Media massa berperon dalam menanamkan false consciousness,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Isu tentang gender telah menjadi bahasan analisis sosial, menjadi pokok

BAB I PENDAHULUAN. efektif dan efisien untuk berkomunikasi dengan konsumen sasaran.

BAB I PENDAHULUAN. persepsi mengenai bagaimana sosok pria dan wanita. Dengan demikian

BAB I PENDAHULUAN. medium yang lain seperti menyebarkan hiburan, menyajikan cerita, peristiwa, musik, drama,

BAB I PENDAHULUAN. seperti ini, media massa tidak akan mungkin berdiri statis di tengah-tengah, media

dapat dilihat bahwa media massa memiliki pengaruh yang besar dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pekerja dan itu menjadi penanda waktu yang beremansipasi.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Media seni-budaya merupakan tempat yang paling banyak

BAB I PENDAHULUAN. khalayak. Karena menurut McLuhan (dalam Rakhmat,2008:224), media

2015 IDEOLOGI PEMBERITAAN KONTROVERSI PELANTIKAN AHOK SEBAGAI GUBERNUR DKI JAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah alat yang dekat dan mampu berinteraksi secara eksplisit dan implisit

BAB I. Pendahuluan. 1.1 Latar belakang. Satu tantangan yang muncul dalam usia remaja ialah munculnya

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Itulah yang kemudian dituangkan dalam media komunikasi, baik berupa media massa cetak

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi dan informasi berkembang pesat di era global. Imbasnya,

BAB I PENDAHULUAN. tidak adil, dan tidak dapat dibenarkan, yang disertai dengan emosi yang hebat atau

BAB I PENDAHULUAN. seolah-olah hasrat mengkonsumsi lebih diutamakan. Perilaku. kehidupan dalam tatanan sosial masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. berkembang sesuai dengan perkembangan teknologi dan khidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan kebenaran secara fairness. Yaitu salah satu syarat objektivitas

OBJEKTIVITAS BERITA FILM DOKUMENTER COWBOYS IN PARADISE DI MEDIA ON LINE KOMPAS.COM

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pers mempunyai beberapa fungsi yang saling berhubungan satu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISIS ISI PROGRAM TELEVISI LOKAL BERJARINGAN DI BANDUNG (STUDI PADA PROGRAM KOMPAS TV, TVRI, DAN IMTV)

BAB I PENDAHULUAN. Dalam telaah-telaah ilmu sosial, bahasa menempati posisi yang sangat

SKRIPSI. Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Diajukan oleh: Agatha Rebecca Rajagukguk

BAB I PENDAHULUAN. iklan, karena iklan ada dimana-mana. Secara sederhana iklan merupakan sebuah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang menciptakan karya sastra sebagai ide kreatifnya. Sebagai orang yang

GENDER, PEMBANGUNAN DAN KEPEMIMPINAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Kota berasal dari kata urban yang mengandung pengertian kekotaan dan

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sany Rohendi Apriadi, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebebasan pers Indonesia ditandai dengan datangnya era reformasi dimulai

BAB I PENDAHULUAN. saat itu dalam berbagai bentuk film-film ini akhirnya memiliki bekas nyata di benak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kemajuan kehidupan sosial masyarakat saat ini tidak lepas dari semakin

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sering kita jumpai banyak wanita masa kini yang mengadopsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Jurnalisme online pada saat sekarang ini lebih banyak diminati oleh

BAB I PENDAHULUAN. dari tulisan-tulisan ilmiah. Tidak juga harus masuk ke dalam masyarakat yang

BAB IV PENUTUP. Hasil penelitian tentang penerapan model humas di Pimpinan Pusat. Aisyiyah (PPA) ini menemukan bahwa pada periode pra

BAB I PENGANTAR KHAZANAH ANALISIS WACANA. Deskripsi Singkat Perkuliahan ini membelajarkan mahasiwa tentang menerapkan kajian analisis wacana.

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. (Kompas, Republika, dan Rakyat Merdeka) yang diamati dalam penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Fenomena menjamurnya media massa di Indonesia, yang sangat erat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Severin & Takard (2001:295) menyatakan bahwa media massa menjadi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Media televisi merupakan media massa yang sering digunakan sebagai media

RANCANGAN PEMBELAJARAN

JURNALISME BERPERSPEKTIF GENDER

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perubahan ke era reformasi menjadi awal kebebesan pers karena

REPRESENTASI PEREMPUAN DEWASA YANG TERBELENGGU DALAM TAYANGAN IKLAN TELEVISI

Gambar 1.1 : Foto Sampul Majalah Laki-Laki Dewasa Sumber:

BAB I PENDAHULUAN. dan pemaknaan dari berbagai kelompok akan mendapatkan perlakuan yang sama

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dewasa ini, kodrat manusia menjadi tua seolah bisa dihindari

BAB I PENDAHULUAN. merupakan mediator utama dalam mengekspresikan pikiran, mengonseptualisasi, menafsirkan

BAB I PENDAHULUAN. Media massa menjadi entertainer (penghibur) yang hebat karena bisa mendapatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sebagai mahkluk sosial, manusia memiliki hasrat yang besar untuk

BAB V KESIMPULAN Identitas Nasional dalam Imajinasi Kurikulum kurikulum Konstruksi tersebut melakukan the making process dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

REVIEW TEORI MEDIA DAN MASYARAKAT

BERITA LITERASI MEDIA DAN WEBSITE KPI (ANALISIS ISI KUANTITATIF BERITA MENGENAI LITERASI MEDIA PADA WEBSITE KOMISI PENYIARAN INDONESIA)

BAB I PENDAHULUAN. melibatkan khalayak luas yang biasanya menggunakan teknologi media massa. setiap pagi jutaan masyarakat mengakses media massa.

BAB I PENDAHULUAN. kepada peraturan dan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Dalam kehidupan

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sasaran. Pasca kran demokrasi dibuka lebar-lebar pasca Reformasi 98, banyak

BAB I PENDAHULUAN. Media massa bukanlah saluran yang bebas dan netral, demikian pandangan

BAB I PENDAHULUAN. manusia dapat saling berinteraksi. Manusia sebagai animal symbolicium,

I. PENDAHULUAN. pulau-pulau dan lebih kebudayaan, upaya menguraikan kondisi hubungan

BAB I PENDAHULUAN. Media massa dinilai mempunyai peranan yang besar dalam. menyampaikan aspirasi rakyat kepada pemerintah.

BAB I PENDAHULUAN. dalam mendapatkan informasi. Berita mengenai sesuatu yang terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhi, seperti kebutuhan untuk mengetahui berita tentang dunia fashion,

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

SOSIOLOGI KOMUNIKASI

BAB I PENDAHULUAN. lain, seperti koran, televisi, radio, dan internet. produksi Amerika Serikat yang lebih dikenal dengan nama Hollywood.

BAB I PENDAHULUAN. Berbicara mengenai media, tentunya tidak terlepas dari konsep komunikasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Apriyanti Rahayu FAuziah, 2013

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Mencermati hasil analisis data dan pembahasan mengenai profesionalisme wartawan / jurnalis pada stasiun televisi lokal

VI. KESIMPULAN DAN SARAN. Radar Lampung dan surat kabar Tribun Lampung, surat kabar Radar

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat kita sebagai suatu kebutuhan, dari hanya sekedar untuk tahu

Ahyad. Fakultas Komunikasi Universitas Gunadarma Kata Kunci: wacana kritis, iklan, makna

11Ilmu ANALISIS WACANA KRITIS. Sri Wahyuning Astuti, S.Psi. M,Ikom

Sesi 8: Pemberitaan tentang Masalah Gender

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB VI PENUTUP. A. Simpulan

Oleh: Qoriah A. Siregar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi kini semakin

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

2016 REPRESENTASI SENSUALITAS PEREMPUAN DALAM IKLAN

BAB I PENDAHULUAN. adalah stasiun DAAI TV merupakan sebuah stasiun televisi milik Yayasan Buddha

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS HUBUNGAN ANTARA ATRIBUT PRODUK DENGAN KEPUTUSAN KONSUMEN DALAM PEMBELIAN SURAT KABAR KOMPAS. (Studi Kasus Pada Masyarakat Kelurahan Kadipiro)

Diversity atau diversitas adalah konsep keberagaman atas dasar perbedaan-perbedaan, seperti. - sosial. - gender - etnik - ras

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah setelah runtuhnya Orde Baru, di era reformasi saat ini, media dengan

Transkripsi:

HEGEMONI PATRIARKI DI MEDIA MASSA ABSTRAK Media massa berperon dalam menanamkan false consciousness, atau kesadaran palsu yang oleh Gramsci disebut hegemoni, di mana terjadi pertarungan ideologi. Penelitian ini menggunakan metode analisis wacana kritis yang dikemukakan oleh Van Dijk dengan menggunakan teks sebagai objek penelitian untuk mengetahui pencitraan perenipuan di media massa. Hasil analisis teks penelitian ini menunjukkan adanya usaha untuk menanamkan hegemoni patriarki pada rubrik Ko/npas Female dengan menyajikan headline berita "Agar Liburan Tak Merusak Diet,pada menu Bugar & Sehat dan "Cara Bijak Mendengarkan Anak". Nuke Farida nuke_farida@stalt.gunadarma.ac.id Kata kunci: media baru, hegemoni, gender PENDAHULUAN Perkembangan teknologi komunikasi intenet membuka peluang bagi organisasi media mainstream di Indonesia untuk memperluas jangkauan tanpa batasan ruang dan waktu. Organisasi mainstream seperti Kompas pun mengadopsi internet agar mampu bersaing dengan media lain dalam menjangkau penonton yang lebih luas dan beragam dengan menyediakan rubrik Kompas Female yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan audiens wanita. Majalah dan koran (di samping film, novel, lukisan, pendidikan, organisasi, hobi, tempat ibadah, jenis minuman, restoran, saluran TV, dan lainnya) merupakan situs hegemoni yang oleh Gramsci disebut sebagai tempat teijadinya pertamngan ideologi (Sugiono, 1999:60). Di dalam sebuah majalah (dan situs-situs hegemoni lain) tarik-menarik kekuatan berbagai ideologi dalam melakukan pengukuhan hegemoniknya ataupun sebagai sarana resistensi tengah berlangsung. Majalah dan koran tidak hanya sekedar mencerminkan ideologi para pembacanya tetapi juga merupakan sarana untuk menanamkan suatu pandangan dunia terhadap para pembacanya. Majalah juga dapat melakukan konstruksi sosial para pembacanya (Williams, 1988:243-246). Banyak pakar percaya balivva teks-teks dalam media tidak berdiri di alam hampa tapi merupakan cara dalam memandang realitas.teks-teks tersebut membantu mendefinisikan realitas dan memberi model yang sesuai pada sikap dan tingkah laku masyarakat. Budaya media menunjuk pada suatu keadaan di mana tampilan audio dan visual atau tontotan-tontonan telah membantu merangkai kehidupan sehari -hari, mendominasi proyek-proyek hiburan, membentuk opini politik dan perilaku sosial, bahkan memberikan suplai materi untuk membentuk identitas seseorang (Kellner, 1996). Media cetak, radio, televisi, film, internet dan bentuk-bentuk akhir teknologi media lainnya telah menyediakan definisi untuk menjadi laki-laki atau perempuan, membedakan status seseorang berdasarkan kelas, ras, maupun seks. Schoemaker mengemukakan lima faktor di luar organisasi media massa yang bisa mempengaruhi isi media massa, yaitu (a) sumber berita, (b) iklan dan pelanggan, (c) kontrol pemerintah, (d) pasar, dan (0 teknologi. Tahap ke lima, ideological level, yaitu level ideologi yang umumnya berkaitan dengan struktur kekuasaan, dalam arti sejauh mana kekuasaan melalui berbagai aturan yang ditetapkan mampu mempengaruhi proses pengambilan keputusan rekonstruksi berita atau peristiwa dalam ruang pemberitaan media massa (Shoemaker, 1996: 67-75). Ada tiga faktor yang menentukan konten media massa, yaitu (1) characteristic, personal backgrounds, and experiences: yang meliputi etnis, pendidikan, gender, dan orientasi seksual. (2) personal attitudes, values, and beliefs dari pekerja media massa terhadap fenomena yang dikemas dalam produk media massa. Ini meliputi misalnya sikap politik, orientasi keagamaan, nilai-nilai, dan kepercayaan yang dianut yang berkait dengan individualism, modernism, altruistic democracy, leadership, ethnocentrism. (3) professionalism roles and ethics. Kode etik profesional yang mengatur sumber daya manusia berkaitan dengan tanggung jawab, etika, objektivitas, akurasi, serta mutual trust dun fair play. Jelaslah bahvva isi dan kemasan media massa sangat dipengaruhi oleh faktor eksternalinternal serta individual-institusional. Salah satu faktor yang dominan adalah latar belakang gender individu yang memengaruhi kebijakan yang melahirkan isi dan kemasan yang bias gender yang juga akan memengaruhi pembaca. Dengan kata lain, media massa berperan dalam memperkuat dan melanggengkan ketidakadilan gender di masyarakat. Pengelola media massa selalu menyajikan isi yang sesuai dengan keinginan audiens padahal tidak selalu isi media massa seperti yang dibutuhkan oleh audiensi, karena peran komunikator (pengelola dan pekerja media massa) dalam mengemas dan memilih informasi sangat besar. Oleh karena itu, isi media massa sebenarnya sangat ditentukan oleh pengelola dan pekerja media massa. Informasi yang disajikan di media juga mencitrakan relasi antara laki-laki dan perempuan yang menunjukkan pemahaman dan perspektif gender komunikator pembuat produk media. Pemahaman gender para pekerja media massa pada dasarnya dipengaruhi oleh kondisi sosio-kultural. Mereka tidak pemah memilih kondisi sosio-kultural itu, tetapi tumbuh dan berkembang levvat pengalaman lalu memberikan arti pengalaman tersebut dalam keseharian hidup mereka. Insan media dipengaruhi oleh kepercayaan dalam mempersepsikan hasil penelitian tentang perlakuan pers Indonesia pada perempuan, yang bisa positif (menganggapnya sebagai satu fakta) atau negatif (menganggap hal ini tidak teijadi). Hal ini sangat manusiawi karena pekerja media itu hidup dalam sistem sosial yang memiliki sistem makna tersendiri. Mereka merekonstruksikan nilai-nilai kesetaraan dan keadilan gender ke dalam sistem sosial masyarakat di mana mereka hidup. Pandangan etis ini tentu sangat signifikan terkait dengan tujuan juraalisme dari media yang bersangkutan yang terwujud dalam kebijakan redaksional. Upaya untuk mendiseminasikan nilai kesetaraan dan keadilan gender dalam kebijakan redaksional dikalahkan oleh ideologi kapitalisme (ditentukan oleh konsep pemasaran) seperti segmentasi pasar, kontribusi iklan, dan keinginan pembaca. Kaum pria yang diuntungkan oleh ideologi patriarkat dimanfaatkan oleh kapitalisme untuk melestarikan struktur hubungan gender yang timpang yang tidak hanya menyebabkan perempuan tersubordinasi, tetapi juga subordinasi perempuan oleh perempuan. Hal ini tampak dari tempat perempuan dalam iklan: di satu sisi perempuan merupakan alat persuasi untuk menegaskan citra sebuah produk, tapi di sisi lain merupakan konsumen produk kapitalisme. Dalam organisasi media juga sering teijadi ketimpangan gender karena nilainilai kapitalis dan patriarkat yang saling menguntungkan. Meningkatnya jumlah perempuan yang terjun di industri media tidak menghilangkan fakta adanya kecenderungan sikap stereotip, diskriminatif, bahkan dominasi pria atas perempuan dalam struktur organisasi kerja media. Oleh karena itu, perlu dilihat dinamika hubungan nilai patriarkat dan kapitalis dalam menganalisis kehidupan nstitusi media. Konstruksi sosial, domestifikasi dan beautifikasi, menempatkan perempuan dalam tatanan kerja patriarkis yang menjadikan mereka sebagai ibu dan berkarir serta mampu mengeksplorasi individualitas dan tampil menarik. Perempuan di masyarakat pascakolonial mengusung beban ganda karena tersubordinasi oleh kolonialisme sekaligus kaum pria pribuminya. Meskipun demikian, ada kemungkinan untuk menggoyang stabilitas representasi tubuh yang terkelaminkan ini, seperti kasus Madonna, karena vvalaupun teks mengkonstruksi posisi subjek, bukan 28 UG Jurnal Vol. 7 No. 08 Tahun 2013