LEMBAR PENGESAHAN ARTIKEL JURNAL ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA FLAVONOID DARI DAUN MIANA Oleh MARNOVIYANTI SUMARJAN NIM. 441 409 072 PEMBIMBING I PEMBIMBING II Dr. Weny JA Musa, M. Si Dra. Nurhayati Bialangi, M.Si NIP. 19660822 199103 2 002 NIP. 19620529 198602 2 002 Mengetahui Ketua Jurusan Pendidikan Kimia Dr. Akram La Kilo S. Pd, M. Si NIP. 1977041 1200312 1 001 1
JURNAL PENELITIAN : 2015 ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA FLAVONOID PADA DAUN MIANA Marnoviyanti Sumarjan 1*, Weny J.A Musa 2, Nurhayati Bialangi 2 1 Mahasiswa Pendidikan Kimia FMIPA, Universitas Negeri Gorontalo 2 Dosen Pendidikan Kimia FMIPA, Universitas Negeri Gorontalo ABSTRK Marnoviyanti Sumarjan. 2015. Isolasi dan Identifikasi Senyawa Flavonoid dari daun miana. Skripsi, Jurusan Pendidikan Kimia, Fakultas Matematika dan IPA, Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing I Dr. Wenny J. A. Musa, M. Si, dan Pembimbing II Dra. Nurhayati Bialangi, M.Si. Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi dan mengidentifikasi senyawa flavonoid yang terkandung dalam daun miana. Penelitian ini diawali dengan mengekstrak 400 gram serbuk daun miana dengan pelarut methanol menggunakan teknik maserasi. Ekstrak kental metanol Melalui kromatografi kolom, ekstrak kental metanol menghasilkan 34 fraksi kemudian diuji menggunakan KLT. Isolat murni yang menunjukkan hasil positif pada uji flavonoid di analisis keberadaan gugus fungsinya dengan spektrofotometer IR menunjukkan gugus fungsi O-H, C=C, C-O, dan C-H alifatik dan C-H aromatik. Kata Kunci: isolasi, miana, flavonoid ABSTRACT Marnoviyanti Sumarjan. 2015. Isolation and Identification of Compounds Flavonoids on Leaves of Miana Thesis, Department of Chemistry Education, Faculty of Mathematics and Natural Sciences, Gorontalo State University. Advisor I Dr. Wenny J. A. Musa, M. Si, and advisor II Dra. Nurhayati Bialangi, M.Si. The aim of research is to isolate and identifiy the compounds of flavonoids contained in the leaves of Miana. This research begins with miana leaf extract powder with solvent methanol. The methanol extract was concentrated and then partitioned, performed column chromatography and thin layer chromatography were tested. Pure isolates showed positive results on the test and then analyzed the presence of flavonoid group functions with an infrared spectrophotometer. Infrared analysis showed spectrophotometer OH functional group, C=C, C-O, C-H aliphatic and C-H aromatic. Key Words : isolation, miana, flavonoids 2
PENDAHULUAN Tumbuhan merupakan salah satu komponen terbesar dengan berbagai keanekaragamannya yang dimiliki oleh alam. Tumbuhan memiliki peranan yang jauh sangat penting. Pada komunitas flora sendiri, terdapat berbagai macam klasifikasi tersendiri. Seperti tumbuhan yang familiar karena peranannya sebagai bahan makanan untuk kelangsungan hidup manusia, hingga tumbuhan yang bahkan tak dikenal sama sekali, bukan karena tidak memiliki manfaat tetapi karena pengetahuan tentang manfaatnya yang sangat minim di kalangan masyarakat. Beberapa dekade ini, pemanfaatan tumbuhan sebagai pengobatan penyakit semakain marak ditindak lanjuti. Hal yang lebih mencengangkan adalah bahwa tumbuhan yang pada dasarnya tidak memiliki keterkaitan erat dengan kehidupan manusia justru muncul sebagai obat herbal untuk penanganan penyakit. Sebut saja kulit batang pisang dalam menghentikan pendarahan pada luka, atau getah pohon jarak dalam hal yang sama misalnya. Pemanfaatan tumbuhan sebagai obat tradisional telah digunakan secara turun temurun oleh masyarakat berdasarkan pengalaman (Hanafiah, 2009). Jika dilihat dari sejarahnya, tumbuhan obat dikenal sebagai sejenis tanaman yang diakui dan dipercaya oleh masyarakat mempunyai khasiat dan telah digunakan sebagai bahan baku obat herbal yang selanjutnya digunakan untuk berbagai macam kepentingan, seperti menjaga kesegaran dan kesehatan tubuh secara keseluruhan, menyembuhkan penyakit-penyakit tertentu, mengatur kehamilan, dan sebagai kosmetikkosmetik tertentu (Asih, 2009). Hal ini ditandai dengan kebiasaan mengagumkan dari bangsa Indonesia sejak ratusan tahun yang lalu, telah mengenal pemanfaatan tumbuhan disekitar lingkungan hidupnya sebagai obat-obatan herbal atau tradisional. Sedikit mengejutkan bahwa pada dewasa ini, hampir seluruh manusia secara global mulai menyadari kemudian memilih untuk menempuh gaya hidup back to nature dengan satu kesadaran bahwa kebiasaan mengkonsumsi produk alami cenderung lebih aman dan dapat meminimalisir terkena efek samping. Dari sekian banyak tumbuhan yang tersebar dengan berbagai manfaat khususnya dibidang pengobatan, tumbuhan miana merupakan salah satu tumbuhan yang menjadi objek perhatian para peneliti untuk diisolasi mengasilkan senyawa-senyawa kimia yang bermanfaat bagi kehidupan. Hal ini dapat dilihat dari berbagai jurnal penelitian menyangkut daun miana. METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (F.MIPA) Universitas Negeri Gorontalo (UNG) selama waktu ± 3
3 bulan tahun 2014. Alat Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah seperangkat alat spektrofotometer inframerah (IR), lampu UV 254 nm dan 366 nm, seperangkat alat kromatografi kolom, seperangkat alat evaporasi (vacum rotary evaporator), plat KLT, gelas kimia, gelas ukur, labu ukur, corong, corong pisah, pipet tetes, pipa kapiler, batang pengaduk, timbangan analitik, tabung reaksi, rak tabung reaksi, chamber, botol vial, cawan patrick, aluminium foil, spatula, oven, gunting, kertas saring, saringan teh, dan peralatan gelas lainnya. Sampel Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun miana yang diambil di daerah Kec. Kota Timur, Kota Gorontalo. Bahan Kimia Bahan-bahan kimia yang digunakan dalam penelitian ini antara lain adalah metanol, n- heksana, etil asetat, aquades, aseton, kloroform, serbuk Mg, HCl, NaOH 1 M, NaOH, H 2 SO 4 pekat, pereaksi Wagner, pereaksi Mayer, peraksi Hager, pereaksi Dragendorff, kloroform amoniakal, dan silika gel 60. Cara Kerja a. Penyiapan Sampel Sampel daun miana yang segar dikumpulkan dan dikeringkan dengan cara diangin-anginkan di udara terbuka yang terlindung dari sinar matahari kemudian dirajang hingga halus. Ekstraksi Metode ekstraksi yang digunakan adalah maserasi. Serbuk daun miana dimaserasi dengan pelarut metanol. Maserasi dilakukan selama 3 x 24 jam pada suhu kamar (setiap 24 jam ekstrak disaring). Ekstrak yang diperoleh kemudian disaring menggunakan corong sehingga diperoleh filtrat dan residunya. Selanjutnya filtrat yang diperoleh dipekatkan dengan menggunakan vacum rotary evaporator (dievaporasi) sehingga diperoleh ekstrak kental metanol daun miana. Uji Fitokimia Uji fitokimia dilakukan untuk mengetahui senyawa-senyawa kimia yang ada pada sampel. Uji fitokimia yang dilakukan meliputi uji flavonoid, alkaloid, saponin Pemisahan dan Pemurnian Kromatografi Lapis Tipis (KLT) Ekstrak yang telah di uji fitokimia selanjutnya dilakukan pemisahan dengan metode kromatografi lapis tipis (KLT). Pemisahan KLT digunakan untuk mencari fase gerak yang terbaik yang akan digunakan dalam kromatografi kolom. Langkah awal untuk pemisahan secara KLT adalah mengambil sedikit ekstrak kemudian dilarutkan dengan n-heksan. Eluen yang akan digunakan adalah fasa gerak yang dapat memisahkan sampel dengan baik, kemudian ditotolkan pada plat KLT menggunakan pipa kapiler. Setelah kering dimasukkan dalam chamber. Bila fase gerak telah mencapai batas yang telah ditentukan, plat diangkat dan dikeringkan di udara terbuka. Selanjutnya noda yang terbentuk diamati dengan lampu UV kemudian dihitung nilai Rf-nya. Kromatografi Kolom Sebanyak 6,6 gram ekstrak metanol dipisahkan menggunakan kromatografi kolom dengan fasa diam silica gel GF 60 dan dielusi 4
berturut-turut menggunakan pelarut organik seperti n- heksana, metanol, etil asetat dengan perbandingan tertentu. Fraksi-fraksi yang diperoleh dari kromatografi kolom dilakukan kembali proses kromatografi lapis tipis. HASIL DAN PEMBAHASAN Penyiapan Sampel Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel daun miana. Daun miana dirajang kecil-kecil dengan tujuan untuk mempermudah dalam proses mengekstraksi komponen- komponen kimia yang terkandung didalamnya. Sampel yang sudah dirajang diangin-anginkan diudara terbuka dalam ruangan (tanpa terkena sinar matahari) selama ± 1 minggu. Sampel kering ditimbang dan diperoleh sebanyak 400 gram. Ekstraksi Sebanyak 400 gram sampel daunmian dimaserasi dengan pelarut metanol. Maserasi dilakukan selama 3 x 24 jam. Setiap 24 jam hasil maserasi (maserat) disaring dan residu dimaserasi kembali dengan metanol yang baru. Selanjutnya maserat yang diperoleh dipekatkan dengan menggunakan vacum rotary evaporator (dievaporasi) pada suhu 40ºC. Ekstrak kental metanol yang diperoleh berwarna hijau kehitaman sebanyak 11 gram. Uji Fitokimia Maserasi yang dilakukan pada 400 gram daun miana menghasilkan ekstrak metanol sebanyak 3 liter 700 ml. Hasil maserat berupa ekstrak metanol yang belum dievaporasi dilakukan uji fitokimia. Dari hasil uji diketahui bahwa eksrak metanol daun miana terkandung senyawa flavonoid yang ditandai dengan perubahan warna setelah menambahkan pereaksi. Melalui uji flavonoid ini, setiap 5 ml ekstrak metanol dimasukkan kedalam masing-masing tabung reaksi kemudian diuji menggunakan masingmasing pereaksi uji untuk senyawa flavonoid. Pemisahan dan Pemurnian Untuk memisahkan komponen senyawa yang terkandung didalam sampel, dilakukan Kromatografi Kolom. Ekstrak kental metanol sebanyak 6,6 gram dipisahkan dengan kromatografi kolom bergradien. Fase diam yang digunakan pada kromatografi kolom adalah silika gel, sedangkan fase geraknya digunakan fase gerak dengan perbandingan eluen (nheksana : etil asetat). Hasil pemisahan kolom diperoleh 163 fraksi. Fraksi-fraksi tersebut selanjutnya diuji dengan KLT, dimana fraksi yang memiliki faktor retensi (Rf) sama dikumpulkan. Berdasarkan hasil analisis KLT, dari 163 fraksi diperoleh 13 fraksi dan hasil KLT menunjukkan pada fraksi T 7 dan T 8 menampakan pola noda tunggal serta harga Rf yang sama. Pola noda yang diduga merupakan kristal murni ini kemudian di KLT kembali menggunakan pelarut n-heksan : etil asetet (7:3). Dari hasil KLT terhadap fraksi T 7 dan T 8 ternyata menunjukkan noda tunggal serta Rf sama pada fraksi T 7 yaitu 99, 100, 102, 104, 106, 108, 110, 117, 119, dan 123. 5
Gambar 1. Hasil KLT fraksi T 7 dan T 8 dengan perbandingan pelarut n-heksan : etil asetat (7:3) Kristal T 7 terbentuk kristal berwarna hijau kehitaman. Kristal yang berwarna hijau kehitaman ini dicuci dengan pelarut n-heksana dan ditambahkan sedikit etil asetat sampai kristal berwarna putih dan dilakukan rekristalisasi. Tujuan dilakukannya KLT dua dimensi yaitu untuk melihat apakah isolat ini benarbenar murni atau belum dengan eluen dan perbandingan yang berbeda. Perbandingan eluen yang digunakan dalam analisis ini yaitu n- heksan : etil asetat (8:2) dan kloroform : metanol (9:1). Uji Fitokimia Isolat Murni Uji fitokimia yang dilakukan terhadap T 7 menggunakan pereaksi uji flavonoid yaitu Mg- HCl, NaOH dan H 2 SO 4 pekat menunjukkan hasil positif (+) pada uji flavonoid, alkoloid dan saponin. Identifikasi Senyawa Flavonoid Isolat murni hasil kromatografi kolom gravitasi dianalisis dengan menggunakan spektrofotometri inframerah (IR) untuk melihat gugus fungsi pada sampel. Spektrum inframerah senyawa isolat murni ditunjukkan pada Gambar 2 berikut. Gambar 2. Hasil Spektrum Inframerah dari Isolat Murni Berdasarkan analisis spektrum inframerah pada Gambar 2. menunjukan adanya beberapa gugus fungsi. Hasil analisis isolat ini yaitu adanya serapan melebar dengan intensitas lemah pada daerah bilangan gelombang 3330,07 cm -1 yang diduga adalah serapan uluran dari gugus O-H. Serapan uluran C-H alifatik yang tajam dan lemah muncul pada daerah bilangan gelombang 2945,14 cm -1 dan 2832,10 cm -1. Hal ini didukung hasil penelitian oleh Sukadana (2010) bahwa serapan pada bilangan gelombang 2950-2800 menunjukkan vibrasi ulur C-H di dalam gugus C-H alifatik. Serapan uluran C=C aromatik yang tajam dan lemah muncul pada daerah bilangan gelombang 1449,33 cm -1. Kemudian vibrasi ulur C-O dalam senyawa fenol menghasilkan pita kuat di daerah 1260-1000 cm -1 (Akbar, 2010) dan pada isolat ini serapan C-O muncul pada daerah bilangan gelombang 1025,64 cm -1 dengan pita tajam dankuat. Sementara itu 6
serapan pada bilangan gelombang 617,73 cm -1 adanya gugus C-H aromatik keluar bidang dengan serapan melebar dan instensitas lemah. Adanya gugus fungsi OH, CH alifatik, C=C aromatik dan C-O mengindikasikan isolat ini suatu senyawa flavonoid. Interpretasi spektrum inframerah senyawa isolat murni tersebut berupa bilangan gelombang, bentuk pita, intensitas, dan kemungkinan gugus fungsinya dapat dilihihat pada tabel1. Tabel 1. Data Spektrum Inframerah (Gelombang, Bentuk Pita, Intensitas, dan Dugaan Gugus Fungsi) dari Isolat Murni Bilangan Gelombang (cm -1 ) No Isolat Sukadana (2010) Akbar (2010) Fitrya (2011) Kemungkinan Gugus Fungsi 1. 3330.07 3409.9 3550-3200 3369 Uluran O-H 2. 2945.14 2931.6 2832.10 2858.3 2927.36 2956 Uluran C-H alifatik 3. 1600.8 1449.33 1423.4 1515.73 1574 Uluran C=C aromatik 4. 1025.64 1361.7 1260-1000 1272-1143 C-O alkohol 5. C-H aromatik keluar 617.73 821.6-821 bidang SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Isolasi flavonoid dari daun miana diawali dengan maserasi menggunakan pelarut metanol. Selanjutnya menggunakan Kromatografi Lapis Tipis, dan Kromatografi Kolom Gravitasi. Untuk mengidentifikasi senyawa flavonoid pada daun miana, isolat murni (fraksi 99-123) diuji dengan beberapa cara, yaitu uji fitokimia yang menunjukkan adanya perubahan warna dari hijau menjadi kuning. Selanjutnya isolat murni di uji dengan KLT untuk memastikan noda tunggal. Isolat murni diuji dengan Spektrofotometer IR, dimana hasil yang diperoleh menunjukkan adanya uluran O-H pada daerah bilangan gelombang 3330,07 cm -1, C-H alifatik pada daerah bilangan gelombang 2945,14 cm -1 dan 2832,10 cm -1, C=C aromatik pada daerah bilangan gelombang 1449,33 cm - 1, C-O pada daerah bilangan gelombang 1025,64 cm -1, dan C-H aromatik pada gelombang 617.73 cm -1 Saran Untuk dapat menentukanstruktur senyawa golongan flavonoid pada daun miana disarankan pada penelitian selanjutnya menggunakan metode spektrofotometri NMR. DAFTAR PUSTAKA Achmad, Syamsul Arifin. 1986. Kimia Organik Bahan Alam. Karunika Jakarta, Jakarta: Universitas Terbuka. Adnan, M. 1997. Teknik Kromatografi untuk Analisis Bahan Makanan. Yogyakarta : ANDI Akbar R. Hendra. 2010. Isolasi dan identifikasi Golongan Flavonoid Daun Dandang Gendis (Clinacanthus Nutans) Berpotensi Sebagai Antioksidan. Fakutas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor. Anwar, Chairil. 1996. Pengantar Praktikum Kimia Organik. Yogyakarta: UGM Asih, Astiti. 2009. Isolasi dan Identifikasi Senyawa Isoflan dari Kacang Kedelai (Glycine Max) 3 (1) : 33-40. Bialangi, Nurhayati, Wenny J.A. Musa, Anas Subarnas, Netty Ischak. 2008. Studi Kandungan Kimia dan Aktivitas Biologi 7
Flavonoid dari Daun Tumbuhan Jarak Pagar (Jatropha Curcas Linn) Asal Gorontalo. Laporan Hasil Penelitian HIbah Bersaing, Direktorat Pembinaan Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Tahun Ajaran 2007-2008. FMIPA Universitas Negeri Gorontalo. Cresswell, J. Clifood, Ollaf A. R., dan Malcolm Campbell. 2005. Analisis Spektrum Senyawa Organik. Bandung : ITB. Day & Underwood. 2001. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Keenam. Jakarta: Erlangga. Departemen Kesehatan. 1988. Inventaris Obat Indonesia Jilid I. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta. Eramedia, Tim. 2008. Kamus Pintar Kimia. ERAMEDIA Publisher. Fitrya. 2011. FliKueretin ar umhabenl Teh (Srullaatupe. Dans). Jakarta: Universitas Indonesia Gritter, Roy., James M. Bobbit Dan Arthur E. Schwarting. 1991. Pengantar Kromatografi Edisi Kedua. Bandung: ITB. Haswira. 2006. Isolasi dan Identifikasi Senyawa Anti Bakteri Daun Terong Pungo (Solanum sp) Hasil Pelapisan Tanaman dan Hewan Obat Aceh. [tesis]. Bogor : Fakultas Perikanan dan Kelautan, Institut Pertanian Bogor Semangun, Haryono. 2004. Penyakit Tanaman Holtikulturadi Indonesia Edisi IV. Yogyakarta. Sriningsih. 2008. Analisa Senyawa Golongan Flavonoid Herba Tempuyung (SonchusarvensisL):www.indo media.com/intisari/1999/juni/t empuyung.htm. (diakses tanggal 30 Januari 2011) Sukadana, IM. 2010. Aktivitas Antibakteri Senyawa Flavonoid dari Kulit Akar Awarawar (Ficus Septica Burm f). Bukit Jimbaran: Jurusan Kimia FMIPA Universitas Udayana Taher, Tamrin identifikasi senyawa flavonoid dari ekstrak metanol dari kulit batag langsat (Lansium domesticum L). Skripsi Gorontalo:UNG. Timumu, Sri Rahayu. 2010.isolasi dan karakterisasi senyawa kimia dar akar tumbuhan akar kucing (Acalypha Indica Linn) yang Tumbuh di Gorontalo. Skripsi..Gorontalo: UNG. Widyawantoro. 2002. Glikosida dari Umbi Ketela Karet. Tesis. Bandung : Universitas Padjajaran. 8