PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TENTANG. ELiMINASI MALARIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

dokumen-dokumen yang mirip
BUPATI LOMBOK UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK UTARA NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN BELITUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN JEMBRANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG ELIMINASI MALARIA

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 176 TAHUN 2010 TENTANG KELOMPOK KERJA PENGARUSUTAMAAN GENDER

BUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN

PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA, PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116,

GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

DISPOSISI / CATATAN DINAS KOMUNlKASI, INFORMATlKA DAN KEHUMASAN PROVINSI DKI JAKARTA / 8:l.b7. Karle : :. ~~~1'iir;Ntf~~~ : CiUJ;Jiiv::u;,'...

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN ELIMINASI MALARIA DI PROVINSI BALI

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 45 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN BADUNG

WALIKOTA BENGKULU PROVINSI BENGKULU PERATURAN WALIKOTA BENGKULU NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KOTA BENGKULU

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI POLEWALI MANDAR

wkkh~ PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 183 TAHUN 2012 TENTANG PEMULIHAN ADIKSI BERBASIS MASYARAKAT

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 293/MENKES/SK/IV/2009 TENTANG ELIMINASI MALARIA DI INDONESIA

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.344, 2011 KEMENTERIAN KESEHATAN. Strategi Adaptasi. Perubahan Iklim. Kesehatan.

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 36 TAHUN 2014 TENTANG

- 1 - PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1018/MENKES/PER/V/2011 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 288/MENKES/SK/III/2003 TENTANG PEDOMAN PENYEHATAN SARANA DAN BANGUNAN UMUM

2017, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Neg

~Ja/wn,a PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 24 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA PERLINDUNGAN PENYANDANG DISABILITAS DAERAH

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BUPATI PASURUAN PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN LAYAK ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2015 TENTANG UPAYA PENINGKATAN KESEHATAN DAN PENCEGAHAN PENYAKIT

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG KEBIJAKAN KABUPATEN LAYAK ANAK

WALIKOTA LANGSA PERATURAN WALIKOTA LANGSA NOMOR 77 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN ELIMINASI MALARIA DI KOTA LANGSA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI,

~J~ PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG

1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1984 tentang Pengesahan Konvensi Mengenai Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan;

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA PASURUAN NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2013 TENTANG GERAKAN NASIONAL PERCEPATAN PERBAIKAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2013 TENTANG KESEHATAN MATRA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2013 TENTANG GERAKAN NASIONAL PERCEPATAN PERBAIKAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 71 TAHUN 2014 TENTANG

TUGAS POKOK DAN FUNGSI ORGANISASI DINAS KESEHATAN KABUPATEN JEMBER

GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TENTANG

WALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN WALIKOTA NOMOR 55 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2013 TENTANG GERAKAN NASIONAL PERCEPATAN PERBAIKAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.02.02/MENKES/258/2016 TENTANG PANITIA PERINGATAN HARI MALARIA SEDUNIA TAHUN 2016

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 60 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 185 TAHUN 2014 TENTANG PERCEPATAN PENYEDIAAN AIR MINUM DAN SANITASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH PROVINS) DAERAH KHUSUS KEPUTUSAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 829 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA,JAKARTA TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH

LEMBARAN DAERAH PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

-1- DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

2016, No Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 74 TAHUN 2016 TENTANG

GUBERNUR KEPULAUAN RIAU

KERANGKA ACUAN PROGRAM P2 DBD

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TENTANG

KEPALA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN, REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG

PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI SIAK NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG PEMBERANTASAN DAN ELIMINASI PENYAKIT TUBERKULOSIS DI KABUPATEN SIAK

8J~g>~P.b~~ Q9'"~~ KEPUTUSAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 613 TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

C!l'uJ!wl&cJa I'unla

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

~JaIcana PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG SUMUR RESAPAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER. 14/MEN/2009 TENTANG MITRA BAHARI

PEMERINTAH PROVINSI MALUKU

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 186 TAHUN 2014 TENTANG PEMBERDAYAAN SOSIAL TERHADAP KOMUNITAS ADAT TERPENCIL

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

WALIKOTA YOGYAKARTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 53 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN FORUM KABUPATEN SEHAT KABUPATEN BELITUNG

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 73 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN DAN KEPELOPORAN PEMUDA,

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 104 TAHUN 2012 TENTANG

Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 33 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN EKOWISATA DI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN LANDAK

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 68 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEHATAN HAJI

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 104 TAHUN 2007 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.02.02/MENKES/633/2016 TENTANG TIM KOORDINASI PENGUATAN DAN PENERAPAN EPIDEMIOLOGI LAPANGAN

8l~g>~rq)~ ~ ! KEPUTUSAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS , NOMOR 670 TAHUN 2014 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI PULANG PISAU,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 2013 TENTANG PENGEMBANGAN ANAK USIA DINI HOLISTIK-INTEGRATIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 2013 TENTANG PENGEMBANGAN ANAK USIA DINI HOLISTIK-INTEGRATIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 2005 TENTANG KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TENTANG MONITORING DAN EVALUASI PARTISIPATIF (PERLOMBMN KELURAHAN)

2018, No Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 127, Tamba

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 57 TAHUN 2015 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG PENGENDALIAN ZOONOSIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.02.02/MENKES/76/2015 TENTANG TIM KOORDINASI PASCA KRISIS KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT

Transkripsi:

.' /9(. PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 154 TAHUN 2010 TENTANG ELiMINASI MALARIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTAJAKARTA, Menimbang a. bahwa berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 293/MENKES/SKlIV/2009 tentang Eliminasi Malaria di Indonesia, Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu merupakan salah satu sasaran wilayah eliminasi malaria; b. bahwa untuk pelaksanaan lebih lanjut dalam hal eliminasi malaria di Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, perlu diatur dan merupakan kebijakan Gubernur untuk kesamaan langkah dan tindakan terhadap eliminasi malaria dimaksud; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, serta sebagai tindak lanjut surat Menteri Dalam Negeri tanggal 8 Februari 2010 Nomor 443.41/465/SJ hal Pedoman Pelaksanaan Program Eliminasi Malaria di Indonesia, perlu menetapkan Peraturan Gubernur tentang Eliminasi Malaria; Mengingat 1. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular; 2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup; 3. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan; 4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008;

5. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2007 tentang Pemerintahan Provinsi Daerah Khusus Jakarta sebagai Ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia; 6. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan; 7. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah; 8. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota; 9. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 004/MENKES/SKII/2003 tentang Kebijaksanaan dan Strategi Desentralisasi Bidang Kesehatan; 10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007; 11. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 131/Menkes/SKlIl/2004 tentang Sistem Kesehatan Nasional; 12. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 293/MENKES/SKlIV/2009 tentang Eliminasi Malaria di Indonesia; 13. Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2007 tentang Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan Daerah; 14. Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2008 tentang Organisasi Perangkat Daerah; 15. Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2009 tentang Sistem Kesehatan Daerah; 16. Peraturan Gubernur Nomor 130 Tahun 2008 tentang Tata Cara Pelaksanaan Anggaran Pendapatan Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Gubernur Nomor 174 Tahun 2009; MEMUTUSKAN : Menetapkan PERATURAN GUBERNUR TENTANG ELiMINASI MALARIA.

.. 3 BABI KETENTUAN UMUM Pasal1 Dalam Peraturan Gubernur ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. 2. Pemerintah Daerah adalah Gubernur dan Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggaraan Pemerintahan Daerah. 3. Gubernur adalah Kepala Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. 4. Wakil Gubernur adalah Wakil Kepala Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. 5. Sekretaris Daerah adalah Sekretaris Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. 6. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat SKPD adalah Satuan Kerja Perangkat Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta yang terkait dengan eliminasi malaria. 7. Unit Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat UKPD adalah Unit Kerja Perangkat Daerah yang terkait dengan eliminasi malaria. 8. Advokasi adalah Upaya persuasif yang sistematik dan terorganisir mencakup penyadaran, rasionalisasi. argumentasi dan rekomendasi untuk melancarkan aksi dengan target terjadinya perubahan kebijakan melalui penggalangan dan berbagai pihak. 9. Eliminasi malaria adalah Suatu upaya untuk menghentikan penularan malaria setempat dalam satu wilayah geografis tertentu dan bukan berarti tidak ada kasus malaria impor serta sudah tidak ada vektor malaria di wilayah tersebut, sehingga tetap dibutuhkan kegiatan kewaspadaan untuk mencegah penularan kembali. 10. Evaluasi adalah Upaya untuk mengetahui hasil kegiatan eliminasi malaria dalam jangka waktu tertentu, setiap 3 (tiga) bulan. 11. Gebrak Malaria adalah Gerakan nasional seluruh komponen masyarakat untuk memberantas malaria secara intensif melalui kemitraan antara pemerintah, dunia usaha, lembaga swadaya dan badan internasional serta penyandang dana.

4 12. Kasus impor adalah Kasus yang berasal dari luar wilayah. 13. Kejadian Luar Biasa malaria yang selanjutnya disingkat KLB malaria adalah Ditemukannya 1 (satu) kasus malaria indegeneuous di Daerah. 14. Kemitraan adalah Suatu bentuk ikatan bersama antara 2 (dua) atau lebih pihak yang bekerja sama untuk mencapai tujuan dengan cara berbagai kewenangan dan tanggung jawab dalam bidang kesehatan, saling mempercayai, berbagi pengelolaan, investasi dan sumber daya untuk program kesehatan, memperoleh keuntungan bersama dari kegiatan yang dilakukan. 15. Monitoring adalah Upaya untuk memantau proses pelaksanaan kegiatan eliminasi malaria yang dilakukan secara terus menerus. 16. Rukun Warga Siaga yang selanjutnya disebut adalah RW yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya, kemampuan dan kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalahmasalah kesehatan, bencana, kegawatdaruratan dan kejadian luar biasa secara mandiri. 17. Tim Penilai Eliminasi adalah Tim yang dibentuk oleh Gubernur yang terdiri dari SKPD/UKPD terkait, organisasi profesi dan unsur lain yang diperlukan. 18. Efikasi adalah Perubahan/efek maksimal yang dapat dihasilkan oleh suatu oba!. 19. Daerah Reseptive adalah Daerah dengan kepadatan vektor yang tinggi dan atau terdapat faktor Iingkungan untuk tempat berkembangbiaknya vektor. 20. Vulnerabilitas adalah Salah satu dari keadaan berupa dekatnya dengan wilayah yang masih terjadi penularan malaria atau akibat dari sering masuknya penderita malaria (kasus positif) secara individu/kelompok dan/atau vektor yang infektif (slap menularkan). 21. Sistem Kewaspadaan Dini yang selanjutnya disingkat SKD adalah Upaya untuk pencegahan terjadinya KLB melalui kegiatan pemantauan penyakit (surveilens)dilakukan terusmenerus untuk memantau terjadinya kasus malaria. 22. Surveilens Vektor adalah Rangkaian proses pengamatan vektor secara terus-menerus secara sistematik dan berkesinambungan melalui pengumpulan, analisa, interpretasi dan diseminasi data kesehatan dalam upaya untuk memantau perkembangbiakan vektor.

5 23. Surveilens Migrasi adalah Kegiatan pencatatan dan pengambilan sediaan darah terhadap orang-orang yang baru datang dari daerah endemis malaria. 24. Komunikasi Informasi dan Edukasi yang disingkat KIE adalah Proses pemberdayaan masyarakat dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang penanggulangan malaria. 25. Lembaga Swadaya Masyarakat yang selanjutnya disingkat LSM adalah Organisasi kemasyarakatan yang peduli dengan kegiatan eliminasi malaria. Pasal2 (1) Tujuan dilakukannya eliminasi malaria adalah Untuk mewujudkan masyarakat yang hidup sehat, terbebas dari penularan malaria. (2) Sasaran eliminasi malaria adalah Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu secara khusus dan secara umum pada 5 (lima) Wilayah Kota Administrasi di Daerah. BAB II STRATEGI ELiMINASI Bagian Kesatu Strategi Kegiatan Pasal3 (1) Pelaksanaan kegiatan eliminasi malaria dilakukan melalui strategi eliminasi malaria. (2) Strategi kegiatan eliminasi malaria sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi : a. menjamin akses pelayanan kesehatan masyarakat yang berisiko terhadap upaya pengendalian malaria yang berkualitas; b. memberdayakan dan menggerakkan masyarakat untuk mendukung secara aktif upaya eliminasi malaria; c. melaksanakan komunikasi, advokasi, motivasi dan sosialisasi kepada Pemerintah dan Pemerintah Daerah untuk mendukung secara aktif eliminasi malaria; d. mengembangkan kemitraan dan sumber daya baik lokal, nasional maupun internasional, secara terkoordinasi dengan seluruh sektor terkait termasuk sektor swasta, organisasi profesi dan organisasi kemasyarakatan melalui forum gebrak malaria atau forum kemitraan lainnya;

6 e. menyelenggarakan sistem surveilans, monitoring dan evaluasi serta informasi kesehatan; f. melaksanakan upaya eliminasi malaria melalui forum kemitraan Gebrak Malaria atau forum kemitraan lain yang sudah terbentuk; g. meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan mengembangkan teknologi dalam upaya eliminasi malaria; h. meningkatkan komitmen dan jejaring kerja di tingkat, Provinsi, Kota AdministrasilKabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, Kecamatan dan Kelurahan sesuai tugas danfungsi masing-masing; dan i. mengembangkan Kesehatan pada tingkat Kelurahan dan Kecamatan. Bagian Kedua Tahapan Kegiatan Pasal4 Untuk melaksanakan strategi eliminasi malaria sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, perlu dilakukan tahapan kegiatan sebagai berikut : a. pencegahan dan penanggulangan faktor risiko; b. peningkatan Komunikasi Informasi Edukasi pencegahan dan pemberantasan penyakit; c. peningkatan surveilens; dan d. penemuan penderita dan tatalaksana penderita. Bagian Ketiga Pelaksanaan Kegiatan Pasal5 (1) Pelaksanaan eliminasi malaria di Daerah dilaksanakan oleh seluruh SKPD, UKPD, Kemitraan dan mengikutsertakan warga masyarakat. (2) Kegiatan dalam pelaksanaan strategi eliminasi malaria di 5 (lima) Kota Administrasi dan Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu dilakukan dengan tahapan sebagai berikut : a. Pencegahan dan penanggulangan faktor risiko : 1. pengendalian vektor dan lingkungan; 2. analisa dinamika penularan; 3. larvaciding; dan 4. penggunaan kelambu.

7 b. Peningkatan Komunikasi Intormasi Edukasi pencegahan dan pemberantasan penyakit : 1. Pemberdayaan Masyarakat a) Promosi kesehatan; b) Pembentukan kader malaria; c) Pemberdayaan RW Siaga dan posyandu dalam pengendalian malaria. 2. Penggalangan Kemitraan a) Advokasi; b) Tehnical Assistence; c) Peningkatan Sumber Daya; dan d) Kemitraan dengan LSM. c. Peningkatan surveilens 1. Sistem Kewaspadaan Dini (SKD) malaria; 2. Surveilens kasus termasuk migrasi penduduk; 3. Surveilens vektor; 4. Penanggulangan Kejadian Luar Biasa; 5. Sistem Intormasi malaria (Pencatatan dan Pelaporan Pemetaan); 6. Monitoring efikasi obat dan larvasida; dan 7. Surveilens berbasis masyarakat oleh kader. d. Penemuan dan tatalaksana penderita 1. Penemuan; 2. Diagnosis; 3. Pengobatan; dan 4. Rujukan. BAB III PERAN DAN TUGAS POKOK Pasal6 Dalam pelaksanaan kegiatan eliminasi malaria Pemerintah Daerah mempunyai peran dan tugas sebagai berikut : a. menyusun strategi penanggulangan malaria melalui suatu komitmen yang dituangkan dalam kebijakan daerah sebagai penjabaran pedoman eliminasi malaria di Indonesia; b. memberikan asistensi dan advokasi kepada Kota Administrasi/ Kabupaten Administrasi, lembaga legislatit, serta Instansi terkait mengenai strategi dan kebijakan yang akan ditempuh dalam eliminasi malaria;

8 c. mengoordinasikan kegiatan program malaria dengan Instansil sektor terkait dalam mendukung eliminasi malaria; d. melaksanakan sosialisasi dan menggerakkan potensi sektor swasta, LSM dan Organisasi profesi lainnya yang terkait; e. menggerakkan potensi Sumber Daya dalam mendukung pelaksanaan program nasional eliminasi malaria secara sinergis baik yang berasal dari dalam negeri maupun luar negeri sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan; f. mengoordinasikan, membina dan mengawasi program eliminasi malaria pada 5 (lima) Kota Administrasi dan Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu. g. menyediakan sarana dan prasarana dalam upaya eliminasi malaria termasuk dalam antisipasi terjadinya KLB serta pendistribusiannya; h. melaksanakan monitoring efikasi obat dan resistensi vektor; i. mengembangkan jejaring Surveilens Epidemiologi dan sistem informasi malaria dalam melaksanakan monitoring, evaluasi dan pelaporan upaya eliminasi malaria dalam pencapaian status eliminasi malaria di 5 (lima) Kota Administrasi dan Kabupaten Administrasi Kepulauan seribu; dan j. melaksanakan koordinasi dan kerja sarna dengan daerah lain dalam mendukung eliminasi malaria. BABIV TIM PENILAI ELiMINASI MALARIA Bagian Kesatu Pembentukan dan Keanggotaan Tim Pasal? (1) Untuk mendukung kelancaran pelaksanaan kegiatan eliminasi malaria dibentuk Tim Penilai Eliminasi Malaria tingkat Provinsi dan tingkat Kota Administrasi/Kabupaten Administrasi yang keanggotaannya terdiri dari SKPD/UKPD terkait. (2) Tim Penilai Eliminasi Malaria tingkat Provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Gubernur dan Tim Eliminasi tingkat Kota Administrasi/Kabupaten Administrasi ditetapkan oleh Walikota/Bupati.

9 (3) Susunan Keanggotaan Tim Penilai Eliminasi Malaria sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sesuai yang tercantum dalam Lampiran Peraturan Gubernur ini. (4) Tim Eliminasi Malaria Tingkat Provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertujuan untuk melakukan pembinaan dan penilaian Eliminasi Malaria. (5) Tim Eliminasi Malaria Tingkat Kota/Kabupaten Administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertujuan untuk melakukan pelaksanaan kegiatan Eliminasi Malaria. Bagian Kedua Kedudukan. Tugas dan Fungsi Pasal8 (1) Tim Penilai Eliminasi Malaria tingkat Provinsi berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Gubernur. (2) Tim Penilai tingkat Kota Administrasi/Kabupaten Administrasi berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Walikotal Bupati. Pasal9 (1) Tim Penilai Eliminasi mempunyai tugas adalah melakukan penilaian atas persyaratan yang harus dipenuhi untuk mendapatkan sertifikat eliminasi malaria. (2) Anggota Tim adalah Terdiri dari unsur SKPD terkait, Organisasi Profesi dan unsur lain yang diperlukan. (3) Hasil evaluasi dari Tim Penilai Eliminasi malaria Provinsi disampaikan kepada Gubernur sebagai dasar pengusulan untuk dilakukan penilaian oleh Tim Eliminasi Tingkat Pusat. BABV MONITORING EVALUASI DAN PELAPORAN Pasal10 (1) Untuk menilai kemajuan dan kualitas implementasi upaya eliminasi malaria dari aspek proses, operasional program, indikator, hambatan, permasalahan serta dampak yang terjadi, perlu dilakukan monitoring dan evaluasi. (2) Untuk memantau hasil implementasi proses eliminasi malaria diperlukan pencatatan dan pelaporan secara berjenjang dari masing-masing SKPD dan UKPD.

10 BABVI PEMBIAYAAN Pasal11 (1) Untuk mendukung terlaksananya upaya eliminasi malaria, semua SKPD dan UKPD terkait merencanakan serta menyediakan anggaran yang diajukan setiap tahun sesuai dengan tugas/fungsi dan rencana kegiatan yang akan dilaksanakan. (2) Anggaran yang diperlukan untuk mendukung upaya eliminasi malaria dapat bersumber dari APBN, APBD dan sumbersumber lain yang sah dan bersifat tidak rnengikat sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. (3) Untuk anggaran pelaksanaan Eliminasi Malaria yang dibebankan kepada APBD, penempatannya melalui Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) SKPD/UKPD yang terkait sesuai tugas dan fungsi masing-masing. BAB VII KETENTUAN PENUTUP Pasal12 Peraturan Gubernur ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Gubernur ini dengan penempatannya daram Berita Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Ditetapkan di Jakarta padatanggal 24 Agustus 2010 GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUK TAJAKARTA, Diundangkan di Jakarta pada tanggal 7 September 2010 SEKRETARIS DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS r-_---.;i~bukot A JAKARTA, HAYAT NIP 195104271973031003 BERITA DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TAHUN 2010 NOMOR 159

Lampiran Peraturan Gubernur Provinsi Oaerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor Tanggal 154 TAHUN 2010 24 Agustus 2010 SUSUNAN KEANGGOTAAN KELOMPOK KERJA ELiMINASI TINGKAT PROVINSI Pengarah 1. Wakil Gubernur Provinsi OKI Jakarta 2. Sekretaris Oaerah Provinsi OKI Jakarta Ketua Wakil Ketua Sekretaris I Sekretaris II Anggota Asisten Kesejahteraan Masyarakat Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Oaerah Provinsi OKI Jakarta Kepala Oinas Kesehatan Provinsi OKI Kepala Oinas Kelautan dan Pertanian Provinsi OKI Jakarta 1. Badan Pengelola Lingkungan Hidup Oaerah 2. Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan dan Keluarga Berencana 3. Oinas Pariwisata dan Kebudayaan 4. Oinas Pendidikan 5. Oinas Perhubungan 6. Oinas Pekerjaan Umum 7. Kanwil Kementerian Agama 8. Biro Kesejahteraan Sosial 9. Biro Perekonomian 10. Biro Tata Pemerintahan 11. Biro Hukum 12. Tim Penggerak PKK 13. Taman Laut Nasional Kepulauan Seribu 14. Perguruan Tinggi 15. Swasta terkait 16. Organisasi profesi GUBERNUR PROVINSI OAERAH KHUSUS IBUK TA JAKARTA,