.1 Skema Kedudukan SSK terhadap Dokumen Perencanaan Kabupaten Tujuan dari penyusunan dokumen pemutakhiran SSK ini adalah: a. Tujuan Umum SSK ini disusun sebagai rencana pembangunan 5 (lima) tahunan bidang sanitasi dan dijadikan sebagai pedoman pembangunan sanitasi tahun 2016 sampai dengan tahun 2020. b. Tujuan Khusus 1) SSK ini dapat memberikan gambaran tentang kebijakan pembangunan Sanitasi Kabupaten Pidie Jaya selama 5 (lima) tahun yaitu tahun 2016 sampai dengan tahun 2020; 2) Dipergunakan sebagai dasar penyusunan Rencana Operasional tahapan pembangunan sanitasi; 3) Dipergunakan sebagai dasar dan pedoman bagi semua pihak (instansi, masyarakat dan pihak swasta) yang akan terlibat untuk mendukung dan berpartisipasi dalam pembangunan sanitasi di Kabupaten Pidie Jaya. 4

1.2. Metodologi Penyusunan Dokumen Pemutakhiran SSK ini merupakan gabungan dari BPS, SSK dan MPS yang pada penyusunan dokumen PPSP sebelumnya masingmasing dokumen tersebut berdiri sendiri. Dokumen Pemutakhiran SSK ini disusun dengan tahapan/proses sebagai berikut: 1. Internalisasi dan Penyamaan Persepsi; 2. Pemetaan Kondisi dan Kemajuan Pembangunan Sanitasi; 3. Skenario Pembangunan Sanitasi; 4. Konsolidasi Penganggaran dan Pemasaran Sanitasi; dan 5. Finalisasi. Sebelum menyusun SSK, Pokja mengkaji dan mengevaluasi capaian terhadap SSK yang telah ada sebelumnya. Selanjutnya Pokja melakukan identifikasi awal tentang isu-isu penting yang belum dicapai untuk diprioritaskan kembali, serta mengidentifikasi isu-isu strategis terkait layanan sektor sanitasi di Kabupaten Pidie Jaya. Kemudian dilanjutkan dengan mengidentifikasi berbagai kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang dimiliki kabupaten untuk semua subsektor sanitasi. Identifikasi temuan tersebut membantu Pokja memperoleh gambaran jelas tentang kondisi umum sanitasi di Kabupaten Pidie Jaya. Jenis data yang digunakan dalam penyusunan dokumen pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten Pidie Jaya terdiri dari data primer dan data sekunder. Data Primer yakni data yang diperoleh dari survei lapangan dan interview dengan narasumber. Sedangkan data sekunder yakni data yang diperoleh dengan melakukan studi literatur terhadap dokumendokumen strategis antara lain Kabupaten Pidie Jaya Dalam Angka (Kabupaten dan Kecamatan), RPJPD, RPJMD, RKPD, RPI2JM, RTRW serta dokumen kebijakan-kebijakan pusat dan daerah terkait sector sanitasi. Demikian pula dengan referensi yang berfokus pada sektor sanitasi seperti BPS Kabupaten Pidie Jaya, SSK, dan MPS Kabupaten Pidie Jaya yang telah disusun sebelumnya. 5

SSK pemutakhiran ini disusun dengan berpedoman pada Hirarki Penyusunan SSK menurut Peraturan Presiden nomor: 185 tahun 2014 sebagaimana diperlihatkan pada Gambar 1.2. Gambar 1.2 Hirarki Penyusunan Strategi Sanitasi Kabupaten/Kota 1. 2. 3. 4. 5. Gambar 1.1 Hirarki Penyusunan Strategi Sanitasi Kab/Kota 6. Proses pemuktahiran Strategi Sanitasi Kabupaten Pidie Jaya disusun dengan pendekatan partisipatif dan dilaksanakan melalui tahapan berikut ini: 1. Merumuskan pemetaan kondisi sanitasi saat ini dengan mengacu pada Studi EHRA dan Instrumen Profil Sanitasi; 2. Melakukan input Instrumen Perencanaan; 3. Internalisasi dan Eksternalisasi program dan kegiatan; 4. Konsultasi dengan Pokja dan Satker provinsi; 5. Akses terhadap sumber dana non-pemerintah; dan 6

6. Pengawalan program dan kegiatan dalam mekanisme penganggaran. Rujukan yang digunakan oleh Pokja Sanitasi Kabupaten Pidie Jaya sebagai acuan dalam Penyusunan Pemuktahiran SSK, diantaranya: 1. Kebijakan Sanitasi pada RPJMN 2015-2019; 2. Rencana Strategis Kementerian/Lembaga terkait; 3. RTRW Kabupaten Pidie Jaya; 4. RPJMD Kabupaten Pidie Jaya 2014-2019; 5. RPIJM Bidang PU/Cipta Karya Kabupaten Pidie Jaya; 6. Rencana Strategis masing-masing SKPK; serta 7. Peraturan-peraturan terkait pengembangan wilayah dan proses perencanaan dari Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Provinsi. 1.3. Dasar Hukum 1. Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional; 3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara pemerintah Pusat dan Daerah; 4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh; 5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2006 tentang Kewenangan Pemerintah, Provinsi dan Kabupaten/Kota; 6. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025; 7. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang; 8. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik; 9. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah; 7

10. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik; 11. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah; 12. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup; 13. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan; 14. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman; 15. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa; 16. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah; dan 17. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2015 Tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah. 18. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2007 tentang Pembentukan Kabupaten Pidie Jaya di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam; 19. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun; 20. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan; 21. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2005 tentang Pinjaman Daerah; 22. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan; 23. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 57 Tahun 2005 tentang Hibah kepada Daerah; 8

24. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah; 25. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kota; 26. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Uang Negara/Daerah; 27. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah; 28. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Nasional; 29. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumber Daya Air; 30. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2008 tentang Air Tanah; 31. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 69 Tahun 2010 tentang Tata Cara Pemberian dan Pemanfaatan Insentif Pemungutan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah; 32. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2011 tentang Sungai; 33. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2005 tentang Komite Kebijakan Percepatan Penyediaan Infrastruktur; 34. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 185 Tahun 2014 tentang percepatan penyediaan Air Minum dan Sanitasi. 35. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015-2019; 9

36. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2010 tentang Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur. 37. Keputusan Menteri Keuangan RI Nomor 141 Tahun 2001 Tentang Sistem Informasi Keuangan Daerah; 38. Peraturan Menteri Dalam Negeri RI Nomor 29 Tahun 2002 tentang Pedoman Pengurusan, Pertanggungjawaban dan Pengawasan Keuangan Daerah serta Tata Cara Penyusunan APBD, Pelaksanaan Tata Usaha Keuangan Daerah Dan Penyusunan Perhitungan APBD; 39. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup RI Nomor 05 Tahun 2014 tentang Baku Mutu air Limbah; 40. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum RI Nomor 494 Tahun 2005 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pembangunan Perkotaan; 41. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum RI Nomor 603 Tahun 2005 tentang Pedoman Umum Sistem Pengendalian Manajemen Penyelenggaraan Pembangunan Prasarana dan Sarana Bidang Pekerjaan Umum; 42. Keputusan Menteri Keuangan RI Nomor 35 Tahun 2006 Tentang Perencanaan, Pelaksanaan/Penatausahaan, Dan Pemantauan Penerusan Pinjaman Luar Negeri Pemerintah Kepada Daerah; 43. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum RI Nomor 21 Tahun 2006 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Persampahan (KSNP-SPP); 44. Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor 52 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pemberian Hibah Kepada Daerah; 45. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum RI Nomor 6 Tahun 2007 Tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan; 10

46. Peraturan Menteri Dalam Negeri RI Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah; 47. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum RI Nomor 16 Tahun 2008 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Air Limbah Pemukiman (KSNP-SPALP); 48. Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor 207 Tahun 2008 Tentang Tata Cara Penarikan Pinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri Yang Diteruspinjamkan Kepada BUMN/Pemda; 49. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 852 Tahun 2008 tentang STBM; 50. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup RI Nomor 16 Tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan Dokumen Lingkungan Hidup; 51. Peraturan Bupati Pidie Jaya nomor 29 Tahun 2015 tentang Penjabaran Anggaran Pendapatan dan Belanja Kabupaten Pidie Jaya Tahun Anggaran 2016. 52. Peraturan Bupati Nomor 17 Tahun 2008 tentang Tugas Pokok dan Fungsi Pemangku Jabatan Struktural Pada Dinas Daerah Di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Pidie Jaya. 53. Qanun Kabupaten Pidie Jaya Nomor 3 Tahun 2008 tentang Pokok- Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Pidie Jaya; 54. Qanun Kabupaten Pidie Jaya Nomor 14 Tahun 2008 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas dan Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Pidie Jaya. 55. Qanun Kabupaten Pidie Jaya Nomor 7 Tahun 2015 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Kabupaten Pidie Jaya Tahun Anggaran 2016. 56. Qanun Kabupaten Pidie Jaya Nomor 7 Tahun 2014 RPJMK Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2014-2017. 11

Sampai saat ini dasar hukum/peraturan Daerah (Perda)/Qanun terkait sanitasi belum ada. 1.4. Sistematika Penulisan Dokumen pemutakhiran SSK ini terdiri atas 6 (enam) BAB beserta lampiran-lampirannya. Gambaran umum dan urutan pembahasan diuraikan sebagai berikut: Bab 1 : Pendahuluan Bab ini menguraikan tentang latar belakang, metodologi penyusunan, dasar hukum serta sistematika penulisan dokumen pemuktahiran SSK. Bab 2 : Profil Sanitasi Saat Ini Bab ini terdiri dari Gambaran Wilayah, Kemajuan Pelaksanaan SSK, Profil Sanitasi saat ini, serta Area Berisiko dan Permasalahan Mendesak Sanitasi. Pada dasarnya, Bab 2 ini merupakan Buku Putih yang dimutakhirkan. Bab 3 : Kerangka Pengembangan Sanitasi Bab ini menguraikan tentang Visi dan Misi Sanitasi, Pentahapan Pengembangan Sanitasi, serta Kemampuan Pendanaan Sanitasi. {Bab 4 : Strategi Pengembangan Sanitasi Bab ini menguraikan tentang strategi pengembangan sanitasi yang mencakup Air Limbah Domestik, Pengelolaan Persampahan, dan Drainase Perkotaan. Bab 5 : Program, Kegiatan dan Indikasi Pendanaan Sanitasi Bab ini berisi Ringkasan Program, Kegiatan dan Indikasi Pendanaan, Kebutuhan Biaya Pengembangan Sanitasi dengan Sumber Pendanaan Pemerintah, Kebutuhan Biaya Pengembangan Sanitasi dengan Sumber Pendanaan Non- Pemerintah, dan Antisipasi Funding Gap. 12

Bab 6 : Monitoring dan Evaluasi Capaian SSK Bab ini menguraikan tentang proses dan mekanisme Monitoring dan Evaluasi hasil/capaian implementasi SSK selama 5 (lima) tahun ke depan, yaitu periode implementasi tahun 2017 2021. Lampiran Bagian ini terdiri atas 8 (delapan) Lampiran utama yaitu: Hasil Kajian Aspek Non Teknis dan Lembar Kerja Area Berisiko, Hasil Analisis SWOT, Tabel Kerangka Kerja Logis, Hasil Pembahasan Program, Kegiatan dan Indikasi Pendanaan, Deskripsi Program/Kegiatan, Daftar Perusahaan Penyelenggara CSR yang Potensial, Kesiapan Implementasi, Serta Rencana Kerja Tahunan. 13