ABSTRAKSI IMMI FISKA TARIGAN PENGARUH ROI, CASH RATIO, CURRENT RATIO, DEBT TO TOTAL ASSET (DTA) DAN EARNING PER SHARE TERHADAP KEBIJAKAN DEV

dokumen-dokumen yang mirip
Dividen adalah proporsi laba atau keuntungan yang dibagikan kepada para pemegang saham dalam jumlah yang sebanding dengan jumlah lembar saham yang

KEBIJAKAN DEVIDEN. 1. Beberapa Teori Kebijakan Dividen :

BAB 10 KEBIJAKAN DIVIDEN

pemegang saham, yaitu dividen kas dan non kas. Dividen kas (cash dividend)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. baik berupa pendapatan dividen (dividend yield) maupun pendapatan dari selisih


BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pajak. Menurut Bastian dan Suhardjono (2006), net profit margin adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dibagikan perusahaan dapat berupa tunai (cash dividend) yaitu kepada setiapp

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai harapan akan mendapatkan keuntungan dari modal yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Darmadji dan Fakhrudin (2006) Saham dapat didefenisikan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Salah satu kebijakan yang utama untuk memaksimalisasi keuntungan

umum lebih menyukai dividen daripada capital gain. Berarti pula bahwa terdapat

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Esa Unggul

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang paling tidak,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dividen adalah pembagian laba kepada pemegang saham berdasarkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian. Telaah pustaka tersebut berasal dari berbagai sumber yaitu text book

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI

Penelitian tentang pengaruh profitability dan investment opportunity set. (pada perusahaan property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia) memiliki

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Struktur modal merupakan perimbangan jumlah hutang jangka pendek yang

BAB III METODE PENELITIAN. riset. Lokasi penelitian ini dipilih karena dianggap sebagai tempat yang tepat bagi peneliti

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. antara variabel-variabel melalui analisis data dalam pengujian hipotesis.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diterbitkan oleh pemerintah, public authorities, maupun perusahaan swasta.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan oleh perusahaan-perusahaan yang memerlukan dana dalam jumlah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II URAIAN TEORITIS. Penelitian mengenai dividend payout ratio atau kebijakan dividen telah

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Manajemen. Diajukan Oleh :

Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma Jl. Margonda Raya 100, Depok 16424

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan,dapat melakukan menahan uang sebagai laba. yang tepat dan memaksimalisasi keuntungan untuk perusahaan.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Laba bersih adalah kelebihan seluruh pendapatan atas seluruh biaya untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Penelitian Budi Hardiatmo dan Daljono (2013) Penelitian ini mengambil topik tentang analisis faktor - faktor yang

II TINJAUAN PUSTAKA. Kebijakan dividen (Dividend Policy) merupakan keputusan mengenai laba yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. selisih harga jual saham terhadap harga belinya (capital gain). Dalam

BAB II LANDASAN TEORI. secara global. Salah satu jenis investasi adalah investasi saham. Investasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. variabel pengembalian yang akan menentukan nilai saham bagi pemilik dan

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. yang digunakan dalam penelitian ini adalah DPR, Net Profit Margin

KEBIJAKAN DIVIDEN materi 5

BAB I PENDAHULUAN. Informasi tersebut selayaknya disajikan dalam laporan keuangan perusahaan yang

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan investor perorangan maupun badan usaha menanamkan dana ke dalam suatu

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DIVIDEN TUNAI: Studi empiris Pada Perusahaan Properti yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Horne dan Wachowicz (1997:135), rasio likuiditas membandingkan

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. kas kepada para pemegang sahamnya (Grinblatt dan Titman, ). Kebijakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Sartono (2008: 281) kebijakan dividen adalah keputusan apakah laba yang diperoleh

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan untuk mempertahankan hidup perusahaan semakin beraneka ragam.

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya investor mempunyai tujuan utama untuk meningkatkan

BAB III METODE PENELITIAN. menekankan pada pengujian teori-teori melalui pengukuran variabel penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sekuritas pada negara tersebut. Pasar modal Indonesia memiliki peran besar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Aktvitas investasi yang dilakukan investor dihadapkan pada berbagai macam resiko

Artik Estuari D2D307004

II. LANDASAN TEORI. Robert Ang (1997) dalam Priono (2006:10) menyatakan bahwa dividen

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai sumber dana ekstern pasar modal merupakan suatu pengertian

BAB I PENDAHULUAN. Seiring berjalannya waktu, umumnya suatu perusahaan memerlukan dana

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang digunakan untuk mengidentifikasi, mengukur, memantau dan mengendalikan risiko

BAB I PENDAHULUAN. investasi disebut return. Investasi dapat didefinisikan sebagai penundaan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tujuan utama dari suatu perusahaan adalah menjalankan kebijakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN Debt To Equity Ratio (DER) dan Devidend Payout Ratio (DPR)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. investor untuk menanggung risiko atas investasi yang dilakukannya. Tanpa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian terdahulu yang dijadikan landasan penulis adalah:

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. a. Teori burung di tangan (Bird in the Hand)

KEBIJAKAN DEVIDEN. Kebijakan deviden yang optimal menyeimbangkan kedua hal tersebut dan memaksimalkan harga saham.

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari suatu perusahaan secara proporsional sesuai dengan jumlah lembar

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kebijakan keuangan yang dilakukan oleh perusahaan adalah UKDW

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. luar negeri. Sementara itu bagi investor, pasar modal merupakan wahana untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. banyak diminati masyarakat saat ini. Menerbitkan saham merupakan salah

Kebijakan Dividen 1 BAB 11 KEBIJAKAN DIVIDEN

BAB I PENDAHULUAN. Modigliani (1961) berpendapat bahwa pada dasarnya pada kondisi keputusan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Stice, at al, (Pasadena, 2013) Dividen adalah pembagian kepada

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini menguji bagaimana pengaruh Keputusan Investasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pemegang saham biasa (earning available for common stockholders) yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pada dasarnya perusahaan membutuhkan dana dalam jumlah tertentu

BAB I PENDAHULUAN. untuk kegiatan operasional, termasuk perusahaan manufaktur.hal ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. LANDASAN TEORI. laba ditahan (retained earnings) yang ditahan sebagai cadangan bagi perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut. Pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrumen

penelitian dengan judul : Faktor Yang Mempengaruhi Kebijakan Cash Divident Industri Perbankan di Bursa Efek Indonesia.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dibidang keuangan, serta keseluruhan surat-surat berharga yang beredar. Dalam

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DIVIDEND PAYOUT RATIO PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI

Transkripsi:

INFLUENCE OF ROI, CASH RATIO, CURRENT RATIO, DEBT TO TOTAL ASSET (DTA) AND EARNINGS PERSHARE ON DIVIDEND POLICY (HOUSE / DIVIDEND PAYOUT RATIO) Immi Fiska Tarigan, Toto Sugiharto Undergraduate Program, Faculty of Economics, 2010 Gunadarma University http://www.gunadarma.ac.id Keywords: Factors influencing dividend policy ABSTRACT Dividend policy is an issue that often becomes an important problem for the management of the Issuer Company, and eventended to occur controversy between shareholders and corporate issuers. When deciding to determine dividend policy or dividend payoutratio (DPR), an issuer must consider many factors, including ROI cash ratio, current ratio, debt to total assets and earnings pershare (EPS). Analysis of the data in this study was done by using regression statistics. The data came from 17 companies from various types of companies from 2007-2009 which subsequently analyzedusing SPSS software. Based on the analysis and discussion to be undertaken can be concluded that the variables that affect significantly the House of ROI, Current Ratio, DTA, and EPS, while the Cash Ratio is no significant effect on the income dividend payout ratio. The results of this study have implications to the managementcompany, that before taking memperhatiakan dividend policywould apply theories, particularly theories about ROI, cash ratio, current ratio, debt to total assets and earnings per share (EPS). 1

ABSTRAKSI IMMI FISKA TARIGAN. 27208008 PENGARUH ROI, CASH RATIO, CURRENT RATIO, DEBT TO TOTAL ASSET (DTA) DAN EARNING PER SHARE TERHADAP KEBIJAKAN DEVIDEN (DPR/ deviden payout ratio) (survey terhadap perusahaan-perusahaan yang listing di IDX) Skripsi. Fakultas Ekonomi. 2010 Kata Kunci: Faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan deviden (xiii+ 80) Kebijakan dividen merupakan masalah yang sering kali menjadi permasalah penting bagi para manajemen perusahaan emiten, bahkan cenderung terjadi kontroversi antara pemegang saham dan perusahaan emiten. Ketika memutuskan untuk memutuskan kebijakan deviden atau deviden payout ratio (DPR), perusahaan emiten harus mempertimbangkan banyak faktor, antara lain ROI cash ratio, current ratio, debt to total asset dan earning per share (EPS). Analisa data dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik statistik regresi. Data-data berasal dari 17 perusahaan yang berasal dari berbagai jenis perusahaan dari tahun 2007-2009 yang selanjutnya dianalisis dengan menggunakan perangkat lunak SPSS. Berdasarkan analisis dan pembahasan yang dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa variabel yang mempengaruhi DPR secara signifikan yaitu ROI, Current Ratio, DTA, dan EPS, sedangkan Cash Ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap pendapatan deviden payout ratio. Hasil penelitian ini memberi implikasi kepada menejemen perusahaan, bahwa sebelum mengambil kebijakan deviden kiranya memperhatiakan teori-teori yang berlaku, khususnya teori tentang ROI, cash ratio, current ratio, debt to total asset dan earning per share (EPS). Daftar Pustaka ( 1990 2002) 2

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada saat merencanakan kegiatan investasi di perusahaan emiten, pemegang saham mempunyai harapan akan mendapatkan keuntungan dari modal yang ditanamkannya itu. Dalam hal ini ada dua jenis dividen yang bisa diperoleh pemegang saham, yaitu dividen kas dan non kas. Dividen kas(cash dividend) adalah dividen yang dibayar oleh emiten kepada pemegang saham dalam bentuk uang tunai. Dividen non kas adalah dividen yang dibayarkan dalam bentuk saham dengan proporsi tertentu. Contoh dividen non kas adalah dividen saham (stock dividend) dan dividen aktiva. Para pemegang saham selalu menginginkan adanya peningkatan DPR ditiap pembagian dividend. DPR ( Dividend Pay Out Ratio ) adalah presentasi dividen dibagi dengan EAT. Namun pada praktiknya, ada beberapa faktor lain yang mempengaruhi manajemen dalam menentukan kebijakan dividen: 1. Perjanjian Hutang, pada umumnya perjanjian hutang antara perusahaan dengan kreditor membatasi pembayaran dividen. Misalnya, dividen hanya dapat diberikan jika kewajiban hutang telah dipenuhi perusahaan dan atau rasio rasio keuangan menunjukkan bank dalam kondisi sehat. 3

2. Pembatasan dari saham Preferen, tidak ada pembayaran dividen untuk saham biasa jika dividen saham preferan belum dibayar. 3. Tersedianya Kas, Dividen berupa uang tunai (cash dividend ) hanya dapat dibayar jika tersedianya uang tuani yang cukup. Jika likuiditas baik, perusahaan dapat membayar dividen. 4. Pengendalian, Jika manajemen ingin mempertahankan kontrol terhadap perusahaan, ia cenderung untuk segan menjual saham baru sehingga lebih suka menahan laba guna memenuhi kebutuhan dana / baru. Akibatkanya dividen yang dibayar menjadi kecil. Faktor ini menjadi penting pada perusahaan yang relatif keci. 5. Kebutuhan dana untuk Investasi, Perusahaan yang berkembang selalu membutuhkan dana baru untuk diinvestasikan pada proyek proyek yang menguntungkan. Sumber dana baru yang merupakan modal sendiri ( equity ) dapat berupa penjualan sham baru dan laba ditahan. Manajemen cenderung memanfaatkan laba ditahan karena penjualan saham baru menimbulkan biaya peluncuran saham ( flotation cost ). Oleh karena itu semakin besar kebutuhan dana investasi, semakin kecil dividen payout ratio. 6. Fluktuasi Laba, Jika laba perusahaan dapat membagikan dividen yang relatif besar tanpa takut harus menurunkan dividen jika laba tiba tiba merosot. Sebaliknya jika laba perusahaan berfluktuasi, dividen sebaiknya 4

kecil agar kestabilannya terjaga. Selain itu, perusahaan dengan laba yang berfluktuasi sebaiknya tidak banyak menggunakan hutang guna mengurangi risiko kebangkrutan. Konsekuensinya laba ditahan menjadi besar dan dividen mengecil. Terdapat sebuah pendapat dalam kebijakan dividen yaitu teori relevansi dividen yang dikemukakan oleh Myron J. Gordon dan John Litner (Sundjaja dan Barlian, 2002). Menurut Modigliani dan miller (MM), nilai suatu perusahaan tidak ditentukan oleh besar kecilnya DPR, tapi ditentukan ole laba bersihsebelum pajak dan kelas resiko perusahaan. jadi menurut MM, dividen adalah tidak relevan. Dasar pemikirannya adalah bahwa investor umumnya menghindari risiko, dan dividen yang diterima sekarang mempunyai risiko yang lebih kecil daripada dividen yang diterima dimasa yang akan datang. Pembayaran dividen sekarang dipercaya dapat mengurangi ketidak pastian investor. Sebaliknya jika dividen dikurangi atau tidak dibayarkan, tingkat ketidakpastian investor akan meningkat dan menyebabkan peningkatan pengembalian yang diinginkan serta mengurangi nilai saham. Dalam praktek, tindakan manajer keuangan dan pemegang saham cenderung menunjang kepercayaan bahwa kebijakan dividen mempengaruhi nilai saham, karenanya sesuai dengan teori relevansi dividen, maka setiap perusahaan harus mengembangkan kebijakan dividen untuk memenuhi sasaran dari pemilik dan memaksimalisasi kekayaan yang dicerminkan dengan harga saham perusahaan (Sundjaja dan Barlian, 5

2002). Selain teori MM ada teori lain mengenai deviden, yaitu teori the bird in the hand. Teori ini di nyatakan oleh Gordon dan lintner bahwa biaya modal sendiri perusahaan akan naik jika DPR rendah, karena investor lebih suka menerima deviden dari pada capital gains. Perlu di ingat bahwa dilihat dari sisi investor, biaya modal sendiri dan laba ditahan (KS)adalah tingkat keuntungan yang disyaratkan investor pada saham. KS adalah keuntungan dari deviden ditambah keuntungan dari capital gains. Dan teori yang ketiga adalah Teori Perbedan Pajak yang di ajukan oleh Litzenberger dan Ramswamy. Mereka menyatakan bahwa karena adanya pajak terhadap keuntungan devidendan capital gains, para investor lebih menyukai capital gains karena dapat menunda pembayaran pajak. Oleh karena itu investor mensyaratkan suatu tingkat keuntungan yang lebih tinggi pada saham yang memberikan dividend yield tinggi, capital gains yield rendah dari pada saham dengan dividend yield rendah, capital gains yield tinggi. Jika pajak atas dividend lebih besar dari pajak atas capital gains, perbedaan ini akan makin terasa. Namun pada praktiknya perusahaan cenderung memberikan dividen dengan jumlah yang relatif stabil atau meningkat secara teratur. Kebijakan ini kemungkinan besar disebabkan oleh asumsi bahwa : 6

1. Investor melihat keanaikan dividen sebagai suatu tanda baik bahwa perusahaan memiliki prospek cerah, demikian sebaliknya. Hal ini membuat perusahaan lebih senang mengambil jalan aman yaitu tidak menurunkan pembayaran dividen, 2. Investor cenderung lebih menyukai dividen yang tidak berfluktuasi ( dividen yang stabil ). Dan terdapat beberapa perusahaan yang menggunakan model residual dividend dimana dividen ditentukan dengan cara : 1. Mempertimbangkan kesempat investasi perusahaan ; 2. Mempertimbangkan target struktur modal perusahaan untuk menentukan besarnya modal sendiri yang dibutuhkan untuk investasi. 3. Memanfaatkan laba ditahan untuk memenuhi kebutuhan akan modal sendiri tersebut semaksimal mungkin 4. Membayar dividen hanya jika ada sisa laba. Dengan demikian, besarnya dividen bersifat fluktuatif. Model Residual Dividend ini berkembang karena perusahaan lebih senang menggunakan laba ditahan dari pada menerbitkan saham baru untuk memenuhi kebutuhan modal sendiri, alasannya : 1). Menerbitkan saham menimbulkan biaya emisi saham ( flotation cost ) dan 2). Menruut teori signaling hypothesis penerbitan saham baru sering 7

salah artikan oleh investor bahwa perusahaan kesulitan keuangan sehingga menyebabkan penurunan harga saham. Model Residual dividend menyebabkan dividen bervariasi jika kesempatan investasi perusahaan juga bervariasi ( fluktuasi ), Jika kita percaya pada teori signaling hypothesis. maka model ini sebaiknya tidak diguanakn secara kaku untuk menetapkan besarnya dividen secara year to year basis. Model ini lebih banyak digunakan sebagai penuntun untuk menetapkan sasaran payout ratio jangka panjang yang memungkinkan perusahaan memenuhi kebutuhan akan modal sendiri dengan laba ditahan. Oleh karena itu manajemen sebelum menentukan keebijakan deviden, perusahaan emiten harus mempertimbangkan banyak faktor, antara lain ROI, cash ratio, current ratio, debt to total asset dan earning per share (EPS). Bagi pemegang saham semakin besar ROI menunjukkan kinerja perusahaan yang semakin baik, sehingga wajar jika pemegang saham mengharapkan pembagian dividen kas jika ROI meningkat. Demikian juga apabila cash ratio, current ratio dan earning per share (EPS) meningkat, maka pemegang saham mempunyai harapan bahwa perusahaan akan mempunyaikemampuan untuk membagi dividen kas. Sebalikya jika debt to total asset perusahaan emiten meningkat, maka pemegang saham tidak mengharapkan perusahaan membagikan dividen kas. Dilihat dari segi dividend pay out ratio pemegang saham akan melihatnya sebagai signal mengenai kemungkinan besarnya dividen kas yang akan dibagikan dimasa yang akan 8

datang. Namun berbeda halnya dengan para manajemen perusahan emiten, jika perusahaan melakukan pembagian deviden, hal tersebut berpengaruh terhadap likuiditas perusahaan dalam menjalankan usahanya. Namun jika perusahaan membagian deviden nya dalam bentuk saham, maka hal ini akan mempengaruhi nilai saham dari perusahaan tersebut. Penurunan nilai saham tersebut juga dapat menurunkan minat investor terhadap saham tersebut, maka berdasarkan uraian di atas, maka ingin diteliti pengaruh variabel-variabel: (1)return on investment, (2)cash ratio,(3)current ratio, (4)debt to total asset, dan (5)earning per share (EPS) dan terhadap dividen payout ratio (DPR). 1.2 Perumusan Masalah Dari uraian dimuka, yang terpenting bagi investor adalah memperoleh tingkat pengembalian (return) dari hasil investasinya baik berupa pendapatan cash dividen maupun capital gain. Untuk memprediksi pendapatan dividen tidak dapat mempertimbangkan faktor-faktor kebijakan manajemen, karena kebijakan manajemen merupakan keputusan yang berhubungan dengan pihak intern perusahaan. Berdasarkan analisis laporan keuangan dan identifikasi sementara yang telah diuraikan, maka variabel yang mungkin berpengaruh terhadap pendapatan dividen adalah : (1) return on invesment, (2) cash ratio, (3) current ratio, (4) total debt to total asset dan (5) earning per share. Maka berdasarkan variabel tersebut pertanyaan penelitian terdiri dari : 9

1. Apakah ROI Cash Ratio, Current Ratio, DTA dan EPS berpengaruh parsial terhadap dividend payout ratio perusahaan-perusahaan di Bursa Efek Jakarta? 2. Variabel manakah yang paling dominan berpengaruh terhadap dividend payout ratio perusahaan-perusahaan di Bursa Efek Jakarta? 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui pengaruh antara ROI, Cash Ratio, Current Ratio, DTA dan EPS berpengaruh parsial terhadap dividend payout ratio perusahaanperusahaan di Bursa Efek Jakarta. 2. Untuk mengetahui pengaruh yang paling dominan antara ROI, Cash Ratio, Current Ratio, DTA dan EPS terhadap dividend payout ratio perusahaanperusahaan di Bursa Efek Jakarta. 1.4 Manfaat Penelitian Sesuai dengan tujuan penelitian tersebut maka penelitian ini diharapkan akan memperoleh manfaat sebagai berikut : 1. Untuk memperoleh gambaran mengenai pengaruh antara ROI, Cash Ratio, Current Ratio, DTA dan EPS berpengaruh parsial terhadap dividend payout ratio perusahaan-perusahaan di Bursa Efek Jakarta. 2. Dapat mengetahui variabel yang paling dominan antara ROI, Cash Ratio, Current Ratio, DTA dan EPS terhadap dividen payout ratio perusahaanperusahaan di Bursa Efek Jakarta. 10

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kerangka Teori 2.1.1 Kebijakan dividen Manajemen mempunyai 2 alternatif perlakuan terhadap penghasilan bersih sesudah pajak ( EAT ) perusahaan yaitu : 1. Dibagi kepada para pemegang saham perusahaan dalam bentuk dividen 2. Diinvestasikan kembali ke perusahaan sebagai laba ditahan ( retaired earning ). Pada umumnya sebagian EAT ( Earning After Tax ) dibagi dalam bentuk dividen dan sebagian lagi diinvestasikan kembali, artinya manajemen harus membuat keputusan tentang besarnya EAT yang dibagikan sebagai dividen. Pembuat keputusan tentang dividen ini disebut kebijakan dividen ( dividen policy ). Persentase dividen yang dibagi dari EAT disebut Dividend Payout Ratio ( DPR ). Prosentasi laba ditahan dari EAT adalah 1 DPR Ada berbagai pendapat atau teori tentang kebijakan dividen a.l : 1. Teori Dividen Tidak Relevan dari Modigliani dan Miller, 2. Teori The Bird in the Hand, 11

3. Teori Perbedaan Pajak, 4. Teori Signaling Hypothesis, 5. Teori Clientele Effect. 2.1.1.1 Hipotesis A. Hubungan Return on Investment (ROI) dan DPR. ROI merupakan ukuran efektifitas perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva tetap yang digunakan untuk operasi. Semakin besar ROI menunjukkan kinerja perusahaan yang semakin baik, karena tingkat kembalian investasi (return) semakin besar. Seperti diuraikan sebelumnya, bahwa return yang diterima oleh investor dapat berupa pendapatan dividen dan capital gain. Dengan demikian meningkatnya ROI juga akan meningkatkan pendapatan dividen. Sebagaimana lazimnya pengukuran ROI didapat dari earnings after tax (EAT) dan total investasi aktiva operasi. Besarnya EAT diperoleh dari laporan laba rugi, sedangkan total investasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah total aktiva tetap (bersih) yang digunakan untuk aktivitas operasi perusahaan yang tercermin dalam laporan neraca (sisi aktiva/ asset). Partington (1989) menunjukkan bahwa variabel investasi yang diukur dari aktiva tetap (bersih) operasi dapat digunakan untuk memprediksikan kebijakan dividen kas (cash dividend). Namun Fama (1974) dalam Parthington (1989) menunjukkan bahwa kebijakan 12

dividen tidak dipengaruhi oleh keputusan investasi. Demikian pula penelitian yang dilakukan oleh Edi Susanto (2002) juga menunjukkan bahwa ROI tidak signifikan terhadap dividen. Berdasar teori dan uraian tersebut maka dapat diajukan hipotesis alternatif pertama (H1) sebagai berikut: "Ada pengaruh signifikan positif ROI terhadap DPR". B. Hubungan Cash Ratio dan DPR. Cash ratio merupakan salah satu ukuran dari rasio likuiditas (liquidity ratio) yang merupakan kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya (current liability) melalui sejumlah kas (dan setara kas, seperti giro atau simpanan lain di bank yang dapat ditarik setiap saat) yang dimiliki perusahaan. Semakin tinggi cash ratio menunjukkan kemampuan kas perusahaan untuk memenuhi (membayar) kewajiban jangka pendeknya. (Brigham, 1983: p.p.211). Dengan semakin meningkatnya cash ratio juga dapat meningkatkan keyakinan para investor untuk membayar dividen tunai (cash dividend) yang diharapkan oleh investor (Partington, 1989: pp. 169). Sementara Surasmi (1998) menunjukkan bahwa cash ratio tidak signifikan berpengaruh terhadap dividend per share. Berdasar teori dan uraian tersebut maka dapat diajukan hipotesis alternatif kedua (H2) sebagai berikut: "Ada pengaruh signifikan positif cash ratio terhadap DPR". C. Hubungan Current Ratio dan Cash Dividend Current ratio juga merupakan salah satu ukuran rasio likuiditas (liquidity ratios) yang dihitung dengan membagi aktiva lancar (curent assets) dengan hutang/ kewajiban lancar (current liability). Semakin besar current ratio menunjukkan semakin tinggi kemampuan 13

perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya (termasuk di dalamnya kewajiban membayar dividen kas yang terutang). Sebagaimana cash ratio, maka tingginya current ratio juga menunjukkan keyakinan investor terhadap terhadap kemampuan perusahaan membayar dividen yang dijanjikan. Kedua rasio likuiditas tersebut menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban kewajiban jangka pendeknya. Dipisahkannya kedua rasio likuiditas ke dalam cash ratio dan current ratio dimaksudkan untuk mengetahui mana yang lebih berpengaruh terhadap pendapatan dividen kas per lembar saham (cash dividend per share). Partington (1989) tidak dilihat dari rasio likuiditasnya, tetapi didasarkan pada penting tidaknya manajemen mempertimbangkan likuiditas dalam kebijakan dividen, sehingga tidak dapat ditemukan bagaimana hubungan antara besarnya current ratio dengan cash dividend. Sementara Edi Susanto (2002) menunjukkan bahwa current ratio tidak signifikan berpengaruh terhadap dividen pada perusahaan yang listing di BEJ periode 1999. Berdasar teori dan uraian tersebut maka dapat diajukan hipotesis alternatif ketiga (H3) sebagai berikut: "Ada pengaruh signifikan positif current ratio terhadap DPR". D. Hubungan Debt to Total Asset dan Cash Dividend Debt to total assets merupakan rasio antara total hutang (total debts) baik hutang jangka pendek (current liability) dan hutang jangka panjang (long term debt) terhadap total aktiva (total assets) baik aktiva lancar (current assets) maupun aktiva tetap (fixed assets) dan aktiva lainnya (other assets). 14

Rasio ini menunjukkan besarnya hutang yang digunakan untuk membiayai aktiva yang digunakan oleh perusahaan dalam rangka menjalankan aktivitas operasionalnya. Semakin besar rasio DTA menunjukkan semakin besar tingkat ketergantungan perusahaan terhadap pihak eksternal (kreditur) dan semakin besar pula beban biaya hutang (biaya bunga) yang harus dibayar oleh perusahaan. Dengan semakin meningkatnya rasio DTA (dimana beban hutang juga semakin besar) maka hal tersebut berdampak terhadap profitablitas yang diperoleh perusahaan, karena sebagian digunakan untuk membayar bunga pinjaman. Dengan biaya bunga yang semakin besar, maka profitabilitas (earnings after tax) semakin berkurang (karena sebagian digunakan untuk membayar bunga), maka hak para pemegang saham (dividen) juga semakin berkurang (menurun). Teori ini didukung oleh Parthington (1989) yang menunjukkan bahwa tingkat hutang yang tinggi akan mempengaruhi pembayaran dividen yang semakin rendah. Dengan kata lain debt to total assets berpengaruh negatif terhadap dividen. Sementara Pujiono (2002) meneliti tentang "dampak kebijakan dividen terhadap harga saham pada waktu ex dividend day" menunjukkan bahwa leverage yang diukur dengan debt to equity ratio terbukti bahwa untuk sampel Indonesia leverage berpengaruh positif terhadap harga saham pada waktu exdividend day. Berdasar teori dan uraian tersebut maka dapat diajukan hipotesis alternatif keempat (H4) sebagai berikut: "Ada pengaruh signifikan negatif debt to total assets terhadap DPR". 15

E. Hubungan Earnings Per Share dan Cash Dividend Pendapatan per lembar saham (earning per share) merupakan total keuntungan yang diperoleh investor untuk setiap lembar sahamnya. Total keuntungan tersebut diukur dari rasio antara laba bersih setelah pajak (earnings after tax EAT) terhadap jumlah lembar saham yang beredar (outstanding share). Laba bersih yang diperhitungkan tersebut setelah dikurangi dengan dividen untuk para pemegang saham prioritas/ minoritas (preffered stock). Semakin besar earning after tax maka pendapatan dividen kas per lembar saham (cash dividend per share) yang akan diterima oleh para pemegang saham biasa (common stock) juga semakin besar. Hal tersebut dengan asumsi jika dividen bagi para pemegang saham minoritas dan jumlah saham yang beredar (saham biasa) relatif tetap. Teori ini juga didukung oleh Surasmi (1998) yang menunjukkan bahwa EPS berpengaruh signifikan positif terhadap dividend per share pada perusahaan manufaktur yang listing di BEJ periode 1993 1995. Berdasar teori dan uraian tersebut maka dapat diajukan hipotesis alternatif kelima (H5) sebagai berikut: "Ada pengaruh signifikan positif earning per share terhadap cash dividend". 16

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaanperusahaan yang listing di IDX (Bursa hasil penggabungan antara Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya) dengan syarat melakukan pembagian cash dividend terusmenerus dari tahun 2005-2009. Berdasarkan kriteria tersebut, perusahaan yang dijadikan objek penelitian ini adalah: Tabel 3.1 Daftar Nama Perusahaan NO Nama Perusahaan 1 Adira Dinamika Multi Finance Tbk, PT 2 Adhi Karya (Persero) Tbk, PT 3 Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk,PT 4 Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, PT 5 Bank Danamon Tbk, PT 6 BFI Finance Indonesia Tbk, PT 7 Indofood Sukses Makmur Tbk, PT 8 Lautan Luas Tbk, PT 9 Bank Maya Pada international Tbk, PT 10 Metrodata Electronics Tbk, PT 11 Panin Sekuritas Tbk, PT 12 Pembangunan Jaya Ancol Tbk, PT 13 Indosat Tbk, PT 14 Bank Mandiri (Persero) Tbk, PT 15 Summarecon Agung Tbk, PT 17

16 Sinar Mas Multiartha Tbk, PT 17 Surya Citra Media Tbk, PT 3.2 Data dan Sumber Data Data yang diperlukan adalah data sekunder yaitu data yang sudah diolah pihak perusahaan dan sudah diterbitkan dalam bentuk laporan keuangan atau dengan kata lain data yang tidak secara langsung diambil dari perusahaan yang bersangkutan yaitu melalui Indonesian Capital market Directory (ICMD) 2010. Data yang Diperlukan antara lain Return on Investment (ROI), cash ratio, current ratio, Debt to Total Assets (DTA), Earning Per Share (EPS) dan dividen payout ratio yang diperoleh dalam Summary of Financial Statement yang tercantum dalam Indonesian Capital market Directory (ICMD)2009 3.3 Variabel dan Pengukuran Variabel a) Variabel Tergantung (Dependent Variable) Dividen payout ratio adalah ratio yang menggambarkan persentase dividen yang dibagi dari EAT. 18

b) Variabel Bebas (Independent Variable) 1. ROI (Return On Investment Analisa ROI dalam analisa keuangan mempunyai arti yang sangat penting sebagai salah satu teknik analisa keuangan yang bersifat menyeluruh (komprehensif). Analisa ROI ini merupakan teknik analisa yang lazim digunakan oleh pimpinan perusahaan untuk mengukur efektivitas dari keseluruhan operasi perusahaan. Return on Investment itu sendiri merupakan salah satu bentuk dari rasio profitabilitas yang dimaksudkan untuk dapat mengukur kemampuan perusahaan dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva yang digunakan untuk operasi perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. Dengan demikian rasio ini menghubungkan keuntungan yang diperoleh dari operasi perusahaan (net operating income) dengan jumlah investasi atau aktiva yang digunakan untuk menghasilkan keuntungan operasi tersebut(net operating asset) Sebutan lain untuk rasio ini adalah Net Operating Profit Rate of Return atau Operating Earning Power (Munawir, 2000). Unsur dari ROI antara lain EAT (Earning After Tax) dan total investasi. Dalam bahasa sehari-hari EAT dapat dibahasakan sebagai keuntungan bersih perusahaan. Dalam prakteknya ROI dipergunakan sebagai nilai yang menunjukkan tingkat pengembalian investasi. Semakin besar nilai ROI menunjukkan semakin cepat pengembalian sebuah investasi. 19

EAT ROI = -------------------- Total Investasi 2. Cash Ratio Cash Ratio merupakan salah satu ukuran dari rasio likuiditas (liquidity ratio) yang menunjukkan kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya(current liability) melalui sejumlah kas (dan setara kas, seperti giro atau simpanan lain di bank yang dapat ditarik setiap saat) yang dimiliki perusahaan. Rasio ini bisa digunakan untuk mengukur tingkat keamanan kreditor jangka pendek, serta mengukur apakah operasi perusahaan tidak akan terganggu bila kewajiban jangka pendek segera ditagih Unsur-unsur yang mempengaruhi nilai cash ratio antara lain kas dan ekuivalen serta utang jangka pendek. Kas dan ekuivalen sangat menentukan tingkat cash ratio perusahaan. Semakin banyak kas dan ekuivalen yang dimiliki perusahaan, semakin besar kemampuan perusahaan untuk membayar utang jangka pendeknya. Dengan kata lain semakin tinggi cash rasio semakin tinggi pula kemampuan likuiditas suatu perusahaan, artinya semakin tinggi kemampuan kas perusahaan untuk memenuhi (membayar) kewajiban jangka pendeknya. Akan tetapi semakin tinggi rasio ini menunjukkan semakin rendah pula profitabilitasnya. Kas +Ekuivalen Cash Ratio = ------------------------------- Utang. Jangka Pendek 20

3. Curent Ratio Current Ratio merupakan salah satu rasio yang paling umum digunakan untuk mengukur likuiditas atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendek tanpa menghadapi kesulitan. Semakin besar ratio menunjukkan semakin tinggi kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya (termasuk didalamnya kewajiban membayar dividen kas yang terutang). Unsur-unsur yang mempengaruhi nilai current ratio adalah aktiva lancar dan utang jangka pendek. Dalam hal ini aktiva lancar terdiri dari uang kas dan juga surat-surat berharga antara lain surat pengakuan hutang, wesel, saham, obligasi, sekuritas kredit, atau setiap derivatif dari surat berharga atau kepentingan lain atau suatu kewajiban dari penerbit, dalam bentuk yang lazim diperdagangkan dalam pasar uang dan pasar modal. Di lain pihak utang jangka pendek dapat berupa utang pada pihak ketiga (bank atau kreditur lainnya). Jika pada saat yang bersamaan dibutuhkan aktiva lancar untuk membayar utang dan cash dividend maka yang didahulukan adalah pembayaran utang, baru kemudian jika perusahaan masih mampu untuk membayar cash dividend, maka perusahaan membagi cash dividend kepada investor. Aktiva Lancar Current Ratio= --------------------------- Utang Jangka Pendek 21

4. Debt to Total Asset (DTA) Debt to Total Asset merupakan rasio antara total hutang(total debts) baik hutang jangka pendek (current liability) dan hutang jangka panjang. (long term debt) terhadap total aktiva (total assets) baik aktiva lancar (current assets) maupun aktiva tetap (fixed assets) dan aktiva lainnya (other assets). Rasio ini menunjukkan besarnya hutang yang digunakan untuk membiayai aktiva yang DTA dipengaruhi oleh unsur total hutang dan total asset. Dalam hal ini semakin besar rasio DTA menunjukkan semakin besar tingkat ketergantungan perusahaan terhadap pihak eksternal (kreditur) dan semakin besar pula beban biaya hutang (biaya bunga) yang harus dibayar oleh perusahaan. Dengan demikian semakin meningkatnya rasio DTA (dimana beban hutang juga semakin besar) maka hal tersebut berdampak terhadap profitabilitas yang diperoleh perusahaan, karena sebagian digunakan untuk membayar bunga pinjaman. Dengan biaya bunga yang semakin besar, maka profitabilitas (earning after tax) semakin berkurang (karena sebagian dipergunakan untuk membayar bunga), maka hak para pemegang saham (dividen) juga semakin berkurang (menurun). Total Hutang DTA = ----------------------------- Total Asset 22

5..Earning per Share(EPS) EPS sering dijadikan investor atau calon investor dalam menganalisis kemampuan perusahaan mencetak laba berdasarkan jumlah saham yang dimilikinya. Unsur-unsur yang mempengaruhi EPS antara lain EAT (Earning After Tax) yang disebut juga keuntungan bersih, dan jumlah lembar saham. Dalam hal ini semakin banyak keuntungan bersih yang didapatkan perusahaan, maka semakin besar EPS yang dihasilkan. EAT EPS = --------------------- Jumlah Lembar Saham 6. Dividend Payout Ratio Robert Ang (1997) menyatakan bahwa dividen merupakan nilai pendapatan bersih perusahaan setelah pajak dikurangi laba ditahan(retained earnings) yang ditahan sebagai cadangan bagi perusahaan. Dividen ini untuk dibagikan kepada para pemegang saham sebagai keuntungan dari laba perusahaan. Dalam hal ini ada dua jenis dividen yang bisa diperoleh pemegang saham, yaitu dividen kas dan non kas. Dividen payout ratio adalah persentase dividen yang dibagi dari EAT. Banyak teori yang menjelaskan mengenai kebijakan deviden, namun pada praktiknya perusahaan cenderung memberikan dividen dengan jumlah yang relatif stabil atau meningkat secara teratur. Kebijakan ini kemungkinan besar disebabkan oleh asumsi bahwa : 23

1 Investor melihat keanaikan dividen sebagai suatu tanda baik bahwa perusahaan memiliki prospek cerah, demikian sebaliknya. Hal ini membuat perusahaan lebih senang mengambil jalan aman yaitu tidak menurunkan pembayaran dividen, 2 Investor cenderung lebih menyukai dividen yang tidak berfluktuasi ( dividen yang stabil ). Menjaga kestabilan dividen tidak berarti menjaga Dividend Payout Ratio tetap stabil karena jumlah nominal dividen juga tergantung pada penghasilan bersih perusahaan ( EAT ). Jika DPR dijaga kestabilannya, misalnya ditetapkan sebesar 50 % dari waktu ke waktu, tetapi EAT berfluktuasi, maka pembayaran dividen juga akan berfluktuasi 3.4 Analisis Data 3.4.1 Menyusun Persamaan Linier Berganda Menurut Sugiono (2002:250), analisis linier berganda digunakan bila bermaksud meramalkan keadaan (naik turunnya) variabel dependen, bila dua atau lebih variabel independen dimanipulasi (dinaik turunkan nilainya). Untuk menguji pengaruh faktor Cash Dividend Return On Investment(ROI), Cash Ratio, Current Ratio, Debt to Total Asset (DTA), Earning Per Share (EPS), Cash Dividend Pay Out Ratio (CDPR) terhadap Cash Dividend dilakukan uji regresi linear berganda. 24

Rumus regresi linear berganda: Y = a + b 1 X 2 + b 3 X 4 + b 4 X 4 +b 5 X 5 +b 6 X 6 +e Keterangan: X 1 : Return On Investment (ROI) X 2 : Cash Ratio X 3 : Current Ratio X 4 : Debt to Total Asset (DTA) X 5 : Earning Per Share (EPS) X 6 : Cash Dividend Pay Out Ratio(CDPR) Y: Cash Dividend b 1, b 2- b 6 : : Koefisien regresi e : Error (tingkat kesalahan) 3.4.2 Uji Asumsi Klasik Adapun syarat asumsi klasik yang harus dipenuhi model regresi berganda sebelum data tersebut dianalisis adalah sebagai berikut: a. Uji Normalitas 25

Uji Normalitas untuk mengetahui apakah variabel dependen, independen atau keduanya berdistribusi normal, mendekati normal atau tidak (Umar, 2008:181). Model regresi yang baik hendaknya berdistribusi normal atau mendekati normal. Mendekati apakah data berdistribusi normal atau tidak dapat diketahui dengan menggambarkan penyebaran data melalui sebuah grafik. Jika datanya menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonalnya, model regresi memenuhi asumsi normalitas. Uji kenormalan data juga dapat dilakukan dengan Uji Kolmogorov-Smirnov terhadap nilai standar residual hasil persamaan regresi. Apabila probabilitas hasil Uji Kolmogrov-Smirnov lebih besar dari 5%, maka data berdistribusi normal, dan demikian sebaliknya. b. Uji Multikolineritas Uji Multikolineritas untuk mengetahui apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antarvariabel independen (Umar, 2007:177). Untuk mengetahui ada tidaknya gejala multikolineritas dapat dilihat dari besarnya nilai Variance Factor (VIF) dengan ketentuan : Bila VIF > 5 maka terdapat masalah multikolineritas yang serius. Bila VIF > 5 maka tidak terdapat masalah multikolineritas yang serius. 26

c. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi dilakukan untuk mengetahui apakah dalam sebuah model regresi linear terdapat hubungan yang kuat baik positif maupun negatif antardata yang ada pada variabel-variabel penelitian (Umar, 2008:182). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa autokorelasi terjadi jika observasi yang berturut-turut sepanjang waktu mempunyai korelasi antara satu dengan yang lainnya. Untuk menguji ada atau tidaknya autokorelasi dalam suatu model regresi, dapat dilakukan dengan menggunakan Runs Test. kaidah keputusan dari metode ini adalah menerima hipotesis nil, yaitu tidak terjadi autokorelasi jika nilai Aasymp. Sig (2-tailed) diatas 0,05 (tingkat signifikan, α = 5%). Cara lain untuk mendeteksi adanya autokorelasi juga dapat dilakukan dengan melakukan Uji Breusch-Godfrey (BG). Menurut metode ini suatu data tidakterkena autokorelasi jika koefisien parameter auto (Lag) pada table menunjukkan probabilitas signifikan diatas 0,05 (tingkat signifikan, α = 5%). Pengujian asumsi klasik dilakukan untuk mendapatkan hasil penelitian yang BLUE (Best Unbiased Estimation). Dalam menganalisa data, penulis menggunakan program Software SPSS (Statistic for the Social Science) for indows. 27

3.5 Uji Hipotesis Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah semua variable independen secara parsial mempengaruhi variable dependen yang mana dilakukan dengan uji statistik t (t-test) dengan tingkat signifikansi (a) 5% atau a =0.05 Untuk menentukan variabel bebas yang paling menentukan dalam mempengaruhi nilai variabel dependen dalam suatu model regresi linier, maka digunkan koefisien beta yang dihasilkan dari analisis regresi menggunakan program SPSS. Nilai beta yang paling besar menunjukkan variabel bebas yang paling dominan. 28

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN Analisa data dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik statistik regresi. Data-data berasal dari 17 perusahaan yang berasal dari berbagai jenis perusahaan dari tahun 2007-2009 yang selanjutnya dianalisis dengan menggunakan perangkat lunak SPSS. Analisa data dilakukan dengan meregresi seluruh variabel baik variabel independen maupun variabel dependen. Variabel independen berupa (1) return on investment, (2) cash ratio, (3) current ratio, (4) debt to total asset dan (5) earning per share (EPS). Variabel dependen berupa pendapatan dividend pay out ratio. Uji regresi dilakukan untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen, sehingga dapat diketahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi dividend pay out ratio. 1. ROI Hasil pengolahan data menunjukkan bahwa ROI perusahaan memiliki tingkat signifikansi sebesar 0036. Hipotesis 1 yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada pengaruh signifikan positif ROI terhadap DPR. Dilihat dari nilai p (0.036) < α (0.05) hal ini menunjukkan bahwa hipotesis diterima, artinya ada pengaruh positif dan signifikan dari ROI terhadap dividend payout ratio. Mengenai hal tersebut dapat dijelaskan berikut ini. Semakin besar ROI menunjukkan kinerja perusahaan semakin baik, karena tingkat kembalian investasi (return) semakin besar. Return yang diterima oleh 29

investor dapat berupa pendapatan dividen dan capital gain. Dengan demikian meningkatnya ROI juga akan meningkatkan pendapatan dividen. Dalam penelitian ini ternyata didapatkan hasil bahwa ROI mempunyai pengaruh signifikan terhadap dividend payout ratio. Hasil penelitian ini bertentangan oleh Fama (1974) dalam Parthington (1989) yang mendapatkan bahwa kebijakan dividen tidak dipengaruhi oleh keputusan investasi. Demikian pula penelitian yang dilakukan oleh Edi Susanto (2002) yang mendapatkan hasil bahwa ROI tidak berpengaruh signifikan terhadap dividen. Akan tetapi sebaliknya dalam penelitian Parthington (1989) ditemukan bahwa variabel investasi yang diukur dari aktiva tetap (bersih) operasi dapat dipergunakan untuk memprediksikan kebijakan dividen kas (dividend payout ratio). 2. Current Asset Hasil pengolahan data menunjukkan bahwa Current Ratio perusahaan memiliki tingkat signifikansi sebesar 0.055. Hipotesis yang diajukan berkaitan dengan pengaruh current ratio terhadap dividend payout ratio adalah bahwa ada pengaruh signifikan positif current ratio terhadap DPR. Dilihat dari nilai p (0.055) > α (0.05) hal ini menunjukkan bahwa hipotesis ditolak, artinya tidak ada pengaruh positif dan signifikan dari current ratio terhadap dividend payout raio. Mengenai hal tersebut dapat dijelaskan berikut ini. Current ratio menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya melalui jumlah aktiva lancarnya. Dilihat dari hasil pengolahan data dapat diketahui bahwa nilai current ratio perusahaan sangat kecil. Berdasarkan 30

keadaan tersebut pihak manajemen perusahaan memutuskan untuk tidak membagi cash dividend. Oleh karena itulah current ratio tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap cash dividend. Hasil penelitian ini sesuai dengan Edi Susanto (2002) yang mendapatkan bahwa Current Ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap cash dividend. Sementara Parthington (1989) menyatakan bahwa dalam menentukan pembagian cash dividend yang menjadi pertimbangan pihak manajemen adalah likuiditas perusahaan, sehingga tidak dapat ditemukan hubungan antara besarnya current ratio dengan cash dividend. Pendapat Parthington ini memperkuat hasil penelitian ini. Kelemahan dalam penelitian ini adalah tidak dimasukkannya variable kebijakan manajemen terkait dengan likuiditas perusahaan. Oleh karena itu kepada peneliti yang akan datang disarankan untuk memasukkan variabel kebijakan manajemen terkait dengan likuiditas ini. 3. Debt to Total Asset Hasil pengolahan data menunjukkan bahwa Debt to Total Assets perusahaan memiliki tingkat signifikansi sebesar 0.048. Hipotesis yang diajukan berkaitan dengan pengaruh debt to total asset (DTA) terhadap DPR adalah bahwa ada pengaruh signifikan positif debt to total asset terhadap DPR. Dilihat dari nilai p (0.048) > α (0.05) hal ini menunjukkan bahwa hipotesis tidak ditolak, artinya ada pengaruh negatif dan signifikan dari debt to total asset terhadap cash dividend. Mengenai hal tersebut dapat dijelaskan berikut ini. 31

Jika perusahaan mempunyai banyak utang yang harus diselesaikan, maka perusahaan akan menunda pemberian dividend kepada para pemegang saham, karena dana yang dimiliki tersebut akan dipergunakan untuk membayar utang. Hal inilah yang menyebabkan debt to total asset menjadi mempunyai pengaruh signifikan terhadap dividend payout ratio (dpr). Hasil penelitian ini dibantah hasil penelitian Sunarto dan Kartika (2003) yang mendapatkan bahwa DTA tidak dipertimbangkan oleh manajemen dalam pembayaran dividen kas. Di lain pihak Parthington (1989) mempunyai pendapat sebaliknya bahwa debt to total asset mempunyai pengaruh negatif terhadap cash dividend, yaitu bahwa tingkat hutang yang tinggi akan mempengaruhi pembayaran dividen yang semakin rendah. Kelemahan yang ada dalam penelitian ini adalah bahwa sampel perusahaan yang digunakan hanya 17 buah, sehingga kemungkinan belum mampu mewakili semua perusahaan yang listing di IDX. Oleh karena itu disarankan pada peneliti selanjutnya untuk menambah jumlah sampel penelitian. 4. Earning Per Share Hasil pengolahan data menunjukkan bahwa Earning Per Share (EPS) perusahaan memiliki tingkat signifikansi sebesar 0.039. Hipotesis yang diajukan berkaitan dengan pengaruh EPS terhadap dividend payout ratio adalah bahwa ada pengaruh signifikan positif EPS terhadap DPR. Dilihat dari nilai p (0.039) > α (0.05) hal ini menunjukkan bahwa hipotesis tidak ditolak, artinya ada pengaruh positif dan 32

signifikan dari EPS terhadap cash dividend. Mengenai hal tersebut dapat dijelaskan berikut ini. EPS seringkali dijadikan dasar pertimbangan oleh pihak manajemen dalam memutuskan pembayaran cash dividend. Hal ini dikarenakan besaran EPS menunjukkan berapa besar keuntungan yang diperoleh untuk setiap satu lembar sahamnya. Hal ini tentunya menjadi pertimbangan perusahaan dalam membagikan keutungan. Maka merupakan kewajaran jika penelitian ini EPS mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap cash dividend. Hasil penelitian ini diperkuat oleh Sunarto dan Kartika (2003) yang mendapatkan hasil bahwa EPS merupakan satu-satunya variabel yang digunakan sebagai bahan pertimbangan oleh manajemen dalam pembayaran dividend. Hasil penelitian ini juga didukung oleh Surasmi (1998) yang mendapatkan bahwa EPS berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap dividend per share pada perusahaan-perusahaan yang listing di IDX periode 2005-2009. 33

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan analisis dan pembahasan yang dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa variabel yang mempengaruhi cash dividend secara signifikan hanyalah cash dividend pay out ratio, sedangkan ROI, Cash Ratio, Current Ratio, DTA, dan EPS tidak berpengaruh signifikan terhadap pendapatan cash dividend. Hal ini dapat diketahui dari hasil uji t variabel cash dividend pay out ratio, yang mendapatkan hasil nilai probabilitas (p) kurang dari α (p < 0,05). Di lain pihak hasil uji t variabel ROI, Cash Ratio, Current Ratio, DTA, dan EPS mendapatkan hasil nilai probabilitas (p) lebih dari α (p > 0,05). 5.2. Keterbatasan Penelitian Hasil penelitian yang didapatkan mempunyai keterbatasan, yaitu jumlah sampel yang terlalu sedikit, yaitu sebanyak 17 buah perusahaan, sehingga ada kemungkinan belum mampu mewakili semua perusahaan yang listing di BEJ. 5.3. Saran Berdasarkan keterbatasan penelitian yang ada dalam penelitian ini maka kepada peneliti selanjutnya disarankan untuk menambah jumlah sampel penelitian sehingga hasil penelitian dapat lebih baik. Selain itu disarankan untuk untuk penelitian 34

selanjutnya dapat menambah beberapa faktor yang mungkin berpengaruh terhadap dividen kas, dapat juga melakukan perbandingan dengan penelitian yang terdapat di luar negeri untuk mengetahui variabel- variabel apakah yang berpengaruh terhadap penentuan dividen yang terdapat pada negara-negara selain Indonesia. 35