Menimbang: a. bahwa dalam rangka mendukung kegiatan Layanan Tunggal

dokumen-dokumen yang mirip
National Single Window;

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PENGGUNAAN SISTEM ELEKTRONIK DALAM KERANGKA INDONESIA NATIONAL SINGLE WINDOW

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PENGGUNAAN SISTEM ELEKTRONIK DALAM KERANGKA INDONESIA NATIONAL SINGLE WINDOW

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2012 TENTANG

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA. Telepon : (Sentral)

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR :KP 12 TAHUN 2015 TENTANG PEMBAYARAN PASSENGER SERVICE CHARGE (PSC) DISATUKAN DENGAN

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP-447 TAHUN 2014 TENTANG PEMBAYARAN PASSENGER SERVICE CHARGE (PSC) DISATUKAN DENGAN

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 28/M-DAG/PER/6/2009 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2015, No Peraturan Presiden Nomor 40 Tahun 2015 tentang Kementerian Perhubungan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 75); 5

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA. Nomor : KP. 572 TAHUN 2011 TENTANG

Udara yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal;

2 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 13 Tahun 2014; 3. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fung

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : P- 18 /BC/2008 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2015, No Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4956); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2012 tentang Pembangunan dan Pelestar

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 76 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLA PORTAL INDONESIA NATIONAL SINGLE WINDOW DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 76 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLA PORTAL INDONESIA NATIONAL SINGLE WINDOW DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. memperlancar perekonomian sebagai pendorong, penggerak kemajuan suatu wilayah.

Direktur Jenderal Perhubungan Udara tentang Penataan

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang

2 Ke Dan Dari Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republi

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 70/PMK.04/2007 TENTANG KAWASAN PABEAN DAN TEMPAT PENIMBUNAN SEMENTARA

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4956);

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 2 TAHUN 2016 TENTANG

Menimbang : a. bahwa berdasarkan Bab IV huruf A angka 2 huruf a dan b

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 274 TAHUN 2017 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 049 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 503 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENILAIAN DAN PENGAWASAN PEMENUHAN

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 104 TAHUN 2016 TENTANG

Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 313 ayat 3

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA. Nomor : SKEP / 195 / IX / 2008 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERSETUJUAN TERBANG (FLIGHT APPROVAL)

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG

2015, No Kementerian Negara, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 135 Tahun 2014; 4. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR: KP 181 TAHUN 2017 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 145/PMK.04/2014 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Barang Ekspor. Barang Impor. Pengeluaran.

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA. NOMOR : KP. 56 Tahun 2014 TENTANG ORGANISASI SLOT INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SKEP /40/ III / 2010

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA. Nomor: KP. 456 T4HUN 2011 TENTANG

BUPATI SINTANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT

TENTANG PETUNJUK DAN TATA CARA PENGAWASAN KEAMANAN PENERBANGAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Republik In

2016, No Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5208); 3. Peraturan Pemerintah Nomor

3. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara;

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR: KP.289 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. mempererat hubungan antar bangsa. Pentingnya transportasi tersebut

PERATURAN MENTER. PERHUBUNGAN NOMOR: KM 11 TAHUN 2010 TENTANG TATANAN KEBANDARUDARAAN NASIONAL

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 04 TAHUN 2013 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2 Tahun 2009 Nomor 151, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5070); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2010 tentang Kenavigasian (Lemb

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA,

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan

MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA

Standar dan Regulasi terkait Perencanaan, Perancangan, Pembangunan, dan Pengoperasian Bandar Udara Juli 28, 2011

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 541 TAHUN 2014 TENTANG FASILITAS KEGIATAN FAL (FACILITATION) DI BANDAR UDARA INTERNASIONAL

2017, No Perubahan atas Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 93, Tambahan

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA Nomor: KP 4 TAHUN 2016 TENTANG

Memmbang. a. perhubungan NomQr KM 21 Tahun 2009 tentang Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 173

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG

2016, No Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5208); 3. Peraturan Pemerintah Nomor

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2 3. Peraturan Presiden Nomor 28 Tahun 2015 tentang Kementerian Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 51); 4. Peraturan Menter

NOMOR : KP 261 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR KP 104 TAHUN 2017 TENTANG

2 Indonesia Tahun 1994 Nomor 57, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3564); 2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan (Lem

2015, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf b, perlu mengatur kembali ketentuan impor tekstil dan produk tekst

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG KEBANDARUDARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang Pengesahan Agreement Establishing The World Trade Organization (Persetujuan P

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 45 TAHUN 2015 TENTANG PERSYARATAN KEPEMILIKAN MODAL BADAN USAHA DI BIDANG TRANSPORTASI

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KP 996 TAHUN 2017 TENTANG SATUAN TUGAS PERCEPATAN PELAKSANAAN BERUSAHA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN

2018, No Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8)

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : SKEP / 81 / VI / 2005 TENTANG

Menimbang : a. bahwa berdasarkan Bab IV huruf A angka 2 huruf a dan b

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2016, No kepelabuhanan, perlu dilakukan penyempurnaan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 51 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Pelabuhan L

2017, No Negara Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2001, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4075); 3. Peraturan Pemerintah Nomor

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Transkripsi:

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA Jalan Merdeka Barat No. 8 Jakarta 10110 KotakPosNo. 1389 Jakarta 10013 Telepon : 3505550-3505006 (Sentral) Fax:3505136-3505139 3507144 PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 121 T4HUN 2012 TENTANG SISTEM PELAYANAN INFORMASI ARUS BARANG EKSPOR DAN IMPOR SECARA ELEKTRONIK DI BANDAR UDARA INTERNASIONAL SOEKARNO HATTA (NATIONAL SINGLE WINDOWS BANDAR UDARA/NSW-AIRPORTNET) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka mendukung kegiatan Layanan Tunggal Elektronik Nasional Indonesia (Indonesia National Single Windows/INSW) diperlukan upaya untuk mendorong kelancaran dan kecepatan arus barang ekspor, impor dan transit melalui peningkatan efisiensi waktu dan keterbukaan informasi arus barang (flow of goods) di Bandar Udara Internasional Soekarno Hatta; b. bahwa sehubungan dengan huruf a di atas, perlu mengimplementasikan kegiatan tersebut di lapangan khususnya di Bandar Udara Internasional Soekarno Hatta; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan b, perlu menetapkan sistem pelayanan informasi arus barang ekspor dan impor secara elektronik di Bandar Udara Internasional Soekarno Hatta (National Single Windows Bandar Udara (NSW-Airportnet) dengan Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2008, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4843); 2 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 61 Tahun 2008, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4846);

3 Undang-undang Nomor Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3481); 4 Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1995 tentang Angkutan Udara (Lembaran Negara Tahun 1995 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3610) sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2000 (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3925); 5 Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2001 tentang Keamanan dan Keselamatan Penerbangan (Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 9, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4075); 6 Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2008 tentang Penggunaan Sistem Elektronik dalam Kerangka Indonesia National Single Window; 7 Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara; 8 Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 25 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Angkutan Udara; 9 Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 60 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perhubungan; 10 Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 41 Tahun 2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Otoritas Bandar Udara; MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA TENTANG SISTEM PELAYANAN INFORMASI ARUS BARANG EKSPOR DAN IMPOR SECARA ELEKTRONIK DI BANDAR UDARA INTERNASIONAL SOEKARNO HATTA (NATIONAL SINGLE WINDOWS BANDAR UDARA/NSW-AIRPORTNET).

BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan: 1. Layanan informasi arus barang ekspor dan impor secara elektronik di bandar udara (NSW-Airportnet) adalah sistem informasi arus barang ekspor impor yang standar, terintegrasi antara sistem kepabeanan (DJBC) dengan sistem informasi di bandar udara untuk mendorong percepatan dan kelancaran arus barang ekspor dan impor. 2. Layanan tunggal elektronik nasional Indonesia (Indonesia National Single Window/ INSW) yang selanjutnya disebut dengan INSW adalah sistem nasional Indonesia yang dilakukannya suatu penyampaian data dan informasi secara tunggal (single submission of data and information), pemrosesan data dan informasi secara tunggal dan sinkron (single and synchronous processing ofdata and information), dan pembuatan keputusan secara tunggal untuk pemberian izin kepabeanan dan pengeluaran barang (single decision makingfor custom release and clearance ofcargoes). 3. Sistem keamanan adalah sistem yang digunakan dalam pengamanan terhadap data dan informasi, koneksi jaringan, dan infrastruktur pendukung, yang dilakukan baik secara fisik maupun menggunakan perangkat lunak. 4. Akses adalah kegiatan melakukan interaksi dengan sistem elektronik yang berdiri sendiri atau dengan jaringan. 5. Dokumen elektronik adalah setiap informasi elektronik yang dibuat, diteruskan, dikirim, diterima, atau disimpan dalam bentuk analog, digital, elektromagnetik, optikal atau sejenisnya, yang dapat dilihat, ditampilkan dan/atau didengar melalui computer atau system elektronik, termasuk tidak terbatas pada tulisan, suara atau gambar, peta, rancangan, foto atau sejenisnya, huruf, tanda, angka, kode akses, symbol atau perforasi yang memiliki makna atau arti atau dapat dipahami oleh orang yang mampu memahaminya. 6. Bandar Udara adalah kawasan di daratan dan/atau perairan dengan batas-batas tertentu yang digunakan sebagai tempat pesawat udara mendarat dan lepas landas, naik turun penumpang, bongkar muat barang, dan tempat perpindahan intra dan antarmoda transportasi, yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan dan keamanan penerbangan, serta fasilitas pokok dan fasilitas penunjang lainnya. 7. Pesawat udara adalah setiap mesin atau alat yang dapat terbang di atmosfer karena gaya angkat dari reaksi udara, tetapi bukan karena reaksi udara terhadap permukaan bumi yang digunakan untuk penerbangan.

8. Pertukaran data elektronik adalah perbuatan hukum yang dilakukan dengan melalui system elektronik antara para pihak yang melakukan pertukaran data. 9. Unit Penyelenggara Bandar Udara adalah lembaga pemerintah di bandar udara yang bertindak sebagai penyelenggara bandar udara, yang memberikan jasa pelayanan kebandarudaraan untuk bandar udara yang belum diusahakan secara komersial. 10. Badan Usaha Bandar Udara adalah badan usaha milik negara, badan usaha milik daerah, atau badan hukum Indonesia berbentuk perseroan terbatas atau koperasi, yang kegiatan utamanya mengoperasikan bandar udara untuk pelayanan umum. 11. Badan Usaha Angkutan Udara adalah adalah badan usaha milik negara, badan usaha milik daerah, atau badan hukum Indonesia berbentuk perseroan terbatas atau koperasi, yang kegiatan utamanya mengoperasikan pesawat udara untuk digunakan mengangkut penumpang, kargo, dan/atau pos dengan memungut pembayaran. 12. Pengelola pergudangan (warehousing) adalah pengelola pergudangan di bandar udara internasional. 13. Kargo adalah setiap barang yang diangkut oleh pesawat udara termasuk hewan dan tumbuhan selain pos, barang kebutuhan pesawat selama penerbangan, barang bawaan, atau barang yang tidak bertuan. 14. Kantor Otoritas Bandar Udara adalah Kantor Otoritas Bandar Udara Wilayah I di lingkungan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara. 15. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal Perhubungan Udara. 16. Kepala Kantor Otoritas adalah Kepala Kantor Otoritas Bandar Udara Wilayah I. BAB II ASAS DAN TUJUAN Pasal 2 Sistem layanan informasi arus barang ekspor dan impor di udara (NSW-Airportnet) diselenggarakan berdasarkan asas: bandar a. percepatan lalu lintas fisik barang ekspor, impor (flow of goods) dan transit di bandar udara; b. peningkatan daya saing nasional; c. kepentingan umum;

d. keterbukaan informasi lalu lintas fisik barang ekspor, impor (flow ofgoods) dan transit di bandar udara; e. pelayanan terintregrasi; f. keterpaduan; g. tegaknya hukum; dan h. kemandirian. Pasal 3 Sistem layanan informasi arus barang ekspor dan impor di bandar udara (NSW-Airportnet) diselenggarakan dengan tujuan : a. mewujudkan sistem layanan publik yang terintegrasi; b. memfasilitasi percepatan proses penyelesaian kegiatan informasi arus lalu lintas fisik barang ekspor, impor (flow of goods) dan transit melalui bandar udara dengan mengutamakan dan melindungi kepentingan konsumen dalam rangka memperlancar kegiatan perekonomian nasional; c. melindungi penanganan arus barang {flow of goods) ekspor, impor dan transit di bandar udara dari penyalah gunaan sistem; d. memberikan kepastian hukum dalam kegiatan penanganan arus barang (flow of goods) ekspor, impor dan transit di bandar udara yang dilaksanakan melalui sistem elektronik; e. menciptakan redundansi dan duplikasi data dan informasi; f. meningkatkan validitas dan akuransi data; g. mengoptimalkan penerimaan negara; h. meningkatkan daya saing dan mendorong pertumbuhan kewirausahaan serta memperluas akses pasar; dan i. memberi kepastian biaya dan waktu pelayanan. BAB III KEWENANGAN Pasal 4 (1) Direktur Jenderal Perhubungan Udara bertanggung jawab terhadap sistem layanan informasi arus barang ekspor dan impor di bandar udara (NSW-Airportnet). (2) Untuk melaksanakan tanggung jawab sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Direktur Jenderal berwenang : a. membentuk komite penanganan kegiatan sistem layanan informasi arus barang ekspor dan impor di bandar udara (NSW-Airportnet) pada Kantor Otoritas Bandar Udara; b. melimpahkan pelaksanaan kegiatan sistem layanan informasi arus barang ekspor dan impor di bandar udara (NSW-Airportnet) kepada Kantor Otoritas Bandar Udara. j

Pasal 5 Dalam pelaksanaan kegiatan sistem layanan informasi arus barang ekspor dan impor di bandar udara sebagaimana dimaksud pada Pasal 4 ayat (2) huruf b, Kantor Otoritas Bandar Udara melakukan koordinasi dengan semua Unit Kerja di Bandar Udara Internasional Soekarno Hatta yang melakukan kegiatan pelayanan kargo ekspor dan impor. Pasal 6 (1) Kewajiban mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5, dimulai sejak pengumpulan, pengolahan, penyimpanan, penyajian dan penyebaran data, informasi mengenai arus barang (flow of goods) ekspor dan impor di Bandar Udara Internasional Soekarno Hatta. (2) Untuk memenuhi kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Kantor Otoritas Bandar Udara, harus : a. memiliki standar prosedur operasi (standard operating procedure) pelayanan kegiatannya; b. membangun, mengoperasikan dan memelihara fasilitas aplikasi airportnet, data center airportnet, jaringan dan perangkat keras; c. menyediakan sumber daya manusia yang handal dan berkualitas; d. memiliki mekanisme jaminan kualitas pelayanan (service level agreement). (3) Standar prosedur operasi (Standard Operating Procedure/ SOP) dan jaminan kualitas pelayanan (service level agreement) sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) huruf a dan d ditetapkan oleh Kepala Kantor Otoritas Bandar Udara. BAB IV LAYANAN INFORMASI ARUS BARANG EKSPOR DAN IMPOR (NSW-AIRPORTNET) Pasal 7 (1) Kegiatan layanan informasi arus barang ekspor dan impor merupakan penanganan dan pelacakan (track and trace) informasi terhadap dokumen arus barang ekspor dan impor di Bandar Udara Internasional Soekarno Hatta. (2) Penangganan dan pelacakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), berbentuk sistem layanan informasi secara elektronik.

Pasal 8 (1) Kegiatan layanan penanganan informasi secara elektronik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2) merupakan sistem informasi mengenai status arus barang ekspor dan impor yang berada di kawasan terminal kargo Bandar Udara Internasional Soekarno Hatta. (2) Sistem informasi mengenai status arus barang ekspor impor yang berada di kawasan terminal Kargo bandar udara sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi : a. sistem aplikasi informasi status barang impor; b. sistem aplikasi informasi status barang ekspor. Pasal 9 (1) Sistem aplikasi informasi status barang impor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat 2 huruf (a) menerapkan sistem pengolahan data elektronik dengan menggunakan : a. data message IATA impor; dan b. data non message impor. (2) Sistem aplikasi informasi status barang ekspor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat 2 huruf (b) menerapkan sistem pengolahan data elektronik dengan menggunakan : a. b. data message IATA ekspor;dan data non message ekspor. Pasal 10 Sistem layanan Informasi secara elektronik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2) paling sedikit meliputi : a. executive information system; b. informasi status kargo, cargo tracking dan time record; c. informasi daftar timbun; d. rute penerbangan; e. jadwal penerbangan kargo; f. jadwal dan daftar penerbangan pesawat kargo beserta muatannya; g. mengelola helpdesk dan call center, dan

Pasal 11 (1) Kantor Otoritas Bandar Udara harus melakukan pemutakhiran data dan informasi arus barang ekspor dan impor setiap harinya untuk menghasilkan data dan informasi yang sesuai dengan kebutuhan, akurat, terkini dan dapat dipertanggung jawabkan. (2) Data dan informasi arus barang ekspor dan impor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus didokumentasikan dan dipublikasikan serta dapat diakses dan digunakan oleh masyarakat yang membutuhkan. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai prosedur dan tata cara mensuplai, pengelolaan sistem data dan informasi arus barang ekspor dan impor diatur dengan standar prosedur operasi Kantor Otoritas Bandar Udara. Pasal 12 (1) Data dan informasi arus barang ekspo: dan impor yang telah diolah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9, Kantor Otoritas Bandar Udara harus menyampaikan kepada: a. Kementerian Koordinasi Perekonomian; b. Kementerian Perhubungan; c. Direktorat Jenderal Perhubungan Udara; d. Kantor Pelayanan Bea dan Cukai; e. Kantor Kesehatan Pelabuhan; f. Balai Besar Karantina Pertanian; g. Balai Besar Karantina Ikan; h. PT. Angkasa Pura II (Persero); i. Badan Usaha Angkutan Udara; j. Operator Kargo; dan k. Pelaku Usaha Eksportir dan Importir. (2) Kantor Otoritas Bandar Udara harus memperhatikan sistem penanganan dan pengamanan data dan informasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara dan prosedur sistem penanganan dan pengamanan diatur lebih lanjut dengan standar prosedur operasi Kantor Otoritas Bandar Udara. Pasal 13 Kepala Kantor Otoritas Bandar Udara melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan Peraturan ini..

BAB V KETENTUAN PENUTUP Pasal 14 Peraturan Direktur Jenderal ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di : JAKARTA Pada tanggal : 30 M4RET 2012 DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA ttd HERRY BAKTI SALINAN Peraturan ini disampaikan kepada : 1. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia; 2. Menteri Keuangan Republik Indonesia; 3. Menteri Hukum dan HAM Republik Indonesia; 4. Menteri Badan Usaha Milik Negara Republik Indonesia; 5. Sekjen, Irjen dan Para Kepala Badan di lingkungan Kementerian Perhubungan; 6. Direktur Jenderal Bea dan Cukai, Kementerian Keuangan; 7. Direktur Jenderal Imigrasi; 8. Para Kepala Kantor Otoritas Bandar Udara; 9. Para Kepala Bandar Udara; 10. Direktur Utama PT. (Persero) Angkasa Pura I; 11. Direktur Utama PT. (Persero) Angkasa Pura II; 12. Para Direktur Utama Perusahaan Angkutan Udara Niaga Berjadwal; 13. Para Direktur Utama Perusahaan Angkutan Udara Niaga Tidak Berjadwal; 14. Para Penanggung Jawab Kegiatan Angkutan Udara Bukan Niaga. Salinan sesuai dengan aslinya KEPALA BAGIAN HUKUM DAN HUMAS ISRAFULHAYAT