BAB I PENDAHULUAN. vaskular. Penyakit ginjal kronik (PGK) menjadi masalah global didunia dengan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. perekrutan dan aktivasi trombosit serta pembentukan trombin dan fibrin 1. Proses

BAB I PENDAHULUAN. Aktivasi koagulasi dan fibrinolitik merupakan bagian dari sistem

BAB I PENDAHULUAN. dan 8 16% di dunia. Pada tahun 1999 berdasarkan data Global burden of

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus (DM) sudah merupakan salah satu ancaman. utama bagi kesehatan umat manusia pada abad 21.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Mekanisme Pembekuan Darah

BAB I PENDAHULUAN. tubuh, terutama mata, ginjal, syaraf, jantung dan pembuluh darah. 1

BAB I PENDAHULUAN. Sel trombosit berbentuk discus dan beredar dalam sirkulasi darah tepi dalam

BAB I PENDAHULUAN. buruk, dan memerlukan biaya perawatan yang mahal. 1 Jumlah pasien PGK secara

BAB I PENDAHULUAN. hidup saat ini yang kurang memperhatikan keseimbangan pola makan. PGK ini

BAB I PENDAHULUAN. 2006). Pasien dengan penyakit ginjal kronik (PGK)mempunyai risiko lebih besar

BAB V HEMOSTASIS Definisi Mekanisme hemostasis Sistem koagulasi

Urutan mekanisme hemostasis dan koagulasi dapat dijelaskan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Penelitian. Penyakit kardiovaskuler merupakan penyebab. kematian terbesar diseluruh dunia terutama yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sekelompok sel beta di kelenjar pankreas dan sangat berperan dalam metabolisme

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan jumlah penyandang diabetes cukup besar untuk tahun-tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi di seluruh dunia oleh World Health Organization (WHO) dengan

I. PENDAHULUAN. urea dan sampah nitrogen lain dalam darah) (Brunner dan Suddarth, 2002)

BAB 1 PENDAHULUAN. Amerika Serikat misalnya, angka kejadian gagal ginjal meningkat tajam dalam 10

BAB I PENDAHULUAN. Banyak penyebab dari disfungsi ginjal progresif yang berlanjut pada tahap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Darah terdiri atas 2 komponen utama yaitu plasma darah dan sel-sel darah.

PEMERIKSAAN MASA PEMBEKUAN DARAH

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit gagal ginjal adalah kelainan struktur atau fungsi ginjal yang ditandai

BAB 1 PENDAHULUAN. nefrologi dengan angka kejadian yang cukup tinggi, etiologi luas, dan sering diawali

BAB I PENDAHULUAN. ancaman utama bagi kesehatan umat manusia pada abad 21. World Health. Organization (WHO) melaporkan bahwa pada tahun 2000 jumlah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. berkembang. Berdasarkan data WHO (2010), setiap tahunya terdapat 10 juta

Pengertian trombosit dan Vena

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERBEDAAN ANGKA KEJADIAN HIPERTENSI ANTARA PRIA DAN WANITA PENDERITA DIABETES MELITUS BERUSIA 45 TAHUN SKRIPSI

MAKALAH HEMATOLOGI Percobaan Pembendungan (Rumple Leed Test)

BAB I PENDAHULUAN. bervariasi dari 2-3 bulan hingga tahun (Price dan Wilson, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Organisasi kesehatan dunia, World Health Organization (WHO)

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan adanya peningkatan tekanan darah sistemik sistolik diatas atau sama dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sindroma Koroner Akut (SKA) merupakan manifestasi klinis akut penyakit

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang progresif dan irreversibel akibat berbagai penyakit yang merusak nefron

BAB I PENDAHULUAN. Aterosklerosis koroner adalah kondisi patologis arteri koroner yang

I. PENDAHULUAN. selain kelainan vaskular ( Junaidi, 2011). Terdapat dua macam stroke,

BAB I PENDAHULUAN. darah, efek terhadap paru, kekebalan tubuh hingga sistem reproduksi. 1 Meski

BAB I PENDAHULUAN. secara menahun dan umumnya bersifat irreversibel, ditandai dengan kadar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Keterkendalian Gula Darah Pada Penderita Diabetes Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit yang sangat kompleks,

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan kognitif pada beberapa manusia menurun sesuai pertambahan

BAB 1 PENDAHULUAN. atau gabungan keduanya (Majid, 2007). Penyakit jantung dan pembuluh darah

BAB I PENDAHULUAN. utama morbiditas dan mortalitas ibu dan janin. The World Health

BAB 1 PENDAHULUAN. Singapura dan 9,1% di Thailand (Susalit, 2009). Di Indonesia sendiri belum ada

BAB I PENDAHULUAN. Pasien Penyakit Ginjal Kronik (PGK) yang menjalani hemodialisis reguler

TINJAUAN PUSTAKA. Ginjal adalah system organ yang berpasangan yang terletak pada rongga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sepsis dan syok sepsis merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pada pria dan 21,6% pada wanita (Zhu et al., 2011). Data tahun 2012 pada populasi

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. membuat kadar kolesterol darah sangat sulit dikendalikan dan dapat menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. dunia sehingga diperlukan penanganan dan pencegahan yang tepat untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pasien dewasa dengan penyakit jantung bawaan menunjukkan insidensi

HUBUNGAN TINGKAT ASUPAN PROTEIN DENGAN KADAR UREUM DAN KREATININ DARAH PADA PENDERITA GAGAL GINJAL KRONIK DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian ini digunakan sampel 52 orang yang terbagi menjadi 2

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan ginjal (renal damage) yang terjadi lebih dari tiga bulan, dikarakteristikan

BAB I PENDAHULUAN. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan pertumbuhan jumlah. penderita gagal ginjal pada tahun 2013 telah meningkat 50% dari tahun

PATOFISIOLOGI SINDROM NEFROTIK

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit ginjal kronik (PGK) atau chronic kidney disease (CKD) adalah

BAB I PENDAHULUAN. (PGK) tahap akhir yang menjalani dialisis masih sangat tinggi, kira-kira 15 -

BAB I PENDAHULUAN. negara karena serangan Jantung. Salah satu penyakit yang menyebabkan kematian

BAB I PENDAHULUAN. Ginjal memiliki peranan yang sangat vital sebagai organ tubuh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kondisi hiperglikemia pada saat masuk ke rumah. sakit sering dijumpai pada pasien dengan infark miokard

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 5 ANALISIS HASIL PENELITIAN. Dismutase Oral (SOD) terhadap kadar Glicated Albumin (GA) dan high sentitif c-

BAB 1 PENDAHULUAN. kontributor utama terjadinya aterosklerosis. Diabetes mellitus merupakan suatu

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Rumah Sakit RSUD dr. Moewardi. 1. Rumah Sakit Umum Daerah dr. Moewardi

BAB 1 PENDAHULUAN. Data WHO (1995) mencatat bahwa di seluruh dunia terdapat 50 juta kematian tiap

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Acute kidney injury (AKI) telah menjadi masalah kesehatan global di seluruh

BAB I PENDAHULUAN. Cedera ginjal akut (Acute Kidney Injury / AKI) memiliki insidensi yang terus meningkat setiap tahunnya

BAB I PENDAHULUAN. menempati peringkat ke-3 penyebab kematian setelah stroke dan hipertensi.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. kreatinin serum pada pasien diabetes melitus tipe 2 telah dilakukan di RS

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular dan penyebab utama end stage renal disease (ESRD). Kematian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. udara maupun zat buangan yang ada di dalam tubuh. Volume darah pada manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. penyempitan pembuluh darah, penyumbatan atau kelainan pembuluh

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Istilah aterosklerosis berasal dari bahasa Yunani, athere berarti

PENDAHULUAN. adanya hipertensi dan proteinuria setelah 20 minggu kehamilan. Hal ini. dapat dijumpai 5-8 % dari semua wanita hamil diseluruh dunia dan

BAB 5 PEMBAHASAN. Telah dilakukan penelitian terhadap 100 penderita stroke iskemik fase akut,

a. Cedera akibat terbakar dan benturan b. Reaksi transfusi yang parah c. Agen nefrotoksik d. Antibiotik aminoglikosida

BAB 1 PENDAHULUAN. Ginjal merupakan salah satu organ yang memiliki fungsi penting dalam

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Penyakit ginjal kronik (PGK) adalah suatu proses patofisiologi dengan

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Tingkat morbiditas dan mortalitas penyakit jantung. iskemik masih menduduki peringkat pertama di dunia

BAB I PENDAHULUAN I.1.Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pilihan bagi masyarakat moderen karena lebih praktis dan bergengsi.

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Paru Obstruksi Kronik ( PPOK ) adalah penyakit paru kronik

BAB 1 PENDAHULUAN. menempati urutan ketujuh penyebab kematian. Sekitar orang

BAB I PENDAHULUAN. didefenisikan sebagai kerusakan ginjal yang terjadi lebih dari 3 bulan berupa

BAB I PENDAHULUAN. memfokuskan diri dalam bidang life support atau organ support pada pasienpasien

Hubungan Hipertensi dan Diabetes Melitus terhadap Gagal Ginjal Kronik

BAB I PENDAHULUAN. maupun organ) karena suatu organisme harus menukarkan materi dan energi

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini preeklamsia masih menjadi masalah utama dalam kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. glukosa darah tinggi (hiperglikemia) yang diakibatkan adanya gangguan pada sekresi

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aktivasi koagulasi merupakan bagian dari proses hemostasis tubuh dalam hal mempertahankan keutuhan sistem sirkulasi darah setelah terjadinya kerusakan vaskular. Penyakit ginjal kronik (PGK) menjadi masalah global didunia dengan tingginya morbiditas serta mortalitas pasien yang terkait dengan gangguan hemostasis luas yang dapat terjadi pada pasien. 1 Manifestasi gangguan hemostasis pada PGK dapat berupa dua kondisi yang berlawanan yaitu kecendrungan terjadinya diatesis hemoragik (perdarahan) disatu sisi dan peningkatan risiko terjadinya trombosis disisi yang lain. 2 Meskipun demikian, trombosis telah lama diketahui mempunyai peranan penting terjadinya komplikasi kardiovaskular yang merupakan penyebab utama kematian pada pasien PGK. 1,2 Pada PGK dapat terjadi trombosis di dalam arteri yang sering berkaitan dengan aterosklerosis dan bisa bermanifestasi sebagai komplikasi penyakit kardiovaskular seperti penyakit jantung koroner (PJK), infark miokard akut, aritmia, gagal jantung, penyakit serebrovaskular dan penyakit vaskular perifer. Selain itu, pada PGK bisa pula terjadi trombosis vena dalam dengan atau tanpa emboli paru dan trombosis yang berkaitan dengan akses vaskular hemodialisis seperti trombosis kateter vena sentral. 3 Pasien-pasien dengan PGK mempunyai risiko tinggi terjadinya trombosis. 4 Kecendrungan protrombotik pada PGK tersebut sudah dimulai bahkan pada tahap 1

awal PGK. Wright et al (2002) menunjukkan kejadian infark miokard akut sebagai penyebab kematian pada PGK sudah dijumpai pada PGK ringan (Laju Filtrasi Glomerulus/ LFG 50-75 ml/menit/m2) sebanyak 6%, PGK sedang 14% (LFG 35-50 ml/menit/m2), PGK berat 21% (LFG <35 ml/menit/ m2) dan PGK dialisa 30%. 5 Yahalom G et al (2013) dalam penelitiannya mendapatkan pasien dengan penurunan LFG ringan (30-60 ml/menit) juga telah mempunyai peningkatan risiko terjadinya penyumbatan pada arteri koroner. 6 Sementara itu, Wattanakit K et al (2008) dalam studi Longitudinal Investigation of Thromboembolism Etiology (LITE) mendapatkan peningkatan risiko tromboemboli vena 1,28 kali pada pasien dengan penurunan fungsi ginjal ringan (LFG 60-90 ml/menit1,73m 2 ) dan 2,09 kali pada pasien PGK stadium 3 atau 4 (LFG antara 15-60 ml.menit/1,73m 2 ). 7 Ocak G et al (2013) dalam penelitiannya mendapatkan pasien dengan penurunan fungsi ginjal sedang (LFG 30-60 ml/menit/1,73m 2 ) mempunyai 2,5 kali risiko trombosis vena, sementara pasien dengan penurunan fungsi ginjal yang berat (LFG <30 ml/menit/1,73m 2 ) mempunyai 5,5 kali lipat peningkatan risiko trombosis vena. 8 Insiden emboli paru juga ditemukan meningkat pada pasien PGK non dialisa dan PGK dialisa (204 dan 527 kasus per 100.000 pasien setiap tahun) dibandingkan dengan orang-orang dengan fungsi ginjal yang normal (66 kasus per 100.000 pasien) (Kumar et al, 2012). 9 Namun Parikh et al (2012) dalam penelitiannya mendapatkan pasien-pasien dengan penurunan LFG yang berat (LFG <30 ml/menit/1,73m 2 ) selain memiliki peningkatan risiko terjadinya trombosis vena juga mengalami komplikasi perdarahan. 10 2

Trombosis merupakan proses pembentukan massa abnormal didalam dinding pembuluh darah, yang berasal dari komponen-komponen darah. Massa abnormal tersebut dinamakan trombus, dan apabila trombus terlepas dari pembuluh darah disebut emboli. Patofisiologi terjadinya trombosis dipengaruhi tiga faktor yaitu kelainan dinding pembuluh darah, perubahan aliran darah dan perubahan daya beku darah (hiperkoagulasi). 11 Peningkatan risiko trombosis pada pasien PGK berkaitan dengan adanya perubahan pada jalur koagulasi yang ditandai dengan adanya peningkatan aktivitas koagulasi. 3 Berbagai mediator hemostasis protrombotik yang dapat meningkat pada PGK diantaranya yaitu fibrinogen, soluble thrombomodulin, soluble Tissue factor, thrombin antithrombin complex, von willebrand factor, faktor VIII dan c-reactive protein. 12 Thrombin Antithrombin complex (TAT complex) merupakan petanda sensitif pembentukan trombin intravaskular yang mengindikasikan aktivasi koagulasi sehingga dapat menjadi marker atau petanda kejadian trombosis. 13 Kehadiran TAT complex menunjukkan pembentukan trombin dan konsumsi antitrombin yang sedang berlangsung. 14 Sagripanti et al (1993) mendapatkan adanya peningkatan TAT complex, fibrinopeptida A, d-dimer, vwf, tumor necrosis factor (TNF) alfa dan betathromboglobulin pada pasien PGK predialisa dan hemodialisa (HD). 15 Rabelink et al (1994) mendapatkan adanya peningkatan fibrinogen plasma, d-dimer, TAT complex, faktor VII, dan penurunan protein C pada pasien gagal ginjal tahap akhir. 16 Malyszko et al (2001) mendapatkan nilai thrombomodulin (TM), von willebrand factor (vwf), F1+2 dan TAT complex yang signifikan lebih tinggi 3

pada kelompok HD dan dialisa peritoneal. 17 Milburn et al (2013) mendapatkan adanya peningkatan TAT complex, d-dimer, vwf, p-selektin dan hscrp pada pasien HD. 13 Gangguan hemostasis pada PGK berkaitan erat dengan penurunan fungsi ginjal yang progresif kearah penyakit ginjal tahap akhir. 3 Ginjal kehilangan kemampuannya untuk mengeluarkan senyawa berpotensi beracun dari darah ke dalam urin sehingga menyebabkan terjadinya akumulasi racun didalam tubuh yang disebut racun (toksin) uremik. 18 European Uremic Toxin (EUTox) Work Group pada tahun 2003 mengidentifikasikan lebih dari 90 komponen toksin uremik pada pasien PGK. Berdasarkan berat molekul, kemampuan mengikat protein dan kemampuan dibuang dari dialisa, EUTox membagi tiga kelompok produk retensi uremik yaitu small water-soluble molecules, middles molecules dan protein boundcompounds. 18 Indoxyl sulfate merupakan salah satu toksin uremik dari kelompok toksin protein bound-compounds. Indoxyl sulfate berasal dari asam amino tryptophan yang ada dalam diet protein seperti ayam, daging, kalkun, ikan, kacang-kacangan. Tryptophan selanjutnya dimetabolisme menjadi indol oleh enzim tryptophanase yang dihasilkan oleh bakteri intestinal. Indol kemudian diserap masuk ke sirkulasi dan selanjutnya dimetabolisme di hati menjadi Indoxyl sulfate. Indoxyl sulfate normalnya dieksresikan ke urin terutama melalui sekresi aktif dari sel renal tubular proksimal sehingga pada pasien PGK dengan gangguan fungsi ginjal akan menyebabkan terjadinya akumulasi toksin tersebut di darah. 19 4

Indoxyl sulfate dapat menjadi penanda penurunan fungsi ginjal dan juga berperan secara aktif dalam perkembangan penyakit ginjal. Wu IW et al (2010) dalam penelitiannya mendapatkan serum IS mempunyai hubungan dengan progresifitas penyakit ginjal. 20 Selain itu, Kikuchi et al (2010) mendapatkan bahwa Indoxyl sulfate merupakan serum metabolit prinsipal pertama yang membedakan PGK dengan normal berdasarkan dari pemeriksaan sejumlah toksin uremik yang berakumulasi pada PGK. 21 Indoxyl sulfate banyak menarik perhatian dalam dekade terakhir karena berkaitan dengan komplikasi akibat peningkatan aktivitas koagulasi yang terjadi selama perkembangan PGK. Indoxyl sulfate juga mempunyai afinitas tinggi berikatan dengan albumin sehingga kurang efektif dibuang melalui terapi pengganti ginjal seperti hemodialisa. 22 Adanya akumulasi toksin uremik golongan indol tersebut didalam darah pasien uremia juga berperan terhadap terjadinya peningkatan risiko trombosis. Penelitian menunjukkan Indoxyl sulfate dapat meningkatkan trombosis dengan cara menginduksi ekspresi TF baik pada sel endotelial maupun pada sel otot polos pembuluh darah ( Chitalia dan Gondouin B, 2013) 23,24 Gao C et al (2015) juga menemukan Indoxyl sulfate dapat mengaktivasi phosphatydilserine yang ada pada bagian dalam membran sel sehingga mengeksternalisasi permukaan sel serta sekaligus melepaskan mikropartikel. Permukaan sel dan mikropartikel yang terpapar dengan phosphatydilserine tersebut pada akhirnya akan berikatan dengan faktor Xa dan protrombinase kompleks dan selanjutnya akan mempercepat terbentuknya trombus. 25 5

Barreto et al (2009) mendapatkan kadar IS meningkat secara signifikan dengan peningkatan stadium PGK serta berkorelasi dengan laju filtrasi glomerulus pasien predialisa. Serum IS juga mempunyai hubungan langsung dengan kalsifikasi aorta dan kekakuan vaskular. Hal ini menunjukkan bahwa IS bisa berperan penting terhadap penyakit vaskular dan tingginya angka kematian akibat komplikasi vaskular pada pasien PGK. 26 Lin CJ et al (2011) dalam penelitiannya mendapatkan kadar IS dan p-cresyl sulfate (pcs) meningkat secara bertahap dengan menurunnya fungsi ginjal dan kadarnya mencapai puncak pada PGK dialisa. Selain itu juga didapatkan korelasi signifikan IS dan pcs dengan nilai kreatinin serum. 27 Peranan Indoxyl sulfate terhadap komplikasi vaskular diantaranya yaitu menghambat produksi Nitric Oxide (NO) dan viabilitas sel dengan menginduksi radikal bebas melalui NADP oxidase 4 (NOX4) pada sel endotel vaskular sehingga menyebabkan disfungsi endotel pada PGK. 28 Selain itu, Indoxyl sulfate menginduksi radikal bebas pada sel otot polos vaskular sehingga berperan dalam terjadinya aterosklerosis dan selanjutnya dapat memperberat komplikasi trombosis pada PGK. 19 Permasalahan hemostasis yang kompleks pada PGK dengan kecenderungan terjadinya kondisi protrombotik yang ditandai dengan adanya peningkatan aktivitas koagulasi serta adanya peranan toksin uremik terhadap hemostasis dan komplikasi pada PGK maka berdasarkan hal tersebut diatas penelitian ini dilakukan untuk melihat aktivitas koagulasi trombin yang dinilai dari TAT complex dan korelasinya dengan toksin uremik IS yang ada pasien PGK. 6

1.2 Rumusan Masalah Bagaimanakah aktivitas koagulasi trombin pada pasien penyakit ginjal kronik dan korelasinya dengan toksin uremik Indoxyl sulfate. 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan Umum : Untuk mengetahui aktivitas koagulasi trombin dan korelasinya dengan toksin uremik Indoxyl sulfate pada pasien penyakit ginjal kronik. Tujuan Khusus : 1. Mengetahui aktivitas koagulasi trombin pada pasien penyakit ginjal kronik. 2. Mengetahui kadar toksin uremik Indoxyl sulfate pada pasien penyakit ginjal kronik. 3. Mengetahui korelasi aktivitas koagulasi trombin dengan toksin uremik Indoxyl sulfate pada pasien penyakit ginjal kronik. 1.4 Hipotesis Penelitian Terdapat peningkatan aktivitas koagulasi trombin pada pasien PGK yang berkorelasi positif dengan toksin uremik Indoxyl sulfate. 7

1.5 Manfaat Penelitian 1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam pengembangan ilmu pengetahuan mengenai aktivitas koagulasi trombin pada pasien PGK dan hubungannya dengan toksin uremik Indoxyl sulfate. 2. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan untuk pemeriksaan aktivitas koagulasi trombin dan Indoxyl sulfate pada pasien PGK. 8

Kerangka Konseptual PENYAKIT GINJAL KRONIK Intrinsik TOKSIN UREMIK Indoxyl sulfate F.XII F.XIIa Ekstrinsik F.XI F.XIa Tissue Factor (TF) F.IX F.IXa F.VII F.VIIa F.X F.Xa Anti Trombin Protrombin Trombin Thrombin Antithrombin complex Fibrinogen Fibrin Trombus Trombosis Gambar 1.1 Kerangka Konseptual 9

Keterangan : Pada penderita penyakit ginjal kronik terjadi akumulasi toksin uremik Indoxyl sulfate yang akan menyebabkan injury jaringan dengan mengaktivasi berbagai sel pada tubuh seperti sel endotel, sel otot polos vaskular, monosit untuk mengekspresikan Tissue Factor yang selanjutnya berperan dalam kaskade koagulasi. Tissue factor memulai koagulasi dari jalur ekstrinsik dengan mengaktivasi faktor VII dan seterusnya hingga membentuk trombin dan fibrin, sedangkan sel endotel dan kolagen pada matriks sub endotel memicu akumulasi dan aktivasi trombosit ke tempat terjadinya injury. Indoxyl sulfate juga mengaktivasi phosphatydilserine yang terdapat pada bagian membran sel sehingga sel akan terpapar dan melepaskan mikropartikelmikropartikel Tissue Factor. Mikropartikel dan phosphatidylserine tersebut juga berperan dalam meningkatkan aktivitas prokoagulan dengan cara berikatan dengan faktor Xa dan kompleks protrombinase sehingga memicu aktivitas koagulasi dan akhirnya meningkatkan fibrin. Selanjutnya terjadi peningkatan terbentuknya trombus dan berperan dalam terjadinya trombosis. Salah satu antikoagulan tubuh yang dihasilkan secara alamiah yaitu Antitrombin (AT) yang disintesa di hati. Antitrombin akan menghambat trombin dengan membentuk kompleks yang disebut Trombin Antithrombin complex (TAT complex). Kompleks TAT ini dihasilkan selama inaktivasi trombin oleh antitrombin. Peningkatan kadar TAT complex merupakan petanda yang dipercaya dari peningkatan pembentukan trombin sehingga TAT complex dapat dipakai sebagai salah satu petanda aktivasi faktor koagulasi. 10