BAB V KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN. Dari hasil analisa utama bab 4 dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial teman

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pada bagian ini akan dijabarkan mengenai latar belakang, rumusan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. 2003, UN merupakan kegiatan penilaian hasil belajar siswa yang telah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan tinggi memiliki tujuan yaitu menyiapkan peserta didik menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari,

BAB 1 Pendahuluan. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. prasarana, fisik sekolah, kualitas guru, pemutakhiran kurikulum,dan juga tidak

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai

BAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman mendorong terjadinya perubahan di berbagai

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan

BAB I PENDAHULUAN. lainnya khususnya di lingkungannya sendiri. Manusia dalam beraktivitas selalu

Amanda Luthfi Arumsari Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro Semarang ABSTRAK

DEWI KUSUMA WARDHANI F

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang cenderung pernah merasakan kecemasan pada saat-saat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa yang paling indah dalam kisah hidup seseorang. Semua orang

BAB I PENDAHULUAN. awal, dimana memiliki tuntutan yang berbeda. Pada masa dewasa awal lebih

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. untuk dua mata pelajaran dan minimal 4,25 untuk mata pelajaran lainnya.

2014 PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE KUIS TIM UNTUK ENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS DAN SELF-CONFIDENCE SISWA SMP

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan tinggi. Secara umum pendidikan perguruan tinggi bertujuan untuk

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. di bidang tekhnologi, ilmu pengetahuan, ekonomi, dan pendidikan. Perubahan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam aktivitas kehidupan sehari-hari, manusia hampir tidak pernah dapat

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan sumber daya manusia yang berkualitas. Penekanan dari upaya

BAB I PENDAHULUAN. makhluk-makhluk ciptaan Tuhan yang lain. Manusia sebagai individu dibekali akal

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN. Hasil dari penelitian menunjukkan Ho ditolak sehingga ada hubungan

BAB I PENDAHULUAN. Mekanisme koping adalah suatu cara yang digunakan individu dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan tonggak pembangunan sebuah bangsa. Kemajuan. dan kemunduran suatu bangsa dapat diukur melalui pendidikan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Efikasi Diri Akademik

BAB I PENDAHULUAN. Siswa sebagai generasi muda diharapkan berani untuk mengemukakan

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju masa

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi serta cepatnya dalam mendapatkan suatu informasi di

I. PENDAHULUAN. istilah remaja atau adolenscence, berasal dari bahasa latin adolescere yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka memasuki era globalisasi, remaja sebagai generasi penerus

BAB I PENDAHULUAN. yang disetujui bagi berbagai usia di sepanjang rentang kehidupan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Stres pada Wanita Karir (Guru) yang dialami individu atau organisme agar dapat beradaptasi atau menyesuaikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sebuah upaya untuk mengembangkan potensi

2015 PERBAND INGAN PERILAKU SOSIAL ANTARA SISWA YANG MENGIKUTI EKSTRAKURIKULER CABANG OLAHRAGA IND IVIDU D AN BEREGU D I SMA PASUND AN 2 BAND UNG

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. Pada perguruan tinggi mahasiswa tahun pertama harus bersiap menghadapi

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial; mereka tidak dapat hidup sendiri dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia sebagai tenaga kerja merupakan salah satu aset yang menentukan

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN ASERTIVITAS PADA REMAJA DI SMA ISLAM SULTAN AGUNG 1 SEMARANG. Rheza Yustar Afif ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mutia Faulia, 2014

BAB II KAJIAN TEORI. 2010:523) menyatakan bahwa self efficacy mempengaruhi pilihan aktivitas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mutia Ramadanti Nur,2013

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan atau sekolah dapat tercapai dengan lebih efektif dan efisien (Zamroni,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makhluk sosial. Pada kehidupan sosial, individu tidak bisa lepas dari individu

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial yang setiap harinya menjalin hubungan

HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI UJIAN SBMPTN NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perkembangan dan kehidupannya. Sekolah dipandang dapat memenuhi beberapa

BAB I PENDAHULUAN. awal yaitu berkisar antara tahun. Santrock (2005) (dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa ingin berinteraksi dengan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa di mana individu banyak mengambil

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. ke arah positif maupun negatif, maka intervensi edukatif dalam bentuk

PENGARUH LINGKUNGAN KELUARGA, IKLIMSEKOLAH, DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN EKONOMI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki masa pensiun merupakan salah satu peristiwa di kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan tinggi, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Lembaga

I. PENDAHULUAN. Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan formal, yang masih

bagaimana seseorang melihat atau memahami dirinya (sense of self) serta

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. latihan sehingga mereka belajar untuk mengembangkan segala potensi yang

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, persaingan global semakin ketat, sejalan dengan telah berlangsungnya

BAB I PENDAHULUAN. bagi masyarakat, karena banyakdari kaum laki-laki maupun perempuan, tua

Pengantar Psikologi Abnormal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tugas perkembangannya di periode tersebut maka ia akan bahagia, namun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kepercayaan diri yang tinggi individu tersebut lebih mudah mengaktualisasikan

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki ambang millennium ketiga, masyarakat Indonesia mengalami

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. remaja berkembang gejala yang menghawatirkan bagi para pendidik yaitu krisis

I. PENDAHULUAN. oleh setiap individu dalam menghadapi perkembangan ilmu pengetahuan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Agni Marlina, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan perkembangan seseorang bisa dilihat sejak usia dini, khususnya pada usia

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kecemasan

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini setiap orang berusaha untuk dapat bersekolah. Menurut W. S

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. yang dimilikinya. Salah satu faktor penentu kualitas sumber daya manusia adalah

BAB I PENDAHULUAN. upaya peningkatan mutu pendidikan di sekolah merupakan strategi dalam meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ujian Nasional (UN) merupakan salah satu sumber penyebab kecemasan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. kegiatan belajar mengajar di dalam kelas adalah sebuah proses dimana

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari masa anak menuju masa dewasa, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORITIK. a. Pengertian Kemampuan Komunikasi Matematis. matematis merupakan sebuah cara dalam berbagi ide-ide dan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia senantiasa membutuhkan kehadiran orang lain untuk berinteraksi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dapat membantu suatu negara dalam mencetak SDM (Sumber

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pentingnya pendidikan moral dan sosial. Dhofier (1990) menyatakan moral dan

BAB V PEMBAHASAN. program bimbingan, pengajaran dan latihan dalam membantu peserta didik agar mampu

tersisih ", mengandung pengertian bahwa kaum gay pada akhirnya tetap

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah merupakan salah satu mata pelajaran yang menanamkan. Berdasarkan pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa sejarah dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dyah Kusuma Ayu Pradini, 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dari hasil analisa utama bab 4 dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial teman sebaya berpengaruh terhadap kecemasan dalam menghadapi Ujian Nasional pada siswa kelas XII SMA X di Jakarta Barat. Bentuk pengaruh dukungan sosial teman sebaya terhadap kecemasan adalah negatif, artinya semakin tinggi dukungan sosial teman sebaya maka semakin rendah kecemasan dalam menghadapi Ujian Nasional sebaliknya semakin rendah dukungan sosial teman sebaya maka semakin tinggi kecemasan dalam menghadapi Ujian Nasional pada siswa kelas XII SMA X di Jakarta Barat. Menurut Purwanto (dalam Prawitasari, 2012), Ujian Nasional bagi sebagian siswa sering dirasakan sebagai stressor yang dapat menimbulkan kecemasan. Kecemasan yang timbul pada saat Ujian Nasional diperkirakan dapat mengganggu konsentrasi dan kemampuan dalam berpikir dan bertindak saat ujian. Sehingga hal ini akan berpengaruh terhadap hasil yang dicapai pada saat ujian tersebut. Sejalan dengan itu, Sari dan Kuncoro (2006) menyatakan bahwa keadaan pribadi individu, tingkat pendidikan, pengalaman yang tidak menyenangkan, dan dukungan sosial merupakan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kecemasan. Sedangkan menurut Nevid, Rathus, dan Greene (2007), kecemasan dipengaruhi beberapa faktor, yaitu faktor lingkungan sosial (meliputi pemaparan terhadap peristiwa yang mengancam atau traumatis dan kurangnya dukungan sosial), faktor biologis (meliputi predisposisi genetis, abnormalitas dalam jalur otak yang memberi sinyal bahaya), faktor tingkah laku, dan faktor kognitif serta emosional. Selain itu, 77

78 masalah kesehatan, relasi sosial/dukungan sosial, ujian, karir, relasi internasional, dan kondisi lingkungan adalah beberapa hal yang juga menjadi sumber kecemasan. Dari hasil analisa tambahan didapatkan bahwa dimensi penghargaan/ pengakuan (Reassurance of Worth) adalah dimensi yang berpengaruh terhadap kecemasan dalam menghadapi ujian nasional pada siswa kelas XII SMA X di Jakarta Barat. Bentuk pengaruhnya adalah negatif, artinya semakin tinggi penghargaan maka semakin rendah kecemasan dalam menghadapi ujian nasional sebaliknya semakin rendah penghargaan maka semakin tinggi kecemasan dalam menghadapi ujian nasional pada siswa kelas XII SMA X di Jakarta Barat. Menurut Taylor, Peplau, dan Sears (1997), dimensi penghargaan/pengakuan (reassurance of worth) merupakan pengakuan atas kompetensi, kemampuan, dan keahlian individu. Pada dukungan sosial jenis ini, seseorang akan mendapat pengakuan atas kemampuan dan keahliannya serta mendapat penghargaan dari orang lain. Memberikan pujian apresiasi dan pengakuan positif akan menimbulkan keyakinan dalam diri sehingga hal ini dapat mereduksi kecemasan yang dirasakan. 5.2 Diskusi Penelitian yang sudah dilakukan mendapatkan beberapa hal yang dapat didiskusikan antara lain: 1. Temuan bahwa hasil dari penelitian ini tidak dapat digeneralisasikan untuk seluruh SMA di Jakarta, karena dalam penelitian ini hanya menggunakan 1 tempat sekolah untuk penelitian. 2. Temuan bahwa Sumbangan efektif dukungan sosial teman sebaya terhadap kecemasan dalam menghadapi ujian nasional hanya sebesar 3%. Sedangkan sisanya 97% dijelaskan oleh hal-hal lain yang juga turut berperan

79 dalam mempengaruhi kecemasan menjelang ujian nasional yang tidak terlibat dalam penelitian ini. Sari dan Kuncoro (2006) menyatakan bahwa keadaan pribadi individu, tingkat pendidikan, pengalaman yang tidak menyenangkan, dan dukungan sosial merupakan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kecemasan. Sedangkan menurut Nevid, Rathus, dan Greene (2007), kecemasan dipengaruhi beberapa faktor, yaitu faktor lingkungan sosial (meliputi pemaparan terhadap peristiwa yang mengancam atau traumatis dan kurangnya dukungan sosial), faktor biologis (meliputi predisposisi genetis, abnormalitas dalam jalur otak yang memberi sinyal bahaya), faktor tingkah laku, dan faktor kognitif serta emosional. Kecemasan remaja dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu usia, status kesehatan, jenis kelamin, pengalaman, sistem pendukung dan besar kecilnya stressor (Hurlock,2000). 3. Dimensi penghargaan merupakan dimensi yang berpengaruh terhadap kecemasan dalam menghadapi ujian nasional. Menurut Sarason (dalam Elliott, 2000), ciri-ciri utama tes yang menimbulkan kecemasan salah satunya yaitu siswa mengantisipasi bahwa ia akan gagal dan kehilangan penghargaan dari orang lain. Penghargaan/pengakuan merupakan kunci yang paling penting dalam pembentukan perilaku yang akan membawa seseorang kearah keberhasilan atau kegagalan (Humanitas, 2006). Dukungan ini terjadi lewat ungkapan penghargaan positif untuk individu yang bersangkutan, dorongan maju, dan perbandingan positif individu dengan orang-orang lain (Sarafino, 1994). Dukungan ini membuat seseorang merasa berharga, kompeten, dan dihargai (Sarafino, 1994).

80 5.3 Saran Beberapa saran yang dapat peneliti berikan terkait dengan diskusi dan temuan selama melakukan penelitian ini adalah 1. Jumlah subjek yang berpartisipasi diharapkan lebih banyak dari penelitian ini. Tidak hanya 1 sekolah tetapi bisa lebih dari 1 sekolah yang dapat mewakili setiap daerah. Hal ini berguna untuk lebih memastikan terpenuhinya validitas eksternal yakni generalisasi hasil penelitian. Sehingga temuan penelitian dapat diterapkan pada individu yang tidak terlibat dalam penelitian. Mengingat kecemasan Ujian Nasional merupakan fenomena umum yang terjadi hampir di seluruh Indonesia. Penelitian selanjutnya juga dapat dilakukan dengan menggunakan metode campur (mix method) yang mengkombinasikan kuantitatif dan kualitatif. Tipe ini dapat memperkaya temuan penelitian dari sisi sebaran data dan analisis yang lebih mendalam terhadap subjek. 2. Sudah terbukti bahwa sumbangan efektif dukungan sosial teman sebaya terhadap kecemasan dalam menghadapi ujian nasional adalah sebesar 3%, sedangkan sisanya 97% dijelaskan oleh hal-hal atau faktor-faktor lain yang juga turut berperan dalam mempengaruhi kecemasan menjelang ujian nasional. Untuk penelitian selanjutnya, bisa mempertimbangkan faktor lain selain dukungan sosial atau menggunakan lebih dari 1 IV. Menurut Sari dan Kuncoro (2006), keadaan pribadi individu/kepribadian, tingkat pendidikan, motivasi, pengalaman yang tidak menyenangkan, merupakan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kecemasan selain dukungan sosial. Sedangkan menurut Nevid, Rathus, dan Greene (2007), kecemasan dipengaruhi oleh faktor lingkungan sosial, faktor biologis, tingkah laku, kognitif, dan emosional.

81 3. Dimensi penghargaan adalah dimensi yang berpengaruh terhadap kecemasan dalam menghadapi ujian nasional. Untuk meningkatkan self efficacy individu bisa dilakukan melalui dukungan penghargaan. Dukungan penghargaan bisa diberikan lewat ungkapan penghargaan positif untuk individu yang bersangkutan. Dorongan maju, persetujuan dengan gagasan atau perasaan individu dan perbandingan positif individu dengan orang-orang lain. Penghargaan merupakan sesuatu hal yang memang diharapkan oleh individu sebagai makhluk sosial. Wujud nyata sebagai bentuk nilai penghargaan ini adalah sikap saling menghargai. Banyak cara yang dilakukan oleh individu agar dapat dihargai oleh orang lain. Akan menjadi nilai lebih tersendiri jika apapun yang dilakukan seseorang mendapat tanggapan dari orang lain baik berupa pujian atau benda. Ada beberapa cara dalam memberikan penghargaan antara lain penghargaan berupa ucapan atau penguatan verbal, penguatan dengan mimik & gerakan badan, dengan sentuhan, dengan kegiatan yang menyenangkan, dan dengan simbol/benda. Dalam hal ini, guru dapat berperan sebagai Role Model supaya siswa dapat saling menghargai. Peran sekolah adalah menciptakan iklim yang kondusif dimana guru dan siswa saling memotivasi baik dalam hal belajar maupun pergaulan serta saling membantu satu sama lain. Selain itu dapat membentuk tata pergaulan dalam suasana interaksi dan sosialisasi dimana guru dan siswa saling mempengaruhi. Mengingat fungsi sekolah bukan terbatas pada pengembangan intelektual saja tetapi juga pada pengembangan sosial, emosional, akademik, dan vokasional. Jadi, intervensi untuk dapat meningkatkan prestasi siswa, yaitu dengan meningkatkan penghargaan /pengakuan untuk dapat menurunkan kecemasan.