Radiant Eka Pramana W*) Maria Suryani**), Mamat Supriyono***)

dokumen-dokumen yang mirip
Vol 1, No 2, Oktober 2017 ISSN

BAB 1 PENDAHULUAN. diperkirakan akan terus meningkat prevalensinya dan memerlukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (2006), merumuskan bahwa diabetes. melitus (DM) merupakan kumpulan masalah anatomi dan kimiawi dari

Guntur Prasetya*) Maria Suryani**) Mamat Supriyono***)

BAB 1 PENDAHULUAN. akibat PTM mengalami peningkatan dari 42% menjadi 60%. 1

MUHAMMAD IBNU ABIDDUNYA NIM : S

BAB I PENDAHULUAN. lama diketahui bahwa terdapat tiga faktor yang dapat mempengaruhi

BAB 1 PENDAHULUAN. maupun luka kronis. Sebuah penelitian terbaru di Amerika menunjukkan

EFEKTIVITAS TERAPI TOPIKAL TERHADAP PROSES PENYEMBUHAN LUKA KRONIS di ASRI WOUND CARE CENTRE MEDAN

BAB 1 PENDAHULUAN. atau oleh tidak efektifnya insulin yang dihasilkan. Hal ini menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Ulkus diabetikum merupakan salah satu komplikasi yang umum bagi

PENGETAHUAN IBU TENTANG PERAWATAN TALI PUSAT BERHUBUNGAN DENGAN WAKTU LEPAS TALI PUSAT

Efektivitas Pengobatan Obat Herbal Untuk Diabetes Kering Pada Luka Kaki Penggunaan Obat Herbal Untuk Diabetes Kering

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia Indonesia seutuhnya. Visi Indonesia sehat yang diharapkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. gaya hidup lainya kapanpun diabetes bisa menyerang tanpa kita sadari. Diabetes

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes adalah penyakit kronik yang terjadi ketika pankreas tidak bisa

BAB I PENDAHULUAN. yang timbul karena kelainan metabolisme yang disebabkan oleh tidak bekerjanya

BAB I PENDAHULUAN. diatas atau sama dengan 126 mg/dl (Misnadiarly, 2006). Gangguan. jaringan tubuh. Komplikasi DM lainnya adalah kerentanan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. perhatian adalah diabetes melitus (DM). Menurut Kementrian Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. dapat menurun atau pancreas dapat menghentikan sama sekali produksi insulin

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Amerika Serikat prevalensi tahunan sekitar 10,3%, livetime prevalence mencapai

BAB I PENDAHULUAN. diabetes mellitus semakin meningkat. Diabetes mellitus. adanya kadar glukosa darah yang tinggi (hiperglikemia)

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetic foot merupakan salah satu komplikasi Diabetes Mellitus (DM).

BAB 1 PENDAHULUAN. ditandai oleh kenaikan kadar glukosa darah atau hiperglikemia, yang ditandai

Efektivitas Penggunaan Larutan NaCl dibandingkan dengan d40% Terhadap. Proses Penyembuhan Luka Ulkus DM. di RSUD KUDUS

BAB I PENDAHULUAN. jumlah tersebut menempati urutan ke-4 terbesar di dunia, setelah India (31,7

BAB I PENDAHULUAN. diastolik diatas 90 mmhg (Depkes, 2007).

Jurnal Harapan Bangsa, Vol.1 No.1 Desember 2013 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. merealisasikan tercapainya Millenium Development Goals (MDGs) yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes Melitus (DM) adalah suatu sindrom klinis kelainan metabolik

Tingkat Self care Pasien Rawat Jalan Diabetes mellitus tipe 2 di Puskesmas Kalirungkut Surabaya. Yessy Mardianti Sulistria

BAB I PENDAHULUAN. manusia di dunia. Penderita Diabetes Mellitus diperkirakan akan terus

HUBUNGAN PERILAKU PASIEN DALAM PERAWATAN DIABETES MELITUS DENGAN ULKUS DIABETIKUM PADA PASIEN DIABETES MELITUS DI RUANG RINDU A1 DAN A2 RSUP H

BAB I PENDAHULUAN. seluruh dunia, karena dalam jangka panjang peningkatan tekanan darah yang

BAB I PENDAHULUAN. pankreas tidak lagi memproduksi insulin atau ketika sel-sel tubuh resisten

Pengetahuan dan Kepatuhan Kontrol Gula Darah Sebagai Pencegahan Ulkus Diabetikum

BAB I LATAR BELAKANG

PERBANDINGAN KEBUTUHAN CAIRAN DAN PEMBIAYAAN DALAM PROSES PERAWATAN ULKUS KAKI DIABETES MELITUS DENGAN METODE PENCUCIAN LUKA 13 PSI DAN 7 PSI


BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak

BAB I PENDAHULUAN. terbesar dari jumlah penderita diabetes melitus yang selanjutnya disingkat

PENGARUH PENDAMPINGAN TERHADAP KEPATUHAN DIET PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI WILAYAH PUSKESMAS BANYUANYAR SURAKARTA

Oleh; Wahyu Riniasih 1). Fatchulloh 2) 1) Staf Pengajar STIKES An Nur Purwodadi Prodi Ners 2) Staf Pengajar STIKES An Nur Purwodadi Prodi Ners

BAB I PENDAHULUAN. ketika kulit terpapar suhu atau ph, zat kimia, gesekan, trauma tekanan dan radiasi.

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh : Nurlika Sholihatun Azizah

Vol. II Nomor 1 Maret 2015 Jurnal Keperawatan Respati ISSN :

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Indonesia setiap tahun meningkat. World Health Organization (WHO) besar pada tahun-tahun mendatang (Gustaviani, 2007).

PENGARUH SENAM KAKI DIABETIK TERHADAP NYERI KAKI PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DELANGGU

BAB 1 PENDAHULUAN. DM suatu penyakit dimana metabolisme glukosa yang tidak normal, yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. dialami oleh klien diabetes mellitus. Selain permasalahan fisik tersebut, diabetes

BAB 1 PENDAHULUAN. penting untuk mengetahui bagaimana melakukan tindakan. Disadari bahwa bila

KECENDERUNGAN PENDERITA RETINOPATI DIABETIK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Depresi adalah gangguan alam perasaan (mood) yang ditandai dengan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kaki diabetik merupakan komplikasi dari diabetes melitus (DM) yang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik dengan

BAB I PENDAHULUAN. global yang harus segera ditangani, karena mengabaikan masalah mata dan

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan ketiadaan absolut insulin atau penurunan relative insentivitas sel

LAMPIRAN 1 INSTRUMEN PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. seseorang oleh karena gangguan keseimbangan karbohidrat, lemak dan

BAB I PENDAHULUAN. diastolic (Agrina, et al., 2011). Hipertensi sering dijumpai pada orang

PENGARUH SENAM DIABETES TERHADAP KADAR GULA DARAH PASIEN DENGAN DIABETES MELITUS DI RS GATOEL MOJOKERTO

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

Patria Asda, A., Perbedaan Persepsi Pasien...

BAB I PENDAHULUAN. reversible di mana trakea dan bronkus berespon secara hiperaktif terhadap stimuli

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN PASIEN MELAKUKAN KONTROL LUKA ULKUS DIABETIK DI PUSKESMAS KUTA I KABUPATEN BADUNG

BAB I PENDAHULUAN. menurun dan setelah dibawa ke rumah sakit lalu di periksa kadar glukosa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. (lebih dari 60 tahun) diperkirakan mengalami peningkatan pada tahun 2000 hingga

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat

Hubungan Lama Sakit Diabetes Melitus dengan Pengetahuan Perawatan Kaki pada Pasien Diabetes Melitus Non Ulkus. (Studi Awal)

BAB 1 PENDAHULUAN. aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran/polusi lingkungan. Perubahan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. utama pada masyarakat modern di dunia. Angka penderita diabetes dan diperkirakan jumlahnya akan meningkat secara signifikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. prevalensi global penderita Diabetes Melitus (DM) pada tahun 2014 sebesar 8,3%

BAB I PENDAHULUAN. (glukosa) akibat kekurangan atau resistensi insulin (Bustan, 2007). World

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kemakmuran, pendapatan per kapita yang meningkat dan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Disusun Oleh : MIA JIANDITA

BAB 1 PENDAHULUAN. insulin atau keduanya (American Diabetes Association [ADA] 2004, dalam

dalam tubuh seperti penyakit kardiovaskuler, gangguan penglihatan, kerusakan ginjal (Corwin, 2007). Penderita DM rentan mengalami infeksi yang

BAB I PENDAHULUAN. fertilitas gaya hidup dan sosial ekonomi masyarakat diduga sebagai hal yang

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes saat ini menjadi masalah besar di seluruh. dunia dengan insidensi yang diperkirakan akan meningkat

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, baik secara global, regional, nasional dan lokal (Depkes, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus adalah penyakit hiperglikemia yang ditandai

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Diabetes Melitus atau kencing manis, seringkali dinamakan

Oleh: Esti Widiasari S

INTISARI GAMBARAN KUALITAS HIDUP DAN KADAR GULA DARAH PASIEN DIABETES MELITUS RAWAT JALAN DI RSUD ULIN BANJARMASIN

BAB 1 PENDAHULUAN. karena semakin meningkatnya frekuensi kejadiannya di masyarakat. 1 Peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. darah secara kronis (dalam jangka waktu lama). Hipertensi diperkirakan

PENGARUH PEMBERIAN TERAPI MADU TERHADAP AUTOLYTIC DEBRIDEMENT DAN KENYAMANAN PADA KLIEN DENGAN LUKA KAKI DIABETIK TESIS. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. modernisasi terutama pada masyarakat kota-kota besar di Indonesia menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN POLA MAKAN DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan penduduk serta meningkatkan umur harapan hidup manusia.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Transkripsi:

EFEKTIVITAS PENGOBATAN MADU ALAMI TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA INFEKSI KAKI DIABETIK (IKD) (STUDI KASUS DI PUSKESMAS BANGETAYU DAN PUSKESMAS GENUK SEMARANG) Radiant Eka Pramana W*) Maria Suryani**), Mamat Supriyono***) *)Alumni Program Studi S1 Ilmu Keperawatan STIKES Telogorejo Semarang **) Ketua Program Studi S1 Ilmu Keperawatan STIKES Elizabeth Semarang ***) PNS KeMenHan RI ABSTRAK Setiap tahun penderita diabetes di Indonesia semakin meningkat. Saat ini, Indonesia menempati urutan keempat setelah India, Cina, dan Amerika Serikat. Banyak dari masyarakat mengetahui terkena diabetes dari komplikasinya. Salah satu komplikasi yang paling sering terjadi adalah luka Infeksi Kaki Diabetik (IKD). Sekitar 15% penderita diabetes mellit us akan mengalami komplikasi IKD. Infeksi Kaki Diabetik dapat dicegah agar tidak berubah menjadi gangren. Banyak masyarakat mengganti terapi medis dengan terapi komplementer yaitu salah satunya menggunakan madu. Madu dipercaya sejak jaman nenek moyang dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit, termasuk luka infeksi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas pengobatan madu terhadap penyembuhan luka IKD (Studi area di Puskesmas Bangetayu dan Puskesmas Genuk Semarang). Desain penelitian yang digunakan adalah quasy experiment dengan kelompok pembanding. Jumlah sampel adalah 14 responden, terbagi dua menjadi kelompok kontrol dan kelompok perlakuan. Pada penelitian ini, data dianalisis menggunakan Uji Mann Whitney (p<0,05). Di dapatkan hasil skor adalah 0,008 (p<0,05). Ini menunjukan bahwa penggunaan madu alami dan NaCl lebih efektif dibandingkan dengan yang hanya mneggunakan NaCl. Rekomendasi dari hasil penelitian ini adalah agar terapi madu dapat dilakukan sebagai salah satu terapi pengganti untuk menanggulangi luka IKD akibat diabetes. Kata Kunci: Infeksi Kaki Diabetik, Terapi Madu Daftar Pustaka: 7 (1995 2012) ABSTRACT Every years, diabetic people in indonesia have the fourth place after India, China, United States in the world. A lot of people knowed if they have diabetes from the complication of diabetes. One of them is Diabetik Foot Infection (DFI). Diabetic Foot Infections could be prevented by using a medic teraphy or complementer teraphy or using a combination of both. Natural honey is one of the examples of complementer teraphy. Honey was believed since long time ago to prevented of any injuries. This research aims to determine how the effectiveness of the treatment by natural honey on wound healing of diabetic foot infections. The design of this research is quasy experiment (Control time series design) with control group. There are 14 respondent in this research.the sampling technique was used total sampling. The result of this research showed the wound healing by natural honey and NaCl is more effective than only using NaCl. Based on p value 0,008 or less than 0,005 (α5%). Recommendation of this research is natural honey can be used of other teraphy to healing a diabetic foot infection injuries by diabetes. Key Words: Diabetic Foot Infection, Natural Honey Bibliography: 7 (1995-2012) 1

PENDAHULUAN Menurut survei yang dilakukan oleh World Health Organisation (WHO), Indonesia menempati urutan ke empat dengan jumlah penderita diabetes terbesar di dunia setelah India, Cina, dan Amerika Serikat. Pada tahun 200 angka kejadian diabetes sebanyak 194 juta orang, tahun 2005 meningkat menjadi 200 juta orang, tahun 2010 meningkat lagi menjadi 210 juta orang, dan diperkirakan pada tahun 2025 jumlah pasien diabetes menjadi 4 juta orang (Wild, et al. 2004, ). Data penderita diabetes yang terdapat pada Puskesmas Bangetayu (tempat pertama peneliti melakukan penelitian) dari tahun 2010 hingga tahun 2011 mengalami peningkatan. Di Puskesmas Bangetayu ini, peneliti mendapatkan data bahwa pada tahun 2010 jumlah penderita diabetes adalah 25 orang dan meningkat pada tahun 2011 menjadi 267 orang, sedangkan pada Puskesmas Genuk (tempat kedua peneliti melakukan penelitian), peneliti hanya bisa mendapatkan data bahwa terjadi peningkatan penderita diabetes di area Puskesmas Genuk Semarang, sekitar 10% dibanding tahun lalu. Penyakit diabetes merupakan salah satu dari berbagai penyakit yang mengancam banyak orang. Menurut Tjahjadi (2002, hlm.1), diabetes merupakan the silent killer, karena menyerang penderita secara diam-diam dan tidak disadari oleh penderita diabetes. Setelah sadar, biasanya penderita memeriksakan ke pelayanan kesehatan berupa tanda dan gejala komplikasi yang telah terjadi. Komplikasi diabetes ada bermacam-macam. Salah satunya yang paling sering dijumpai adalah Infeksi Kaki Diabetik (IKD). Infesi Kaki Diabetik merupakan infeksi yang terjadi di daerah ekstremitas bawah, karena mengalami mati rasa di daerah tersebut, sehingga penderita tidak menyadari adanya luka di kakinya (Nabyl, 2009, hlm.55). Menurut Black & Hawks (2005, hlm.1281), Infeksi Kaki Diabetik merupakan infeksi yang paling sering terjadi dan sering dijumpai bersamaan dengan hiperglikemia. Lebih dari 40% orang dengan IKD kemungkinan harus diamputasi, dan 5 hingga 10% akan meninggal karena infeksi yang terjadi di sekitar area yang di amputasi. Sedangkan menurut Nabyl (2009, 2 hlm.2), setiap 19 menit ada satu orang di dunia yang harus diamputasi akibat IKD. Berawal dari luka kecil, lalu terinfeksi yang menyebabkan luka IKD dan bila tidak dirawat akan menjadi ganggren. Tetapi efek lebih lanjut bila luka ganggren tidak dirawat juga akan mengakibatkan kematian. Hal ini terjadi karena kurangnya perawatan luka sejak dini. Perawatan luka ini berfungsi agar luka sembuh dan infeksi tidak menyebar ke organ lain. Bila yang terkena adalah jantung maka akan berakibat kematian. Tetapi bila perawatan luka dilakukan sejak dini, maka efek tersebut tidak akan terjadi (Nabyl, 2009, hlm.1). Infeksi Kaki Diabetik atau gangren dapat dicegah dengan perawatan yang tepat dan efektif. Penelitian-penelitian terdahulu menggunakan iodine povidine dan NaCl untuk perawatan luka IKD. Tetapi banyak sekali artikel-artikel yang menyatakan bahwa madu alami adalah cairan yang tepat untuk digunakan sebagai perawatan luka infeksi. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Lisbet (2009), hasil yang didapatkan adalah adanya perubahan yang baik pada luka yg di beri madu alami, serta menurut Haryanto (2010, 2), madu sering digunakan oleh nenek moyang untuk menyembuhkan berbagai macam penyakit sejak ribuan tahun yang lalu. Salah satunya sebagai penyembuh luka infeksi. Madu alami memiliki kandungan yang dapat menyembuhkan IKD. Sebagai contoh enzim katalase yang berfungsi sebagai antibakteria dan kandungan air yang kurang dari 18% memungkinkan madu untuk menarik pus (nanah) di sekitar area luka yang di oles dengan madu alami tersebut (Suranto, 2007, hlm.4). Oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengaruh madu alami tehadap penyembuhan IKD (khususnya dengan grade kurang dari 2) dikarenakan IKD merupakan salah satu penyebab tidak langsung terjadinya kematian pasien diabetes, banyak peneliti yang meneliti tentang terapi madu untuk luka bukan IKD (sebagai contoh adalah luka bakar dan luka pasca bedah) dan pada lingkup Puskesmas (tempat peneliti melakukan penelitian) didapatkan data bahwa hampir semua pasien diabetes dengan luka IKD lebih dari grade 2 dirujuk ke Rumah Sakit terdekat.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana efektivitas pengobatan madu alami terhadap penyembuhan luka IKD. METODE PENELITIAN Peneliti menggunakan desain penelitian quasy experiment dengan kelompok pembanding (Control time series design). Menurut Notoatmodjo (2005, hlm.168), pada dasarnya rancangan ini adalah rancangan rangkaian waktu, hanya dengan menggunakan kelompok pembanding. Populasi diambil di area kerja Puskesmas Bangetayu dan Genuk Semarang. Pada bulan September 2011 Februari 2012 ada 6 responden di wilayah kerja Puskesmas Bangetayu Semarang dan ada 8 responden di wilayah kerja Puskesmas Genuk Semarang yang menderita IKD. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan total sampling. Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan madu alami yang memiliki kandungan air kurang dari 18%, kassa, pinset anatomis, pinset cirugis, plester, bengkok, cairan NaCl, lidi kapas, lembar observasi, dan kamera sebagai alat pengumpul data. Analisis bivariat adalah analisis secara simultan dari dua variabel. Sebelum dilakukan uji bivariat, peneliti melakukan uji normalitas data menggunakan Uji Saphiro-Wilk karena responden kurang dari 50. Didapatkan hasil nilai probabilitas lebih dari taraf signifikan 5% atau 0,05 yang berarti data berdistribusi tidak normal. Setelah itu, dilakukan Uji Nonparametrik yaitu Uji Mann Whitney. Uji ini membandingkan beda 2 mean antar variabel dan merupakan Uji Alternatif dari Uji T tidak berpasangan (Unpaired Sample T-test). Dengan Uji ini, didapatkan hasil nilai probabilitas < dari taraf signifikan 5% atau 0,05, sehingga dapat diartikan ada perbedaan antara dua sampel. HASIL PENELITIAN & PEMBAHASAN 1. Usia Tabel 1 Distribusi frekuensi responden berdasarkanusia pada pasien diabetes studi kasus di Puskesmas Bangetayu dan Puskesmas Genuk Semarang bulan September - Februari 2012 (n=14) Usia (tahun) < 60 > 60 Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui bahwa usia yang paling banyak adalah usia diatas 60 tahun yaitu sebesar 8 responden. 2. Jenis Kelamin Pembanding F P (%) F P (%) 4 57,1 4 57,1 Tabel 2 Distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin pada pasien diabetes studi kasus di Puskesmas Bangetayu dan Puskesmas Genuk Semarang bulan September - Februari 2012 (n=14) Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui bahwa jumlah responden antara laki-laki dan perempuan adalah sama, yaitu sebanyak 7 responden. Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Pembanding F P (%) F P(%) 4 57,1 57,1 4

. Hasil GDS Tabel Distribusi frekuensi responden berdasarkan GDS pada pasien diabetes studi kasus di Puskesmas Bangetayu dan Puskesmas Genuk Semarang bulan September - Februari 2012 (n=14) Berdasarkan tabel dapat diketahui bahwa pada GDS pre (sebelum dilakukan intervensi) sebanyak 1 responden memiliki GDS diatas 200 mmhg dan sebanyak 1 responden memiliki GDS dibawah 200 mmhg, sedangkan pada GDS post (setelah dilakukan intervensi) sebanyak 10 reponden memiliki GDS diatas 200mmHg dan sebanyak responden memiliki GDS kurang dari 200 mmhg 4. Skor luka GDS (gr/dl) Pre <200 >200 Pemban ding F P (%) 0 0 7 100 Grafik 1 Grafik skor luka kelompok perlakuan pada pasien diabetes studi kasus di Puskesmas Bangetayu dan Puskesmas Genuk Semarang bulan September - Februari 2012 (n=7) F 1 6 P (%) 14, 85,7 Post <200 >200 1 6 14, 85,7 4 57,1 15 10 5 0 A B C D E F G Pre Post 4 Berdasarkan grafik 5.1 didapatkan data pada kelompok perlakuan memiliki skor terendah adalah 10 dan skor tertinggi adalah 14. Grafik 5.2 Grafik skor luka kelompok pembanding pada pasien diabetes studi kasus di Puskesmas Bangetayu dan Puskesmas Genuk Semarang bulan September - Februari 2012 (n=7) 15 10 5 0 Berdasarkan grafik 5.2 didapatkan data pada kelompok pembanding memiliki skor terendah adalah 8 dan skor tertinggi adalah 10. 5. Uji Bivariat Tabel 4 Efektivitas pengobatan madu terhdap luka IKD di area Puskesmas Bangetayu dan Puskesmas Genuk Semarang bulan September Februari 2012 Pembanding H I J K L M N Mean Range 1,7 8-10 9,14 10-14 Pre Post Mann Whitney Test (p) 0,008 Berdasarkan tabel 5.4 didapatkan data bahwa terdapat perbedaan antara kelompok dengan menggunakan madu dan yang tidak menggunakan madu sebesar 0,008 atau lebih kecil dari nilai taraf signifikansi 5% atau 0,05. pembanding adalah kelompok yang hanya menggunakan NaCl, dimana sebagian Rumah Sakit lebih banyak menggunakan NaCl 0,9% dalam merawat

luka karena cairan tersebut aman di gunakan untuk merawat luka. Pemilihan cairan NaCl 0,9% sebagai cairan yang digunakan untuk perawatan luka terutama luka DM karena cairan NaCl 0,9% merupakan cairan yang bersifat fisiologis, non toksik dan tidak mahal. NaCl dalam setiap liternya mempunyai komposisi natrium klorida 0,9 gram dengan osmolalitas 08 maosm/1 setara dengan ion-ion Na+ 154 meq/1 dan Cl 154 meq/1, sehingga lebih aman digunakan untuk perawatan luka (A dmin, 2008, hlm.15). Menurut penelitian, pasien yang dilakukan perawatan luka DM dengan menggunakan NaCl 0,9% lebih baik tingkat kesembuhannya dari pada pasien yang menggunakan cairan lain. Hal tersebut dikarenakan sifat cairan NaCl 0,9% yang merupakan cairan fisiologis yang lebih aman digunakan. NaCl 0,9% merupakan larutan isotonis aman untuk tubuh, tidak iritan, melindungi granulasi jaringan dari kondisi kering, mejaga kelembapan sekitar luka dan membantu luka menjalani proses penyembuhan serta mudah didapat dan harga relatif lebih murah. Namun, NaCl bukan antiseptik sehingga tidak dapat membunuh bakteri yang mungkin akan terdapat pada luka (Admin, 2008, hlm.16). adalah kelompok yang menggunakan NaCl dan Madu alami (kandungan air kurang dari 18%), dimana apabila luka dirawat dengan menggunakan kombinasi dari keduanya, karena NaCl memiliki sifat isotonis (aman untuk digunakan sebagai membersihkan luka) dan sifat madu sendiri dapat menumbuhkan granulasi jaringan yang baik, serta menimbulkan efek lembab (luka akan mengalami penyembuhan bila kondisi disekitar luka lembab). Untuk mengetahui apakah madu yang digunakan adalah alami atau tidak dan apakah kandungan airnya benar-benar dibawah 18%, harus dilakukan uji laboratorium terlebih dahulu. Tetapi, peneliti dalam penelitian ini menggunakan jenis madu yang resmi dan kandungan airnya telah diuji yaitu sebesar 17%. Selain itu, bukan hanya madu saja yang mempengaruhi penyembuhan luka. Besarnya luka, dalamnya luka, dan derajat luka juga faktor penting dalam proses 5 penyembuhan luka. Semakin kecil luka, semakin dangkal luka, dan semakin kecil derajat luka maka luka akan cepat sembuh. Sebaliknya, bila luka semakin besar, semakin dalam dan semakin tinggi derajat luka, maka dibutuhkan waktu yang cukup lama untuk membuat luka tersebut sembuh. Salah satu faktor yang mempengaruhi penyembuhan adalah derajat atau great dari luka itu sendiri. Pada penelitian ini, semua responden memiliki luka dengan grade 1 dan grade 2, ditandai dengan semua luka merupakan ulkus superficial (grade 1), dan ada 1 responden memiliki kedalaman luka 2 cm (grade 2). Dan didapatkan hasil bahwa pada hari ke 7, semua responden memiliki perubahan luka yang baik, diantaranya adanya jaringan granulasi baru, tidak ada reaksi inflamasi (peradangan) dan luka mengering. Tetapi pada kelompok pembanding ditemukan bahwa hampir semua luka tidak ada perubahan diantaranya granulasi sangat lambat (baru nampak pada hari ke 5), banyak sekali jaringan mati yang masih keras (seperti baal), dan masih adanya reaksi inflamasi (peradangan) ditandai dengan adanya warna kemerahan pada luka. Hal tersebut membuktikan bahwa, madu yang peneliti gunakan cocok pada luka IKD great 1 sampai great 2. Tetapi madu juga dapat digunakan untuk luka yang memiliki great lebih dari 2. Dilihat dari manfaat madu yang dapat menarik pus dan dapat membuat luka lembab, maka madu juga dapat diberikan pada great lebih dari 2. Sebagai contoh pada luka diabetik great atau 4, luka memiliki pus dan terdapat banyak jaringan mati sebagai akibat, kurangnya oksigen pada area luka. Karena manfaat madu dapat mengangkat jaringan mati, jadi pada luka yang memiliki jaringan mati banyak, dapat di angkat dengan mudah oleh perawat professional (ahli bedah) atau dokter bedah yang sudah ahli. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi kesalahan saat mengangkat jaringan mati, karena bila salah potong akan berakibat perdarahan pada luka (Tjahjadi, 2002, hlm.56). Dibuktikan oleh hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Januarsih dan Atik (2007) didapatkan hasil adanya efek penyembuhan luka dengan nilai signifikansi 0,008 yang berarti terdapat pengaruh yang signifikan

terhadap penyembuhan luka dengan madu. Penelitian lain yang dilakukan oleh Al- Waili dan Saloom (2007, hlm.5) menyatakan bahwa jumlah responden mereka sebanyak 26 responden telah dilakukan tindakan dengan madu, sedangkan 24 responden lainnya dirawat dengan etanol-povidone iodine. Data yang dihasilkan adalah kelompok dengan madu mencapai penyembuhan yang sukses dan bebas dari separuh waktu dibandingkan terhadap kelompok antiseptik. SIMPULAN Dari hasil analisis data sebanyak 7 responden pada kelompok pembanding memiliki range skor 8-10 yang berarti tidak ada perubahan, sebaliknya sebanyak 7 responden pada kelompok perlakuan memiliki range skor 10-14 yang berarti ada perubahan. Hasil analisis bivariat didapatkan hasil nilai probabilitas sebesar 0,008 lebih kecil dibandingkan taraf signifikan 5% atau 0,05. Hasil akhir dapat disimpulkan bahwa penggunaan madu alami (kandungan air kurang dari 18%) dan NaCl lebih efektif dibanding hanya mneggunakan NaCl. SARAN Setelah peneliti menyimpulkan hasil penelitian ini, maka peneliti memberikan beberapa saran sebagai berikut: a. Diharapkan pada Pelayanan Kesehatan khususnya Puskesmas dapat menerapkan terapi pengganti (terapi alternative) atau terapi kombinsai dalam pengobatan luka Infeksi Kaki Diabetik (IKD). b. Diharapkan pada penelitian selanjutya dapat meneliti tentang luka IKD ini dengan grade yang berbeda ( grade dan grade 4) serta dapat menggunakan teknik perawatan luka yang lain (contoh: menggunakan terapi ozon atau terapi hydrogen peroksida). DAFTAR PUSTAKA Admin. (2008). Faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka. http://perawatluka.com/keistimewaan %20Madu%20sebagai%20Obat%20Lu ka%20%c2%bb%20perawat%20luk a.htm diperoleh tanggal 19 Juni 2012 Black, J.M and Hawks, J.H. (2005). Medical surgical nursing clinical management for positive outcomes. Seventh edition. Philadelpia: Mosby Januarsih dan Atik. (2008). Perbandingan penyembuhan luka terbuka menggunakan balutan madu atau balutan normal saline-povidone iodine. Jurnal Keperawatan Indonesia, Volume 12. N0 1. Jakarta: FKUI Nabyl, RA. (2009). Cara mudah mencegah dan mengatasi diabetes mellitus. Yogyakarta: Aulia Publishing Notoatmodjo, Soekidjo. (2005). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta Suranto, Adji. (2007). KDT Terapi madu. Jakarta: Tjahjadi, V. (2002). Mengenal, mencegah, mengatasi silent killer: diabetes. Semarang: Pustaka Widyamara Wild, Sarah., Roglic, Gojka., Green, Anders., Sicree, Richard., King, Hilary. (2004). Global prevalence of diabetes 2 : Estimates for year 2000 and projections for 200, http://www.who.int/diabetes/facts/en/di abcare0504.pdf diperoleh tanggal Agustus 2011 6