BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT

dokumen-dokumen yang mirip
LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 106 TAHUN : 2010 SERI : E PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA SELATAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PENGENDALIAN PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 06 TAHUN 2009 TENTANG PENGENDALIAN PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 6 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015 NOMOR 13 PERATURAN BUPATI MAGELANG NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 10 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA DAERAH KOTA CIREBON

BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PENGENDALIAN PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

WALIKOTA TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA KOTA YOGYAKARTA NOMOR 57 TAHUN 2010

MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUASIN TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 63 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 55 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 76 TAHUN 2009 TENTANG PELAKSANAAN PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 40 TAHUN 2015

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 31 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI KARO PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI KARO NOMOR 23 TAHUN 2015 TENTANG IZIN PENYIMPANAN SEMENTARA LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK NO. 09 TH. 2010

BUPATI BANGKA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

- 1 - PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNG MAS NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR TAHUN 2015 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 27 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 673 TAHUN 2011 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

BUPATI BANTUL KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 151 TAHUN 2011 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 128 TAHUN : 2011 SERI : E PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 7 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI BANGKA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 7 TAHUN 2010

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 1999 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 07 TAHUN 2009 TENTANG PENGENDALIAN PEMBUANGAN AIR LIMBAH KE AIR ATAU SUMBER AIR

BUPATI BANGKA BARAT PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 35 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 67 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BANTUL PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 339 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASER NOMOR 12 TAHUN 2009

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 1999 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 42 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 300 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 299 TAHUN 2016 TENTANG

2014, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Bahan Berbahaya dan Beracun yang selanjutnya disin

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 247 TAHUN 2016 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 21 TAHUN 2015 SERI E.16

BUPATI JOMBANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 23 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DI JAWA BARAT

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PERIZINAN PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 101 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 101 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR : 7 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DI KABUPATEN TASIKMALAYA

BUPATI KUDUS. PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR : 1 Tahun TENTANG IZIN PENYIMPANAN SEMENTARA DAN/ ATAU PENGUMPULAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 49 TAHUN 2015 TENTANG IZIN LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG IZIN LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 107 TAHUN 2016 TENTANG

TENTANG. kelestariannya sehingga tetap mampu menunjang pelaksanaan pembangunan yang berkelanjutan; bahwa dengan semakin meningkatnya

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 245 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1994 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 20 TAHUN 2012 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BLITAR TAHUN 2015 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG IZIN LINGKUNGAN

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

BERITA DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2017 NOMOR : 27

BUPATI PENAJAM PASER UTARA

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 21 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

WALIKOTA PROBOLINGGO

FORMULIR PERMOHONAN IZIN PENGUMPULAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN A. Cara Penyampaian Dokumen Permohonan 1. Pemohon izin harus menyampaikan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 1995 TENTANG PERUBAHAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 19 TAHUN 1994 TENTANG

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

PEMERINTAH KABUPATEN BUNGO

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 26 TAHUN 2010 TENTANG TATA LAKSANA PERIZINAN PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KERINCI TAHUN 2008 NOMOR 7 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KERINCI NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG

Form K. 16 FORMULIR PERMOHONAN IZIN PENYIMPANAN DAN/ATAU PENGUMPULAN LIMBAH B3

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT

6. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Re

BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

WALIKOTA JAMBI PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENGENDALIAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

BUPATI LINGGA PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN LINGGA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH

FORMULIR PERMOHONAN IZIN PENGUMPULAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

BUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI LUWU UTARA NOMOR 48 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG IZIN LINGKUNGAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN AIR PERMUKAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2012 SERI E.3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

BUPATI PASURUAN PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG IZIN PEMBUANGAN AIR LIMBAH BUPATI SLEMAN,

PEMERINTAH KABUPATEN MOJOKERTO

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 26 TAHUN 2008

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PERIZINAN PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

Transkripsi:

BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT PERATURAN BUPATI KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 31 TAHUN 2012 TENTANG IZIN PENYIMPANAN DAN PENGUMPULAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (B3) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota terdapat sebagian kewenangan dalam pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun yang diserahkan menjadi kewenangan Kabupaten/Kota; b. bahwa dengan timbul nya limbah bahan berbahaya dan beracun dapat menyebabkan gangguan terhadap masyarakat dan lingkungan; c. bahwa untuk kelancaran pemberian izin penyimpanan dan izin pengumpulan limbah bahan berbahaya dan beracun perlu diterbitkan mekanisme atau tata cara pemberian izin penyimpanan dan izin pengumpulan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3); d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu membentuk Peraturan Bupati tentang Izin Penyimpanan dan Izin Pengumpulan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3); Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 12 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah otonom Kabupaten di Provinsi Sumatera Tengah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1956 Nomor 25) sebagaimana telah diubah dengan

Undang-undang Nomor 7 Tahun 1965 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II Sarolangun Bangko dan Daerah Tingkat II Tanjung Jabung (Lembaran Negara Tahun 1965 Nomor 50, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2755) ; 2. Undang-Undang Nomor 54 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten Sarolangun, Kabupaten Tebo, Kabupaten Muaro Jambi dan Kabupaten Tanjung Jabung Timur (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3903) sebagaimana telah diubah dengan Undang Undang Nomor 14 Tahun 2000 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 81, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3969) ; 3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah dua kali terakhir dengan Undang Undang Nomor 12 Tahun 2008 ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844 ); 4. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 61, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4846); 5. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5038); 6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059); 7. Undang-Undang nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 36, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3258); 9. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999 tentang Pengelolaan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 31, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3815) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 85 Tahun 1999 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 190, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3910); 10. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3838); 11. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 12. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5285); 13. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 02 Tahun 2008 tentang Pemanfaatan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun; 14. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 18 Tahun 2009 tentang Tata Cara Perizinan Pengelolaan limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun; 15. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 30 Tahun 2009 tentang Tata Laksana Perizinan dan Pengawasan Pengelolaan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun serta Pengawasan

Pemulihan Akibat Pencemaran limbah Bahan Berbahaya dan Beracun oleh Pemerintah; 16. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 53 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 694); 17. Peraturan Daerah Kabupaten Tanjung Jabung Barat Nomor 15 Tahun 2008 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Tanjung Jabung Barat ( Lembaran Daerah Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2008 Nomor 15); 18. Peraturan Daerah Kabupaten Tanjung Jabung Barat Nomor 11 Tahun 2011 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang ( RPJP ) Tahun 2005 2025 Kabupaten Tanjung Jabung Barat ( Lembaran Daerah Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2011 Nomor 11 ) ; 19. Peraturan Daerah Kabupaten Tanjung Jabung Barat Nomor 12 Tahun 2011 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah ( RPJMD ) Kabupaten Tanjung Jabung Barat ( Lembaran Daerah Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2011 Nomor 12 ). MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG IZIN PENYIMPANAN DAN IZIN PENGUMPULAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (B3). BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Bupatiini yang dimaksud dengan: 1. Daerah adalah Kabupaten Tanjung Jabung Barat. 2. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan perangkat daerah yang merupakan unsur penyelenggara pemerintahan daerah. 3. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Tanjung Jabung Barat. 4. Bupati adalah Bupati Kabupaten Tanjung Jabung Barat. 5. Instansi Pengelola Lingkungan Hidup adalah Badan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Tanjung Jabung Barat. 6. Lingkungan Hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang

mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain. 7. Bahan berbahaya dan beracun, disingkat B3, adalah setiap bahan yang karena sifat atau konsentrasi, jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan atau merusakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lain. 8. Limbah B3 adalah sisa suatu usaha dan atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan atau beracun yang karena sifat dan atau konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan atau merusakan lingkungan hidup, dan atau dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lain. 9. Pengelolaan limbah B3 adalah rangkaian kegiatan yang mencakup reduksi, penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan, pemanfaatan, pengolahan dan penimbunan limbah B3. Pengelolaan limbah B3 bertujuan untuk mencegah dan menanggulangi pencemaran dan atau kerusakan lingkungan hidup yang diakibatkan oleh limbah B3 serta melakukan pemulihan kualitas lingkungan yang sudah tercemar sehingga sesuai fungsinya kembali. 10. Limbah B3 terdiri dari lumpur hasil pengolahan IPAL, abu batubara (bottom ash dan fly ash), minyak pelumas /oli bekas, kemasan bekas B3, bahan kimia kadaluarsa, buangan produk yang tidak memenuhi spesifikasi, abu incinerator, limbah PCB dan laboratorium atau kriteria lain yang ditetapkan oleh Pemerintah. 11. Penghasil limbah B3 adalah setiap orang/badan hukum yang usaha dan atau kegiatannya menghasilkan limbah B3. 12. Pengangkut limbah B3 adalah badan usaha yang melakukan kegiatan pengangkutan limbah B3. 13. Pemanfaat limbah B3 adalah badan usaha yang melakukan kegiatan pemanfaatan limbah B3. 14. Pengolah limbah B3 adalah badan usaha yang mengoperasikan sarana pengelolaan limbah B3. 15. Penimbun limbah B3 adalah badan usaha yang melakukan kegiatan penimbunan limbah B3. 16. Pengawas adalah pejabat yang bertugas di instansi yang bertanggung jawab melaksanakan pengawasan pengelolaan limbah B3. 17. Penyimpanan limbah B3 adalah kegiatan menyimpan limbah B3 yang dilakukan oleh penghasil dan atau pengumpul dan atau pemanfaat dan atau pengolah dan atau penimbun limbah B3 dengan maksud menyimpan sementara. 18. Izin penyimpanan limbah B3 adalah keputusan tata usaha negara yang berisi persetujuan permohonan untuk melakukan kegiatan penyimpanan limbah B3 yang diterbitkan oleh Bupati. 19. Tempat penyimpanan sementara limbah B3, disingkat TPS limbah B3 adalah tempat atau bangunan untuk menyimpan limbah B3 yang dilakukan oleh penghasil dan atau pengumpul dan atau pemanfaat dan atau pengolah dan atau penimbun limbah B3 dengan maksud menyimpan sementara. 20. Pengumpulan limbah B3 adalah kegiatan mengumpulkan limbah B3 dari penghasil limbah B3 dengan maksud menyimpan sementara sebelum

diserahkan kepada pemanfaat dan atau pengolah dan atau penimbun limbah B3. 21. Izin pengumpulan limbah B3 adalah keputusan tata usaha negara yang berisi persetujuan permohonan untuk melakukan kegiatan pengumpulan limbah B3 kecuali minyak pelumas /oli bekas yang diterbitkan oleh Bupati. 22. Pengangkutan limbah B3 adalah suatu kegiatan pemindahan limbah B3 dari penghasil dan atau dari pengumpul dan atau dari pemanfaat dan atau dari pengolah ke pengumpul dan atau ke pemanfaat dan atau ke pengolah dan atau ke penimbun limbah B3. 23. Pemanfaatan limbah B3 adalah suatu kegiatan penggunaan kembali (reuse) dan atau daur ulang (recycle) dan atau perolehan kembali (recovery) yang bertujuan untuk mengubah limbah B3 menjadi suatu produk yang dapat digunakan dan harus juga aman bagi lingkungan dan kesehatan manusia. 24. Pengolahan limbah B3 adalah proses untuk mengubah karakeristik dan komposisi limbah B3 untuk menghilangkan dan atau mengurangi sifat bahaya dan atau sifat racun. 25. Penimbunan limbah B3 adalah suatu kegiatan menempatkan limbah B3 pada suatu fasilitas penimbunan dengan maksud tidak membahayakan kesehatan manusia dan lingkungan hidup. 26. Pengawasan adalah upaya terpadu yang dilaksanakan oleh instansi yang berwenang yang meliputi pemantauan, pengamatan dan evaluasi terhadap sumber pencemaran. BAB II MAKSUD DAN TUJUAN Pasal 2 (1) Pengaturan izin penyimpanan dan izin pengumpulan limbah B3 di Kabupaten Tanjung Jabung Barat dimaksudkan sebagai upaya agar kegiatan pengelolaan limbah B3 di Kabupaten Tanjung Jabung Barat terkendali guna terwujudnya pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan. (2) Pengaturan izin penyimpanan dan izin pengumpulan limbah B3 di Kabupaten Tanjung Jabung Barat bertujuan untuk pengendalian dan penanggulangan pencemaran dan atau perusakan lingkungan hidup yang diakibatkan oleh limbah B3 serta melakukan pemulihan kualitas lingkungan yang sudah tercemar sehingga sesuai fungsinya kembali. BAB III WEWENANG PEMERINTAH DAERAH Pasal 3 (1) Bupati memiliki wewenang dan tanggung jawab dalam pengendalian pengelolaan limbah B3 berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. (2) Wewenang dan tanggung jawab sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi: a. izin penyimpanan limbah B3; b. izin pengumpulan limbah B3 skala kota;

c. pengawasan pelaksanaan pengelolaan limbah B3; d. pengawasan pelaksanaan pemulihan akibat pencemaran limbah B3; dan e. pembinaan. Pasal 4 (1) Wewenang dan tanggung jawab sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) secara teknis operasional dilaksanakan oleh Kepala Instansi Pengelola Lingkungan Hidup. (2) Wewenang dan tanggung jawab administrasi perizinan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) huruf a dan b dilaksanakan oleh Instansi Pengelola Lingkungan Hidup. BAB IV PENGENDALIAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN Bagian Kesatu Subjek dan Objek Pasal 5 (1) Subjek pengendalian limbah B3 adalah setiap orang/kelompok orang/badan hukum dan atau badan hukum yang menghasilkan dan melakukan kegiatan pengelolan limbah B3. (2) Objek pengendalian limbah B3 adalah kegiatan pengelolaan limbah B3 yang dihasilkan dari suatu kegiatan usaha yang meliputi penyimpanan limbah B3 dan pengumpulan limbah B3 kecuali minyak pelumas dan oli bekas. Bagian Kedua Pengelolaan Pasal 6 (1) Setiap orang/kelompok orang/badan hukum yang melakukan usaha dan atau kegiatan yang menggunakan limbah B3 dan atau menghasilkan limbah B3 wajib melakukan pengelolaan limbah B3 sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. (2) Pengelolaan limbah B3 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan sendiri oleh penghasil limbah B3 atau penghasil limbah B3 dapat menyerahkan pengelolaan limbah B3 yang dihasilkannya kepada pengelola limbah B3 yang telah memiliki izin. Pasal 7 (1) Pengelolaan limbah B3 sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Bupati ini terdiri dari penyimpanan limbah B3 dan pengumpulan limbah B3 dan hal lain sebagaimana diatur dalam Pasal 5 ayat (2). (2) Penyimpanan limbah B3 dilakukan ditempat penyimpanan yang telah sesuai dengan persyaratan. (3) Persyaratan Tempat penyimpanan limbah B3 sebagaimana dimaksud pada ayat (2), adalah sebagai berikut :

a. lokasi tempat penyimpanan yang bebas banjir, tidak rawan bencana dan di luar kawasan lindung serta sesuai dengan rencana tata ruang; dan b. rancangan bangunan disesuaikan dengan jumlah, karakteristik limbah B3 dan upaya pengendalian pencemaran lingkungan. Bagian Ketiga Pemantauan Pasal 8 (1) Setiap orang/kelompok orang/badan hukum yang melakukan kegiatan pengelolaan limbah B3 dan atau kegiatan usahanya menghasilkan limbah B3 yang sama secara terus menerus, wajib melakukan identifikasi limbah B3 sekurang-kurangnya 1 (satu) kali selama kegiatan usaha tersebut dengan menyertakan hasil analisis laboratorium. (2) Apabila terjadi perubahan kegiatan dan atau proses dan atau bahan baku yang mengakibatkan berubahnya sifat dan atau karakteristik limbah B3 yang dihasilkan, maka penghasil limbah B3 wajib melakukan pengujian kembali. (3) Pengujian limbah B3 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilaksanakan melalui laboratorium lingkungan hidup/laboraturium lingkungan yang ada di Perguruan Tinggi yang dapat melaksanakan pengujian limbah B3. (4) Hasil pengujian limbah B3 sebagaimana dimaksud pada ayat (3) wajib dilaporkan kepada Kepala Instansi Pengelola Lingkungan Hidup dan Instansi lainnya sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. (5) Kepala Instansi pengelola Lingkungan Hidup wajib menerima laporan dan mengolah laporan menjadi informasi publik. Pasal 9 (1) Setiap orang/kelompok orang/badan hukum yang karena kegiatannya menghasilkan limbah B3 wajib : a. melaksanakan pengelolaan limbah B3, termasuk reduksi limbah B3; b. memiliki sistem tanggap darurat; c. melaksanakan penanggulangan kecelakaan akibat limbah B3; dan d. melaksanakan pemulihan pencemaran akibat limbah B3. (2) Selain wajib melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), penghasil limbah B3 wajib membuat catatan tentang : a. jenis, karakteristik, jumlah dan waktu dihasilkannya limbah B3; b. jenis, karakteristik, jumlah dan waktu penyerahan limbah B3 kepada pengelola berizin; c. nama pengangkut limbah B3 yang melaksanakan pengiriman kepada d. pengumpul atau pemanfaat atau pengolah atau penimbun; dan e. neraca limbah B3. (3) Catatan sebagaimana dimaksud ayat (2) wajib dilaporkan kepada Kepala Instansi yang berwenang dan instansi lainnya sesuai peraturan perundangundangan yang berlaku sekurang-kurangnya (1) kali dalam 6 (enam) bulan.

Bagian Keempat Penyimpanan Sementara Limbah B3 Pasal 10 (1) Setiap orang/kelompok orang/badan hukum dapat melakukan kegiatan penyimpanan limbah B3 yang ditempatkan pada TPS limbah B3 untuk jangka waktu paling lama 90 (Sembilan puluh) hari sebelum menyerahkannya kepada pengangkut atau pengumpul atau pemanfaat atau pengolah atau penimbun limbah B3. (2) Apabila limbah B3 yang dihasilkan kurang dari 50 (lima puluh) kilogram perhari, penghasil limbah B3 dapat menyimpan limbah B3 yang dihasilkannya selama-lamanya 180 (seratus delapan puluh) hari sebelum menyerahkannya kepada pengangkut atau pengumpul atau pemanfaat atau pengolah atau penimbun limbah B3. Pasal 11 (1) Penyimpan Sementara limbah B3 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 dilaksanakan pada TPS limbah B3 milik sendiri atau dengan memanfaatkan TPS limbah B3 milik pihak lain melalui perjanjian kerjasama sesuai dengan peraturan berlaku yang dilaporkan kepada Instansi yang berwenang. (2) Pemilihan lokasi TPS limbah B3 sebagaimana dimaksud dalam pada ayat (1) harus mampu meminimalkan dampak yang ditimbulkan terhadap lingkungan sekitarnya. (3) Pengangkutan limbah B3 dari sumber ke TPS limbah B3 milik pihak lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dilaksanakan melalui proses pengangkutan sesuai ketentuan yang berlaku. (4) TPS limbah B3 dapat digunakan untuk menyimpan lebih dari 1 (satu) jenis dan atau karakteristik limbah B3 yang saling cocok. Bagian Kelima Pengumpulan Limbah B3 Pasal 12 (1) Kegiatan pengumpulan limbah B3 hanya diperkenankan untuk jenis limbah B3 yang dapat dimanfaatkan dan atau telah memiliki kontrak kerjasama dengan pihak pemanfaat, pengolah dan atau penimbun yang telah memiliki izin. (2) Setiap orang/kelompok orang/badan hukum dapat melakukan kegiatan pengumpulan limbah B3 untuk jangka waktu paling lama 90 (sembilan puluh) hari sebelum menyerahkannya kepada pemanfaat atau pengolah atau penimbun limbah B3. (3) Perusahaan yang kegiatan utamanya berupa pengumpulan limbah B3 wajib memiliki : a. laboratorium atau alat analisa limbah B3 yang dapat mengidentifikasi atau menguji karakteristik tingkat bahaya dan racun dari limbah B3 yang dikelola; dan b. tenaga yang terdidik di bidang analisis dan pengelolaan limbah B3.

(4) Laboratorium atau alat analisis limbah B3 sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a harus berada pada lokasi kegiatan pengumpulan limbah B3. (5) Segala akibat hukum yang diakibatkan dari kegiatan pengumpulan limbah B3 menjadi beban dan tanggung jawab pihak pengumpul. Pasal 13 (1) Pengumpulan limbah B3 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1) dan ayat (2) dilaksanakan pada tempat pengumpulan sesuai standar yang ditetapkan. (2) Pemilihan lokasi pengumpulan limbah B3 harus mampu meminimalkan dampak yang ditimbulkan terhadap lingkungan, yakni : a. letak tempat pengumpulan limbah B3 harus sesuai dengan peruntukan b. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW); c. dilengkapi dengan dokumen lingkungan sesuai ketentuan yang berlaku; d. jarak dengan sungai mengalir sepanjang tahun minimal 50 (lima puluh) meter; e. lokasi bebas dari banjir; dan f. jarak lokasi dengan fasilitas umum minimal 100 (seratus) meter. (3) Kegiatan pengumpulan limbah B3 dapat dilakukan terhadap lebih dari 1 (satu) jenis dan atau karakteristik limbah B3 yang saling cocok. Pasal 14 (1) Pengumpul limbah B3 wajib memperhatikan hal-hal sebagai berikut : a. melaksanakan pengelolaaan limbah B3; b. memiliki sistem tanggap darurat; c. melaksanakan penanggulangan kecelakaan pengelolaan limbah B3; d. melaksanakan pemulihan pencemaran akibat limbah B3; dan e. memiliki tempat penyimpanan sementara. (2) Selain wajib melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pengumpul limbah B3 wajib membuat catatan tentang : a. jenis, karakteristik, jumlah, dan waktu diterimanya limbah B3 dari penghasil limbah B3; b. jenis, karakteritik, jumlah, dan waktu penyerahan limbah B3 kepada pemanfaat dan atau pengolah dan atau penimbun limbah B3; dan c. nama pengangkut limbah B3 yang melaksanakan pengiriman kepada pemanfaat dan atau pengolah dan atau penimbun limbah B3. (3) Pengumpul wajib menyampaikan catatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sekurang-kurangnya satu (1) kali dalam enam (6) bulan kepada Kepala Instansi yang berwenang serta instansi lainnya sesuai perundangundangan yang berlaku.

BAB V PERIZINAN PENGELOLAAN LIMBAH B3 Bagian Kesatu Jenis Izin Pasal 15 (1) Setiap orang/kelompok orang/badan hukum yang melaksanakan kegiatan penyimpanan limbah B3 dan atau pengumpulan limbah B3 wajib memiliki izin. (2) Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari: a. izin penyimpanan limbah B3; dan b. izin pengumpulan limbah B3. Pasal 16 (1) Izin sebagaimana dimaksud pada Pasal 15 diterbitkan dalam bentuk Keputusan Kepala Instansi Pengelola Lingkungan Hidup. (2) Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini sekurang-kurangnya memuat : a. identitas perusahaan yang meliputi nama perusahaan, alamat, bidang usaha, nama penanggung jawab kegiatan; b. sumber limbah B3; c. jenis pengelolaan limbah B3; d. lokasi/area kegiatan pengelolaan limbah B3; e. jenis dan karakteristik limbah B3; f. kewajiban-kewajiban yang harus dilakukan pemohon izin, meliputi : 1. mematuhi jenis limbah B3 yang disimpan/dikumpulkan; 2. mengikuti persyaratan penyimpanan dan atau pengumpulan limbah B3 sesuai dengan peraturan perundang-undangan; 3. mengikuti persyaratan penyimpanan dan atau pengumpulan sesuai dengan jenis dan karakteristik limbah B3, menghindari tumpahan/ceceran dan mencatat neraca limbah B3; 4. mematuhi jangka waktu penyimpanan dan atau pengumpulan limbah B3; dan 5. menyampaikan laporan kegiatan perizinan penyimpanan dan atau pengumpulan limbah B3. g. sistem pengawasan; dan h. masa berlakunya izin. (3) Format Neraca limbah B3 sebagaimana tercantum pada lampiran I Peraturan Bupati ini. Pasal 17 Izin sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Bupati ini diberikan atas nama pemohon untuk setiap lokasi penyimpanan limbah B3 dan atau pengumpulan limbah B3.

Bagian Kedua Tata cara Memperoleh Izin Pasal 18 (1) Permohonan izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (2) disampaikan secara tertulis kepada Bupati melalui Kepala Instansi Pengelola Lingkungan Hidup, ditandatangani oleh pemohon di atas kertas bermaterai secukupnya. (2) Permohonan izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sekurangkurangnya harus dilengkapi dengan : a. photo copy Kartu Tanda Penduduk; b. photo copy Izin Mendirikan Bangunan; c. photo copy Akte pendirian perusahaan bagi badan usaha; d. photo copy Nomor Pokok Wajib Pajak; e. photo copy Izin Gangguan; f. photo copy Persetujuan Dokumen Pengelolaan Lingkungan; g. denah lokasi pengelolaan limbah B3; h. uraian tentang bahan baku dan proses kegiatan; i. uraian tentang spesifikasi alat pengolah limbah; j. uraian tentang jumlah dan karakteristik limbah B3; k. formulir isian yang disediakan; l. formulir surat pernyataan yang telah disediakan; dan m. kontrak kerjasama dengan pemanfaat/pengolah/penimbun yang telah memiliki izin (khusus untuk permohonan izin pengumpulan). (4) Format permohonan izin, formulir isian dan tata cara lainnya sebagaimana tercantum pada lampiran II Peraturan Bupati ini. Pasal 19 (1) Jangka waktu penerbitan izin selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari kerja sejak berkas permohonan diterima secara lengkap dan benar. (2) Tata cara pemrosesan penerbitan izin dilaksanakan sebagai berikut : a. selambat-lambatnya 5 (lima) hari sejak diterimanya permohonan, Kepala Instansi Perizinan meminta pertimbangan teknis dari Kepala instansi pengelola lingkungan; b. selambat-lambatnya 5 (lima) hari sejak diterimanya permohonan sebagaimana dimaksud pada huruf a, Kepala Instansi yang berwenang menugaskan tim teknis yang berada di lingkungan instansinya untuk mengadakan penelitian lapangan dengan mengikutsertakan SKPD terkait; dan c. selambat-lambatnya 4 (empat) hari sejak dilaksanakannya penelitian dan dianggap lengkap dan benar, tim teknis memberikan rekomendasi teknis kepada Kepala Instansi Pengelola Lingkungan Hidup. Pasal 20 Kepala Instansi Pengelola Lingkungan Hidup menerbitkan surat tanda terima berkas apabila dokumen permohonan izin sudah lengkap.

Pasal 21 (1) sebelum dilakukan penerbitan keputusan pemberian atau penolakan izin, terlebih dahulu dilakukan evaluasi persyaratan administrasi oleh Instansi Pengelola Lingkungan Hidup dan evaluasi teknis oleh tim teknis. (2) Tim Teknis melaksanakan penelitian lapangan melalui kegiatan sebagai berikut : a. melaksanakan evaluasi terhadap lokasi kegiatan pengelolaan limbah B3; b. melaksanakan evaluasi terhadap rancangan bangunan tempat pengelolaan limbah B3; c. melaksanakan evaluasi terhadap kelengkapan sarana pengelolaan limbah B3; d. melaksanakan evaluasi terhadap Standar Operational Procedure pengelolaan limbah B3; dan e. melaksanakan evaluasi terhadap jenis dan atau volume limbah B3. (3) Hasil penelitian sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dituangkan dalam Berita Acara Pemeriksaan yang ditandatangani oleh Tim Teknis dan unsur SKPD terkait serta pihak pemohon izin. (4) Tim teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan Bupati. Pasal 22 (1) Pemberian izin atau penolakan izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1) diberikan dalam bentuk Surat Keputusan. (2) Surat Keputusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum pada lamnpiran III Peraturan Bupati ini. Pasal 23 (1) Dalam setiap pemberian izin harus mencantumkan persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (2) huruf f yang wajib dipenuhi pemegang izin. (2) Terhadap penolakan izin harus disertai alasan - alasan yang mendasari keputusan penolakan izin. (3) Pemohon izin yang permohonannya ditolak, dapat mengajukan permohonan ulang dengan melampirkan persyaratan yang baru. Bagian Ketiga Masa Berlakunya Izin Pasal 24 (1) Izin peyimpanan limbah B3 dan atau izin pengumpulan limbah B3 diberikan jangka waktu selama 5 (lima) tahun dan akan diregistrasi ulang setiap setahun sekali. (2) Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang telah habis masa berlakunya dapat dilakukan perpanjangan izin untuk waktu yang sama. (3) Permohonan perpanjangan izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan pada Bupati melalui Kepala Instansi Pengelola Lingkungan Hidup paling lama 60 (enam puluh) hari kerja sebelum masa izin berakhir, tata cara dan prosedur perpanjangan izin dilaksanakan seperti tata cara memperoleh izin.

Pasal 25 (1) Izin dinyatakan tidak berlaku apabila: a. terjadi perubahan terhadap jenis, karakteristik, dan atau cara pengelolaan limbah B3; b. habis masa berlakunya dan pemegang izin tidak melaksanakan perpanjangan izin; c. izin dipindahtangankan atau berganti kepemilikan usaha; d. berakhirnya kegiatan atau pemegang izin tidak melaksanakan kegiatan selama 2 (dua) tahun secara berturut-turut; dan e. adanya pencabutan izin. (2) Dalam hal izin tidak berlaku sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, huruf b, huruf c dan huruf d, pemegang izin dapat mengajukan permohonan izin kembali dengan mengikuti prosedur dan tata cara perolehan izin. (3) Pencabutan izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e dilaksanakan apabila : a. pemegang izin melakukan pelanggaran terhadap ketentuan dalam izin; dan b. kegiatan pemegang izin mengakibatkan terjadinya kerusakan lingkungan hidup. Pasal 26 (1) Pencabutan izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (3) dilaksanakan oleh Bupati melalui Kepala Instansi Pengelola Lingkungan Hidup dengan mekanisme sebagai berikut : a. pemberian peringatan tertulis dahulu sebanyak 2 (dua) kali, masingmasing dengan tenggang waktu selama 14 (empat belas) hari; b. apabila peringatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a tidak diindahkan oleh pemegang izin, dilanjutkan dengan penerbitan surat pembekuan sementara izin untuk jangka waktu 6 (enam) bulan; dan c. jika pembekuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b habis jangka waktunya dan tidak ada upaya perbaikan, maka dilaksanakan pencabutan izin. (2) Pemegang izin yang izinnya telah dicabut, tidak dapat mengajukan permohonan izin kembali. Pasal 27 Pencabutan izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (1) huruf e dapat dilaksanakan tanpa melalui proses peringatan terlebih dahulu apabila: a. izin diperoleh dengan cara melawan hukum; b. adanya perubahan kebijakan pemerintah yang mengharuskan pencabutan izin; dan c. kondisi lingkungan hidup sudah tidak memungkinkan lagi untuk dilaksanakan kegiatan oleh pemegang izin.

BAB VI PEMBIAYAAN Pasal 28 (1) Segala biaya untuk memperoleh izin dan rekomendasi pengelolaan limbah B3 dibebankan kepada pemohon izin. (2) Beban biaya permohonan izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diperuntukan sebagai biaya studi kelayakan teknis untuk proses perizinan. (3) Untuk pemantauan dan pengawasan pengelolaan limbah B3 yang dilakukan oleh Instansi pengelolaan Lingkungan Hidup dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Tanjung Jabung Barat. BAB VII PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Pasal 29 (1) Pembinaan terhadap pelaksanaan perizinan dan pengawasan penyimpanan sementara dan/atau pengumpulan limbah B3 dilakukan oleh Bupati melalui Kepala Badan Lingkungan Hidup. (2) pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) secara operasional dilaksanakan dan menjadi tanggung jawab Kepala Instansi Pengelola Lingkungan Hidup melalui tim teknis. (3) Tim Pengawas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan dengan Keputusan Bupati. Pasal 30 Dalam melaksanakan pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29, Kepala Instansi yang berwenang berkewajiban untuk: a. melaksanakan pemeriksaan terhadap sarana dan prasarana penyimpanan dan pengumpulan limbah B3; b. melaksanakan pengumpulan bahan keterangan untuk kepentingan penegakan hukum lingkungan; c. meminta data dan keterangan penyimpanan dan pengumpulan limbah B3 yang dilaksanakan oleh suatu kegiatan usaha; d. menyebarluaskan ketentuan-ketentuan dalam Peratuan Bupati ini; dan e. memberikan pelatihan peningkatan sumber daya manusia dalam bidang pengelolaan limbah. Pasal 31 Pelaksanaan pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30, meliputi: a. pelaksanaan pengawasan pengelolaan limbah B3, termasuk pengawasan terhadap ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam izin; b. pengawasan pelaksanaan pemulihan akibat pencemaran limbah B3; dan c. pengawasan pelaksanaan sistem tanggap darurat.

BAB VIII SANKSI Bagian Kesatu Sanksi Administrasi Pasal 32 (1) Bupati berwenang memberikan sanksi administrasi kepada setiap penanggung jawab kegiatan dan atau usaha yang melakukan pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 6, Pasal 8, Pasal 9, Pasal 10, Pasal 12, Pasal 13, Pasal 14 dan Pasal 15 dalam Peraturan Bupati ini. (2) Jenis sanksi administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini berupa: a. teguran tertulis; b. paksaan pemerintah; c. denda administrasi; d. pembongkaran; e. pencabutan izin; f. pembatalan izin; dan g. Pembekuan izin. Pasal 33 Jenis paksaan pemerintah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 ayat (2) huruf b diberikan oleh Kepala Instansi pengelola lingkungan hidup kepada penanggung jawab kegiatan usaha dalam bentuk: a. perintah untuk melakukan penanggulangan pencemaran dan atau perusakan lingkungan hidup; b. perintah untuk melakukan penyelamatan dan pemulihan kualitas lingkungan; dan c. tindakan lain berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pasal 34 Pencabutan atau pembatalan izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 ayat (2) huruf e dan f Peraturan Bupati ini ditetapkan oleh Kepala Instansi Pengelola Lingkungan Hidup kepada penanggung jawab kegiatan dan atau usaha yang telah melakukan pelanggaran terhadap syarat-syarat perolehan izin dan atau pelanggaran terhadap ketentuan-ketentuan dalam izin. Pasal 35 Penetapan denda administrasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 ayat (2) huruf c Peraturan Bupati ini ditetapkan oleh Kepala Instansi Pengelola Lingkungan Hidup kepada penanggungjawab kegiatan dan atau usaha yang telah melakukan pelanggaran.

BAB IX KETENTUAN PERALIHAN Pasal 36 Dengan berlakunya Peraturan Bupati ini, maka izin penyimpanan dan izin pengumpulan limbah B3 yang telah diterbitkan sebelum berlakunya Peraturan Bupati ini masih tetap berlaku sampai habis masa berlakunya. BAB X KETENTUAN PENUTUP Pasal 37 Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Bupati ini, sepanjang mengenai teknis pelaksanaannya diatur lebih lanjut oleh Keputusan Bupati. Pasal 38 Peraturan Bupati ini berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang/kelompok orang/badan hukum mengetahuinya memerintahkan pengundangan Peraturan Bupati ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Ditetapkan di Kuala Tungkal pada tanggal 20 Desember 2012 BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT, dto, USMAN ERMULAN Diundangkan di Kuala Tungkal Pada tanggal 20 Desember 2012 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT, dto ARIEF MUNANDAR BERITA DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT TAHUN 2012 NOMOR 31

Lampiran I : Peraturan Bupati Tanjung Jabung Barat Nomor : 31 Tahun 2012 Tanggal : 20 Desember 2012 NERACA LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (B3) Nama Perusahaan : Bidang Usaha : Periode Waktu : I Jenis Awal Limbah Jumlah (TON) Catatan : Total A (+) II perlakuan Jumlah (ton) Jenis limbah yang dikelola 1. disimpan 1...dst 2...dst 2. Dimamfaatkan 1...dst 2...dst 3. diolah 1...dst 2...dst 4. ditimbun 1...dst 5. diserahkan ke pihak III 2...dst 1...dst 2...dst 6. Eksport 1...dst 7. Perlakuan lainnya total B (-) Residu* Jumlah Limbah Yang belum terkelola** Total jumlah limbah yang tersedia 2...dst 1...dst 2...dst C (+)...Ton D(+)...Ton (C+D)...Ton Dokumen kontrol Perizinan limbah B3 dari klh ada Tidak ada kedarluarsa Kinerja pengelolaan LB3 { A-(C+D) A}* 100%}+=...% selama periode skala waktu penataan Keterangan * Residu adalah jumlah limbah tersisa dari proses perlakuan seperti abu insenerator, bottom ash dan atau fly ash dari pemamfaatan sludge oil di boiler, residu dari penyimpanan dan pengumpulan oli bekas dll ** Jumlah limbah yang belum dikelola adalah limbah yang disimpan melebihi skala waktu penataan. Data-data tersebut di atas diisi dengan sebenar-benarnya sesuai dengan kondisi yang ada.

Mengetahui,...,...2012 Ttd (Pihak Perusahaan) BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT dto USMAN ERMULAN

Lampiran II: Peraturan Bupati Tanjung Jabung Barat Nomor : 31 Tahun 2012 Tanggal : 20 Desember 2012 Kuala Tungkal, Nomor : Lampiran: 1 (satu) set Perihal : Permohonan Izin penyimpanan sementara/pengumpulan limbah B3 Kepada Yth. Bapak Bupati Tanjung Jabung Barat Melalui Kepala Badan Lingkungan Hidup Daerah di- Kuala Tungkal Bersama ini kami mengajukan permohonan izin penyimpanan dan /atau pengumpulan limbah bahan berbahaya dan beracun kepada Bapak Bupati Tanjung Jabung Barat untuk dapat diberikan izin dengan keterangan sebagaimana tersebut dibalik surat ini. Sehubungan dengan permohonan tersebut diatas kami sanggup untuk senantiasa mentaati semua peraturan perundangan yang berlaku. Demikian untuk menjadi periksa. Hormat Kami Tanda Tangan dan Nama Terang Pemohon

Nomor FORMULIR PERMOHONAN IZIN PENYIMPANAN DAN/ATAU PENGUMPULAN LIMBAH B3 : Lampiran Perihal : : Kepada Yth: Bupati... melalui Kepala Badan Lingkungan Hidup ditempat Dengan ini kami mengajukan permohonan izin penyimpanan dan/atau pengumpulan limbah dengan data-data sebagai berikut : A. Keterangan tentang pemohon 1. Nama Pemohon 2. Alamat :.. Kode Pos : (..) 3. Nomor Telp/Fax : (.)../(.) 4. Alamat e-mail :... B. Keterangan tentang perusahaan 1. Nama Perusahaan : 2. Alamat :... Kode Pos : (....) 3. Nomor Telp/Fax : (...)... / (...).. 4. Jenis Usaha : 5. Nomor/Tanggal Akta Pendirian*** : 6. NPWP : Jenis izin No Persetujuan / Izin 7. Izin-izin yang diperoleh : 1. AMDAL/UKL/UPL 2. IMB 3. SKRK (Industri & Gudang) 4. SIUP 5. HO 6.... C. Lampiran permohonan izin No DATA MINIMAL YANG HARUS DILAMPIRKAN PY PK KETERANGAN 1. Keterangan tentang lokasi (nama tempat/ letak, luas, titik koordinat) 2. Jenis-jenis limbah yang akan dikelola 3. Jumlah limbah B3 (untuk perjenis limbah) yang akan dikelola 4. Karakteristik per jenis limbah B3 yang aka dikelola

5. Tata letak penempatan limbah di tempat penyimpanan sementara 6. Spesifikasi dan Desain konstruksi tempat penyimpanan 7. Lay out kegiatan 8. Uraian tentang proses pengumpulan dan perpindahan limbah (asal limbah dan titik akhir perjalanan limbah) 9. Surat kesepakatan antara pengumpul dan pengolah/pemanfaat/penimbun limbah 10. Uraian tentang pengelolaan pasca pengumpulan 11. Daftar serta spesifikasi perlengkapan sistem tanggap darurat 12. Tata letak saluran drainase 13. Lingkup area kegiatan pengumpulan ****...,... Nama, tanda tangan pemohon dan stempel perusahaan, (...) Catatan: 1. Syarat minimal lampiran tersebut tetap memperhatikan dan menyesuaikan kondisi pengelolaan limbah B3 yang ada. 2. PY = Kegiatan penyimpanan; PK = Kegiatan pengumpulan; 3. ** = Sesuai pengajuan izin 4. *** = Tertera kegiatan bidang atau sub bidang kegiatan pengelolaan limbah B3 kecuali untuk kegiatan penyimpanan 5. **** = untuk menjelaskan lokasi limbah B3 yang akan dikumpulkan BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT dto USMAN ERMULAN

Lampiran III: Peraturan Bupati Tanjung Jabung Barat Nomor : 31 Tahun 2012 Tanggal : 20 Desember 2012 PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT BADAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH Jalan Let Kol. Pol Toegino No. Telepon 0742-22054 Fax 0742-322975 Kuala Tungkal 36513 SURAT IZIN KEPALA BADAN LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR : TENTANG IZIN PENYIMPANAN SEMENTARA DAN/ATAU PENGUMPULAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (B3) Dasar : 1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125 Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437) sebagaimana telah diubah Kedua kali dengan Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Tahun 2008 Nomor 59 Tambahan Lembaran Negara Nomor 4844); 2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 144 Tambahan Lembaran Negara Nomor 5063); 3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 140 Tambahan Lembaran Negara Nomor 5059); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 31 Tambahan Lembaran Negara Nomor 3815) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 85 Tahun 1999 (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 190 Tambahan Lembaran Negara Nomor 3910); 5. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 82 Tambahan Lembaran Negara Nomor 4737); 6. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 18 Tahun 2009 tentang Tata Cara Perizinan Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun; 7. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 30 Tahun 2009 tentang Tata Laksana Perizinan dan Pengawasan Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun serta Pengawasan Pemulihan Akibat Pencemaran Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun Oleh Pemerintah Daerah; 8. Peraturan Bupati Tanjung Jabung Barat Nomor... Tahun 2012 tentang Izin Penyimpanan Dan Izin Pengumpulan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun (B3) (Berita Daerah Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2012 Nomor... ); 9. Surat permohonan tanggal... dari Saudara. 10. Berita Acara Nomor. tanggal.

MENGIZINKAN : Kepada : a. Nama / Badan Hukum : b. Alamat / Tempat Tinggal : c. Kedudukan : d. Kelurahan : e. Kecamatan : Untuk melakukan kegiatan usaha penyimpanan sementara dan/atau pengumpulan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun, di lokasi..., dengan ketentuan sebagai berikut : 1. Pemegang Izin wajib : a. mematuhi jenis limbah B3 yang disimpan/dikumpulkan; b. mengikuti persyaratan penyimpanan dan/atau pengumpulan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun sesuai dengan peraturan perundangundangan; c. mengikuti persyaratan penyimpanan dan/atau pengumpulan sesuai dengan jenis dan karakteristik limbah Bahan Berbahaya dan Beracun; d. mencegah terjadinya tumpahan/ceceran limbah Bahan Berbahaya dan Beracun; e. mencatat neraca limbah Bahan Berbahaya dan Beracun; f. mematuhi jangka waktu penyimpanan dan/atau pengumpulan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun; g. menyampaikan laporan kegiatan perizinan penyimpanan dan/atau pengumpulan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun. 2. Izin ini berlaku selama 5 (lima) Tahun; 3. Apabila sewaktu-waktu Pemerintah Kota Surabaya melaksanakan penertiban penggunaan lokasi maupun tempat usaha sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku pemegang izin wajib menyesuaikan tanpa menghambat pelaksanaannya. Ditetapkan di Kuala Tungkal pada tanggal KEPALA BADAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH... Tembusan Yth : 1. Sdr. Menteri Lingkungan Hidup 2. Sdr. Gubernur Jambi; 3. Sdr. Inspektur Kabupaten Tanjung Jabung Barat; 4. Sdr. Kepala Kantor PPKTB Kabupaten Tanjung Jabung Barat; 5. Sdr. Kepala Dinas Kebakaran Kabupaten Tanjung Jabung Barat; 6. Sdr. Kepala Satuan Pol PP Kabupaten Tanjung Jabung Barat; 7. Sdr. Camat setempat. *sesuai pengajuan izin. BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT, dto USMAN ERMULAN