PENGGUNAAN SENSOR PYROMETER SEBAGAI ALAT UNTUK MENGUKUR TEMPERATUR MATERIAL PADA KILN ( APLIKASI PT. SEMEN PADANG )

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II LANDASAN TEORI. membandingkan tersebut tiada lain adalah pekerjaan pengukuran atau mengukur.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengukuran level adalah yang berkaitan dengan keterpasangan terhadap

PENGGUNAAN SENSOR ULTRASONIC UNTUK MENGUKUR LEVEL KOKAS PADA SILO ( APLIKASI PT.INALUM KUALA TANJUNG ) Disusun Oleh : SABRINA BR GINTING

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu perkembangan pengaplikasian teknologi yang telah lama

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Pada suatu industri penggunaaan peralatan instrumentasi merupakan hal

BAB II LANDASAN TEORI. tidak terdefinisi. Standar tersebut dapat berupa barang yang nyata, dengan syarat

BAB IV METODE PENGUJIAN CIGARETTE SMOKE FILTER

KATA PENGANTAR. Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat ALLAH SWT, karena berkat

KARYA AKHIR PRINSIPKERJA THERMOSTAT CONTROL VALVE PADA PIPA TANGKI TIMBUN CPO ROBIN HUTAGAOL NIM :

BAB II TINJAUAN TEORITIS

Sistem Akuisisi Data Suhu Multipoint Dengan Mikrokontroler

PENGUKURAN LEVEL DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM BOUYANCY YANG TERPASANG PADA MENARA DESTILASI

MODUL KULIAH SISTEM KENDALI TERDISTRIBUSI

PRINSIP KERJA CONDUCTIVITY SENSOR DALAM PENGUKURAN DAYA HANTAR LISTRIK SUATU FLUIDA ( APLIKASI PT. RIAU ANDALAN PULP AND PAPER )

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

RANCANG BANGUN SISTEM AKUISISI DATA TEMPERATUR BERBASIS PC DENGAN SENSOR THERMOPILE MODULE (METODE NON-CONTACT)

STUDI TENTANG CARA KERJA ALAT UKUR LEVEL UNTUK ALUMINA (Al 2 O 3 ) DENGAN MENGGUNAKAN MICROIMPULSE LEVELFLEX FMP 232 E / 332 E

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Waktu penelitian ini direncanakan selama tiga bulan yang dimulai dari

ISTILAH-ISTILAH DALAM SISTEM PENGATURAN

Gambar 11 Sistem kalibrasi dengan satu sensor.

Gambar 2.20 Rangkaian antarmuka Hall-Effect

PERANCANGAN DAN PENGENDALIAN SUHU RUANGAN MENGGUNAKAN DUA UNIT PENDINGAN YANG BEKERJA SECARA BERGANTIAN DENGAN SAKLAR IMPULS DAN

BAB II RESISTANCE TEMPERATURE DETECTOR. besaran suatu temperatur/suhu dengan menggunakan elemen sensitif dari kawat

1 P a g e SISTEM KONTROL

MODUL KULIAH SISTEM KENDALI TERDISTRIBUSI

Diajukan untuk memenuh salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan sarjana (S-1) pada Departemen Teknik Elektro OLEH :

PENGGUNAAN SENSOR PROXIMITY JENIS KAPASITIF DALAM OPERASI CRANE PENGGANTI ANODA DI UNIT REDUCTION PLANT PT. INALUM KUALA TANJUNG ASAHAN OLEH :

Oleh Ir. Najamudin, MT Dosen Universitas Bandar Lampung

Instrument adalah alat-alat atau perkakas. Instrumentation adalah suatu sistem peralatan yang digunakan dalam suatu sistem aplikasi proses.

MAKALAH PELATIHAN PROSES LAS BUSUR NYALA LISTRIK (SMAW)

ANALISIS PENGUKURAN ELEKTROMAGNETIK PROMAG 50 W PADA PENGUKURAN ALIRAN AIR

Diagram blok sistem pengukuran

BAB I PENDAHULUAN PENGENALAN SISTEM KONTROL. Apakah yang dimaksud dengan sistem kendali?

RANCANG BANGUN ALAT PENGATUR SUHU DAN KELEMBABAN PADA GREENHOUSE UNTUK TANAMAN STROBERI BERBASIS MIKROKONTROLLER ATMEGA 8535 LAPORAN TUGAS AKHIR

RANCANG BANGUN ALAT PENGATUR ARAH ANTENA BERDASARKAN LEVEL SINYAL CAHAYA

PENGGUNAAN DIFFERENTIAL PRESSURE TRANSMITTER UNTUK MENGUKUR LEVEL AIR PADA TANGKI NIKO MANURUNG

DASAR PENGUKURAN LISTRIK

BAB 12 INSTRUMEN DAN SISTEM PERINGATAN

BAB II ISI 2.1 Termometer Bimetal 2.2 Prinsip Kerja Termometer Bimetal

PERANCANGAN LENGAN ROBOT PENGAMBIL DAN PENYUSUN KOTAK OTOMATIS BERDASARKAN WARNA MENGGUNAKAN MIKROKONTROLLER ATMEGA 32

Pengantar Sistem Pengaturan

YAYASAN PENDIDIKAN JAMBI SEKOLAH MENENGAH ATAS TITIAN TERAS UJIAN SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2007/2008. Selamat Bekerja

menyelesaikan pendidikan sarjana (S-1) pada Departemen Teknik Elektro Oleh : ANTONIUS P. NAINGGOLAN NIM : DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO

PEMANFAATAN KAMERA WIRELESS SEBAGAI PEMANTAU KEADAAN PADA ANTICRASH ULTRASONIC ROBOT

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengenalan Alat Ukur Permukaan Cairan / Level

SISTEM KERJA DIFFERENTIAL TRANSMITTER ELECTRIC UNTUK MENGUKUR LEVEL AIR PADA TANGKI D1 DI PABRIK MINI PTKI MEDAN

ISTILAH ISTILAH DALAM SISTEM PENGENDALIAN

PENGATURAN LEVEL PADA TANGKI LATEKS DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM PNEUMATIK (Aplikasi PT.Medisafe Technologies) O L E H. Erwin Sitanggang Nim.

Gambar 1.6. Diagram Blok Sistem Pengaturan Digital

Bab III. Metodelogi Penelitian

Sensor Thermal. M. Khairudin. Jogjakarta State University

Strategi Pengendalian

BAB III. Tahap penelitian yang dilakukan terdiri dari beberapa bagian, yaitu : Mulai. Perancangan Sensor. Pengujian Kesetabilan Laser

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Cahaya merupakan elemen yang penting bagi makhluk hidup di muka bumi. Tanpa

FISIKA EKSPERIMENTAL I 2014

BAB 1 KONSEP KENDALI DAN TERMINOLOGI

2. Pengendalian otomat dengan tenaga hydroulic

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TEORI. 2.1 Pengertian Sistem Pengaturan

PENDETEKSI LOGAM UNTUK INDUSTRI MAKANAN BERBASIS PLC. Oleh : Atmiasri dan Sagita Rochman*)

PENGUKURAN SUHU, PENGUKURAN TEKANAN dan KALIBRASI INSTRUMENTASI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II DASAR TEORI. Arduino adalah pengendali mikro single-board yang bersifat opensource,

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

KEGIATAN BELAJAR 6 SUHU DAN KALOR

PRINSIP KERJA PENGUKURAN ALIRAN FLUIDA DENGAN MENGGUNAKAN TRANSMITTER ELEKTRIK OLEH. Ferdinan. Nim :

I. PENDAHULUAN. Kaca merupakan salah satu produk industri kimia yang banyak digunakan dalam

PENGGUNAAN RESISTANCE PRESSURE TRANSMITTER PADA PENGONTROLAN SUPLAI UDARA INSTRUMEN DALAM PROSES SQUEEZING PADA ALAT FILTER PRESS

DAN. Oleh: NAMA NIM AHMAD

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SISTEM PENGENDALI PERALATAN LISTRIK RUMAH TANGGA DENGAN MENGGUNAKAN REMOTE KONTROL BERBASIS MIKROKONTROLLER AT89C2051

SISTEM KONVERTER DC. Desain Rangkaian Elektronika Daya. Mochamad Ashari. Profesor, Ir., M.Eng., PhD. Edisi I : cetakan I tahun 2012

TUGAS AKHIR RANCANG BANGUN COOL BOX BERBASIS HYBRID TERMOELEKTRIK

PENGANTAR ALAT UKUR. Bab PENDAHULUAN

PENDETEKSIAN KEASAMAN DAN KEBASAAN PADA PEMBUBURAN KERTAS DENGAN MENGGUNAKAN. ph METER PADA PROSES BLEACHING (PEMUTIHAN)

VIII Sistem Kendali Proses 7.1

BAB I PENDAHULUAN. untuk memenuhi permintaan konsumennya. Konsumen merupakan faktor yang

SENSOR DAN TRANDUSER. Aktuator C(s) Sensor / Tranduser

OPTIMASI DAYA PADA SISTEM TURBIN ANGIN MENGGUNAKAN KONTROL PITCH ANGLE DENGAN FUZZY LOGIC CONTROL

BAB III PERANCANGAN ALAT PEMBANDING TERMOMETER

PENGGUNAAN ELECTROSTATIC PRECIPITATOR SEBAGAI PENANGGULANGAN POLUSI UDARA PADA CEROBONG GAS BUANG BOILER OLEH : Nama : DEDY ADVENTO PASARIBU

BAB II TEORI. Proses pengaturan atau pengendalian suatu atau beberapa besaran

IDENTIFIKASI DAN PERBAIKAN KERUSAKAN TERHADAP SISTEM DETEKSI KEBAKARAN DI GEDUNG 65 INSTALASI ELEMEN BAKAR EKSPERIMENTAL

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. Sebuah modifikasi dan aplikasi suatu sistem tentunya membutuhkan

RANCANG BANGUN TERMOMETER SUHU TINGGI DENGAN TERMOKOPEL

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 6 SISTEM PENGAMAN RANGKAIAN KELISTRIKAN

Pemodelan Sistem Kontrol Motor DC dengan Temperatur Udara sebagai Pemicu

BAB II PIRANTI INPUT DAN OUTPUT. Kebakaran adalah suatu fenomena yang terjadi ketika suatu bahan

OTOMATISASI SISTEM PEMISAHAN MINYAK DAN AIR PADA GATHERING STATION

RANCANG BANGUN PROTOTYPE OPTICAL THERMOMETER DENGAN INOVASI APPERTURE SETTING UNTUK PENINGKATAN RESOLUSI PENGUKURAN TEMPERATUR

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebutuhan pemakaian peralatan instrument tidak hanya sebagai alat ukur

4.5 THERMOKOPEL Efek Termoelektri

BAB II SISTEM PENCETAK KUE LIDAH KUCING

SISTEM INSTRUMENTASI DAN SISTEM KONTROL. Oleh : Hendrawan Ari F. ( ) Nur Muhammad B. ( )

TUGAS AKHIR. Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan sarjana ( S-1 ) pada Departemen Teknik Elektro.

RANCANG BANGUN LAMPU PENERANGAN UMUM DENGAN SUMBER ENERGI MATAHARI DI DAERAH LOKASI PENGUNGSIAN GUNUNG SINABUNG

Perlengkapan Pengendali Mesin Listrik

Transkripsi:

PENGGUNAAN SENSOR PYROMETER SEBAGAI ALAT UNTUK MENGUKUR TEMPERATUR MATERIAL PADA KILN ( APLIKASI PT. SEMEN PADANG ) Disusun Oleh : SURIADI GINTING NIM : 045203015 PROGRAM DIPLOMA-IV TEKNOLOGI INSTRUMENTASI PABRIK FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009

ABSTRAK Pengukuran temperatur sangatlah penting untuk mengetahui besar kecilnya suhu yang mengalir selama proses berlangsung serta pengukuran temperatur ini juga berguna mengatur jalannya proses sehingga dapat meningkatkan hasil produksi agar tetap stabil. Sensor Pyrometer adalah salah satu peralatan pengukur temperatur yang dipergunakan untuk mengukur besarnya jumlah yang berada dalam kiln, dan Sensor Pyrometer juga berfungsi sebagai alat untuk penghasil keluaran dari pengukuran dan perantara penghubung antara yang ada dilapangan dengan ruang kontrol. Sensor Pyrometer ini berfungsi untuk mengirimkan data yang diukur dilapangan ke unit penerima pada ruang kontrol (Control Room). Sensor ini bekerja dengan menangkap pancaran radiasi inframerah atau pancaran panas yang dikeluarkan oleh objek test, dimana pancaran tersebut akan dirubah menjadi sinyal, sinyal tersebut masih berupa sinyal digital yang diproses oleh mikroprosesor dan dirubah lagi ke bentuk sinyal analog oleh sebuah konverter. Sensor Pyrometer ini mengukur sinyal proses (input) yang dikirim dari lapangan kemudian diubah menjadi sinyal analog yang diteruskan ke ruang kontrol. Hasil pengukuran temperatur material 800 1700 0 C pada kiln akan menghasilkan keluaran berupa sinyal listrik dalam besaran arus 4 ma 20 ma, yang apabila temperature yang diukur 800 0 C maka arus keluarannya 4 ma dan apabila yang terukur 1700 0 C maka arus keluarannya 20 ma

KATA PENGHANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus, yang telah memelihara dan melimpahkan kasih karunia-nya kepada penulis, sehingga Karya Akhir ini dapat diselesaikan. Karya Akhir ini dimaksudkan adalah sebagai syarat untuk menyelesaikan Program studi di Fakultas Teknik Jurusan Teknologi Instrumentasi Pabrik Diploma- IV Universitas Sumatera utara. Selama berlangsungnya penulisan Karya Akhir ini hingga penyelesaiannya, penulis banyak mendapatkan bantuan yang diberikan baik material, spiritual, informasi maupun administrasi. Oleh karena itu sepantasnya penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada : 1. Kedua orangtua tercinta, papa A. Ginting dan mama M. Tarigan, serta abang dan kakakku yang telah memberikan dukungan moril, material dan doa terhadap penulis. 2. Bapak Drs. Hasdari Helmi,MT selaku dosen pembimbing, dengan tulus dan sabar meluangkan waktu untuk membimbing penulis dan menyelesaikan tugas akhir ini. 3. Bapak Ir. Nasrul Abdi MT, selaku ketua Program Diploma-IV Teknologi Instumentasi Pabrik Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara. 4. Bapak, Rachmad Fauzi, ST.MT Selaku Seketaris Program Diploma-IV Teknologi Instrumentasi Pabrik. 5. Seluruh Staf Pengajar di Fakultas Teknik Elektro USU, yang telah memberikan bekal ilmu kepada penulis selama perkuliahan di Fakultas Teknik Elektro USU.

6. Seluruh Karyawan di Jurusan Teknik Elektro USU. 7. Rekan-rekan angkatan 04 : Indra, Mulindra, serta yang lainnya, yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, sukses selalu. 8. Rekan Permata serata buat Jon Ginting, Zeplin Sinulingga. Yang telah banyak memberikan semangat dan bantuan terjemahannya. 9. Segenap karyawan PT. Semen Padang yang telah banyak membantu penulis. Terutama Pak Awal dan Pak Fahmi. Akhirnya kata penulis dengan keterbatasannya sangat menyadari bahwasannya dalam penyusunannya karya akhir ini masih banyak kekurangannya, sehingga penulis dengan tulus menerima saran dan kritik yang bersifat membangun dan kiranya dapat digunakan untuk menambah ilmu dan pengetahuan yang lebih baik dari masa yang akan datang. Dengan kerendahan hati, penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya atas segala kekurangan dan semoga karya akhir ini dapat bermanfaat bagi kita semua. TUHAN MEMBERKATI Medan, juli 2009 Hormat Saya, penulis

DAFTAR ISI Lembaran Pengesahan Abstrak... Kata Pengantar... Daftar isi... Daftar Gambar... Daftar Tabel... i ii iv vii viii BAB I PENDAHULUAN... 1 I.1. Latar Belakang... 1 I.2. Tujuan Pembahasan... 2 I.3. Batasan Masalah... 2... I.4. Metode Pembahasan... 2 I.5. Sistematika Pembahasan... 3 BAB II Tinjauan Puastaka... 5 II.1. Pengertian Pengukuran... 5 II.1.1. Metode Pengukuran... 6 II.1.2. Karakteristik Alat Ukur... 8

II.2. Pengukuran Temperatur... 9 II.2.1. Termometer Air Raksa...... 10 II.2.2. Termometer Bimetal...... 11 II.2.3. Termokopel...... 13 II.2.4. Pyrometer...... 14 II.3. Sistem Kontrol... 16 II.3.1. Pengertian Sistem Kontrol...... 17 II.3.2. Pengertian Sistem Kontrol Otomatis...... 17 II.3.3. Sisitem Kontrol Rangkaian Terbuka dan Rangkaian Tertutup...... 18 III Sensor Pyrometer... 21 III.1. Pengertian Sensor Pyrometer... 21 III.2. Prinsip Kerja Pyrometer... 23 III.3. Bentuk dan Konstruksi...

30 IV Pengamatan dan Pembahasan... 33 IV.1. Pengamatan... 33 IV.1.1. Proses Pengelolahan Bahan Baku di Pabrik Semen Padang...... 33 IV.1.2. Penggilingan Bahan Baku Menjadi Raw Mix...... 33 IV.1.3 Homogenisasi...... 34 IV.1.4 Pembakaran Raw Mix Menjadi Klinker...... 34 IV.2 Pembahasan... 34 IV.2.1. Data Pengukuran...... 35 IV.2.2. Gambar Blok diagram Sistem Pengukuran...... 36

IV.2.3. Permasalahan sensor Pyrometer...... 37 V Kesimpulan dan Saran...... 39 V.1. Kesimpulan...... 39 V.2. Saran...... 40 Daftar Pustaka...... 41

DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1. Metode Lihat Langsung... 6 Gambar 2.2. Metode Tidak Langsung... 7 Gambar 2.3. Termometer Air Raksa... 10 Gambar 2.4. Termometer bimetal... 13 Gambar 2.5. Skema diagram Pyrometer... 15 Gambar 2.6. Skema Diagram Optikal Pyrometer... 16 Gambar 2.7. Diagram Blok sistem Rangkaian Terbuka... 18 Gambar 2.8. Diagram Blok sistem Rangkaian Tertutup... 18 Gambar 3.1. Prinsip Kerja Sensor Pyrometer... 25 Gambar 3.2. Diagram Sederhana Prinsip Kerja Pyrometer ARDOCOL MP... 26 Gambar 3.3. Bentuk Trend Suhu... 29 Gambar 3.4. Pyrometer ARDOCOL MP... 29 Gambar 3.5. Konstruksi Pyrometer ARDOCOL MP Tanpa Tabung Pelindung... 30 Gambar 3.5. Terminal Hubung Pada Sensor... 31 Gambar 3.6. Keterpasangan Sensor Pyrometer... 31 Gambar 4.1. Gambar Blok Sistem Pengendalian... 36

DAFTAR TABEL Tabel 4.1. Tabel Pengukuran Temperatur... 36

BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Setiap industri, pengendalian memiliki peralatan elektronik sebagai peralatan kontrol maupun peralatan instrument. Alat kontrol maupun instrument bermacammacam bentuk dan fungsinya, salah satunya adalah alat pengukur temperatur diantaranya Sensor Pyrometer. Alat ini digunakan untuk mengukur besar temperatur tinggi yang sulit dijangkau, besar temperatur yang di ukur antara 1350 0 C - 1400 0 C. Sensor ini bekerja dengan menangkap pancaran radiasi inframerah atau pancaran panas yang dikeluarkan oleh objek test, dimana pancaran tersebut akan dirubah menjadi sinyal, dimana besar kecilnya temperatur mempengaruhi mutu dari proses. Jadi pada kesimpulannya teknologi inframerah dapat memberikan kontribusi yang sangat besar dala peningkatan keefisiensian dalam berbagai kegiatan produksi dalam perindustrian. Dengan mengetahui besar temperatur yang berada dalam objek kita dapat mengetahui kualitas dari objek. Oleh karena itu, penulis merasa tertarik membahas tentang Sensor Pyrometer Sebagai Alat Untuk Mengukur Temperatur Material Pada Kiln yang aplikasinya di Indarung V PT. SEMEN PADANG sebagai judul Karya Akhir.

I.2. TUJUAN PEMBAHASAN Adapun yang menjadi tujuan penulisan dalam pembahasan karya akhir ini adalah : 1. Untuk memenuhi syarat menyelesaikan masa studi sebagai mahasiswa program Diploma IV Teknologi Instrumentasi Pabrik. 2. Megetahui dan memahami prinsip kerja dari Sensor Pyrometer serta penggunaannya pada proses pengukuran temperatur material pada kiln I.3. BATASAN MASALAH Agar pembahasan masalah dalam Karya Akhir ini tidak terlalu meluas, penulis membatasi ruang lingkup pembahasan Karya Akhir hanya kepada beberapa hal yaitu : 1. Hanya membahas prinsip kerja dari Sensor Pyrometer ARDOCOL MP. 2. Tidak membahas secara detail alat-alat pendukung proses pengontrolan dan fungsi peralatan tersebut pada pengontrolan temperature. 3. Permasalahan dalam pembacaan temperatur oleh Sensor Pyrometer. 4. Tidak membahas perhitungan secara detail. I.4. METODE PEMBAHASAN Metode Pembahasan yang dipergunakan dalam penulisan Karya Akhir ini antara lain sebagai berikut :

1. Dengan mempelajari teori dan pengamatan langsung selama Kerja Praktek (KP) serta melakukan diskusi dengan pembimbing lapangan dan juga operator lapangan. 2. Mengambil bahan-bahan dan data-data dari berbagai sumber referensi seperti : buku-buku referensi, artikel, brosur dan sebagainya. 3. Melakukan diskusi dengan Dosen Pembimbing. 4. Dengan cara studi kepustakaan. I.5. SISTEMATIK PENULISAN Untuk mempermudah pembahsan dalam Karya Akhir ini, maka penulis membuat suatu sistematika pembahsan. Sistematika pembahsan ini merupakan urutan bab demi bab. Adapun sistematika pembahsan tersebut adalah : Bab I : Pendahuluan Bab ini berisi latar belakang masalah, tujuan pembahasan, batasan masalah, metode penulisan, dan sistematika pembahasan. Bab II : Landasan Teori Bab ini akan dijelaskan pengertian pengukuran, metode pengukuran, karakteristik alat ukur, pengukuran temperatur, alat-alat pengukuran temperatur, sistem kontol.

Bab III : Sensor Pyrometer (ARDOCOL MP) Bab ini berisikan penjelasan mengenai sensor pyrometer (ARDOCOL MP), prinsip kerja, bentuk dan kontruksi alat, cara kerja alat. Bab IV : Pembahasan Bab ini menjelaskan Proses pengukuran temperature, fungsi sensor Pyrometer (ARDOCOL MP) dan data pengukuran. Bab V : Penutup Bab ini berisikan Kesimpulan dan Saran.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. PENGERTIAN PENGUKURAN Pengukuran merupakan suatu aktifitas dan atau tindakan membandingkan suatu besaran yang belum diketahui nilainya atau harganya terhadap besaran lain yang sudah diketahui nilainya, misalnya dengan besaran standart. Pekerjaan membandingkan tersebut tiada lain adalah pekerjaan pengukuran atau mengukur. Sedangkan pembandingnya yang disebut sebagai alat ukur. Pengukuran banyak sekali dilakukan dalam bidang teknik atau industri. Sedangkan alat ukurnya sendiri banyak sekali jenisnya, tergantung dari banyak faktor, misalnya objek yang diukur serta hasil yang di inginkan. Perlu diperhatikan dalam melakukan pengukuran adalah : 1. Standart yang dipakai harus memiliki ketelitian yang sesuai dengan standart yang telah ditentukan 2. Tata cara pengukuran dan alat yang digunakan harus memenuhi persyaratan. Pengetahuan yang harus dimiliki adalah bagaimana menetukan besaran yang akan diukur, bagaimana mengukurnya dan mengetahui dengan apa besaran tersebut harus diukur. Ketiga hal tersebut harus mutlak dimiliki oleh orang yang akan melakukan pengukuran.

Pengetahuan akan alat ukur dan objek yang dihadapi adalah suatu syarat agar pengukuran yang benar dapat dilakukan. Ini juga berati bahwa cara melakukan pengukuran yang benar akan diperoleh, jika objek yang dihadapi dapat diketahui disamping pengetahuan tentang prinsip kerja dari alat ukur juga harus dikuasai. II.1.1. METODA PENGUKURAN Dalam pengukuran dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu : a. Metode Pengukuran Langsung Pengukuran diakatakan pengukuran langsung bila alat ukurnya atau pembandingnya standard, yaitu suatu pengukuran yang mempunyai nilai standard, misalnya ukuran panjang dan berat. [ Ir. H. Mansyur, M.Si Instrumentasi dan Alat Ukur Departemen Perindustrian RI PTKI Medan 2006] PANJANG ATAU BERAT DILIHAT LANGSUNG Gambar. 2.1. Metode dilihat langsung b. Metode Pengukuran Tidak Langsung Pengukuran dikatakan tidak langsung bila pembandingnya adalah suatu yang telah dikalibrasikan terhadap besaran standard, misalnya transmitter. Karena sulitnya untuk mendapatkan alat ukur standar, sedangkan besaran yang akan diukur banyak sekali macamnya, maka teknologi telah menghasilkan

banyak cara untuk menghasilkan alat ukur tidak langsung. Berdasarkan pada peranan dalam fungsinya dapat dibedakan : a. Alat ukur penunjuk : misalnya ammeter, voltmeter, termometer, dan lain-lain. b. Alat ukur perekan/rekorder : misalnya rekorder temperatur, rekorder tekanan dan lain-lain. c. Alat ukur pengendali : misalnya pengendali temperatur (thermostat) pada pemanas air, strika listrik dan lain-lain. Gambar. 2.2. Metode tidak langsung [Ir. H. Mansyur, M.Si Instrumentasi dan Alat Ukur Departemen Perindustrian RI PTKI Medan 2006]

II.1.2. KARAKTERISTIK ALAT UKUR Mengetahui karakteristik alat ukur adalah penting agar pekerjaan pengukuran secara menyeluruh (persiapan, pelaksanaan dan analisis) dapat diandalkan keberhasilannya. Seseorang tidak akan dapat merancang pengukuran dengan benar tanpa mengetahui arti karakteristik dari alat ukur. Beberapa karakteristik penting dari alat ukur adalah: a. Ketelitian atau Keseksamaan (Accuracy) Ketelitian atau accuracy didefenisikan sebagai ukuran seberapa jauh hasil pengukuran mendekati harga sebenarnya. Ukuran ketelitian sering dinyatakan dengan dua cara, atas dasar perbedaan atau kesalahan (error) terhadap harga yang sebenarnya, yaitu [Ir. H. Mansyur, M.Si Instrumentasi dan Alat Ukur Departemen Perindustrian RI PTKI Medan 2006] : - Kesalahan terhadap harga sebenarnya dalam proses : e h h arg a terukur harg a sebenarnya = 100% h arg a sebenarnya - Kesalahan dalam persen terhadap skala penuh, yaitu ; h arg a terukur h arg a sebenarnya e h = 100% skala maksimum b. Kecermatan atau Keterulangan (Precision/Repeatibility) Adalah yang menyatakan seberapa jauh alat ukur dapat mengulangi hasilnya untuk harga yang sama. Dengan kata lain, alat ukur belum tentu akan dapat memberikan hasil yang sama jika diulang, meskipun harga besaran yang diukur tidak berubah.

Hal diatas berarti bahwa jika suatu mikrometer menghasilkan angka 0,0002 mm, dan hasil yang sama akan diperoleh kembali meskipun pengukuran diulangulang, dikatakan bahwa mikrometer tersebut sangat cermat. c. Resolusi Resolusi adalah nilai perubahan terkecil yang dapat dirasakan oleh alat ukur. Sebagai contoh : suatu timbangan pada jarum penunjuk yang menunjukkan perubahan 0,1 gram (terkecil yang dapat dilihat) maka dikatakan bahwa resolusi dari timbangan tersebut adalah 0,1 gram. Harga resolusi sering dinyatakan pula dalam persen skala penuh. d. Sensitivitas (Sensitifity) Sensitifitas adalah ratio antara perubahan pada output terhadap perubahan pada input. Pada alat ukur yang linier, sensitivitas adalah tetap. Dalam beberapa hal harga sensitivitas yang besar menyatakan pula keunggulan dari alat ukur yang bersangkutan. Alat ukur yang terlalu sensitif adalah sangat mahal, sementara belum tentu bermanfaat untuk maksud yang kita inginkan. II.2. PENGUKURAN TEMPERATUR Temperatur adalah jumlah atau besarnya kandungan energi dalam bentuk panas. Adapun beberapa jenis alat ukur temperatur yang digunakan dalam kehidupan masyarakat atau industri semua fungsinya sama yaitu mengukur temperatur tetapi penggunaannya berbeda

II.2.1 TERMOMETER AIR RAKSA Prinsip kerja berdasarkan perubahan temperatur menyebabkan perubahan volume, agar perubahan volume tersebut dapat tampak lebih jelas (lebih sensitif) maka digunakan reservoir dan kapiler. Umumnya bila suatu aliran dipanaskan maka volumenya akan bertambah menurut hubungan [Ir. H. Mansyur, M.Si Instrumentasi I & II Fakultas Teknik Program D-IV USU Medan 2005] : Vt = Vo + (1 + β Δt) Dimana : Vt Vo Δt β = volume panjang termometer = volume mula = perubahan temperatur = koefisien muai volume dari cairan Gambar 2.3. termometer air raksa [Ir. H. Mansyur, M.Si Instrumentasi I & II Fakultas Teknik Program D-IV USU Medan 2005]

II.2.2. TERMOMETER BIMETAL Dua buah logam dengan koefisien muai panjang berbeda, dan diletakkan berdasarkan bersama-sama. Karena satu logam mempunyai koefisian muai panjang yang lebih besar, maka kenaikan temperatur akan ditunjukan oleh penyimpangan (defleksi) dari bimetal. Penurunan temperatur akan disertai dengan gerakan pada arah yang berlawanan. Umumnya bila suatu batang dipanaskan maka akan terjadi pertambahan panjang. [Ir. H. Mansyur, M.Si Instrumentasi I & II Fakultas Teknik Program D-IV USU Medan 2005] Lt = Lo (1 + α Δt) Dimana : Lo α Δt Lt = panjang mula = koefisien muai panjang = perubahan temperatur = panjang pada temperatur t Suatu batang bimetal yang mula-mula lurus pada temperatur To, akan melengkung bila temperatur diubah menjadi T. Jari-jari lengkungan akan mengikuti rumus empiris.[ Ir. H. Mansyur, M.Si Instrumentasi I & II Fakultas Teknik Program D-IV USU Medan 2005] r = t[3(1 + m) 2 + (1 + m)(m 2 + 1/mn)] 6(αA αb)(t To)(1 + m) 2

Dimana : r t m n = jari-jari lengkungan yang terjadi = tebal total kedua pelat = perbandingan tebal pelat terhadap A = perbandingan modolus elastisitas bahan A terhadap B αa dan αb = masing-masing koefisien muai panjang bahan A dan B T = temperatur pada waktu terjadi pelengkungan (temperatur yang diukur /ditunjukkan) [ 0 C] To = temperatur pada waktu kedua pelat diletakkan (pada waktu pelat tidak melengkung) [ 0 C] Untuk mendapatkan sensitivitas yang lebih besar, diusahakan agar metal B mempunyai αa yang sekecil mungkin dan metal A yang sebesar mungkin. Contohnya : invar (campuran besi-nikel) dengan koefisien muai kecil, paduan kuningan atau nikel dengan koefisien muai besar. Bimetal ini selain pengukur temperatur sering pula digunakan sebaggai elemen kontrol pada sistem pengontrol temperatur (pada kontroler jenis on-off). Kontruksi antar lain : Spiral Bentuk U Washwr Helik Helik ganda

Gambar 2.4. termometer bimetal [Ir. H. Mansyur, M.Si Instrumentasi I & II Fakultas Teknik Program D-IV USU Medan 2005] II.2.3. TERMOKOPEL Termokopel terdiri dari sambungan (junction) dari dua logam yang berbeda. Pada sambungan ini terdapat tegangan listrik yang tergantung temperatur junction. Perubahan temperatur akan memberikan harga tegangan yang berubah pula. Pada termokopel terdapat 3 efek yang saling berkaitan yaitu : 1. efek Seebeck Bila dua buah logam yang berbeda dan dihubungkan pada gambar 2.4 maka akan timbul tegangan listrik antara kedua terminal yang besarnya tergantung pada temperatur pada junctionnya (temperatur pada titik hubungan antara kedua logam tersebut).

2. Efek Peltier Bila pada junction tersebut mengalir arus listrik maka tegangan listrik yang terjadi tadi akan berubah naik atau turun tergantung dari arah arus listrik yang mengalir pada junction tersebut. 3. Efek Thomson Bila sepanjang logam tersebut terdapat gradien temperatur maka besarnya tegangan tersebut juga akan berubah. II.2.4. PYROMETER Suatu benda yang panas akan memancarkan radiasi(panas) dan cahaya ke sekelilingnya. Mungkin tinggi temperatur benda tersebut makin besar radiasi dan intensitas cahaya yang dipancarkan. Besarnya radiasi dan intensitas cahaya ini tergantung dari temperatur benda dan dari warna atau panjang gelombang sinar yang dipancarkan. Dengan mengukur radiasi total atau radiasi pada salah satu panjang gelombang, maka temperatur benda akan dapat ditentukan. Pyrometer adalah suatu alat yang dapat menentukan temperatur benda dengan jalan mengukur besarnya radiasi total atau radiasi pada salah satu panjang gelombang. Atas dasar kedua prinsip ini dikenal dua macam pyrometer. 1. Pyrometer Radiasi Penentuan temperatur dilakukan dengan mengukur radiasi total yang dipancarkan oleh benda tersebut (lihat gambar 2.5) pengukuran radiasi dilakukan dengan sensor panas seperti termokopel, termistor, dan lain-lain, radiasi yang datang diubah menjadi panas dan akan menaikkan

temperatur dari sensor. Atau sebuah sel peka cahaya mengubah energi cahaya menjadi besaran listrik. Gambar 2.5. skema diagram pyrometer [Ir. H. Mansyur, M.Si Instrumentasi I & II Fakultas Teknik Program D-IV USU Medan 2005] 2. Pyrometer Optik Penentuan tempertur dilakukan dengan mengukur radiasi pada salah satu warna (panjang gelombang) lihat gambar 2.6. Pyrometer optik bekerja berdasarkan pengukuran radiasi pada suatu panjang gelombang tertentu. Radiasi ini dinyatakan oleh terang benda tersebut pada warna yang sesuai dengan panjang gelombang. Pengukuran terang benda ini dilakukan dengan cara membandingkan dengan suatu lampu standard yang terangnya dapat diatur. Dengan mengatur arus yang melalui lampu, filamen dari lampu dapat dibuat sama terang dengan benda yang akan diukur temperaturnya. Bila terang filamen dan benda telah sama maka keduanya akan terlihat baur menjadi satu. Bila temperatur salah satu lebih tinggi maka akan terlihat berbeda, seperti dapat dilihat paada gambar 2.6, besarnya arus

yang melalui filamen lampu dapat langsung dikalibrasi menjadi temperatur dari benda. Faktor yang mempengaruhi ketelitian pengukuran : a. jarak dan ukuran dari target area b. penyerapan radiasi oleh media udara, lensa dan lain-lain c. sensivitas dari mata dalam membedakan terang. Gambar 2.6. skema diagram optical pyrometer [Ir. H. Mansyur, M.Si Instrumentasi I & II Fakultas Teknik Program D-IV USU Medan 2005] II.3. Sistem Kontrol Sistem kontrol telah memegang peranan yang sangat penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sistem kontrol telah menjadi bagian yang penting dan terpadu dari proses-proses dalam pabrik dan industri modern. Misalnya, kontrol otomatis dalam kontrol numerik dari mesin alat-alat bantu di industri manufaktur. Selain itu sistem kontrol juga merupakan bagian yang penting dalam operasi industri seperti pengontrolan level, suhu, kelembaban, viskositas, dan arus dalam industri proses.

II.3.1. Pengertian Sistem Kontrol Sistem kontrol adalah suatu sistem yang terdiri dari beberapa komponen atau elemen pendukung yang digunakan untuk nilai variabel sistem yang dikontrol dan menerapkan variabel tersebut kedalam sistem untuk mengoreksi atau membatasi penyimpangan nilai yang di ukur dari nilai yang dikehendaki. II.3.2. Pengertian Sistem Kontrol Otomatis Sistem kontrol otomatis adalah sistem sistem kontrol umpan balik dengan acuan masukan atau keluaran yang dikehendaki dapat konstan atau berubah secara perlahan dengan berjalan nya waktu dan tugas utamanya adalah menjaga keluaran sebenarnya berada pada nilai yang dikehendaki dengan adanya gangguan. Banyak contoh sistem otomatis, beberapa diantaranya adalah pengaturan otomatis tegangan pada plant daya listrik ditengah-tengah adanya variasi beban daya listrik dan kontrol otomatis tekanan, kekentalan dan suhu dari proses kimiawi. II.3.3. Sistem Kontrol Rangkain Terbuka Dan Rangkaian Tertutup Sistem kontrol rangkaian terbuka (open loop control system) merupakan sistem yang keluaranya tidak mempunyai pengaruh terhadap aksi kontrol. Dengan kata lain, sistem kontrol rangkaian terbuka keluaranya tidak dapat digunakan sebagai perbandingan umpan balik dengan masukan. Suatu contoh sederhana adalah mesin

cuci. Perendaman, pencucian dan pembilasan dalam mesin cuci dilakukan atas basis waktu. Mesin ini tidak mengukur sinyal keluaran yaitu tingkat kebersihan kain. Setiap gangguan yang terjadi akan menimbulkan pengaruh yang tidak di inginkan pada outputnya, seperti terlihat pada gambar dibawah ini [J. P. Holman, terjemahan Ir. E. Jasjfi, M.Sc, Metode Pengukuran Teknik, Erlangga, Jakarta, 1984] : Input Proses Output Gambar 2.7. diagram Blok Sistem Rangkaian Terbuka Sistem kontrol rangkaian tertutup (closed-loop control system) merupakan system pengendalian dimana besaran keluaran meberikan efek terhadap besaran masukan sehingga besaran yang dikendalikan dapat dibandingkan terhadap harga yang di inginkan melalui alat pencatat(indikator atau rekorder). Perbedaan yang terjadi antara besaran yang dikendalikan dan penunjukan pada alat pencatat digunakan sebagai koreksi, seperti pada gambar 2.8 dibawah ini [J. P. Holman, terjemahan Ir. E. Jasjfi, M.Sc, Metode Pengukuran Teknik, Erlangga, Jakarta, 1984] :

Input + Output Proses - Umpan Balik Gambar 2.8. Diagram Blok Sistem Rangkain Tertutup Masing-masing dari sistem kontrol baik itu loop terbuka maupun loop tertutup mempunyai kelebihan dan kelemahan : Kelebihan sistem loop terbuka adalah : 1. konstruksinya sederhana dan perawatannya mudah. 2. lebih murah daripada sistem kontrol loop tertutup 3. tidak ada persoalan kestabilan 4. cocok digunakan jika keluaran sulit diukur atau secara ekonomi tidak layak. (sebagai contoh, mengusahakan suatu peralatan untuk mengukur kualitas keluaran pemanggang roti adalah cukup mahal). Kelemehan sistem kontrol loop terbuka adalah : 1. gangguan dan perubahan kalobrasi akan menimbulkan kesalahan, sehingga keluaran mungkin berbeda dengan yang diinginkan. 2. untuk menjaga kualitas yang diperlukan pada keluaran diperlukan kalibrasi ulang dari waktu ke waktu. 3. dapat digunakan pada sistem jika terdapat gangguan yang tidak dapat diramalkan dan atau perubahan yang tidak dapat diramal pada komponen sistem. Sedangkan kelebihan sistem kontrol loop tertutup adalah :

1. tidak memerlukan kalibrasi ulang dari waktu ke waktu 2. dapat digunakan untuk komponen-komponen yang relatif kurang teliti dan murah untuk mendapatkan pengontrolan plant yang diteliti. 3. dapat digunakan pada sistem jika terdapat gangguan yang tidak dapat diramalkan dan atau perubahan yang tidak dapat diramal pada komponen sistem. Kelemahan sistem kontrol loop tertutup adalah : 1. kestabilan selalu merupakan persoalan utama karena cenderung terjadi kesalahan akibat koreksi berlebih yang dapat menimbulkan osilasi pada amplitudo konstan maupun berubah. 2. harga lebih mahal daripada sistem kontrol loop terbuka.

BAB III SENSOR PYROMETER III.1. Pengertian Sensor Pyrometer Sensor pyrometer merupakan sebuah alat yang berfungsi untuk mengukur temperatur material atau benda. Fungsi utama dari sensor ini sendiri hampir sama dengan alat-alat pengukur suhu yang kita kenal seperti termometer. Namun perbedaan sensor ini termometer adalah aplikasinya dalam mengukur temperatur. Sensor pyrometer dapat jaga kita golongkan sebagai alat ukur non kontak. Maksudnya adalah sensor ini dalam mengukur temperatur suatu objek atu material tidak perlu kontak langsung dengan objek ukur. Sedangkan termometer dapat digolongkan kedalam alat ukur kontak. Di dunia penggunaan sensor pyrometer ini telah banyak digunakan pada sejumlah industri atau pabrik yang membutuhkan sensor seperti ini. Diantaranya sensor ini dipakai pada Pembangkit listrik tenaga nuklir, Pabrik pengelolahan baja, Pabrik semen dan berbagai macam industri lainnya. Selain itu sensor ini dapat digunakan untuk berbagai penelitian-penelitian geologi, vulkanologi dan lain-lain. Jenis-jenis sensor pyrometer yang ada di dunia saat ini cukup banyak. Hal ini disebabkan karena sensor ini banyak digunakan untuk berbagai macam keperluan. Sehingga sensor pyrometer akan berbeda bentuk, tipe dan ukuran sesuai dengan kondisii dan kebutuhan. Namun secara garis besar sensor ini memiliki prinsip kerja yang sama walaupun ditemukan beberapa sedikit perbedaanperbedaan pada cara kerja sensor pyrometer ini.

Penggunaan sensor pyrometer ini pada proses pembuatan semen di PT. Semen Padang adalah untuk memonitor temperatur material semen yang dibakar di dalam Kiln. Tujuan memonitor ini adalah untuk mendeteksi pembakaran material secara sempurna agar klinker yang dihasilkan dari kiln sesuai dengan yang diinginkan. Selain itu sensor tersebut juga dapat mendeteksi jumlah kadar air yang terkandung didalam Kiln serta mendeteksi besar nyala api yang digunakan untuk membakar material dalam Kiln. Prinsip kerja sensor pyrometer ini dalam mengukur temperatur adalah dengan menangkap radiasi inframerah yang dipancarkan oleh benda atau material. Radiasi inframerah tersebut akan ditangkap dan diserap oleh sensor pyrometer untuk dirubah menjadi setuan fisis yang berupa arus atau sinyal analog untuk diteruskan ke ruang kontrol. Hasil pengukuran atau pendeteksi sensor ini akan berbentuk sebuah grafik. Hasil pengukuran dari sensor pyrometer ini sangat diperlukan sekali dalam proses produksi semen pada Kiln. Dengan adanya sensor pyrometer ini maka dapat memudahkan kita dalam mengetahui tinggi atau rendahnya temperatur material semen tanpa harus mengambil sampel secara langsung. Tanpa sensor pyrometer ini kita tidak dapat mengetahui secara detail hasil pembakaran material secara baik. Jika kita tidak dapat hasil secara detail dari lapangan atau hasil pembakaran material didalam Kiln maka kemungkinan proses hasil yang didapat tidak akan maksimal. Klinker yang dihasilkan kemungkinan akan berbentuk bongkahan-bongkahan atau debu-debu. Sensor pyrometer yang digunakan dan yang diproduksi di dunia ini sangatlah banyak. Satu sensor pyrometer akan berbeda bentuk, spesifikasi dan aplikasinya di lapangan (tergantung dari pabrik dan kebutuhan). Jenis senor pyrometer yang digunakan di Kiln Indarung V PT. Semen Padang adalah Pyrometer ARDOCOL MP

yang di produksi oleh Siemens. Jenis sensor ini dianggap cukup baik dan efisien dalam aplikasinya di lapangan. III.2. Prinsip kerja Dalam mengukur tinggi atau rendahnya temperatur, sensor Pyrometer ARDOCOL MP akan bekerja dengan cara mengukur perbandingan atau rasio intensitas radiasi inframerah. Radiasi inframerah ini akan dirubah oleh sensor menjadi dua buah gelombang elektromagnetik. Kedua gelombang elektromaknetik ini akan dibandingkan dan diukur lebih lanjut oleh sensor untuk mendapatklan nilai suhu sebuah benda atau material. Metode ini memungkinkan untuk melakukan pengukuran secara tepat dengan mengabaikan emisivitas atau tingkat pancaran thermal radiasi infra merah yang sama-sama dihasilkan oleh sebuah objek atau material. Dalam rangka pengukuran temperatur dengan sensor pyrometer ARDOCOL MP, hasil yang akan didapat akan selalu menyimpang dari hasil pengukuran yang dilakukan secara langsung. Namun hal tersebut tidak dapat dikatakn bahwa hasil pengukuran sensor ini tidak akurat. Hal ini biasa terjadi pada seluruh peralatan-peralatan manapun. Hasil pengukuran yang menyimpang ini merupakan hasil pengukuran yang cukup ideal atau dapat dikatakan bahwa ini merupakan sebuah kesalahan positif pada sensor yang tidak berdampak buruk pada proses produksi. Bagaimanapun juga sensor ini memiliki tingkat kesalahan positif yang jauh lebih kecil dibandingkan kesalahan-kesalahan negatif yang ditemukan. Pada

kenyataannya sensor pyrometer ini dalam mengukur temperatur ini, sama sekali mengabaikan atau tidak terpengaruh dengan jumlah air dan debu yang terkandung dalam material. Air dan debu dapat mempengaruhi hasil pengukuran yang didapat. Suatu benda atau material akan berubah warnanya dari merah gelap hingga putih yang menyala seiring dengan naiknya temperatur. Suhu Kiln dan material dapat dilihat dan ditentukan dari warnanya. Kenaikan temperatur akan menyebabkan intensitas radiasi maksimum bergerak ke arah panjang gelombang yang lebih pendek. Atas dasar hubungan antara kenaikan temperatur dengan intensitas radiasi ini, dua buah panjang gelombang yang memiliki intensitas yang berbeda dapat dijadikan suatu ukuran dari temperatur material. Jika temperatur mengalami perubahan maka jarak atau panjang intensitas radiasi maksimum juga akan berubah, akibatnya suhu yang didapat juga akan berubah-ubah. Pada diagram dibawah ini kita akan dapat melihat secara jelas dan singkat bagaimana cara kerja sensor pyrometer ARDOCOL MP dalam mengukur temperatur material di dalam Kiln. [FL Smitdth & Co, ARDOCOL MP Color Pyrometr With Integrated Digital Electronics, Siemens, Jerman]

Keterangan : 1. lobjek test 11. lensa mata 2. lensa warna 12. pre amp 1 3. cermin setengah transparent 13. pre amp 2 4. pemandu cahaya 14. konverter analog ke digital 5. penerima radiasi 1 15. housing 6. penyaring indium phosphide 16. mikroprosesor 7. penerima radiasi 2 17. pengatur waktu 8. cincin peninjau 18. konverter digital ke analog 9. cermin 19. serial interface 10. lensa 20. power Gambar 3.1. Prinsip Kerja Sensor Pyrometer 5 8 OBJECT 1 2 3 4 7 10 11 4-20mA 6 9 Keterangan : 1. Lensa Warna 7. Konverter Analog ke digital 2. Cermin ½ transparent 8. Pre Amp 1 3. Pemandu Cahaya 9. Pre Amp 2 4. Penyaring indium Phosphide 10. Mikroprosesor 5. Penerima radiasi 1 11. Konverter Digital ke Analog 6. Penerima radiasi 2 12. Power Supplay DC 24 Volt 12 Gambar 3.2. Diagram sederhana prinsip kerja sensor pyrometer ARDOCOL MP Dilihat dari gambar diatas, prinsip kerja sensor pyrometer dalam mengukur suhu sebuah temperatur dimulai dari lensa pendeteksi warna (1) yang akan menangkap pancaran radiasi inframerah dan pancaran panas yang dikeluarkan oleh

objek test. Pancaran radiasi inframerah yang memiliki gelombang elektromagnetik akan diteruskan kesebuah cermin setengah transparant (2). Cermin setengah transparant akan menyaring dan menguatkan pancaran radiasi inframerah yang terpakai untuk diteruskan ke sebuah detektor yang berfungsi sebagai pemandu cahaya (3). Pemandu cahaya ini akan membawa pancaran radiasi inframerah ke penyaring indium phosphide (4). Besar pancaran radiasi yang dilewatkan oleh penyaring indium phosphide + 1µm. Penyaring indium phosphide kembali menyaring radiasi inframerah ini. Penyaring ini lebih diutamakan karena indium phosphide ini akan mendeteksi dan membagi serta mengubah pancaran radiasi inframerahtersebut menjadi dua buah gelombang elektromagnetik yang lebih pendek. Panjang gelombang pertama (λ1) yang dihasilkan sebesar 0,6 µm sampai 1,0 µm. Sedangkan panjang gelombang kedua (λ2) yang dihasilkan sebesar 1,0 µm sampai 1,2 µm. Proses penyaringan pada indium phosphide ini juga dapat dikatakan sebagai perubahan fisis menjadi sebuah perubahan elektrik, pancaran radiasi inframerah dirubah menjadi sebuah gelombang elektromagnetik. Gelombang-gelombang elektromagnetik ini nantinya masingmasing akan diteruskan ke penerima radiasi (5 & 6) untuk dirubah menjadi sinyal listrik. Sinyal-sinyal listrik yang masih kecil tersebut akan dikuatkan oleh penguat awal (8 & 9) untuk diteruskan kesebuah konverter analog ke digital. Kedua sinyal listrik ini akan dirubah menjadi sinyal digital 0 & 1. ini dikarenakan agar sinyalsinyal tersebut dapat diproses pada sebuah mikroprosesor yang merupakan inti dari proses kerja pyrometer dalam mengukur temperatur. Sinyal sinyal digital akan diproses mikroprosesor seperti terlihat pada persamaan dibawah ini [FL Smitdth &

Co, ARDOCOL MP Color Pyrometr With Integrated Digital Electronics, Siemens, Jerman] : Le (λ1) ε1 Le (λ2) ε2 = f (λ1. λ2.ft) dimana : Le (λ1) Le (λ2) E FT λ1 λ2 = Intensitas Radiasi panjang gelombang lebih pendek. = Intensitas Radiasi panjang gelombang lebih panjang = Emisivitas = Temperatur Warna = Panjang gelombang 1 (0,6 µm - 1,0 µm) = Panjang gelombang 2 (1,0 µm - 1,2 µm) Kedua gelombang elektromagnetik atau sinyal-sinyal analog yang masuk akan dibandingkan oleh mikroprosesor. Perbandingan kedua buah gelombang akan menghasilkan sinyal keluaran dimana sinyal keluaran tersebut memiliki nilai yang berbeda dari kedua sinyal yang masuk ke mikroprosesor. Nilai sinyal atau besaran sinyal ini bukanlah hasil perbandingan yang dilakukan oleh mikroprosesor secara langsung, melainkan nilai tersebut merupakan hasil pendekatan dari mikroprosesor yang telah diseting dengan nilai atau ketetapan yang ada pada mikroprosesor tersebut. Sehingga kita tidak dapat menggunakan persamaan diatas dalam menentukan hasil pengukuran secara analisis. Namaun itu berarti bahwa hasil pengukuran yang didapat dari sensor pyrometer ini adalah tidak benar. Kemudian setelah diproses oleh mikroprosesor, sinyal keluaran yang berbentuk sinyal digital tersebut akan dirubah menjadi sinyal analog oleh sebuah konverter digital ke analog. Setelah itu sinyal analok ini akan diteruskan ke ruang

kontrol untuk menampilkan hasil pengukuran yang didapat oleh sensor pyrometer untuk satu kali pengkuran pada waktu yang sangat pendek. Hasil dari pengukuran ini belum dapat diambil sebagai sebuah kesimpulan untuk menyatakan besar atau rendahnya temperatur. Sensor akan terus melakukan pengukuran temperatur material dan pada akhirnya pada selang waktu yang cukup lama (jam, hari, minggu, bulan), hasil pengukuran tersebut akan ditampilakan dalam bentuk grafik yang menampilkan secara keseluruhan. Bentuk grafik ini akan menampilkan trend suhu yang didapat untuk jangka waktu yang diinginkan (trend suhu per jam, trend suhu per hari, trend suhu per minggu dan trend suhu per bulan). Gambar 3.3 Bentuk Trend Suhu

III.3. Bentuk dan Konstruksi Gambar 3.4. Pyrometer ARDOCOL MP [FL Smitdth & Co, ARDOCOL MP Color Pyrometr With Integrated Digital Electronics, Siemens, Jerman] Spesifikasi Pyrometer ARDOCOL MP Objek yang diukur : Suhu ( klingker ) Arus keluaran Power supply Suhu proses : 4 20 ma : 24 V DC : 800 1700 0 C

Gambar 3.5. Konstruksi Pyrometer ARDOCOL MP Tanpa Tabung Pelindung [FL Smitdth & Co, ARDOCOL MP Color Pyrometr With Integrated Digital Electronics, Siemens, Jerman] Gambar 3. 6. Terminal Hubung Pada Sensor

Ketrangan : 1 : Housing Rumah atau tempat dudukan seluruh komponen yang terdapat pad komponen ARDOCOL MP (terbuat dari bahan alumenium) 2 : Ring Bulat Penahan pengompres 3 : Compressing gland mengepres 4 : insulating hose 5 : Kabel penyeratan (Cable lug) 6 : Kontak soket (Insulating hose) 7 : Soket assembly 8 : konter (countersunk screw M3 x 6) 9 : kabel penghubung Gambar 3. keterpasangan sensor pyrometer

BAB IV PENGAMATAN DATA DAN ANALISA DATA IV. 1 Pengamatan IV. 1.1 Proses Pengolahan Bahan Baku di Pabrik Semen Padang Proses dari system ini adalah : 1. Penggilingan bahan baku 2. Homoginesasi 3. pembakaran Raw mix menjadi Klinker 4. Penggilingan klinker menjadi semen IV. 1. 2 Penggilingan Bahan Baku Menjadi Raw Mix Pertama-tama prosesnya adalah bahan / material dari storage diteruskan ke dosimat feeder, kemudian dari dosimat feeder diteruskan ke vertical mill dan dari vertical mill diteruskan ke penggilingan, dari penggilingan menghasilkan yang halus dan yang kasar. Hasil yang halus diteruskan ke klasifayer, dari klasifayer diteruskan ke silo raw mix. Kemudian hasil yang kasar kembali ke vertical mill dengan alat transfortasi U16 kemudian diteruskan ke penggilingan, begitu seterusnya sampai menghasilkan raw mix kehalusannya ditentukan. IV. 1. 3 Homogenisasi Homoginesasi dilakukan untuk mendapatkan kwalitas semen yang baik, agar bahan baku menjadi merata dan homogen.

IV. 1. 4 Pembakaran Raw mix menjadi Klinker Pertama masuk ke hopper dengan alat transportasi 5W1A01 solid feeder, dari solid feeder dibawa dengan alat transfor air seuice kemudian masuk ke elevator 5W1A01, dari air seuice dipisahkan menjadi 2 bagian. Salah satunya, yang pertama masuk ke string A & B terus ke siklon preheater, kemudian masuk ke kiln, dan dari kiln terjadilah proses pembakaran, di dalam proses pembakaran temperature harus dikontrol sesuai dengan yang di inginkan. Karena besar kecilnya temperature mempengaruhi kwalitas material, Sehingga digunakan Sensor Pyrometer ARDOCOL MP. Penggunaan Sensor Pyrometer tipe ARDOCOL MP pada pengukuran temperature material pada kiln di indarung V PT. Semen Padang digunakan untuk mengukur besar kecilnya temperatur material di kiln. Dan hasil pengukuran berupa sinyal elektrik 4-20 ma yang mewakili pengukuran 800-1700 0 C. dimana hasil pengukurannya dilihat dari ruang control. IV. 2 Pembahasan Prinsip kerja sensor pyrometer ini dalam mengukur temperatur adalah dengan menangkap radiasi inframerah yang dipancarkan oleh benda atau material. Radiasi inframerah tersebut akan ditangkap dan diserap oleh sensor pyrometer untuk dirubah menjadi setuan fisis yang berupa arus atau sinyal analog untuk diteruskan ke ruang kontrol. Hasil pengukuran atau pendeteksi sensor ini akan

berbentuk sebuah grafik. Hasil pengukuran dari sensor pyrometer ini sangat diperlukan sekali dalam proses produksi semen pada Kiln. Dalam rangka pengukuran temperatur dengan sensor pyrometer ARDOCOL MP, hasil yang akan didapat akan selalu menyimpang dari hasil pengukuran yang dilakukan secara langsung. Namun hal tersebut tidak dapat dikatakan bahwa hasil pengukuran sensor ini tidak akurat. Hal ini biasa terjadi pada seluruh peralatanperalatan manapun. Hasil pengukuran yang menyimpang ini merupakan hasil pengukuran yang cukup ideal atau dapat dikatakan bahwa ini merupakan sebuah kesalahan positif pada sensor yang tidak berdampak buruk pada proses produksi. IV. 2.1 Data Pengukuran Penggunaan sensor pyrometer (ARDOCOL MP) antara 800 1700 0 C. Yang berarti apabila temperature 800 0 C maka keluaran adalah 4mA, dan apabila temperature pada kiln 1700 0 C maka keluarannya adalah 20mA. Untuk itu dapat dilihat pada table 4.1 dibawah ini.

Table 4.1 pengukuran temperatur Temperatur 0 C Arus (I) ma 800 4 890 5,6 980 7,2 1070 8,8 1160 10,4 1250 12 1340 13,6 1430 15,2 1520 16,8 1610 18,8 1700 20 IV.2.2 Gambar Blok Diagram Sistem Pengendalian input - output Proses + Tempat Pembakara Central Unit Sensor Pyrometer Gambar 2.1 Gambar Blok Diagram Sistem Pengendalian

Dari gambar blok diatas kita dapat melihat bahwa temperatur yang berada dalam proses harus dijaga kesetabilannya, dimana temperatur yang di inginkan adalah 1400 0 C. jika temperatur jauh tidak mencapai dari harga yang diinginka maka yang harus dilakukan adalah menambah bahan bakar sampai mencapai 1400 0 C, tetapi jika temperature melebihi dari harga yang diinginkan maka harus dilakukan adalah mengurangi bahan bakar. Apabila kurang dari 1400 0 C maka ketahanan semen tidak bagus, namun jika temperatur melebihi dari 1400 0 C ketahanan semen sangat bagus tetapi memakan bahan bakar yang sangat banyak, sehingga dibutuhkan sensor pyrometer ARDOCOL MP untuk mendeteksi besar temperatur yang berada dalam kiln. Jika hasil pengukuran termperatur menyimpang tidak jauh dari besar temperatur yang diinginkan maka itu tidak mempengaruhi hasil pengukuran IV.3 Permasalahan Sensor Pyrometer ARDOCOL MP Beberapa permasalahan yang terjadi dilapangan yang mengakibatkan tidak akuratnya pembacaan temperatur oleh sensor pyrometer antara lain : Tertutupnya lensa detector warna oleh material. Hal ini sering terjadi karena posisi sensor berada pada bagian ujung Kiln yang berlawanan dengan arah datangnya material. Namun tertutupnya lensa detector ini biasanya akan lepas sendirinya seiring dengan perputaran Kiln. Hal ini tidak terlalu mempengaruhi hasil pengukuran secara keseluruhan.

Panas Kiln yang mempengaruhi kondisi fisik dari sensor. Seperti yang telah dijelaskan bahwa Sensor Pyrometer dirancang untuk dapat bekerja pada apapun juga. Namun berarti sensor ini tidak mempunyai kelemahan. Sensor ini merupakan alat elektronik buatan yang tentu saja memiliki kelemahan. Salah satunya sensor ini seperti alat-alat elektronik lainnya akan mengalami keausan atau komponen yang tidak sensitif dan tidak normal lagi dalam bekerja. Keausan biasanya cepat terjadi karena sering dipakai dan posisi yang tidak ideal seperti pada ujung kiln yang sangat panas. Walaupun sensor pelindung atau sarung yang sangat kuat dan anti panas dan tekanan. Namaun sensor itu sendiri itu sendiri tidak tahan dengan panas yang sangat tinggi. Akibatnya pada suatu saat sensor akan mengalami kerusakan dan ini akan mengakibatkan kesalahan pembacaan temperatur. Untuk Air Compressor (pendingin udara) bertekanan harus dicek setiap waktu. Kabel-kabel penghubung sensor dengan terminal I/O yang tidak terpasang atau terlepas. Hal ini biasanya terjadi secara tidak sengaja ketika operator atau teknisi melekukan perawatan dan pembersihan sensor. Untuk itu ketelitian dalam bekerja sangat penting guna menjaga kondisi peralatan dan keselamatan teknisi-teknisi itu sendiri. Terjadi tumpuka n material pada Hole sensor pyrometer ARDOCOL MP yang disebabkan oleh kemiringan sudut pemasangan dan terjadi over pressure pada saat up normal operasi Kiln

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN V.1 KESIMPULAN Dalam penulisan Karya Akhir ini kesimpilan yang dapat diambil oleh penulis adalah beberapa hal yaitu : 1. Sensor pyrometer ARDOCOL MP adalah suatu alat yang berfungsi untuk mengukur besar temperature padat, dengan menangkap pancaran radiasi inframerah dan pancaran panas yang dikeluarkan oleh objek. 2. Hasil pengukuran temperatur material 800 1700 0 C pada kiln akan menghasilkan keluaran berupa sinyal listrik dalam besaran arus 4 ma 20 ma, yang apabila temperature yang diukur 800 0 C maka arus keluarannya 4 ma dan apabila yang terukur 1700 0 C maka arus keluarannya 20 ma. 3. Data pengukuran dalam bentuk tren suhu : Jika temperatur menurun didalam pembakaran dalam pada kiln maka tahap pertama yang dilakukan adalah menambah bahan bakar di dalam ruang bakar. Begitu juga sebaliknya jika temperature terlalu tinggi maka yang harus dilakukan adalah mengurangi bahan bakar dan menambah volume air.

V.2 SARAN Adapun saran yang dapat diberikan penulis pada penulisan Karya Akhir ini yaitu : 1. Hal-hal yang perlu diperhatikan pada pemasangan sensor Pyrometer adalah letak dan jarak keterpasangan Sensor Pyrometer ARDOCOL MP pada kiln yang digunakan karena dapat menyebabkan kesalahan pada pengukuran temperatur material yang ada pada kiln tersebut. 2. melakukan perawatan berkala alat secara teratur. Hal yang perlu diperhatikan adalah kebersihan peralatan, terutama sensor yang langsung berhubungan dengan material. Karena debu sering lengket pada sensor tersebut, jadi harus dibersihkan secara berkala. 3. untuk mengawasi agar proses pengukuran temperatur material pada kiln berjalan dengan baik, maka sebaiknya diperlukan operator yang bertugas untuk mengawasi jalannya proses tersebut.

DAFTAR PUSTAKA 1. FL Smitdth & Co, ARDOCOL MP Color Pyrometr With Integrated Digital Electronics, Siemens, Jerman. 2. Ir. H. Mansyur, M.Si Instrumentasi I & II Fakultas Teknik Program D-IV USU Medan 2005 3. Ir. H. Mansyur, M.Si Instrumentasi dan Alat Ukur Departemen Perindustrian RI PTKI Medan 2006 4. J. P. Holman, terjemahan Ir. E. Jasjfi, M.Sc, Metode Pengukuran Teknik, Erlangga, Jakarta, 1984 5. www jenis-jenis sensor pyrometer Robby. C. Staff Gunadarma.ac.id