BAB I PENDAHULUAN. 30 tahun hingga tahun 1990 total produksi agregrat (pasir, kerikil dan batu pecah)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGARUH PENAMBAHAN SEMEN TERHADAP KARAKTERISTIK KEPADATAN DAN CBR CAMPURAN RAP (RECLAIMED ASPHALT PAVEMENT )

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Jalan merupakan unsur penting dalam kehidupan manusia. Jalan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang JULIE-CVL 11

BAB I PENDAHULUAN. dalam penunjang aktivitas di segala bidang. Berbagai aktivitas seperti

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Jalan merupakan prasarana transportasi darat yang memiliki peranan yang

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan hal tersebut mengakibatkan peningkatan mobilitas penduduk

BAB I PENDAHULUAN ` 1

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia sehari-hari, selain itu jalan juga memegang peranan penting

BAB I PENDAHULUAN. Jalan merupakan infrastruktur dasar dan utama dalam menggerakkan roda

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan untuk menunjang dan menggerakkan bidang bidang kehidupan

PENGARUH PENGGUNAAN AGREGAT HALUS (PASIR BESI) PASUR BLITAR TERHADAP KINERJA HOT ROLLED SHEET (HRS) Rifan Yuniartanto, S.T.

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan kebutuhan pokok dalam kegiatan masyarakat sehari-hari. Kegiatan

B 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melebihi daya dukung tanah yang diijinkan (Sukirman, 1992).

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan pokok dalam kegiatan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Jalan sebagai salah satu prasarana transportasi merupakan unsur penting

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Alik Ansyori Alamsyah Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Malang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Jalan sebagai prasarana transportasi adalah salah satu faktor yang sangat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KARAKTERISTIK KEPADATAN DAN CBR MATERIAL RAP (RECLAIMED ASPHALT PAVEMENT) DENGAN PROSES PENCAMPURAN HANGAT ( WARMMIX ) Tugas Akhir

BAB I PENDAHULUAN. agregat, dan agregat berperan sebagai tulangan. Sifat-sifat mekanis aspal dalam

PENGARUH ASBUTON TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL PERKERASAN DAUR ULANG DENGAN PEREMAJA OLI BEKAS DAN SOLAR

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Masalah

BAB 1. PENDAHULUAN. Perkerasan jalan merupakan lapisan perkerasan yang terletak diantara

BAB I PENDAHULUAN. sebagai bahan pengikat agregat agar lapisan perkerasan kedap air.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

ABSTRAKSI PENGGUNAAN PERTAMAX SEBAGAI MODIFIER PADA LASBUTAG CAMPURAN DINGIN UNTUK PERKERASAN JALAN.

KAJIAN KINERJA CAMPURAN BERASPAL PANAS JENIS LAPIS ASPAL BETON SEBAGAI LAPIS AUS BERGRADASI KASAR DAN HALUS

BAB I PENDAHULUAN. disektor ekonomi, sosial budaya, politik, industri, pertahanan dan keamanan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini perkembangan dan pertumbuhan penduduk sangat pesat.

ANALISIS KORELASI ANTARA MARSHALL STABILITY DAN ITS (Indirect Tensile Strength) PADA CAMPURAN PANAS BETON ASPAL. Tugas Akhir

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Prasarana jalan berkaitan erat dengan pertumbuhan pembangunan di berbagai

Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.4 April 2015 ( ) ISSN:

BAB I PENDAHULUAN. berkembang, sampai ditemukannya kendaraan bermotor oleh Gofflieb Daimler dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. sektor pembangunan di Indonesia yang memiliki prioritas lebih dari sektor

Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.3 Maret 2015 ( ) ISSN:

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

3.1 Lataston atau Hot Rolled Sheet

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.12 Desember 2015 ( ) ISSN:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PEDOMAN Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil

ANALISIS KARAKTERISTIK LAPISAN TIPIS ASPAL PASIR (LATASIR) KELAS A YANG SELURUHNYA MEMPERGUNAKAN AGREGAT BEKAS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGARUH PENAMBAHAN SERBUK BAN KARET PADA CAMPURAN LASTON UNTUK PERKERASAN JALAN RAYA

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada perkerasan Jalan Raya, dibagi atas tiga jenis perkerasan, yaitu

2.4 Daur Ulang Lapis Keras Aspal (Asphalt Pavement Recycling) 6

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

EFEK PEMAKAIAN PASIR LAUT SEBAGAI AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN ASPAL PANAS (AC-BC) DENGAN PENGUJIAN MARSHALL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Vol.16 No.2. Agustus 2014 Jurnal Momentum ISSN : X

Kamidjo Rahardjo Dosen Teknik Sipil FTSP ITN Malang ABSTRAKSI

BAB I PENDAHULUAN. penduduk di Yogyakarta. Pembangunan hotel, apartemen, perumahan dan mall

BAB I PENDAHULUAN. perkerasan jalan itu adalah sifat daya tahan (durability) aspal. Durability aspal

BAB 1 PENDAHULUAN. kebutuhan sarana transportasi, salah satunya adalah jalan. Jalan merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

KAJIAN EKSPERIMENTAL CAMPURAN HRS-WC DENGAN ASPAL MINYAK DAN PENAMBAHAN ADITIF LATEKS SEBAGAI BAHAN PENGIKAT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dikenal dengan istilah lateks. Di dalam lateks terkandung 25-40% bahan karet

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu negara yang memiliki jumlah penduduk yang cukup

KARAKTERISTIK MARSHALL ASPHALT CONCRETE-BINDER COURSE (AC-BC) DENGAN MENGGUNAKAN LIMBAH BETON SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN AGREGAT KASAR

PENGARUH PENAMBAHAN FILLER SEMEN DAN LAMA RENDAMAN BANJIR TERHADAP KARAKTERISTIK CAMPURAN SMA

BAB I PENDAHULUAN. Campuran beraspal adalah suatu kombinasi campuran antara agregat dan aspal.

PENGARUH KEPADATAN MUTLAK TERHADAP KEKUATAN CAMPURAN ASPAL PADA LAPISAN PERMUKAAN HRS-WC

Akhmad Bestari, Studi Penggunaan Pasir Pantai Bakau Sebagai Campuran Aspal Beton Jenis HOT

PENGGUNAAN LIMBAH HANCURAN GENTENG SEBAGAI ALTERNATIF AGREGAT KASAR PADA CAMPURAN HOT ROLLED ASPHALT

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkerasan jalan adalah suatu bagian dari jalan yang diperkeras dengan lapisan

PEMANFAATAN ABU AMPAS TEBU ( BAGASSE ASH OF SUGAR CANE ) SEBAGAI BAHAN PENGISI ( FILLER ) DENGAN VARIASI TUMBUKAN PADA CAMPURAN ASPAL PANAS LASTON

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di zaman yang berkembang seperti saat ini pembangunan sarana

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH PENGGUNAAN MINYAK PELUMAS BEKAS PADA BETON ASPAL YANG TERENDAM AIR LAUT DAN AIR HUJAN

KORELASI ANTARA PENAMBAHAN ASPAL MINYAK PADA CAMPURAN PERKERASAN ASPAL BETON HASIL DAUR ULANG TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL. Alik Ansyori Alamsyah

Jurnal Sipil Statik Vol.1 No.2, Januari 2013 ( )

PEMANFAATAN BONGKARAN LAPISAN PERMUKAAN PERKERASAN ASPAL SEBAGAI CAMPURAN HRS

BAB I PENDAHULUAN. Dalam campuran beraspal, aspal berperan sebagai pengikat atau lem antar partikel

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada masa sekarang, dapat dikatakan penggunaan beton dapat kita jumpai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGARUH SUHU DAN DURASI TERENDAMNYA PERKERASAN BERASPAL PANAS TERHADAP STABILITAS DAN KELELEHAN (FLOW)

PENGARUH KOMBINASI SEKAM PADI DAN SEMEN SEBAGAI FILLER TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL CAMPURAN LAPIS ASPAL BETON

PENGARUH PENAMBAHAN KARET SOL PADA BETON ASPAL YANG TERENDAM AIR LAUT (204M)

PENGGUNAAN ABU DASAR BATUBARA SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN LATASIR B TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL.

EVALUASI PELAKSANAAN PROYEK PEMELIHARAAN BERKALA JALAN PRACIMANTORO-GEDANGKLUTUK KABUPATEN WONOGIRI TESIS

BAB I PENDAHULUAN. terjadi berlebihan (overload) atau disebabkan oleh Physical Damage Factor (P.D.F.)

PENGARUH TEPUNG KANJI SEBAGAI ZAT ADITIF TERHADAP NILAI STABILITAS DAN NILAI KELELEHAN PADA CAMPURAN ASPAL

KARAKTERISTIK STABILITAS DAN STABILITAS SISA CAMPURAN BETON ASPAL DAUR ULANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PEMANFAATAN PASIR LAUT TANJUNG ALANG SEBAGAI AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN HRS (HOT ROLLED SHEET) ABSTRACT PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi yang tak terelakan telah membawa permintaan terhadap agregrat untuk digunakan pada konstruksi teknik sipil. Dalam periode 30 tahun hingga tahun 1990 total produksi agregrat (pasir, kerikil dan batu pecah) meningkat dari 110 juta ton hingga mendekati 300 juta ton. Bangunan jalan memainkan peranan yang khusus dalam permintaan bahan ini hingga mencapai 1/3 dari total produksi. Rata-rata 20.000 agregrat digunakan untuk setiap mil panjang konstruksi jalan raya (Bakrie, 2001). Dampak lingkungan yang ditimbulkan oleh pangambilan agregrat yang berasal dari daerah lain menjadi sumber perhatian saat ini. Dampak-dampak yang ditimbulkan antara lain hilangnya kesuburan tanah pada daerah pedalaman, gangguan pemandangan, lalu lalangnya kendaraan berat pada jalan yang tidak sesuai dengan ketentuan, kebisingan, debu dan getaran yang terjadi akibat ledakan. Peningkatan penggunaan agregrat juga menyebabkan hilangnya dua sumber alam tambahan yaitu agregrat itu sendiri dan daerah pedalaman yang asli yang telah terganggu kemurniannya. Memperhatikan semakin berkurangnya sumber-sumber alam dan semakin meningkatnya permintaan akan agregrat dan aspal untuk konstruksi yang terjadi dalam tahun-tahun ini, maka perlu dicari kemungkinan adanya bahan alternatif yang dapat digunakan pada konstruksi jalan yaitu material-material limbah

2 mineral dan sisa-sisa limbah industri. Alternative lain yang mungkin dapat didaur ulang yaitu lapisan perkerasan jalan yang lama sehingga dapat memproduksi agregrat dan aspal yang khusus, dimana fungsinya sama atau bahkan lebih baik dari material yang ada. Daur ulang pada perkerasan jalan biasanya dilaksanakan untuk perbaikan retak, lepas-lepas dan alur yang besar. Banyak faktor yang menjadi penyebab kerusakan tersebut antara lain labilnya tanah dasar dan lapis pondasi bawahnya, beban lalu lintas, iklim dan cuaca, rendahnya mutu campuran aspal beton tersebut, serta kurangnya pemeliharaan. Jika reclaimed beton aspal digunakan peda konstruksi jalan maka harus diklasifikasikan dan mencocokan dengan kebutuhan-kebutuhan yang sesuai klasifikasi dan spesifikasi material yang digunakan. Material yang digunakan untuk daur ulang adalah bahan garukan aspal dan bila diperlukan ditambahkan aspal dan agregrat baru. Bahan garukan ini mengandung aspal dan agregrat yang disebut aspal lama dan agregrat lama. Untuk mencapai hasil yang memuaskan dari daur ulang, pada umumnya perlu mengubah sifat aspal lama dengan bahan peremaja. Ada beberapa bahan peremaja yang dapat digunakan untuk meningkatkan sifat fisik aspal lama seperti softening agent, reclaiming agent, recycling agent, fluxing oils, extender oil, aromatic oil (Kono, 1990). Dalam hal ini oli bekas dipakai sebagai pengganti bahan peremaja, karena oli bekas termasuk minyak berat atau fluxing oil. Selain sebagai pengganti bahan peremaja oli bekas dipakai untuk mengurangi prosentase penggunaan aspal baru.

3 1.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimanakah pengaruh oli bekas sebagai bahan tambah pada daur ulang aspal hasil recycling lapisan ATB terhadap tes Marshall (Marshall Stability, Flow, Air Void dan Marshall Quotient)? 2. Berapakah komposisi penambahan oli bekas yang dapat menghasilkan kualitas aspal hasil daur ulang terbaik berdasarkan test Marshall? 1.3 Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui karakteristik Marshall dari daur ulang aspal dengan bahan tambah oli bekas. 2. Untuk mengetahui komposisi penambahan oli bekas sebagai bahan tambah yang dapat menghasilkan kualitas perkerasan yang terbaik dari aspal hasil daur ulang. 1.4 Hipotesa Penelitian Terdapat pengaruh pada nilai-nilai test Marshall dengan penggunaan oli bekas sebagai bahan tambah aspal hasil recycling. 1.5 Manfaat Penelitian 1. Pemanfaatan limbah Dengan diketahui hasil dari penelitian ini, aspal bekas dapat dimanfaatkan kembali, demikian juga dengan oli bekas, secara otomatis dapat memanfaatkan limbah secara ekonomis.

4 2. Untuk peneliti Sebagai salah satu kesempatan bagi peneliti guna untuk menerapkan pengetahuan di bidang teknik, khususnya teknologi konstruksi jalan raya sehingga dapat memperluas wawasan. 3. Untuk praktisi dan instansi terkait Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan dan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan acuan bila suatu saat menggunakan oli bekas sebagai bahan tambah untuk proses daur ulang aspal bekas, sehingga bermanfaat bagi perkembangan teknologi perkerasan jalan di masa mendatang. 1.6 Batasan Masalah Adapun batasan pada penelitian ini adalah : 1. Tidak membahas analisa kimia dari bahan tambah. 2. Tidak meninjau sisi ekonomi. 3. Tidak meninjau ketersediaan material aspal bekas. 4. Tidak membahas pelaksanaan di lapangan. 1.7 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup dari penelitian ini adalah membahas karakteristik marshall dari penggunaan oli bekas sebagai bahan tambah aspal hasil recycling. Dengan subyek penelitian sebagai berikut : 1. Penelitian ini dilakukan di laboratorium jalan raya dan transportasi Teknik Sipil UMM. 2. Penelitian hanya membahas karakteristik marshall dari penggunaan bahan tambah oli bekas pada proses daur ulang aspal bekas.

5 3. Hasil penelitian didasari pada data primer yaitu hasil penelitian di laboratorium dan data sekunder yaitu literature. 4. Aspal bekas yang dipakai adalah hasil garukan dari ruas jl.kolonel Sugiono kota Malang.