1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi yang tak terelakan telah membawa permintaan terhadap agregrat untuk digunakan pada konstruksi teknik sipil. Dalam periode 30 tahun hingga tahun 1990 total produksi agregrat (pasir, kerikil dan batu pecah) meningkat dari 110 juta ton hingga mendekati 300 juta ton. Bangunan jalan memainkan peranan yang khusus dalam permintaan bahan ini hingga mencapai 1/3 dari total produksi. Rata-rata 20.000 agregrat digunakan untuk setiap mil panjang konstruksi jalan raya (Bakrie, 2001). Dampak lingkungan yang ditimbulkan oleh pangambilan agregrat yang berasal dari daerah lain menjadi sumber perhatian saat ini. Dampak-dampak yang ditimbulkan antara lain hilangnya kesuburan tanah pada daerah pedalaman, gangguan pemandangan, lalu lalangnya kendaraan berat pada jalan yang tidak sesuai dengan ketentuan, kebisingan, debu dan getaran yang terjadi akibat ledakan. Peningkatan penggunaan agregrat juga menyebabkan hilangnya dua sumber alam tambahan yaitu agregrat itu sendiri dan daerah pedalaman yang asli yang telah terganggu kemurniannya. Memperhatikan semakin berkurangnya sumber-sumber alam dan semakin meningkatnya permintaan akan agregrat dan aspal untuk konstruksi yang terjadi dalam tahun-tahun ini, maka perlu dicari kemungkinan adanya bahan alternatif yang dapat digunakan pada konstruksi jalan yaitu material-material limbah
2 mineral dan sisa-sisa limbah industri. Alternative lain yang mungkin dapat didaur ulang yaitu lapisan perkerasan jalan yang lama sehingga dapat memproduksi agregrat dan aspal yang khusus, dimana fungsinya sama atau bahkan lebih baik dari material yang ada. Daur ulang pada perkerasan jalan biasanya dilaksanakan untuk perbaikan retak, lepas-lepas dan alur yang besar. Banyak faktor yang menjadi penyebab kerusakan tersebut antara lain labilnya tanah dasar dan lapis pondasi bawahnya, beban lalu lintas, iklim dan cuaca, rendahnya mutu campuran aspal beton tersebut, serta kurangnya pemeliharaan. Jika reclaimed beton aspal digunakan peda konstruksi jalan maka harus diklasifikasikan dan mencocokan dengan kebutuhan-kebutuhan yang sesuai klasifikasi dan spesifikasi material yang digunakan. Material yang digunakan untuk daur ulang adalah bahan garukan aspal dan bila diperlukan ditambahkan aspal dan agregrat baru. Bahan garukan ini mengandung aspal dan agregrat yang disebut aspal lama dan agregrat lama. Untuk mencapai hasil yang memuaskan dari daur ulang, pada umumnya perlu mengubah sifat aspal lama dengan bahan peremaja. Ada beberapa bahan peremaja yang dapat digunakan untuk meningkatkan sifat fisik aspal lama seperti softening agent, reclaiming agent, recycling agent, fluxing oils, extender oil, aromatic oil (Kono, 1990). Dalam hal ini oli bekas dipakai sebagai pengganti bahan peremaja, karena oli bekas termasuk minyak berat atau fluxing oil. Selain sebagai pengganti bahan peremaja oli bekas dipakai untuk mengurangi prosentase penggunaan aspal baru.
3 1.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimanakah pengaruh oli bekas sebagai bahan tambah pada daur ulang aspal hasil recycling lapisan ATB terhadap tes Marshall (Marshall Stability, Flow, Air Void dan Marshall Quotient)? 2. Berapakah komposisi penambahan oli bekas yang dapat menghasilkan kualitas aspal hasil daur ulang terbaik berdasarkan test Marshall? 1.3 Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui karakteristik Marshall dari daur ulang aspal dengan bahan tambah oli bekas. 2. Untuk mengetahui komposisi penambahan oli bekas sebagai bahan tambah yang dapat menghasilkan kualitas perkerasan yang terbaik dari aspal hasil daur ulang. 1.4 Hipotesa Penelitian Terdapat pengaruh pada nilai-nilai test Marshall dengan penggunaan oli bekas sebagai bahan tambah aspal hasil recycling. 1.5 Manfaat Penelitian 1. Pemanfaatan limbah Dengan diketahui hasil dari penelitian ini, aspal bekas dapat dimanfaatkan kembali, demikian juga dengan oli bekas, secara otomatis dapat memanfaatkan limbah secara ekonomis.
4 2. Untuk peneliti Sebagai salah satu kesempatan bagi peneliti guna untuk menerapkan pengetahuan di bidang teknik, khususnya teknologi konstruksi jalan raya sehingga dapat memperluas wawasan. 3. Untuk praktisi dan instansi terkait Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan dan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan acuan bila suatu saat menggunakan oli bekas sebagai bahan tambah untuk proses daur ulang aspal bekas, sehingga bermanfaat bagi perkembangan teknologi perkerasan jalan di masa mendatang. 1.6 Batasan Masalah Adapun batasan pada penelitian ini adalah : 1. Tidak membahas analisa kimia dari bahan tambah. 2. Tidak meninjau sisi ekonomi. 3. Tidak meninjau ketersediaan material aspal bekas. 4. Tidak membahas pelaksanaan di lapangan. 1.7 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup dari penelitian ini adalah membahas karakteristik marshall dari penggunaan oli bekas sebagai bahan tambah aspal hasil recycling. Dengan subyek penelitian sebagai berikut : 1. Penelitian ini dilakukan di laboratorium jalan raya dan transportasi Teknik Sipil UMM. 2. Penelitian hanya membahas karakteristik marshall dari penggunaan bahan tambah oli bekas pada proses daur ulang aspal bekas.
5 3. Hasil penelitian didasari pada data primer yaitu hasil penelitian di laboratorium dan data sekunder yaitu literature. 4. Aspal bekas yang dipakai adalah hasil garukan dari ruas jl.kolonel Sugiono kota Malang.