Yoga Sasmita Nugraha* ), Titin Sumarni dan Roedy Sulistyono

dokumen-dokumen yang mirip
PERANAN JUMLAH BIJI/POLONG PADA POTENSI HASIL KEDELAI (Glycine max (L.) Merr.) F6 PERSILANGAN VARIETAS ARGOMULYO DENGAN BRAWIJAYA

PENGARUH JUMLAH PEMBERIAN AIR TERHADAP RESPON PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN TEMBAKAU (Nicotiana tabaccum L.)

PENGARUH DOSIS DAN LAMA PEMBENAMAN PUPUK HIJAU OROK-OROK (Crotalaria juncea L.) PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KEDELAI (Glycine max L.

PERTUMBUHAN DAN HASIL BERBAGAI VARIETAS KACANG HIJAU (Vigna radiata (L.) Wilczek) PADA KADAR AIR YANG BERBEDA

THE EFFECT OF WEED CONTROL AND SOIL TILLAGE SYSTEM ON GROWTH AND YIELD OF SOYBEAN (Glycine max L.)

PENGARUH BERBAGAI KADAR AIR TANAH TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KEDELAI YANG DIBERI MIKORIZA VESIKULAR ARBUSKULAR

PENGARUH INTERVAL PENYIRAMAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL EMPAT KULTIVAR JAGUNG (Zea mays L.)

PENGARUH DOSIS PUPUK KANDANG SAPI DAN PUPUK NITROGEN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KANGKUNG DARAT (Ipomoea reptans. Poir)

PENGARUH MULSA ORGANIK PADA GULMA DAN TANAMAN KEDELAI (Glycine max L.) VAR. GEMA

THE INFLUENCE OF N, P, K FERTILIZER, AZOLLA (Azolla pinnata) AND PISTIA (Pistia stratiotes) ON THE GROWTH AND YIELD OF RICE (Oryza sativa)

PENGARUH JARAK TANAM DAN DEFOLIASI DAUN PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KEDELAI (Glycine max L.)

RESPOMS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI SAAWI (Brassica Juncea. L) TERHADAP INTERVAL PENYIRAMAN DAN KONSENTRASILARUTAN PUPUK NPK SECARA HIDROPONIK

ANALISIS PERTUMBUHAN TANAMAN DAN HASIL UBI JALAR (Ipomoea batatas (L.) Lam.) PENDAHULUAN

APPLICATION OF MANURE AND Crotalaria juncea L. TO REDUCE ANORGANIC FERTILIZER ON MAIZE (Zea mays L.)

RESPONS TANAMAN KEDELAI TERHADAP PEMBERIAN PUPUK FOSFOR DAN PUPUK HIJAU PAITAN

PENGARUH KONSENTRASI DAN WAKTU PEMBERIAN PUPUK ORGANIK CAIR BIOAKTIVATOR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN SAWI (Brassica juncea L.

PUPUK ORGANIK CAIR DAN PUPUK KANDANG AYAM BERPENGARUH KEPADA PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KEDELAI ( Glycine max L. )

PENGARUH PENCACAHAN BERBAGAI MULSA ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN dan HASIL TANAMAN KEDELAI (Glycine max L.)

PENGARUH SISTEM OLAH TANAH DAN MULSA ORGANIK PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KEDELAI (Glycine max (L.) Merril)

KAJIAN POLA TANAM TUMPANGSARI PADI GOGO (Oryza sativa L.) DENGAN JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata Sturt L.)

PENGARUH MACAM BAHAN ORGANIK DAN INOKULUM RHIZOBIUM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KEDELAI (Glycine max (L.) Merril)

I. PENDAHULUAN. Sorgum merupakan salah satu jenis tanaman serealia yang memiliki potensi besar

PENGARUH KEMATANGAN BENIH TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT BEBERAPA VARIETAS KEDELAI (Glycine max (L).Merrill)

PENGARUH APLIKASI LEGIN DAN PUPUK KOMPOS TERHADAP HASIL TANAMAN KACANG TANAH (Arachis hypogaea L.) VARIETAS JERAPAH

PENGARUH CEKAMAN KEKERINGAN TERHADAP HASIL DAN MUTU FISIOLOGIS DUA VARIETAS KEDELAI (Glycine max L. Merr)

PENGARUH PEMBERIAN AIR DAN PUPUK KANDANG SAPI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata Sturt L.)

Nerty Soverda dan Yulia Alia Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Jambi Jalan Raya Mendalo Darat.

Jimy Eko Julianto. 1) Prof. Dr. Ir. Bambang Guritno. 2) Dr. Ir. Agung Nugroho, SU. 2)

PENGARUH PENGGUNAAN PUPUK KANDANG DAN NPK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KACANG TANAH

Vol 1 No. 3 Juli September 2012 ISSN:

PERTUMBUHAN DAN HASIL KACANG TANAH (Arachis hypogaea L.) PADA PERBEDAAN TINGKATAN KANDUNGAN AIR

Pengaruh Populasi Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) dan Jagung (Zea mays L.) terhadap Pertumbuhan dan Produksi Pada Sistem Pola Tumpang Sari

PENGARUH KERAPATAN DAN KEDALAMAN TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KACANG HIJAU (Vigna radiata L.)

PENGARUH SISTEM OLAH TANAH DAN MULSA JERAMI PADI PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KEDELAI (Glycine max (L.) Merr.)

PENGARUH DOSIS PUPUK UREA DAN MACAM VARIETAS TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI JAGUNG (Zea mays L.)

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan terpenting ketiga

PENGARUH DEFISIT EVAPOTRANSPIRASI TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN DAN EFISIENSI PENGGUNAAN AIR PADA TIGA VARIETAS KEDELAI (Glycine max (L.

STUDY TENTANG TIGA VARIETAS TERUNG DENGAN KOMPOSISI MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN KEDELAI (Glycine max L. Merrill) PADA BERBAGAI KONSENTRASI PUPUK DAUN GROW MORE DAN WAKTU PEMANGKASAN

THE EFFECT OF SPACING AND PLANTING TIME SOYBEAN OF GROWTH AND YIELD SOYBEAN (Glycine max) ON SUGAR CANE (Saccharum officinarum L.

PENGARUH KOMPOSISI MEDIA TANAM PADA TEKNIK BUD CHIP TIGA VARIETAS TEBU (Saccharum officinarum L.)

PENGARUH PEMANFAATAN PUPUK KANDANG TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN JAGUNG PADA KONDISI KEKURANGAN AIR

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Tinggi Tanaman. Hasil penelitian menunjukan berbagai kadar lengas tanah pada stadia

PENGARUH VOLUME PEMBERIAN AIR DAN KONSENTRASI PUPUK DAUN TERHADAP PERTUMBUHAN VEGETATIF TANAMAN ANGGREK Dendrobium undulatum

PENDAHULUAN BAHAN DAN METODE

RESPON PERTUMBUHAN DAN HASIL KACANG TANAH PADA APLIKASI DOSIS PUPUK ORGANIK PADAT DAN CAIR

PENGARUH PUPUK KANDANG DAN Crotalaria juncea L. PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KEDELAI (Glycine max L.)

PENGARUH PUPUK HIJAU Calopogonium mucunoides DAN FOSFOR TERHADAP SIFAT AGRONOMIS DAN KOMPONEN HASIL TANAMAN JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata Sturt)

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. cendawan MVA, sterilisasi tanah, penanaman tanaman kedelai varietas Detam-1.

HASIL DAN PEMBAHASAN. kompos limbah tembakau memberikan pengaruh nyata terhadap berat buah per

I. PENDAHULUAN. Pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan pendapatan turut meningkatkan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

UPAYA PENINGKATAN HASIL TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) DENGAN PEMUPUKAN BOKASHI DAN Crotalaria juncea L.

Upaya Peningkatan Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Kedelai (Glycine max) Melalui Aplikasi Mulsa Daun Jati Dan Pupuk Organik Cair.

PENDAHULUAN. ternyata dari tahun ke tahun kemampuannya tidak sama. Rata-rata

INFLUENCE THE NUMBER OF PLANTS PER POLYBAG AND COMPOSITION OF PLANT MEDIA ON GROWTH AND YIELD OF CUCUMBER (Cucumis sativus L.) VAR.

Pengaruh BAP ( 6-Benzylaminopurine ) dan Pupuk Nitrogen terhadap Pertumbuhan dan Produksi Bawang Merah (Allium ascalonicum L.)

PENGARUH DOSIS PUPUK KANDANG AYAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL MENTIMUN

RESPON PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI SAWI ( Brassica juncea L ) TERHADAP PEMBERIAN URINE KELINCI DAN PUPUK GUANO

PENGARUH DEFISIT EVAPOTRANSPIRASI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIVITAS AIR TANAMAN KEDELAI (Glycine max L. Merrill)

PYRACLOSTROBIN ROLE IN IMPROVING EFFICIENCY NITROGEN FERTILIZER AND EFFECT ON QUALITY OF YIELD SEEDS CORN (Zea mays L.)

Nanik Lutfiyah, Mashuri Dosen Fakultas Pertanian Universitas Darul Ulum Jombang

PENGARUH WAKTU PENYIANGAN DAN POPULASI TANAMAN TERHADAP HASIL KACANG HIJAU (Vigna radiata L.) PADA KONDISI TANPA OLAH TANAH

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Pertumbuhan Dan Produksi Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Dengan Pemberian Pupuk Kandang Sapi Dan Pupuk Fosfat

PENGARUH DOSIS DAN WAKTU APLIKASI PUPUK UREA DALAM MENINGKATKAN PERTUMBUHAN DAN HASIL JAGUNG (Zea mays, L.) PIONEER 27

PENGARUH KOMBINASI DOSIS PUPUK ORGANIK DAN ANORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KACANG TANAH

PENGARUH JENIS DAN KETEBALAN MULSA DALAM MEMPERTAHANKAN KANDUNGAN AIR TANAH DAN DAMPAKNYA TERHADAP TANAMAN KEDELAI (Glycine max (L.

METODOLOGI Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Bahan tanaman Bahan kimia Peralatan Metode Penelitian

PEMUPUKAN NPK PADA TANAMAN DURIAN (Durio zibethinus Murr.) LOKAL UMUR 3 TAHUN

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L.) Merill) merupakan salah satu tanaman pangan penting

PENGARUH AKSESI GULMA Echinochloa crus-galli TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI

SKRIPSI. KOMPONEN HASIL DAN HASIL BEBERAPA VARIETAS TANAMAN KEDELAI (Glycine max (L) Merrill) DENGAN PEMBERIAN NAUNGAN DI LAHAN GAMBUT

APLIKASI CARA TANAM PADA DNA VARIETAS WIJEN, TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN

II. METODE PENELITIAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Tinggi Tanaman Umur 35 Hari Setelah Tanam

Hasil dan pembahasan. A. Pertumbuhan tanaman. maupun sebagai parameter yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan

PENGARUH KOMPOSISI MEDIA TANAM DAN KONSENTRASI PUPUK DAUN NU-CLEAR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN STRAWBERRY

RESPON VARIETAS KEDELAI (Glycine max L. Merr) PADA TINGKAT KELENGASAN TANAH YANG BERBEDA

PENGARUH PENGAPURAN DAN PEMBERIAN PUPUK FOSFOR DENGAN DOSIS YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KEDELAI (Glycine max (L) Merril

PENGARUH PEMBERIAN KADAR AIR BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI HIJAUAN TANAMAN Indigofera zollingeriana RINGKASAN

UTILIZATION OF THERMAL UNIT FOR DETERMINING HARVEST TIME OF THE KAILAN (Brassica oleracea L. var. alboglabra) ON DIFFERENT ROW SPACES AND VARIETY

Pengaruh Pemberian Cendawan Mikoriza Arbuskula terhadap Pertumbuhan dan Produksi Rumput Setaria splendida Stapf yang Mengalami Cekaman Kekeringan

EFFECT OF SOIL AMELIORANT ON SOYBEAN (Glycine max L.) GROWTH AT SALINITY CONDITIONS

Vol 3 No 1. Januari - Maret 2014 ISSN :

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGGUNAAN PUPUK N P K PADA TANAH BEKAS PEMBERIAN BAHAN ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KACANG HIJAU

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan

PENGARUH PEMBERIAN BIO URIN SAPI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KEDELAI (Glycine max (L.) Merrill).

Laboratorium Teknologi Benih Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran, Jatinangor, Jawa Barat, dengan ketinggian 725 m di atas permukaan laut.

RESPON VARIETAS KEDELAI (Glycine max L. Merr) PADA TINGKAT KELENGASAN TANAH YANG BERBEDA

KAJIAN MODEL TANAM DAN WAKTU TANAM DALAM SISTEM TUMPANGSARI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BENIH JAGUNG

Pengaruh Tiga Jenis Pupuk Kotoran Ternak (Sapi, Ayam, dan Kambing) Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Rumput Brachiaria Humidicola

RESPONS TANAMAN TOMAT TERHADAP PEMBERIAN PUPUK BOKASHI DAN PENGATURAN JARAK TANAM

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Penentuan Karakter Morfologi Penciri Ketahanan Kekeringan Pada Beberapa Varietas Kedelai

PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN MENTIMUN (Cucumis sativus L.) AKIBAT PERBEDAAN JARAK TANAM DAN JUMLAH BENIH PER LUBANG TANAM

PENGARUH JARAK TANAM DAN POSISI RUAS STEK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL RUMPUT GAJAH (Pennisetum purpureum) SKRIPSI

KAJIAN PENANAMAN KEDELAI DI BAWAH KELAPA SAWIT UMUR EMPAT TAHUN DI PTPN III KEBUN RAMBUTAN

53 ZIRAA AH, Volume 27 Nomor 1, Pebruari 2010 Halaman ISSN

Transkripsi:

PENGARUH INTERVAL WAKTU DAN TINGKAT PEMBERIAN AIR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KEDELAI (Glycine max (L) Merril.) THE INFLUENCE OF INTERVAL TIME AND THE LEVEL PROVISION OF WATER TO THE GROWTH AND YIELD OF SOYBEAN (Glicine max (L) MerriL.) Yoga Sasmita Nugraha* ), Titin Sumarni dan Roedy Sulistyono Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya Jl. Veteran, Malang 65145 Jawa Timur, Indonesia *) Email: Suporter1928@yahoo.com ABSTRAK Dalam siklus hidupnya, kedelai tergolong pada tanaman yang tidak tahan kekeringan dan kelebihan air. Kekurangan air akan menurunkan hasil, sedangkan pengairan berlebihan dalam ketersediaan air terbatas disamping menurunkan pertumbuhan juga mengurangi hasil. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui interval waktu dan tingkat pemberian air yang tepat bagi pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai (Glycine max (L) Merril). Penelitian dilaksanakan pada bulan April Juli 2013, di rumah plastik Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, Desa Jatikerto Kecamatan Kromengan Kabupaten Malang. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih kedelai varietas dering dan introduksi. Penelitian disusun dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK). Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan 0-75 sesuai kapasitas lapang (A0) memiliki pertumbuhan (Tinggi Tanaman, Saat Muncul Bunga, Jumlah Bunga, Jumlah Daun, Luas Daun, Bobot Kering Total Tanaman, dan Laju Pertumbuhan Relatif) dan hasil (Jumlah Polong, Bobot Polong dan Jumlah Biji) paling baik dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Interval waktu dan tingkat pemberian air memberikan pengaruh adanya interaksi terhadap variabel tinggi tanaman, jumlah daun, luas daun dan bobot kering total tanaman. Pemberian air pada perlakuan 0-40 hari sesuai kapasitas lapang; diberi air 1 minggu sekali sampai panen (A3) menghasilkan bobot polong per tanaman, jumlah polong per tanaman dan jumlah biji per tanaman masing masing 81%, 70,35% dan 72,38% dari perlakuan kontrol. Kata kunci : kedelai varietas dering, kekurangan air, kapasitas lapang, dan pemberian air. ABSTRACT Soybean is not drought resistant plants in their life cycle and the excess water. Water shortage will lower the yield while excessive irrigation water availability is limited in addition to lowering growth also reduce yield. This research aims to determine the time interval and appropriate level provision of water to the growth and yield of soybean ( Glycine max ( L ) Merrill ). The research was conducted in April-July, 2013, at the Garden Experiments greenhouse Brawijaya University, Faculty of Agriculture, Rural Jatikerto Kromengan District of Malang. The materials used in this research are the seeds of soybean dering varieties and introductions. The research compiled by using randomized block design (RBD). The research show that 0-75 appropriate treatment field capacity (A0) has growth (High Crop, Flower Appear, Total Flower, Number of Leaves, Leaf Area, Total Dry Weight and Relative Growth Rate) and the results (Number of Pods, Pods Weight and Number of Seeds) are best compared with other treatments. The time interval and the level of water provision influence to the interaction of the variables plant height, number of leaves, leaf area, and total dry weight. Giving of water at 0-40 day treatment appropriate field capacity given water once a week until harvest (A3) produces pods per plant, weight of pods per plant and number of seeds per plant each 81%, 70,35% and 72.38% of the control treatment.

553 Nugraha, dkk, Pengaruh Interval Waktu... Key words : Dering soybean varieties, water shortage, field capacity and provision of water. PENDAHULUAN Tanaman kedelai (Glycine max (L) Merril) merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak dan telah dibudidayakan oleh manusia sejak 2500 SM. Kedelai dapat dimanfaatkan untuk memenhi kebutuhan pangan manusia, pakan ternak dan bahan mentah industri. Tanaman kedelai umumnya ditanam pada musim marengan yaitu suatu peralihan musim penghujan ke musim kemarau. Kedelai tergolong pada tanaman yang tidak tahan kekeringan dan kelebihan air. Pemanasan global yang menyebabkan peningkatan intensitas kekeringan yang ekstrim, turut meningkatkan resiko gagal panen. Alternatifnya dengan menggunakan varietas kedelai yang tahan akan kekeringan yaitu dengan menggunakan kedelai varietas dering 1, varietas ini merupakan varietas pertama di Indonesia yang berkarakteristik utama toleran kekeringan selama fase reproduktif. Keunggulan Dering 1 ialah memiliki potensi hasil tinggi hingga 2,8 ton/ha dan toleran kekeringan hingga kandungan air 30% dari air tersedia. Pada saat perkecambahan, faktor air menjadi sangat penting karena akan berpengaruh pada proses pertumbuhan. Kebutuhan air akan bertambah seiring dengan bertambahnya umur tanaman. Kebutunan air paling tinggi terjadi pada saat masa berbunga dan pengisian polong. Untuk mencegah terjadiya kekeringan pada tanaman kedelai, khususnya pada stadia berbunga dan pembentukan polong, dilakukan dengan waktu tanam yang tepat, yaitu saat kelembaban tanah sudah memadai untuk perkecambahan. Air merupakan salah satu komponen fisik yang sangat penting dan diperlukan dalam jumlah banyak untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Air juga berfungsi sebagai stabilisator suhu tanaman (Suhartono, 2008). Sekitar 85-90% dari bobot segar sel dan jaringan tanaman tinggi ada pada air. Kekurangan air pada jaringan tanaman dapat menurunkan turgor sel, meningkatkan konsentrasi makro molekul serta mempengaruhi membran sel dan potensi aktivitas kimia air dalam tanaman (Mubiyanto, 1997). Mengingat pentingnya peran air, maka untuk tanaman yang mengalami kekurangan air dapat berakibat pada terganggunya proses metabolisme tanaman, yang akhirnya berpengaruh pada laju perumbuhan dan perkembangan tanaman. Harnowo (1993) berpendapat bahwa cekaman kekurangan air dapat menghambat aktivitas fotosintesis dan distribusi asimilat ke dalam organ reproduktif. Pemberian air yang berbeda akan menimbulkan respon tanaman yang berbeda pula. BAHAN DAN METODE Penelitian dilaksanakan pada bulan April Juli 2013. Lokasi penelitian berada di rumah plastik Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, Desa Jatikerto Kecamatan Kromengan, Kabupaten Malang dengan rata rata suhu udara bekisar antara 22,2 ºC 24,5 ºC dan ketinggian tempat ± 220 400 mdpl. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih kedelai varietas dering, pestisida ripcord, pestisida decist, pestisida curacron, fungisida antracol, pupuk N berupa urea (46% N), pupuk P yang berupa SP-36 (36% P 2 O 5 ), pupuk K yang berupa KCI (60% K 2 O) dan furadan. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul, meteran, tali rafia, tibangan analitik, balpoin, gelas ukur, timba plastik, kamera, cetok, selang air, penggaris, polibag ukuran 30x30 cm, oven dan Leaf Area Meter (LAM). Penelitian disusun dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK). Perlakuan yang diberikan ialah interval permberian air yang dihitung berdasarkan total kebutuhan air tanaman. Adapun perlakuannya sebagai berikut: A0 = 0-75 hari atau sampai panen diberi air sesuai kapasitas lapang A1 = 0-60 hari diberi air sesuai kapasitas lapang, kemudian diberi air lagi 1 minggu sekali sesuai kapasitas lapang sampai panen

554 Jurnal Produksi Tanaman, Volume 2, Nomor 7, November 2014, hlm. 552-559 A2 = 0-40 hari diberi air sesuai kapasitas lapang, kemudian diberi air lagi 2 minggu sekali sesuai kapasitas lapang sampai panen. A3 = 0-40 hari diberi air sesuai kapasitas lapang, kemudian diberi air lagi 1 minggu sekali sesuai kapasitas lapang sampai panen. A4 = 0-20 hari diberi air sesuai kapasitas lapang, kemudian diberi air lagi 2 minggu sekali sesuai kapasitas lapang sampai panen. A5 = 0-20 hari diberi air sesuai kapasitas lapang, kemudian diberi air lagi 1 minggu sekali kapasitas lapang sampai panen. Pengamatan pertumbuhan yang dilakukan destruktif dan non destruktif sedangkan pengamatan hasil dilakukan dengan pengamatan panen. Pengamatan destruktif dilakukan pada saat tanaman berumur 14, 28, 42, 56 dan 70 hst yang meliputi pengamatan pertumbuhan dan hasil dengan mengambil 3 tanaman contoh untuk setiap kombinasi perlakuan. Pengamatan non destruktif dilakukan mulai tanaman berumur 14 hst dengan interval waktu 7 hari sekali. Pengamatan non destruktif meliputi tinggi tanaman, jumlah bunga, dan jumlah daun. Pengamatan destrukitf meliputi luas daun dan bobot kering total tanaman. Sedangkan pengamatan hasil meliputi jumlah polong pertanaman, bobot polong per tanaman dan jumlah biji per tanaman. Data pengamatan yang diperoleh dianalisa dengan menggunakan analisa ragam (uji F) pada taraf 5%. Jika ada perbedaan nyata akan diuji lanjut dengan BNT 5%. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengamatan terhadap rata rata tinggi tanaman kedelai ditunjukkan pada tabel 1. Pada Tabel 1 terlihat bahwa pada umur 14 35 HST perlakuan interval waktu dan tingkat pemberian air pada pengamatan tinggi tanaman belum memberikan hasil yang nyata. Barulah pada umur pengamatan 42 HST perlakuan A0 memiliki nilai nyata lebih tinggi bila dibandingkan dengan perlakuan A2, A3, A4 dan A5, namun tidak berbeda nyata dengan perlakuan A1. Pada umur 49 HST A0 memiliki tinggi tanaman nyata lebih tinggi dari perlakuan lain dan memiliki nilai nyata lebih diperoleh perlakuan A4. Pada umur 56 HST A1 mempunyai nilai lebih tinggi dari perlakuan lainnya dan A4 memiliki nilai nyata lebih pendek dari perlakuan lain. Sedangkan pada umur 63 HST perlakuan A4 mempunyai rata rata tinggi tanaman yang lebih pendek bila dibandingkan dengan perlakuan lain. Pemberian air pada perlakuan A1 mulai menurunkan tinggi tanaman sebesar 0,8%, pada perlkuan A2 menurunkan tinggi tanaman sebesar 7%, pada perlakuan A3 menurunkan tinggi tanaman sebesar 5,8%, pada perlakuan A4 menurunkan tinggi tanaman sebesar 19,2% dan pada perlakuan A5 menurunkan tinggi tanaman sebesar 9,2% dari perlakuan A0 Pada Tabel 2 menunjukkan bahwapada perlakuan interval waktu dan tingkat pemberian air pada umur 14 28 HST masih belum memberikan pengaruh nyata pada pengamatan jumlah daun. Pada pengamatan umur pengamatan 35 dan 42 HST perlakuan A0 mempunyai rata rata jumlah daun yang lebih banyak dibandingkan dengan perlakuan A3, A4 dan A5 namun tidak berbeda nyata dengan perlakuan A1, A2 dan A3. Demikian pula dengan pengamatan 49 dan 56 HST perlakuan A0 mempunyai rata rata jumlah daun yang lebih banyak bila dibandingkan dengan perlakuan A4 dan A5 namun tidak berbeda nyata dengan perlakuan A1, A2 dan A3. Sedangkan pada pengamatan 63 HST perlakuan A4 dan A5 mempunyai rata rata jumlah daun yang lebih sedikit bila dibandingkan dengan perlakuan yang lain. Pemberin air pada perlakuan A1 mulai menurunkan jumlah daun sebesar 3%, pada perlakuan A2 menurunkan jumlah daun sebesar 6%, pada perlakuan A3 menurunkan jumlah daun sebesar 9,4%, pada perlakuan A4 menurunkan jumlah daun sebesar 21,3% dan pada perlakuan A5 menurunkan 24% dari perlakuan A0.

555 Nugraha, dkk, Pengaruh Interval Waktu... Tabel 1 Rata rata Tinggi Tanaman Pada Berbagai Umur Pengamatan Akibat Perlakuan Interval Waktu dan Tingkat Pemberian Air Tinggi Tanaman Pada Umur (HST) Perlakuan 14 21 28 35 42 49 56 63 A0 (0-75; sesuai KL) 19,0 32,3 40,7 52,4 59,3 c 64,2 b 67,4 bc 72,4 b A1 (0-60; 1 minggu) 18,8 34,3 40,7 50,1 56,2 bc 63,7 b 68,9 c 71,9 b A2 (0-40; 2 minggu) 19,4 35,5 39,7 47,3 54,0 ab 57,2 a 61,8 ab 67,4 b A3 (0-40; 1 minggu) 19,0 32,9 37,2 47,8 53,8 ab 61,5 ab 64,3 bc 68,2 b A4 (0-20; 2 minggu) 19,6 30,5 38,9 47,1 49,5 a 55,8 a 56,6 a 58,5 a A5 (0-20; 1 minggu) 19,1 33,6 38,8 46,4 50,8 a 61,4 ab 63,0 abc 65,7 b BNT 5% tn tn tn tn 4,7 5,9 6,7 6,7 Tabel 2 Rata rata Jumlah Daun Tanaman Kedelai Berbagai Umur Pengamatan Akibat Perlakuan Interval Waktu dan Tingkat Pemberian Air Jumlah Daun Pada Umur (HST) Perlakuan 14 21 28 35 42 49 56 63 A0 (0-75; sesuai KL) 5,3 6,1 7,1 10,2 b 12,0 c 14,9 b 23,8 c 24,2 b A1 (0-60; 1 minggu) 5,3 5,9 7,3 9,4 ab 10,8 bc 14,1 ab 22,3 c 23,5 b A2 (0-40; 2 minggu) 5,1 6,0 6,8 9,5 ab 10,9 bc 14,8 b 21,3 bc 22,7 b A3 (0-40; 1 minggu) 5,0 5,3 6,4 8,5 a 9,9 ab 13,7 ab 20,4 bc 21,9 b A4 (0-20; 2 minggu) 5,2 5,9 6,9 8,3 a 9,8 ab 12,3 a 17,5 ab 19,0 a A5 (0-20; 1 minggu) 5,0 6,0 6,8 8,4 a 9,0 a 12,2 a 15,2 a 18,4 a BNT 5% tn tn tn 1,2 1,5 2,0 3,9 2,6 Tabel 3 Rata rata Luas Daun Pada Tanaman Kedelai Akibat Perlakuan Interval Waktu dan Tingkat Pemberian Air Perlakuan Luas Daun (Cm 2 ) 14 HST 28 HST 42 HST 56 HST 70 HST A0 (0-75; sesuai KL) 57,2 445,6 2457,5 bc 3137,0 d 3310,5 c A1 (0-60 HST; 1 minggu) 55,4 427,0 2359,6 ab 2716,7 c 3181,1 c A2 (0-40 HST; 2 minggu) 57,0 423,0 2626,6 bc 2551,2 bc 2563,0 b A3 (0-40 HST; 1 minggu) 56,7 427,0 2723,4 c 2528,2 bc 2632,3 b A4 (0-20 HST; 2 minggu) 55,4 386,9 2078,9 a 2193,4 a 1921,2 a A5 (0-20 HST; 1 minggu) 57,0 410,9 2335,3 ab 2355,9 ab 2070,1 a BNT 5% tn tn 334,2 323,2 362,1

556 Jurnal Produksi Tanaman, Volume 2, Nomor 7, November 2014, hlm. 552-559 Tabel 4 Rata rata Jumlah Bunga Tanaman Kedelai Akibat Perlakuan Interval Waktu dan Tingkat Pemberian Air Perlakuan Jumlah Bunga Pada Umur (HST) 35 42 49 56 A0 (0-75 HST; sesuai KL) 5,1 28,8 51,2 ab 65,1 b A1 (0-60 HST; 1 minggu) 4,2 32,0 55,5 b 68,5 b A2 (0-40 HST; 2 minggu) 4,9 27,5 47,4 ab 53,4 a A3 (0-40 HST; 1 minggu) 3,6 24,6 44,3 a 50,9 a A4 (0-20 HST; 2 minggu) 4,8 27,7 42,0 a 46,6 a A5 (0-20 HST; 1 minggu) 2,2 26,9 42,3 a 48,8 a BNT 5% tn tn 9,4 8,3 Tabel 5 Rata-rata Jumlah Polong, Bobot Polong dan Jumlah Biji per tanaman Kedelai Pada Berbagai Umur Pengamatan Akibat Perlakuan Interval Waktu dan Tingkat Pemberian Perlakuan Jumlah polong (polong/tan) Bobot polong (g) A0 (0-75 HST; sesuai KL) 134,34 d 43,62 d 273,00 f A1 (0-60 HST; 1 minggu) 124,96 d 41,42 d 250,59 e A2 (0-40 HST; 2 minggu) 76,67 b 29,65 b 162,71 c A3 (0-40 HST; 1 minggu) 94,50 c 35,33 c 197,59 d A4 (0-20 HST; 2 minggu) 43,09 a 18,03 a 104,63 a A5 (0-20 HST; 1 minggu) 48,54 a 18,67 a 124,83 b BNT 5% 14,37 4,37 19,82 Jumlah biji (biji/tan) Tabel 3 menunjukkan bahwa umur 14 HST dan 28 HST perlakuan interval waktu dan tingkat pemberian air belum memberikan pengaruh yang nyata pada pengamatan luas daun. Pada umur pengamatan 42 HST dan 56 HST perlakuan A4 mempunyai rata rata luas daun yang lebih sempit bila dibandingkan dengan perlakuan yang lain. Pada tabel 4 menunjukkan bahwa pada umur pengamatan 35 dan 42 HST perlakuan interval waktu dan tingkat pemberian air belum menunjukkan perbedaan nyata terhadap pengamatan jumlah bunga. pada 49 HST perlakuan A3, A4 dan A5 mempunyai rata rata jumlah bunga yang lebih sedikit bila dibandingkan dengan perlakuan lain. Pada pengamatan jumlah bunga perlakuan A1 mempunyai jumlah bunga lebih banyak dari perlakuan lainnya yaitu sebesar 55,5 dan nilai terendah ada pada perlakuan A4 yang mempunyai jumlah bunga sebesar 42,0. Sedangkan pada umur 56 HST perlakuan A1 memiliki jumlah bunga yang meningkat lebih banyak daripada perlakuan A2, A3, A4 dan A5 secara nyata, tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan A0. Jumlah bunga yang ada pada perlakuan A1 yaitu sebesar 68,5 dan nilai terendah tetap ada pada perlakuan A4 yaitu 46,6. Tabel 5 menunjukkan bahwa variabel jumlah polong per tanaman, perlakuan A4 dan A5 menunjukkan rata rata jumlah polong yang lebih sedikit dibandingkan dengan perlakuan lain. Dan pada perlakuan A0 dan A1 menunjukkan jumlah polong yang lebih banyak dari perlakuan lain. pemberian air pada perlakuan A1 mulai menurunkan jumlah polong sebesar 7%. Pada perlakuan A2 menurunkan jumlah polong sebesar 43%. Pada perlakuan A3 menurunkan jumlah polong sebesar 29,6%. Pada perlakuan A4 menurunkan jumlah polong sebesar 68% dan pada perlakuan

557 Nugraha, dkk, Pengaruh Interval Waktu... A5 menurunkan jumlah polong sebesar 64%. Kemudian pada variabel bobot polong per tanaman A0 memiliki rata rata bobot yang lebih besar dibandingkan dengan perlakuan A2, A3, A4 dan A5 namun tidak berbeda nyata dengan perlakuan A1. Pada perlakuan A4 dan A5 masih menjadi yang terendah dalam pengamatan bobot polong. Sedangkan pada variabel jumlah biji per tanaman, perlakuan A4 menunjukkan jumlah biji yang lebih sedikit bila dibandigkan dengan perlakuan lain. Dan perlakuan tertinggi ada pada perlakuan A0. Pemberian air pada perlakuan A1 mulai menurunkan jumlah biji 8,3%. Pada perlakuan A2 menurunkan jumlah biji sebesar 40,4%. Pada perlakuan A3 menurunkan jumlah biji sebesar 27,6%. Pada perlakuan A4 menurunkan jumlah biji sebesar 61% dan pada perlakuan A5 menurunkan jumlah biji sebesar 53,4%. Tingkat yang paling sensitif terhadap kekurangan air ialah tingkat akhir perkembangan polong dan pertengahan pengisian biji (Nurhayati, 2009). Berdasarkan hasil analisis data secara statistik diketahui bahwa perlakuan interval waktu dan tingkat pemberian air pada tanaman kedelai memberikan pengaruh adanya interaksi terhadap variabel tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah bunga, luas daun, jumlah biji per tanaman, jumlah polong per tanaman dan bobot polong per tanaman. Pada pengamatan tinggi tanaman dapat dilihat bahwa tanaman kedelai yang mendapatkan air sesuai dengan kebutuhan air tanaman yaitu perlakuan 0-75 hari sesuai kapasitas lapang (A0) mempunyai tinggi tanaman yang lebih tinggi dari perlakuan lain yang mendapatkan air dibawah kebutuhan normal atau dalam kondisi kekurangan air (Tabel 1). Ariffin (2002) mengemukakan bahwa tanaman yang kekurangan air akan memicu pembentukan hormon penghambat asam absisat dan penghambat hormon perangsang pertumbuhan. Kondisi kekurangan air juga mengurangi ketersediaan hara bagi tanaman karena jumlah air dalam tanah akan memperngaruhi konsentrasi hara dalam larutan tanah dan laju pergerakan hara ke akar melalui difusi dan transpor massa (Harjadi dan Yahya, 1988). Pada variabel pengamatan jumlah daun, kombinasi perlakuan 0-75 hari sesuai kapasitas lapang (A0) menghasilkan jumlah daun lebih banyak dibandingkan perlakuan lainnya. Hal ini sebagai akibat dari cukupnya tingkat ketersediaan air bagi tanaman. Hal ini sebagai akibat dari cukupnya tingkat ketersediaan air bagi tanaman. Bagi tanaman air berfungsi sebagai pelarut, yaitu untuk melarutkan unsur unsur hara yang diberikan maupun yang tersedian di dalam tanah, yang selanjutnya digunakan untuk proses fotosintesis. Dengan cukupnya ketersediaan hara, maka fotosintesis berlangsung dengan baik dan fotosintat yang dihasilkan juga banyak dan diantara fotosintat tersebut selanjutnya digunakan untuk pembentukan daun. Namun banyaknya jumlah daun ini tidak disertai dengan meningkatnya luas daun hal ini diduga sebagai akibat dari fokus pertumbuhan tanaman yang mengarah ke jumlah daun. Lebih lanjut Ritche dalam Mapegau (2006) menyatakan bahwa proses yang sensitif bisa terjadi sebagai dampak dari kekurangan air ialah pembelahan sel. Hal ini dapat diartikan bahwa pertumbuhan tanaman sengat peka terhadap defisit (cekaman) air karena dapat menghentikan pembelahan sel dan mengakibatkan tanaman lebih kecil. Penelitian sebelumnya oleh Minor dalam Mapegau (2006), bahwa pengaruh cekaman kekurangan air pada pertumbuhan tanaman dicerminkan oleh daun daun yang lebih kecil. Pada pengamatan jumlah bunga dapat dilihat bahwa pengamatan 35 42 HST belum memberikan pengaruh nyata pada pertumbuhan tanaman kedelai. Pada pengamatan 49 HST perlakuan A3, A4 dan A5 mempunyai jumlah bunga yang lebih sedikit dibandingkan dengan perlakuan lain. Sedangkan pada pengamatan 56 HST perlakuan A1 mempunyai jumlah bunga yang lebih banyak dari perlakuan A2, A3, A4 dan A5 namun tidak berbeda nyata dengan perlakuan A0. Hal ini disebabkan karena cekaman kekeringan atau kekurangan air menjelang pembungaan mempengaruhi sistem reproduksi dengan meningkatnya sterilitas bunga, kemudian

558 Jurnal Produksi Tanaman, Volume 2, Nomor 7, November 2014, hlm. 552-559 pembungaan dan pembuahan akan gagal bila kekurangan air berlangsung lama (Jumin, 1988). Penelitian Suyamto dan Adisarwanto (1999) juga menyatakan bahwa cekaman kekurangan air pada saat proses pembentukan bunga tanaman kedelai akan mengurangi jumlah bunga yang terbentuk sehingga jumlah polong juga akan berkurang secara nyata. Pada variabel jumlah polong menunjukkan bahwa air memberikan pengaruh yang nyata terhadap jumlah polong per tanaman. Perlakuan A4 dan A5 mempunyai jumlah polong lebih sedikit dari perlakuan lain (Tabel 5). Perbedaan hasil ini disebabkan tanaman kekurangan air pada masa pertumbuhan vegetatif maupun perkembangan generatif seperti pengisian polong. Hal ini sejalan dengan pernyataan Somaatmadja (1985), bahwa terjadi kekurangan air pada masa pembentukan bunga, pembentukan dan pengisian polong akan menyebabkan sedikit biji yang terbentuk, biji yang dihasilkan kecil kecil sehingga bobot dari biji berkurang. Pada bobot polong menunjukkan bahwa semakin menurunnya tingkat pemberian air, semakin turun pula jumlah dan bobot polong. Hal ini disamping karena tanaman kekurangan air sehingga menghambat proses fotosintesis, juga diduga hal ini terkait dengan serapan kalium yang berlebih. Serapan kalium yang berlebih berdampak pada kurangnya serapan tanaman terhadap unsur hara lain seperti magnesium (Kresge, 1988). Hasil tertinggi yang diperoleh pada variabel pengamatan jumlah biji tersebut dikarenakan jumlah air yang normal/tercukupi, kebutuhan air yang tercukupi akan membuat tanaman tumbuh maksimal. Gardner et al. (1991), mengemukakan bahwa kekurangan air selama periode pengisian mengurangi hasil biji karena terjadinya penurunan laju fotosintesis. KESIMPULAN Pemberian air pada perlakuan 0-40 hari sesuai kapasitas lapang; diberi air 1 minggu sekali sampai panen (A3) menghasilkan jumlah polong per tanaman, bobot polong per tanaman dan jumlah biji per tanaman masing masing 81%, 70,35% dan 72,38% dari perlakuan A0. Pemberian air pada perlakuan 0-75 hari sesuai kapasitas lapang (A0) memberikan rerata tertinggi terhadap jumlah polong per tanaman, bobot polong per tanaman dan jumlah biji per tanaman yaitu 134,34 polong/tan, 43,62 g/tan dan 273,00 biji/tan, namun hasilnya dapat ditoleransi dengan perlakuan 0-60 HST; 1 minggu (A1) yang hampir mendekati hasilnya yaitu 124,96 polong/tan, 41,42 g/tan dan 250,59 biji/tan. Kekurangan air menyebabkan penurunan pertumbuhan dan hasil yang sangat signifikan dan bahkan bisa menjadi penyebab kematian pada perlakuan 0-20 HST; 2 minggu (A4) menyebabkan pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai memiliki nilai terendah dibandingkan perlakuan lain. Cekaman kekurangan air pada fase vegetatif lebih memperngaruhi penurunan pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai daripada cekaman kekurangan air pada fase generatif. Kekeringan (cekaman) kekurangan air menurunkan efisiensi serapan nitrogen, pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai (Totok, 2004). DAFTAR PUSTAKA Abdul Rizal. 1997. Pengaruh Ketersediaan Air dan Macam Gulma Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kedelai. AGRIVET. Vol. 1 No. 1 p. 14. Ariffin. 2002. Cekaman Air dan Kehidupan Tanaman. Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. Malang. hal. 1-12. Benjamin, J. G. 2006. Water Deficit Effects on Root Distribution of Soybean, Field pea and Chickpea. Journal Field Crops Research 248-253. Gardner, F. Pearce, dan R. Mitchell, R. L. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. UI press. Jakarta. hal. 215-218. Gardner, F. B., R. B.Pearce and R. L. Mitchel. 1985. Physiology of Crop Plants, Iowa State University Press, pp. 327. Gibson, James. Paul. Nelson. 2001. Identifying Nutrient Deficiencies of Bedding Plants. North Carolina University. USA. p. 233-241.

559 Nugraha, dkk, Pengaruh Interval Waktu... Hamim. 1996. Beberapa Karakteristik Morfologi dan Fisiologi Kedelai Toleran dan Peka Terhadap Cekaman Kekeringan. Jurnal Hayati. Vol. 3 (1): 30-34. Hapsoh. 2005. Hasil Beberapa Genotip Kedelai yang Diinokulasi MVA pada Berbagai Tingkat Cekaman Kekeringan Tanah Ultisol. Jurnal ilmiah Pertanian KULTURA. Vol. 40 (2). Harnowo, D. 1993. Respon Tanaman Kedelai Terhadap Pemupukan Kalum dan Cekaman Kekeringan Pada Fase Reroduktif. IPB. Bogor. hal. 27. Kirda, C. et al. 1999. Crop Yield Response to Deficit irrigation. Kluwer Academi Publisher, Dordrecht, the Netherlands. 21-38. Mapegau. 2006. Pengaruh Cekaman Air Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kedelai. Jurnal Ilmiah Pertanian Kultura. Vol. 41 (1): 43-48 Mubiyanto, B. M. 1997. Tanggapan Tanaman Kopi Terhadap Cekaman Air. Warta Puslit Kopi dan Kakao 13. Hortikultura. (2): 83-95. Nerty Soverda. 2007. Pengaruh Berbagai Kadar Air Tanah Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kedelai yang Diberi Mikoriza Vesikular Arbuskular. Jurnal Agronomi. Vol. 11 no. 2. Nurhayati. 2009. Pengaruh Cekaman Air Pada Dua Jenis Tanah Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kedelai (Glycine max (L.) Merril). Jurnal Floratek. 4: 55-64. Raden Ahmad. 2007. The Effect of Water Deficit in Typical Soil Types on the Yield and Water Requirement of Soybean (Glycine max (L.) Merr.) in Indonesia. Journal of JARQ. Vol. 41 (1): 47-52. Rukmana, R. dan Yuniarsih. 1996. Produktifitas Tanaman Kedelai dan Jagung Pada Lingkungan Tumpang Sari Di Lahan Tegal. Jurnal Penelitian Palawija. Balai Penelitian Tanaman Pangan Malang. Vol. 4 (2): 153. Sitompul, S. M. Dan B. Guritno. 1995. Analisa Pertumbuhan Tanaman. UGM Press. Jogjakarta. hal. 179-191. Soheil Kobraee. 2011. Soybean Production Under Water Deficit Conditions. Journal Annals of Biological Research. Vol. 2 (2): 423-434. Somaatmadja, S. 1985. Kedelai Puslitbangtan. Bogor, hal. 73-86 Sugito, Y. 1999. Ekologi Tanaman: Pengaruh Faktor Lingkungan Terhadap Pertumbuhan Tanaman dan Beberapa Aspeknya. FPUB. Malang. hal. 16. Suhartono. 2008. Pengaruh Interval Pemberian Air Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kedelai (Glycine max (L) Merril) Pada Berbagai Jenis Tanah. Jurnal Embryo. Vol, 5 (1). Syekhfani. 2003. Hara Dalam Kehidupan Tanaan (hara, air tanah dan tanaman). FPUB. Malang. hal. 16 Totok Agung. 2004. Analisis Efisiensi Serapan N, Perumbuhan dan Hasil Beberapa Kultivar Kedelai Unggul Baru dengan Cekaman Kekeringan dan Pemberian Pupuk Hayati. Jurnal Agrosains. Vol. 6 (2): 70-74 Wells, R., W. B. Burton and T. C. Kilen. 1993. Soybean Growth and Light Interception: Response to Differing Leaf and Stem Morphology. Crop Science (33) 520-524. Zen, I., M. Kamal, M. S. Hadi dan E. Pramono. 1993. Tanggapan Beberapa Varietas Kedelai (Glycine max (L.) Merr) Terhadap Jumlah Pemberian air. Jurnal Penelitian Pengembangan Wilayah Kering (12): 56-61.