BAB III PENETAPAN BATAS ZONA EKONOMI EKSKLUSIF INDONESIA - FILIPINA DI LAUT SULAWESI. Tabel 3.1 Tahapan Penetapan Batas Laut

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 3 PROSES REALISASI PENETAPAN BATAS LAUT (ZONA EKONOMI EKSKLUSIF) INDONESIA DAN PALAU DI SAMUDERA PASIFIK

BAB IV ANALISIS. 4.1Analisis Peta Dasar yang Digunakan

BAB III PENENTUAN GARIS BATAS MARITIM INDONESIA SINGAPURA PADA SEGMEN TIMUR MENGGUNAKAN PRINSIP EKUIDISTAN

BAB III TAHAPAN KEGIATAN PENETAPAN BATAS LAUT DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

BAB III TAHAPAN PENETAPAN DAN PENEGASAN BATAS KEWENANGAN WILAYAH LAUT DAERAH

BAB IV ANALISIS. 4.1 Analisis Terhadap Penentuan Datum, Titik Dasar dan Garis Pangkal

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 2 DASAR TEORI 2.1 Pembagian Wilayah Laut

BAB II TINJAUAN UMUM PENENTUAN BATAS DAERAH

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III REALISASI DELINEASI BATAS LAUT

BAB III IMPLEMENTASI PENENTUAN BATAS LAUT KABUPATEN SELAYAR

BAB II DASAR TEORI PENETAPAN BATAS LAUT DAERAH

Abstrak. Ria Widiastuty 1, Khomsin 1, Teguh Fayakun 2, Eko Artanto 2 1 Program Studi Teknik Geomatika, FTSP, ITS-Sukolilo, Surabaya, 60111

Abstrak PENDAHULUAN.

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Sejarah Perundingan Batas Maritim Indonesia Singapura

BAB II DASAR TEORI. Dalam UNCLOS 1982 disebutkan adanya 6 (enam) wilayah laut yang diakui dan ditentukan dari suatu garis pangkal yaitu :

BAB III IMPLEMENTASI ASPEK GEOLOGI DALAM PENENTUAN BATAS LANDAS KONTINEN

Penentuan Batas Pengelolaan Wilayah Laut Antara Provinsi Jawa Timur dan Provinsi Bali Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014

I. RENCANA KEGIATAN PEMBELAJARAN MINGGUAN (RKPM) MINGGU 9. A. TUJUAN AJAR: Dapat menjelaskan Aspek Geospasial dalam Metode Delimitasi Batas Maritim

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2002 TENTANG DAFTAR KOORDINAT GEOGRAFIS TITIK-TITIK GARIS PANGKAL KEPULAUAN INDONESIA

BAB IV ANALISIS. IV. 1. Analisis Pemilihan Titik Dasar Untuk Optimalisasi

BAB II PENENTUAN BATAS LAUT DAERAH

ASPEK-ASPEK GEODETIK DALAM HUKUM LAUT

Studi Penentuan Batas Maritim Antara Dua Negara Berdasarkan Undang Undang yang Berlaku di Dua Negara yang Bersangkutan (Studi Kasus : NKRI dan RDTL)

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA Sidang Ujian Tugas Akhir Oleh : FLORENCE ELFRIEDE SINTHAULI SILALAHI

STUDI PENENTUAN BATAS MARITIM INDONESIA-MALAYSIA BERDASARKAN UNITED NATIONS CONVENTION ON THE LAW OF THE SEA

BAB III PERANCANGAN PETA BATAS LAUT TERITORIAL INDONESIA

Pengaruh Perubahan UU 32/2004 Menjadi UU 23/2014 Terhadap Luas Wilayah Bagi Hasil Kelautan Terminal Teluk Lamong antara

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

URGENSI PENETAPAN DAN PENEGASAN BATAS LAUT DALAM MENGHADAPI OTONOMI DAERAH DAN GLOBALISASI. Oleh: Nanin Trianawati Sugito*)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 1998 TENTANG

xvii MARITIM-YL DAFTAR ISI

PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2002 TENTANG DAFTAR KOORDINAT GEOGRAFIS TITIK-TITIK GARIS PANGKAL KEPULAUAN INDONESIA

BAB IV ANALISIS. 4.1 Analisis terhadap Seleksi Unsur Pemetaan Laut Teritorial Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Jurnal Geodesi Undip Juli 2017

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Kajian Landas Kontinen Ekstensi Batas Maritim Perairan Barat Laut Sumatra

ASPEK TEKNIS PEMBATASAN WILAYAH LAUT DALAM UNDANG UNDANG NO. 22 TAHUN 1999

BAB III BATAS DAERAH DAN NEGARA

BADAN INFORMASI GEOSPASIAL : B.84/BIG/DIGD/HK/08/2012 TANGGAL :13 AGUSTUS Standard Operating Procedures tentang Pengelolaan Data Batas Wilayah

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2010 TENTANG TUNJANGAN OPERASI PENGAMANAN BAGI

IMPLEMENTASI BATAS WILAYAH dan KEPULAUAN TERLUAR INDONESIA terhadap KEDAULATAN NKRI

BAB III PROSES GENERALISASI GARIS PANTAI DALAM PETA KEWENANGAN DAERAH DI WILAYAH LAUT MENGGUNAKAN ALGORITMA DOUGLAS-PEUCKER

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORITIK

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. x, No. x, (Juni, 2013) ISSN: ( Print)

Gambar 2. Zona Batas Maritim [AUSLIG, 2004]

Bab II TEORI DASAR. Suatu batas daerah dikatakan jelas dan tegas jika memenuhi kriteria sebagai berikut:

Departemen Teknik Geomatika, FTSLK-ITS Sukolilo, Surabaya 60111, Indonesia Abstrak

I. BAB I PENDAHULUAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1996 TENTANG PERAIRAN INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Ambalat: Ketika Nasionalisme Diuji 1 I Made Andi Arsana 2

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

ANALISIS ALTERNATIF BATAS WILAYAH LAUT KOTA SEMARANG DAN KABUPATEN KENDAL

STATUS PULAU BUATAN YANG DIBANGUN DI DALAM ZONA EKONOMI EKSKLUSIF TERHADAP PENETAPAN LEBAR LAUT TERITORIAL DAN ZONA EKONOMI EKSKLUSIF

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DALAM PENILAIAN PROPORSI LUAS LAUT INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

Ketika Capres bicara Kedaulatan, Batas Maritim dan Laut China Selatan. I Made Andi Arsana, Ph.D.

ANALISIS UNDANG-UNDANG KELAUTAN DI WILAYAH ZONA EKONOMI EKSKLUSIF

BAB I PENDAHULUAN I.1.

I. RENCANA KEGIATAN PEMBELAJARAN MINGGUAN (RKPM) MINGGU 7

Pendekatan Aspek Hukum, Geomorfologi, dan Teknik Dalam Penentuan Batas Wilayah Laut Daerah

Jurnal Geodesi Undip Oktober 2017

BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

MODUL 2 REGISTER DAN DIGITASI PETA

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. masalah-masalah hukum. Di Indonesia, salah satu masalah hukum

PEMETAAN PARTISIPATIF BATAS KELURAHAN DI KECAMATAN SUKOLILO KOTA SURABAYA

2 Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916); 3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan D

BAB III PENGOLAHAN DATA ALOS PRISM

Panduan Membaca Peta Prakiraan Daerah Penangkapan Ikan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ANALISA PETA LINGKUNGAN PANTAI INDONESIA (LPI) DITINJAU DARI ASPEK KARTOGRAFIS DAN KETENTUAN INTERNATIONAL HYDROGRAPHIC ORGANIZATION (IHO)

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGATURAN HUKUM TERHADAP BATAS LANDAS KONTINEN ANTARA INDONESIA DAN MALAYSIA DI GOSONG NIGER

PENGEMBANGAN POTENSI WISATA ALAM KABUPATEN TULUNGAGUNG DENGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

PANDUAN CARA MENGHITUNG LUAS INDONESIA DALAM SISTEM PROYEKSI UTM MENGGUNAKAN SOFTWARE ARCGIS 9.3

MENGGAMBAR BATAS DESA PADA PETA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

RANCANGAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN 2016

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

I. RENCANA KEGIATAN PEMBELAJARAN MINGGUAN (RKPM) MINGGU 5. A. TUJUAN AJAR: Dapat menjelaskan evolusi batas maritim nasional di Indonesia

2008, No hukum dan kejelasan kepada warga negara mengenai wilayah negara; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a,

LAPORAN SINGKAT KOMISI I DPR RI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN BAB I. PENDAHULUAN

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PENEGASAN BATAS DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI,

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PENEGASAN BATAS DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI,

Transkripsi:

BAB III PENETAPAN BATAS ZONA EKONOMI EKSKLUSIF INDONESIA - FILIPINA DI LAUT SULAWESI Kegiatan penetapan batas laut antara dua negara terdiri dari beberapa tahapan.kegiatan penetapan batas beserta dengan tahapan-tahapan yang dilakukan ditunjukkan pada Tabel 3.1. Tabel 3.1 Tahapan Penetapan Batas Laut Kegiatan Penentuan Batas Laut di atas Peta Dasar Tahapan 1. Pengumpulan data dan dokumen pendukung 2. Penentuan peta dasar yang digunakan 3. Penentuan titik dasar dan garis pangkal 4. Penarikan garis batas laut negara di atas peta dasar 5. Penyajian peta batas laut negara Dalam tugas akhir ini, kegiatan dilakukan tahapan penentuan batas di atas peta dasar, karena batasan masalah dalam tugas akhir ini hanya berada pada penetapan batas ZEE Indonesia - Filipina di Laut Sulawesi secara kartometrik di atas peta dasar. Tahapan yang dilakukan adalah sebagai berikut : 3.1 Pengumpulan Data dan Dokumen Pendukung Dalam tahapan ini dilakukan pengumpulan berbagai data-data dan dokumen dari berbagai sumber yang akan diolah dan diambil informasinya agar diperoleh suatu solusi dalam penetapan batas laut. Data yang dipakai adalah peta digital yang memuat wilayah ZEE Indonesia di Laut Sulawesi terbitan Badan Informasi Geospasial, dan dokumen yang digunakan adalah berbagai perjanjian dan peraturan dunia tentang penentuan batas laut antara negara. Dokumen-dokumen tersebut antara lain UNCLOS 1982, TALOS edisi ke-4, makalah tentang Prinsip Penentuan Batas Negara Menggunakan Prinsip Ekudistan dan Proporsionalitas, dan beberapa artikel dari internet tentang masalah batas negara di Indonesia. Dokumen UNCLOS 1982 digunakan sebagai dasar hukum dari pembuatan Peta.Dokumen TALOS edisi ke-4 terdapat pembahasan mengenai penarikan garis 27

ekuidistan besrta penurunannya.makalah tentang Prinsip Penentuan Batas Negara Menggunakan Prinsip Ekuidistan dan Proporsionalitas terdapat pembahasan tentang metode yang dapat digunakan dalam penentuan batas ZEE antara Indonesia dan Filipina. 3.2 Penentuan Peta Dasar dan Program Aplikasi yang Digunakan Peta Dasar atau peta dasar yang digunakan dalam penentuan batas laut seharusnya mempunyai sistem yang sama pada seluruh area yang akan ditentukan batasnya. Dalam tugas akhir ini, berarti antara Negara Indonesia dengan Negara Filipina secara keseluruhan di Laut Sulawesi.Hal tersebut bertujuan untuk meminimalkan terjadinya konflik batas antara negara yang berbatasan tersebut.selain itu, pemilihan skala peta, sistem proyeksi, datum geodetik, serta elipsoid referensi yang digunakan seharusnya sudah mempunyai standar internasional untuk penentuan batas laut kedua negara tersebut. Dalam penelitian ini, peta dasar yang digunakan diperoleh dari Bakosurtanal. Peta tersebut adalah peta dijital yang berupa Peta Zona Ekonomi Eksklusif No. 14, dengan skala 1: 1.000.000 dan Peta Zona Ekonomi Eksklusif No. 15, dengan skala 1 : 1.000.000 terbitan Badan Informasi Geospasial. Indeks dari lokasi peta zona ekonomi eksklusif tersebut dapat dilihat pada Gambar 3.1. Kemudian program aplikasi yang digunakan dalam tugas akhir ini adalah, ArcGIS 9.3 dan AutoCAD Land Desktop 2009. 28

Gambar 3.1 Indeks Peta Zona Ekonomi Eksklusif (BIG,2012) 3.3 Penentuan Titik Dasar dan Garis Pangkal Negara Indonesia dan Filipina Setelah mendapatkan peta dasar, maka dilakukan kegiatan penentuan titik dasar dan garis pangkal untuk menentukan batas ZEE Indonesia - Filipina.Kegiatan ini dilakukan pada perangkat lunak (software) Arc Map 9.3. Tetapi sebelum masuk ke dalam proses tersebut, perlu dilakukan proses digitasi yang merupakan proses penentuan titik kontrol peta pada sebuah peta dijital. Proses tersebut juga dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak (software)arc Map 9.3. Proses digitasi titik kontrol peta dapat dilihat pada Gambar 3.2. 29

Gambar 3.2 Proses Digitasi Hasil dari proses tersebut adalah sebuah peta dijital yang mempunyai titik-titik kontrol koordinat tanah. Dengan adanya koordinat referensi tersebut, maka akan dengan mudah dilakukan proses plotting titik-titik dasar yang mempunyai koordinat geodetik. Dalam proses digitasi akan menggunakan minimal 2 titik koordinat referensi di perpotongan garis lintang dan garis bujur,yang koordinat titik referensi tersebut telah diketahui yaitu tercantum dalam bagian tepi bingkai peta dijital, namun pada dasarnya proses digitasi ini adalah suatu kegiatan transformasi koordinat, yaitu dari koordinat citra digital kedalam koordinat peta. 30

Kegiatan penentuan titik dasar dan garis pangkal dilakukan dengan tahapan pelaksanaan adalah sebagai berikut : 1. Menentukan cakupan wilayah masing-masing negara. Penentuan cakupan wilayah masing-masing negara merupakan hal yang paling penting untuk dilakukan, karena apabila hal tersebut belum dilakukan maka tahapan-tahapan selanjutnya tidak mungkin dapat dilakukan. Dengan kata lain, kita harus menelusuri secara cermat cakupan wilayah yang akan kita tentukan batasnya termasuk konfigurasi pulau-pulau kecil mana saja yang masuk dalam wilayah Indonesia atau dalam wilayah Filipina. Sebagai contoh adalah konfigurasi pulau-pulau kecil timur Sabah-Filipina tidak tercantum batas negara Filipina-Filipina dalam peta ZEE Indonesia,sehingga harus menggunakan rujukan lain yaitu peta teritorial Filipina yang diperoleh dari internet, kemudian peta ZEE Indonesia tersebut masih belum terbarui dimana masih mencantumkan pulau Sipadan dan pulau Ligitan sebagai titik dasar Indonesia dimana 17 Desember 2002 diputuskan kedua pulau tersebut sebagai bagian dari wilayah Malaysia. Pulau-pulau dan karang-karang kecil tersebut sangat berpengaruh dalam menentukan suatu titik dasar yang selanjutnya dapat ditentukan garis pangkalnya, sehingga kejelian dalam menentukan wilayah suatu negara merupakan tahap yang sangat krusial dalam melakukan tahap-tahap selanjutnya. 2. Menentukan titik-titik dasar pada kedua negara. Titik-titik dasar yang dipilih adalah titik-titik yang menonjol ke arah laut (salient point). Selain itu, titik-titik terluar pada pulau-pulau terluar (outermost points on the outermost islands) Penentuan titik-titik dasar pada Negara Indonesia dan Filipina dapat dilihat pada Gambar 3.3. 31

Gambar 3.3 Penentuan Titik-titik Dasar pada Negara Indonesia Dari Gambar 3.3, dapat dilihat bahwa pemilihan titik-titik dasar merupakan titik-titik yang menonjol ke arah laut dan pulau-pulau terluar pada suatu negara (pada gambar di atas adalah Negara Indonesia). Sedangkan penentuan titik-titik dasar pada Negara Filipina juga dapat dilihat pada Gambar 3.3. dan daftar koordinat titik dasar kedua negara tersebut dapat dilihat di Lampiran 1 dan Lampiran 2 3.4 Penarikan Garis Batas Laut Zona Ekonomi Eksklusif di atas Peta Dasar Prinsip Ekuidistan. Setelah tahapan-tahapan di atas telah dilakukan, maka kegiatan selanjutnya adalah menarik garis batas ZEE Indonesia - Filipina di atas peta dasar dengan menggunakan bantuan perangkat lunak (software) AutoCAD Map 2009. 32

Setelah kita mendapatkan garis pangkal, yang telah dilakukan pada tahapan sebelumnya, kemudian dari garis pangkal tersebut dilakukan penarikan garis batas laut sejauh 200 mil laut dari garis pangkal untuk mendapatkan batas ZEE. Tetapi karena lebar Laut Sulawesi kurang dari 400 mil laut dengan kata lain daerah ZEE kedua negara tersebut bertampalan, maka seperti yang telah dibahas pada Bab 2 bahwa diterapkan prinsip ekuidistan dan proporsionalitas untuk memecahkan permasalahan ini. Titik awal dari garis batas ZEE yang digunakan merupakan titik antara dari sepanjang garis titik dasar pulau Dolangan (Indonesia) dan titik dasar di pulau Sibutu (Filipina) dan titik akhir penarikan batas ZEE adalah titik diantara titik dasar di pulau Miangas (Indonesia) dan tanjung Manay (Filipiina) Dalam tugas akhir ini, akan digunakan dua konsep penerapan prinsip ekuidistan dan proporsionalitas dalam penetapan garis batas ZEE Indonesia - Filipina. Kedua konsep tersebut adalah konsep lingkaran dan konsep bisek.perbedaan garis tengah atau median lineyang terbentuk antara konsep bisek dengan konsep lingkaran adalah garis yang membentuk median line dengan menggunakan konsep lingakaran adalah dua garis ekuidistan (jari-jari pada bagian yang menyinggung garis pangkal normal kedua negara), sedangkan garis yang membentuk median line dengan menggunakan konsep bisek adalah tiga garis proporsional. 3.4.1 Konsep Lingkaran Konsep lingkaran merupakan penerapan prinsip ekuidistan dimana lingkaran yang terbentuk menyinggung garis pangkal kedua negara yang berbatasan.dalam tugas akhir ini adalah Negara Indonesia dan Negara Filipina.Kemudian median line dibentuk dengan menghubungkan pusat-pusat lingkaran tersebut dalam rangkaian garis lurus. 33

Pada tahapan ini, penentuan batas laut dilakukan dengan menggunakan garis pangkal yang telah ditetapkan sebelumnya dengan menggunakan prinsip ekuidistan, Dari garis pangkal tersebut kemudian dilakukan penarikan garis batas menggunakan prinsip ekuidistan dengan konsep lingkaran.titik-titik batas hasil penetapan tersebut kemudian dihubungkan ke titik awal dan titik akhir yang telah ditentukan sebelumnya. Penarikan garis batas dengan menggunakan konsep lingkaran dapat dilihat pada Gambar 3.6. Gambar 3.4 Penarikan Garis Batas Ekuidistan dengan Menggunakan Konsep Lingkaran Dari Gambar 3.4, dapat dilihat bahwa lingkaran yang dibentuk merupakan persinggungan antara garis pangkal Indonesia dengan garis pangkal Filipina. Garis berwarna coklat adalah garis median line yang terbentuk oleh titik-titik pusat lingkaran, sedangkan lingkaran berwarna hitam adalah lingkaran yang digunakan dalam proses penetapan batas 34

3.4.2 Konsep Bisek Konsep bisek, seperti yang telah dijelaskan di Bab 2 merupakan penerapan prinsip ekuidistan dimana titik belok yang terbentuk merupakan perpotongan antara dua garis tengah pada garis yang menghubungkan tiga titik dasar pada kedua negara.kemudian median line dibentuk dengan menghubungkan titik-titik belok tersebut dalam rangkaian garis lurus. Tahapan-tahapan yang dilakukan dengan menggunakan konsep bisek adalah sebagai berikut : 1. Menentukan garis batas ZEE dengan menggunakan prinsip ekuidistan Pada tahapan ini, penentuan batas laut dilakukan dengan menggunakan garis pangkal yang telah ditetapkan sebelumnya dengan menggunakan prinsip proporsionalitas.dari garis pangkal tersebut kemudian dilakukan penarikan garis batas menggunakan prinsip ekuidistan dengan konsep bisek.titik-titik batas hasil penetapan tersebut kemudian dihubungkan ke titik awal dan titik akhir yang telah ditentukan sebelumnya. Penarikan garis batas full effect dengan menggunakan konsep bisek dapat dilihat pada Gambar 3.9. Gambar 3.5 Penarikan Garis Batas Ekuidistan dengan Menggunakan Konsep Bisek 35

Dari Gambar 3.5, dapat dilihat bahwa garis yang berwarna hijau merupakan garis pembentuk titik belok, yang diperoleh dari penarikan titik-titik terdekat antara kedua garis pangkal..dari titik belok tersebut, kemudian dihubungkan satu dengan yang lainnya menjadi garis batas ZEE yang ditunjukkan dengan garis berwarna merah.sedangkan garis berwarna merahmerupakan garis ekuidistan yang membentuk median line pada konsep bisek. 3.5 Penarikan Garis Batas Laut Zona Ekonomi Eksklusif di atas Peta Dasar Prinsip Proporsionalitas. Secara geografis, Indonesia dan Filipina merupakan dua negara yang saling berhadapan dan dipisahkan oleh Laut. Sebagai negara yang saling berbatasan langsung dengan laut, kedua negara tentu punya klaim terhadap wilayah laut masing-masing dan kewenangan masing-masing dalam pengaturan serta pengelolaan wilayah lautnya. Tabel 3.1 : Profil Negara Filipina dan Indonesia (wikipedia,2012) Profil Nama resmi negara Republic of the Philippines The Republic of Indonesia Luas negara 298,170km 2 1.919.440 km 2 Panjang garis pantai 36,289 km 95.181 km Pada metode ini mirip dengan prinsip ekuidistan dengan konsep bisek, hanya saja unsur geografis dari kedua negara diperhatikan untuk diberikan pembobotan. Pembobotan penarikan batas ini didasarkan pada perbandingan panjang garis pantai. Pembobotan ini digunakan sebagai penentu lokasi titik balik pada garis pembentuk titik belok pada garis bisek sesuai dengan bobot yang diberikan. Dengan pemberian bobot ini maka posisi median line akan lebih mendekat ke arah negara yang bobotnya lebih kecil. Dari perbandingan panjang garis pantai Indonesia dengan 36

panjang garis pantai Filipina diperoleh nilai perbandingan 72.3:27.6. dan dapat diambil perbandingan yang bulat yaitu 70:30, jika perbandingan tersebut dirasa kurang adil maka bisa saja diambil pertimbangan lain sebagai perbandingan, misalnya mengambil nilai tengah dari perbandingan ekuidistan (50:50) dan 70:30 yaitu dengan perbandingan 60:40, mengingat bahwa negara Filipina juga salah satu negara terbesar dikawasan ASEAN. 3.5.1 Menentukan garis batas ZEE dengan menggunakan prinsip proporsionalitas 70:30. Penentuan batas laut dilakukan dengan menggunakan garis pangkal yang telah ditetapkan sebelumnya dengan menggunakan prinsip proporsionalitas 60:40. Dari garis pangkal tersebut kemudian dilakukan penarikan garis batas menggunakan prinsip proporsional dengan konsep bisek.titik-titik batas hasil penetapan tersebut kemudian dihubungkan ke titik awal dan titik akhir yang telah ditentukan sebelumnya. Penarikan garis batas proporsional 60:40 dengan menggunakan konsep bisek dapat dilihat pada Gambar 3.11. Gambar 3.6 Penarikan Penarikan Garis Batas Proporsional 70:30 dengan Metode Bisek 37

Dari Gambar 3.6, dapat dilihat bahwa garis yang Trijunction 70:30 merupakan garis pembentuk titik belok, yang diperoleh dari penarikan titik-titik terdekat antara kedua garis pangkal..dari titik belok tersebut, kemudian dihubungkan satu dengan yang lainnya menjadi garis batas ZEE yang ditunjukkan dengan garis berwarna merah.sedangkan garis berwarna Coklat merupakan garis ekuidistan yang membentuk median line pada konsep bisek. 3.5.2 Menentukan garis batas ZEE dengan menggunakan prinsip proporsionalitas 60:40. Pada tahapan ini, penentuan batas laut dilakukan dengan menggunakan garis pangkal yang telah ditetapkan sebelumnya dengan menggunakan prinsip proporsionalitas 60:40. Prinsip proporsionalitas ini dapat didasarkan dari nilai tengah dari perbandingan 50:50 dan 70:30, Dari garis pangkal tersebut kemudian dilakukan penarikan garis batas menggunakan prinsip proporsional dengan konsep bisek. Titik-titik batas hasil penetapan tersebut kemudian dihubungkan ke titik awal dan titik akhir yang telah ditentukan sebelumnya.penarikan garis batas proporsional 60:40 dengan menggunakan konsep bisek dapat dilihat pada Gambar 3.7. Gambar 3.7 Penarikan Garis Batas Proporsional 60:40 dengan Konsep Bisek 38

Dari Gambar 3.7, dapat dilihat bahwa garis trijunction 60:50 merupakan garis pembentuk titik belok, yang diperoleh dari penarikan titik-titik terdekat antara kedua garis pangkal. Dari titik belok tersebut, kemudian dihubungkan satu dengan yang lainnya menjadi garis batas ZEE yang ditunjukkan dengan garis berwarna merah. 3.6 Menentukan luas ZEE Indonesia Hasil median line yang telah didapat dari tahapan sebelumnya digunakan untuk mengitung luas ZEE Indonesia secara numeris, visualisasi perbandingan antara keempat prinsip dapat dilihat di gambar 3.12.Perhitungan luas ZEE Indonesia dihitung dari garis pangkal kepulauan Indonesia ke median line dari keempat prinsip dan konsep penarikan batas yang dipakai.perhitungan luas ZEE tersebut diperoleh dengan menggunakan bantuan perangkat lunak ArcGIS 9.3. Hasil luas ZEE Indonesia dengan menggunakan konsep bisek dapat dilihat pada Tabel 3.2. Gambar 3.8 Perbandingan visual hasil penarikan batas dengan keempat konsep yang digunakan. 39

Tabel 3.2 Hasil Luas ZEE Indonesia dan Filipina Prinsip Luas ZEE INA (Km 2 ) Luas ZEE PHI (Km 2 ) Ekuidistan Lingkaran 160527,44 146770.854 Ekuidistan Bisek 162825,844 144472.45 Proporsional Bisek 60:40 184489,299 122808.995 Proporsional Bisek 70:30 204279,381 103018.913 3.7 Penyajian Peta ZEE Indonesia Filipina di Laut Sulawesi Setelah mendapatkan garis batas laut antar kedua negara, maka dilakukan penyajian peta batas zona ekonomi eksklusif Indonesia - Filipina di Laut Sulawesi dan dilampirkan juga koordinat titik dasarnya. Untuk penyajian peta batas tersebut, digunakan skala 1 : 1.000.000 dengan datum geodetiknya adalah WGS 1984 serta menggunakan sistem proyeksi Mercator. Pada tugas akhir ini, akan mendapatkan empat peta ZEE Indonesia Filipina di Laut Sulawesi dengan kombinasi antara prinsip ekuidistan dengan prinsip proporsionalitas, (Peta Terlampir). Keempat peta ZEE tersebut adalah : 1. Peta ZEE Ekuidistan dengan menggunakan konsep lingkaran. 2. Peta ZEE Ekuidistan dengan menggunakan konsep bisek. 3. Peta ZEE proporsionalitas 60:40 dengan menggunakan konsep lingkaran. 4. Peta ZEE proporsionalitas 70:30 dengan menggunakan konsep bisek. 40