I. PENDAHULUAN. Infeksi nosokomial merupakan infeksi yang didapat selama pasien dirawat di

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Penyakit infeksi merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas di dunia.

IDENTIFIKASI BAKTERI PENYEBAB INFEKSI LUKA OPERASI (ILO) NOSOKOMIAL PADA RUANG RAWAT INAP BEDAH DAN KEBIDANAN RSAM DI BANDAR LAMPUNG

BAB I PENDAHULUAN. bahan partikulat debu dan tetesan cairan, yang semuanya mengandung. rumah sakit yang bisa menyebabkan terjadinya infeksi nosokomial

BAB I PENDAHULUAN. penyakit (kuratif) dan pencegahan penyakit (preventif) kepada masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan 1,5 juta kematian setiap hari di seluruh dunia (Anonim, 2004).

BAB 1 PENDAHULUAN. di udara, permukaan kulit, jari tangan, rambut, dalam rongga mulut, usus, saluran

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh masuk dan berkembang biaknya

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN PERAWAT DALAM PENERAPAN PROTAP PERAWATAN LUKA POST OPERASI DI RUANG CENDANA RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan pokok hidup manusia yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Mikroorganisme penyebab penyakit infeksi disebut juga patogen

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya infeksi silang atau infeksi nosokomial. penting di seluruh dunia dan angka kejadiannya terus

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. kematian di dunia. Salah satu jenis penyakit infeksi adalah infeksi

PENDAHULUAN. kejadian VAP di Indonesia, namun berdasarkan kepustakaan luar negeri

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Nursing error sering dihubungkan dengan infeksi nosokomial, salah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. yang selalu bertambah setiap tahunnya. Salah satu jenis infeksi tersebut adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB VIII INFEKSI NOSOKOMIAL

BAB II TINJAUAN TEORI. sehat, baik itu pasien, pengunjung, maupun tenaga medis. Hal tersebut

(Juniatiningsih, 2008). Sedangkan di RSUP Sanglah Denpasar periode Januari - Desember 2010 angka kejadian sepsis neonatorum 5% dengan angka kematian

Pseudomonas aeruginosa adalah kuman patogen oportunistik yang dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Seiring dengan kemajuan teknologi dan perkembangan zaman, penggunaan. lensa kontak sebagai pengganti kacamata semakin meningkat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang ditunjukkan setelah pasien

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Penyakit infeksi masih merupakan penyebab utama. morbiditas dan mortalitas di dunia.

BAB I PENDAHULUAN. dinilai melalui berbagai indikator. Salah satunya adalah penilaian terhadap upaya

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. satunya bakteri. Untuk menanggulangi penyakit infeksi ini maka digunakan

BAB 1 PENDAHULUAN. penting bagi kelangsungan hidup, modal dasar dan fungsi utama pembangunan

BAB 1 PENDAHULUAN. Keselamatan pasien (Patient Safety) adalah isu global dan nasional bagi

BAB I PENDAHULUAN. angka yang pasti, juga ikut serta dalam mengkontribusi jumlah kejadian infeksi. tambahan untuk perawatan dan pengobatan pasien.

INFEKSI NOSOKOMIAL OLEH : RETNO ARDANARI AGUSTIN

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan unit pelayanan medis yang sangat kompleks, rumah

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit (RS) sebagai institusi pelayanan kesehatan, di dalamnya

BAB I PENDAHULUAN. Angka morbiditas dan mortalitas pneumonia di seluruh dunia sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam beberapa tahun terakhir, angka kejadian penyakit infeksi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. maupun tidak langsung kematian pasien. Infeksi nasokomial ini dapat berasal dari

BAB I PENDAHULUAN. Di jaman modernisasi seperti sekarang ini Rumah Sakit harus mampu

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1. Diajukan Oleh : RIA RIKI WULANDARI J

I. PENDAHULUAN. Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus (MRSA) adalah bakteri. Staphylococcus aureus yang mengalami kekebalan terhadap antibiotik

BAB II TINJAUAN TEORI. kecil dan hanya dapat dilihat di bawah mikroskop atau mikroskop elektron.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Infeksi nosokomial atau disebut juga hospital acquired infection dapat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pneumonia, mendapatkan terapi antibiotik, dan dirawat inap). Data yang. memenuhi kriteria inklusi adalah 32 rekam medik.

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Infeksi nosokomial atau Hospital-Acquired Infection. (HAI) memiliki kontribusi yang besar terhadap tingkat

BAB 1 PENDAHULUAN. mikroba yang terbukti atau dicurigai (Putri, 2014). Sepsis neonatorum adalah

BAB I PENDAHULUAN. penyebab utama penyakit infeksi (Noer, 2012). dokter, paramedis yaitu perawat, bidan dan petugas lainnya (Noer, 2012).

BAB 1 PENDAHULUAN. neonatus dan 50% terjadi pada minggu pertama kehidupan (Sianturi, 2011). Menurut data dari

BAB I PENDAHULUAN. kesakitan dan kematian di dunia.salah satu jenis infeksi adalah infeksi

BAB I PENDAHULUAN. yang berarti keselamatan pasien adalah hukum yang tertinggi (Hanafiah & Amir,

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap infeksi nosokomial. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang didapat pasien

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan yang bermutu sesuai dengan standar yang sudah ditentukan

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA INFEKSI NOSOKOMIAL

Bagian XIII Infeksi Nosokomial

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. dapat berasal dari komunitas (community acquired infection) atau berasal dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi di Indonesia, termasuk dalam daftar jenis 10 penyakit. Departemen Kesehatan pada tahun 2005, penyakit sistem nafas

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi pada saluran napas merupakan penyakit yang umum terjadi pada

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. (WHO, 2002). Infeksi nosokomial (IN) atau hospital acquired adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. jamur, dan parasit (Kemenkes RI, 2012; PDPI, 2014). Sedangkan infeksi yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. terdapat sampai pada dasar laut yang paling dalam. Di dalam air, seperti air

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Menurut data Badan Kesehatan Dunia (WHO), HAI s (Healthcare

RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PURI BETIK HATI. Jl. Pajajaran No. 109 Jagabaya II Bandar Lampung Telp. (0721) , Fax (0721)

BAB 2. Tinjauan Teori. yang menyebabkan infeksi didapat dari orang lain (pasien, tenaga

BAB I PENDAHULUAN. bersifat dinamis dan merupakan masalah kesehatan yang sedang dihadapi terutama

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi Nosokomial, yang saat ini disebut sebagai. dengan jumlah pasien dari jumlah pasien berisiko 160.

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL DENGAN PERILAKU CUCI TANGAN DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. Kateter uretra merupakan alat yang digunakan untuk. keperawatan dengan cara memasukkan kateter ke dalam kandung kemih melalui

BAB I PENDAHULUAN. invasif secara umum dikenal sebagai infeksi daerah operasi (IDO). 1. dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC)

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Infeksi nosokomial merupakan problem klinis yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. mikroorganisme dapat terjadi melalui darah, udara baik droplet maupun airbone,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perhatian terhadap infeksi daerah luka operasi di sejumlah rumah sakit

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Salah satu penyebab kematian tertinggi di dunia. adalah infeksi. Sekitar lima puluh tiga juta kematian

BAB 1 PENDAHULUAN. Apendisitis akut merupakan penyebab akut abdomen yang paling sering memerlukan

IDENTIFIKASI BAKTERI UDARA PADA INSTALASI RADIOLOGI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH UNDATA PALU. Rosa Dwi Wahyuni

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang di daerah beriklim tropis, termasuk di Indonesia. Candida dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. yang paling utama untuk mempertahankan kehidupan (Volk dan Wheeler, 1990).

BAB I PENDAHULUAN. mikroorganisme dalam tubuh yang menyebabkan sakit yang disertai. dengan gejala klinis baik lokal maupun sistemik.

1. Pentingnya patient safety adalah a. Untuk membuat pasien merasa lebih aman b. Untuk mengurangi risiko kejadian yang tidak diharapkan Suatu

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh perhatian dari dokter (medical provider) untuk menegakkan diagnosis

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kewaspadaan universal (Universal Precaution) adalah suatu tindakan

HUBUNGAN TINGKAT KEPATUHAN PELAKSANAAN PROTAB PERAWATAN LUKA DENGAN KEJADIAN INFEKSI LUKA POST SECTIO CAESAREA (SC) DI RUANG MAWAR I RUMAH SAKIT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pernafasan bagian atas; beberapa spesiesnya mampu. memproduksi endotoksin. Habitat alaminya adalah tanah, air dan

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. bermakna (Lutter, 2005). Infeksi saluran kemih merupakan salah satu penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi nosokomial merupakan infeksi yang didapat selama pasien dirawat di rumah sakit 3 x 24 jam. Secara umum, pasien yang masuk rumah sakit dan menunjukkan tanda infeksi kurang dari 72 jam belum disebut infeksi nosokomial karena masa inkubasi penyakit telah terjadi sebelum pasien masuk rumah sakit. Salah satu infeksi nosokomial paling utama berasal dari luka post operasi yang merupakan penyebab utama morbiditas, mortalitas dan peningkatan biaya rumah sakit. Komplikasi yang dapat terjadi karena perawatan luka post operasi antara lain oedema, hematoma, perdarahan sekunder, luka robek, fistula, adesi atau timbulnya jaringan scar (Light, 2001). Infeksi luka operasi dapat berasal dari dalam tubuh penderita maupun luar tubuh. Infeksi endogen yang disebut dengan self infection atau auto infection disebabkan oleh mikroorganisme yang semula memang sudah ada di dalam tubuh dan berpindah ke daerah yang rentan terjadi infeksi. Infeksi eksogen (cross infection) dapat berasal dari lingkungan rumah sakit seperti udara ruang operasi dan ruang rawat inap, peralatan yang tidak steril maupun

2 petugas kesehatan. RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung masih ditemukan faktor eksogen mulai dari lingkungan rawat inap yang kadang kurang teratur hingga perawat yang kurang patuh terhadap standar perawatan (Soeparman, 2006). Diagnosis infeksi luka operasi sebaiknya didasarkan atas adanya nanah pada luka. Nanah yang dapat diambil dari permukaan luka umumnya terdapat bakteri yang bersifat aerob. Terdapat berbagai jenis bakteri aerob yang menjadi agen infeksi utama pada manusia dan umumnya bersifat pathogen maupun oportunis (Graham, 2003). Pada penelitian yang dilakukan oleh Nadia (2011) mengenai pola bakteri aerob pada luka operasi laparotomi di Rumah Sakit M. Djamil, Padang. Diperoleh tujuh jenis bakteri dengan bakteri terbanyak yaitu Klebsiella sp (40%), Staphylococcus aureus (13,3%), Enterobacter aglomerans (13,3%), Escherichia coli (13,3%). Menurut peneliitian yang dilakukan oleh Guntur (2004) di Rumah Sakir Moewardi Surakarta diperoleh pola bakteri dengan jumlah tertinggi pada bakteri Enterobacter sp (23%), Pseudomonas sp (16%), Proteus sp (9%). Kedua rumah sakit tersebut merupakan rumah sakit tipe b yang juga merupakan rumah sakit pendidikan seperti hal nya RSUD Abdul Moeloek Bandar Lampung yang memungkinkan terdapat kesamaan pola bakteri pada penderita infeksi luka post operasi.

3 Kualitas kebersihan ruang operasi juga turut berperan besar dalam terjadinya infeksi luka post operasi. Telah dilakukan penelitian mengenai angka kuman pada Ruang Operasi Bedah Syaraf dan Bedah Ortopedi RSUD Dr. H. Abdul Moeloek. Pada ruang operasi Bedah Syaraf diperoleh mikroorganisme yang mungkin dapat menjadi penyebab infeksi antara lain Staphylococcus sp, Streptococcus sp, Salmonella sp, Shigella sp, dan berbagai jenis jamur serta ditemukan angka kuman hingga 53 CFU/15. Pada ruang operasi Bedah Ortopedi diperoleh angka kuman maksimum hingga 125,8 CFU/m 3 setelah 7 x operasi pada ruang operasi Bedah Ortopedi yang didominasi oleh Staphylococcus sp, dan bakteri Gram negatif basil (Nur ayni, 2007 ; Mirza 2010). Dari uraian tersebut dapat dipahami infeksi luka operasi sebagai salah satu penyebab utama infeksi nosokomial harus mendapat perhatian serius dalam pencegahannya. Adanya keterlibatan faktor-faktor eksogen dari lingkungan rumah sakit termasuk ruang rawat inap juga dapat berperan dalam peningkatan insidensi infeksi luka operasi. Pada penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa bakteri aerob merupakan bakteri dominan penyebab infeksi luka operasi. Hal ini menyebabkan peneliti tertarik untuk mengetahui pola bakteri aerob penyebab infeksi pada luka post operasi di ruang Rawat Inap Bedah dan Kebidanan RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung.

4 B. Perumusan Masalah Perumusan masalah pada penelitian ini yaitu, bagaimanakah pola bakteri aerob penyebab infeksi pada luka post operasi di ruang Rawat Inap Bedah dan Kebidanan RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung? C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui pola bakteri aerob penyebab infeksi luka post operasi di ruang Rawat Inap Bedah RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung. 2. Untuk mengetahui pola bakteri aerob penyebab infeksi luka post operasi di ruang Rawat Inap Kebidanan RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung. D. Manfaat Penelitian Bagi Penulis Dapat menambah wawasan dan khasanah ilmu pengetahuan penulis terutama tentang pola bakteri aerob penyebab infeksi pada luka post operasi.

5 Bagi Rumah Sakit Dapat memberikan informasi dan pertimbangan pihak Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H. Abdul Moeloek khususnya di Ruang Rawat Inap Bedah dan Kebidanan untuk menjadi masukan data mengenai bakteri patogen yang dapat menjadi infeksi nosokomial. Bagi Peneliti Selanjutnya Menjadi dasar peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian khususnya mengenai pola bakteri aerob penyebab infeksi pada luka post operasi di Ruang Rawat Inap Bedah dan Kebidanan Rumah Sakit. E. Kerangka Penelitian 1. Kerangka Teori Infeksi nosokomial merupakan infeksi yang didapat selama pasien dirawat di rumah sakit 3 x 24 jam atau infeksi yang terjadi pada lokasi yang sama tetapi disebabkan oleh mikroorganisme yang berbeda dari mikroorganisme pada saat masuk rumah sakit. Salah satu infeksi nosokomial paling utama berasal dari luka post operasi. (Light, 2001). Infeksi luka operasi dapat berasal dari dalam tubuh penderita maupun luar tubuh. Infeksi endogen yang disebut dengan self infection atau auto infection disebabkan oleh mikroorganisme yang semula memang sudah

6 ada di dalam tubuh dan berpindah ke daerah yang lain. Infeksi eksogen (cross infection) dapat berasal dari lingkungan rumah sakit seperti udara ruang operasi dan ruang rawat inap, peralatan yang tidak steril maupun petugas kesehatan (Soeparman, 2006). Menurut penelitian Nurkusuma (2009) faktor yang paling berpengaru h terjadinya infeksi luka post operasi antara lain terapi antibiotik dosis tinggi, perilaku tidak cuci tangan, tidak memakai sarung tangan steril dan tidak menggunakan masker. Perilaku cuci tangan dan penggunaan sarung tangan sudah dilakukan oleh petugas kesehatan namun pemakaian masker masih terlihat tidak dilakukan oleh bebrapa petugas pengganti balutan. Masker berguna untuk mencegah transmisi mlkroorganisme dari luka pasien maupun mulut/lubang hidung petugas. Menurut penelitian, kuantitas bakteri dalam lubang hidung termasuk tertinggi, selain tangan. Oleh sebab itulah masker merupakan pertahanan mekanis dan berfungsi mirip dengan sarung tangan. Pada prosedur perawatan luka di RSUD Dr H. Abdul moeloek Bandar Lampung masih ditemukan ketidak patuhan dalam pemakaian masker yang tentu dapat berpotensi meningkatkan terjadinya infeksi luka post operasi (Soeparman, 2006) Satu set alat ganti balut sebaiknya hanya ditujukan untuk satu penderita. Rasio antara alat dan penderita belum dapat dilakukan sesuai ketentuan karena adanya keterbatasan alat dan bahan yang tersedian di ruang Rawat Inap Bedah dan Kebidanan. Untuk menanggulangi masalah tersebut

7 dilakukan sterilisasi terhadap alat-alat pengganti balutan dengan cara merendamnya kembali ke dalam cairan disinfektan. Alat-alat yang digunakan kadang-kadang juga untuk pasien yang mengalami luka kotor yang dapat meningkatkan peluang terjadinya cross infection (Rubin, 2006). Kebersihan ruangan menurut penelitian yang dilakukan oleh Muslih (2006) dapat mempengaruhi infeksi luka post operasi. Di ruang Rawat Inap Bedah dan Kebidanan proses pembersihan lantai dilakukan setiap hari namun frekuensi pergantian sprei pasien tidak rutin dan kadang tidak dilakukan hingga pasien keluar dari rumah sakit idealnya pergantian sprei dilakukan secara rutin setiap hari jika memungkinkan. Keadaan lingkungan, seperti sterilitas udara di kamar operasi dan bangsal berperan juga dalam kejadian infeksi nosokomial. Semakin tinggi kadar koloniform per unit kuman di suatu ruang, maka risiko terjadinya infeksi semakin meningkat. Standar angka kuman ruang operasi hendaknya berkisar 10 CFU/m3. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Nur Ayni (2009) dan Mirza (2010) pada ruang o perasi Bedah Syaraf dan Bedah Ortopedi diperoleh angka kuman yang relative tinggi yaitu 53 CFU/m3 dan 125,8 CFU/m3. Kepadatan jadwal operasi dapat menjadi penyebab tingginya angka kuman tersebut. Sebaiknya sebelum dilakukan operasi selanjutnya, kamar operasi di siterilkan 2 jam sebelum operasi. (Rubin 2006)

8 Teknik operasi yang baik, yaitu dengan handling alat dengan benar, melakukan operasi dalam waktu yang seefisien mungkin. Hal ini menghindari kemungkinan terjadinya kontaminasi lapangan operasi dan dapat mengurangi risiko infeksi luka pasca operasi bahkan sepsis. (Rubin, 2006). Selain hal-hal di atas seringkali digunakan antibiotika untuk terapi dan profilaksis. Hal ini merupakan faktor utama terjadinya resistensi. Banyak strains dari pneumococci, staphylococci, enterococci, dan tuberculosis telah resisten terhadap banyak antibiotikaa, begitu juga Klebsiella sp dan Pseudomonas aeruginosa juga telah bersifat multiresisten. Keadaan ini sangat nyata terjadi terutama di negara-negara berkembang dimana antibiotika lini kedua belum ada atau tidak tersedia (Ducel 2002) Penyebab terjadinya infeksi dapat disebabkan oleh Bakteri aerob. Bakteri aerob adalah organisme yang melakukan metabolisme dengan bantuan oksigen. Bakteri ini dapat mengkontaminasi permukaan luka dan menimbulkan infeksi pada luka tersebut (Brooks, 2005). Bakteri aerob tersebar luas di alam baik di udara bebas di tanah ataupun melekat pada makhluk hidup. Beberapa bakteri aerob ada yang dapat menimbulkan penyakit pada manusia atau menjadi flora normal di tubuh manusia. Bakteri aerob di rumah sakit merupakan infeksi dominan pada kasus infeksi nosokomial khususnya pada luka post operasi. Bakteri ini

9 dapat menular melalui kontak langsung lewat petugas kesehatan atau pengunjung melalui sentuhan kulit atau saluran nafas atas. Bakteri ini dapat mengkontaminasi melalui udara, air, atau dari dalam tubuh pasien itu sendiri. Karena hal tersebut bakteri aerob lebih banyak dijumpai sebagai penyebab infeksi luka operasi daripada bakteri anaerob yang tidak dapat hidup bebas di alam (Soeparman, 2006). Menurut penelitian mengenai pola kuman dari spesimen pus luka post operasi di ruang Rawat inap bedah dan Kebidanan yang dilakukan oleh Guntur di RS Moewardi Surakarta, terdapat 79 hasil kultur positif yang terdiri dari kuman gram negative Enterobacter sp (23%), Pseudomonas sp (16%), Proteus sp (9%), Klebsiella sp (5%), Escherichia coli (4%). Sedangkan kuman gram positif Staphylococcus sp (16%) dan Streptococcus sp (4%) (Guntur, 2004). Terdapat faktor faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya infeksi luka post operasi pada pasien di ruang Rawat Inap Bedah dan Kebidanan RSUD Dr. H. Abdul Moeloek berdasarkan studi pendahuluan diperoleh faktor yang dapat menimbulkan suatu pola bakteri tertentu seperti tingkat kebersihan ruangan rawat inap yang kurang terutama pada kelas III dan dibawahnya, manajemen penempata pasien yang tidak sesuai, jarak yang cukup dekat antar pasien, penggunaan antibiotic profilaksis yang cukup tinggi, tingkat kepatuhan perawat terhadap standar perawatan atau sterilitas alat yang digunakan saat kontak dengan pasien.

10 2. Kerangka Konsep Luka 72 jam Post Operasi Faktor Endogen Faktor Eksogen Infeksi Luka Operasi yang ditandai dengan adanya pus Bakteri aerob yang mungkin ditemukan: Staphylococcus sp Streptococcus sp Pseudomonas sp Klebsiella sp Proteus sp Enterobacter sp Esherichia Coli Gambar 1. Kerangka Konsep F. Hipotesis Terdapat pola bakteri aerob penyebab infeksi dari isolat luka post operasi pada pasien yang di rawat di Ruang Rawat Inap Bedah dan Kebidanan RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung.