ANALISIS PENGAKUAN, PENGUKURAN, PENGUNGKAPAN, DAN PENYAJIAN ASET BIOLOGIS BERDASARKAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. penyusunan dan penyajian laporan keuangan entitas. Laporan keuangan

ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI ATAS ASET BIOLOGIS PADA PT PERKEBUNAN NUSANTARA VII (PERSERO) Disusun Oleh: Fitri Annisa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. sawit, kopi, kakao, karet, nilam, lada, dan juga kelapa. Undang-Undang

ARTIKEL PERLAKUAN AKUNTANSI ASET BIOLOGIS PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XII KEBUN BANTARAN BLITAR

BAB I PENDAHULUAN. informasi yang dapat diperoleh serta seberapa relevan dan andal informasi

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan devisa. PT. Perkebunan Nusantara VII (Persero) adalah satu Badan

PERLAKUAN AKUNTANSI ASET BIOLOGIS TANAMAN APEL PADA PERKEBUNAN PT. KUSUMASATRIA AGROBIO TANI PERKASA (KUSUMA AGROWISATA) SESUAI IAS 41 AGRICULTURE

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAGIAN X ASET TETAP, ASET TIDAK BERWUJUD, DAN ASET YANG DIAMBIL-ALIH

a. dimiliki untuk digunakan dalam penyediaan jasa atau untuk tujuan administratif; dan b. diharapkan akan digunakan lebih dari satu periode.

ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI TERHADAP ASET BIOLOGIS PT PERKEBUNAN NUSANTARA IV (PERSERO)

LEBIH JAUH MENGENAI PSAK No. 16 (REVISI 2007) TENTANG ASET TETAP

BAGIAN IX ASET

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang memiliki kekayaan sumber

AKUNTANSI PAJAK PENGHASILAN

PRAKTIK PERLAKUAN AKUNTANSI ASET BIOLOGIS PADA PERUSAHAAN PERKEBUNAN (PERSERO) DI INDONESIA. Rani Dame Simanjorang

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

BAB II LANDASAN TEORITIS. 1. Pengertian Dan Latar Belakang Konvergensi. usaha harmonisasi) standar akuntansi dan pilihan metode, teknik

DEPLESI ASET BIOLOGIS PADA PETERNAKAN SAPI PERAH KUD KOTA BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang sangat penting bagi perusahaan komersial. Dalam kerangka

BAB 2 LANDASAN TEORI. Menurut American Accounting Association (AAA), Accounting is the

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RERANGKA PEMIKIRAN

BAB V PENUTUP. bidangnya. Aset biologis yang dimiliki oleh Koperasi Peternakan Sapi Perah

PSAK 25 Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi, dan Kesalahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Carl (2015:3), Akuntansi (accounting) dapat diartikan sebagai

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. Bab ini akan menguraikan tentang pengakuan, pengukuran dan penyajian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS DAMPAK PENERAPAN IAS 41 DI INDONESIA (STUDI KASUS: PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VIII DAN UNITED PLANTATIONS BERHAD)

Mengatur perlakuan akuntansi untuk pajak penghasilan Bagaimana mempertanggungjawabkan konsekuensi pajak pada periode berjalan dan mendatang:

AKUNTANSI ASET BIOLOGIS: PERLUKAH ADOPSI INTERNATIONAL PUBLIC SECTOR ACCOUNTING STANDARD (IPSAS) 27 DALAM STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN (SAP)?

BAB I PENDAHULUAN. Adopsi IFRS diberbagai negara memiliki beberapa manfaat.

Asset Revaluation: The Implication on Tax, Accounting and Performance Management REVALUASI ASET. Waktu / Tempat: Balai Kartini, Senin 16 November 2015

Pengertian aset tetap (fixed asset) menurut Reeve (2012:2) adalah :

AKUNTANSI AGRIKULTUR PSAK 69 DAN PSAK 68 BY: ERSA TRI WAHYUNI

ANALISIS PENERAPAN SAK ETAP DALAM PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN PADA PT. BPR Ganto Nagari 1954

AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH I. LAPORAN LABA RUGI DAN PENGHASILAN KOMPREHENSIF LAIN Sumber : Kieso, Weygandt, & Warfield Dwi Martani

PERLAKUAN AKUNTANSI ATAS BUDIDAYA TANAMAN KAKAO PADA PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XII (Persero) SURABAYA SKRIPSI

BAB II LANDASAN TEORI. Akuntansi yang mengatur tentang aset tetap. Aset tetap adalah aset berwujud yang

BAB I PENDAHULUAN. dari kegiatan operasi. Diperlukan sejumlah modal untuk melakukan kegiatan usaha

Kepada: PROGRAM FAKULTAS

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ASET TETAP, PSAK 16 (REVISI 2011) ANALISIS PADA PT. BUMI SERPONG DAMAI TBK LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN TAHUN 2013

PSAK TERBARU. Dr. Dwi Martani. 1-2 Juni 2010

PENERAPAN PSAK 16 (REVISI 2007) DAN PMK No. 79 TAHUN 2008 TENTANG ASET TETAP PADA PERUSAHAAN DI INDONESIA

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) merupakan suatu buku

PERUBAHAN KEBIJAKAN AKUNTANSI, ESTIMASI DAN KOREKSI KESALAHAN

ED PSAK 46. exposure draft

PERUBAHAN KEBIJAKAN AKUNTANSI, ESTIMASI DAN KOREKSI KESALAHAN

PEDOMAN PENCATATAN TRANSAKSI KEUANGAN PESANTREN. Priyo Hartono Tim Perumus Pedoman Akuntansi Pesantren

Tinjauan Atas PSAK No.1 (Revisi 2009): Penyajian Laporan Keuangan dan Perbedaannya dengan PSAK No.1 (Revisi 1998)

UJIAN TENGAH SEMESTER MAKALAH PERLAKUAN AKUNTANSI ASET BIOLOGIS DALAM PERSPEKTIF STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN DAN IFRS

EVALUASI PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN DALAM PELAPORAN ASET BIOLOGIS (Studi Kasus Pada Koperasi M )

PSAK 25 (Revisi 2009) Perubahan Estimasi. Taufik Hidayat,.SE,.Ak,.MM Universitas Indonesia

PERLAKUAN AKUNTANSI PENYUSUTAN ASET TETAP DI PT. BANK TABUNGAN NEGARA (Persero) Tbk CABANG SIDOARJO

Dalam Ekonomi Hiperinflasi

BAB II BAHAN RUJUKAN

PERLAKUAN AKUNTANSI ATAS AKTIVA TETAP BERDASARKAN PSAK 16 PADA YAYASAN BARUNAWATI BIRU SURABAYA RANGKUMAN TUGAS AKHIR

Penyajian Laporan Keuangan Koperasi RRKR Berdasarkan SAK ETAP

PEDOMAN PELAPORAN KEUANGAN PEMANFAATAN HUTAN PRODUKSI DAN PENGELOLAAN HUTAN (DOLAPKEU PHP2H)

EVALUASI PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN ASET TETAP BERDASARKAN PSAK NO. 16 PADA PT. AKAM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III PEMBAHASAN. Aktiva tetap memiliki pengertian yang berbeda-beda tapi pada prinsipnya

BAB I PENDAHULUAN. yang banyak dimanfaatkan untuk usaha. Indonesia menghasilkan berbagai macam

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemilihan Judul Edward, Tanujaya (2012)

BAB I PENDAHULUAN. Banyak kekayaan Indonesia akan sumber daya alam yang dapat dijadikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Aktiva Tetap Tanaman Menghasilkan. menghasilkan, ada beberapa defenisi yang dikemukakan oleh beberapa ahli.

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. Perbandingan Perlakuan Akuntansi PT Aman Investama dengan

PENDAHULUAN CRITICAL REVIEW JURNAL

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan bisnis dalam skala nasional dan. intemasional, Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) telah mencanangkan

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB VII SIMPULAN DAN REKOMENDASI. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi praktik penerapan konvergensi

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. menemukan masih terdapat beberapa perusahaan yang belum melakukan

BAB III PEMBAHASAN 3.1. Pengertian Aktiva Tetap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ARTIKEL ANALISIS PENERAPAN PSAK 48 (REVISI 2014) ATAS PENURUNAN NILAI ASET TETAP BANGUNAN PADA PT. GUDANG GARAM TBK

PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN

ANALISIS KONVERGENSI PSAK KE IFRS

BAB II LANDASAN TEORI. Suatu unit usaha atau kesatuan akuntansi, dengan aktifitas atau kegiatan ekonomi dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ED PSAK 1. penyajian laporan keuangan. exposure draft

BAGIAN X EKUITAS X.1. PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

PSAK 10 : ASET TIDAK BERWUJUD IAS 38 : Intangible Assets

IMPLEMENTASI PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NOMER 1 DAN 2 (REVISI 2009) UNTUK PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN TAHUN 2010 DAN 2011 PADA PT RA

BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN. keuangan dari beberapa ahli, antara lain sebagaiberikut:

PERLAKUAN AKUNTANSI ASET BIOLOGIS (TANAMAN KOPI) PADA PT. WAHANA GRAHA MAKMUR - SURABAYA

BAB 2 LANDASAN TEORI. Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang

ANALISIS PENERAPAN PSAK NO.1 TENTANG PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN PADA PERUM BULOG DIVRE SULUT DAN GORONTALO

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya laporan keuangan digunakan oleh perusahaan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Akuntan Indonesia (DSAK IAI) melakukan adopsi International Financial

BAB I PENDAHULUAN. menyajikan informasi tentang kinerja entitas di masa lalu, namun juga menyajikan informasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teknik analisis deskriptif kualitatif. dalam Penyusunan Laporan Keuangan pada Koperasi Simpan Pinjam

ANALISIS TRANSAKSI KOMBINASI BISNIS DENGAN. KONVERGENSI IFRS PADA PT INDOSAT Tbk PERIODE NASKAH PUBLIKASI

Pendapatan Kontrak Konstruksi PSAK 34. Slide OCW Universitas Indonesia Oleh : Irsyad dan Dwi Martani Departemen Akuntansi FEUI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PSAK 5 : SEGMEN OPERASI IFRS 8 : Operating Segments. Presented by: Dwi Martani

Transkripsi:

ANALISIS PENGAKUAN, PENGUKURAN, PENGUNGKAPAN, DAN PENYAJIAN ASET BIOLOGIS BERDASARKAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN PADA PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IX (PERSERO) NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Surakarta Disusun oleh: ANA YUWANITA SARI B 200110276 FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS JURUSAN AKUNTANSI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2015

ANALISIS PENGAKUAN, PENGUKURAN, PENGUNGKAPAN, DAN PENYAJIAN ASET BIOLOGIS BERDASARKAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN PADA PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IX (PERSERO) ANA YUWANITA SARI B 200110276 Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Surakarta E-mail: Anayuwanita@yahoo.com ABSTRAK Penelitian yang berjudul Analisis pengakuan, pengukuran, pengungkapan, dan penyajian aset biologis berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan pada PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero) bertujuan untuk mengetahui praktik nyata perlakuan akuntansi aset biologis dilapangan kemudian mencoba untuk menerapkan perlakuan akuntansi tersebut berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan (SAK). Penelitian ini membandingkan antara perlakuan aset biologis berdasarkan perusahaan dengan perlakuan aset biologis berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan. Penelitian ini dilakukan dengan metode analisis kualitatif melalui studi kasus pada salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sektor perkebunan yaitu PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero). Data yang digunakan adalah data sekunder berupa laporan keuangan tahun 2013. Data diolah dengan metode analisis komparatif untuk mengetahui perbedaan perlakuan akuntansi aset biologis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara pengakuan, pengukuran, pengungkapan, dan penyajian aset biologis antara perusahaan dan SAK. Kata Kunci: Aset Biologis, SAK, Tanaman Perkebunan, Perlakuan Akuntansi PENDAHULUAN Standar Akuntansi Keuangan (SAK) merupakan kerangka acuan dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan entitas. Laporan keuangan entitas harus disusun berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan agar informasi yang

disajikan dapat dipahami oleh para pengguna laporan keuangan. SAK terusmenerus mengalami perkembangan, dimulai sejak tahun 1973 menjelang diaktifkannya pasar modal di Indonesia. Pada saat ini SAK mengacu ke IFRS (International Financial Reporting Standards) yang dituangkan dalam SAK per 1 Juni 2012. SAK ditujukan untuk entitas yang memiliki akuntabilitas publik. Adopsi IFRS bukanlah suatu pilihan untuk Indonesia melainkan suatu keharusan sesuai dengan kesepakatan pemerintah dalam kelompok G-20. Standar Akuntansi Keuangan yang mengatur untuk entitas perkebunan secara khusus sampai sekarang ini belum ada. Selama ini hanya ada PSAK 32 yang mengatur mengenai akuntansi kehutanan yang juga ikut diterapkan dalam entitas perkebunan. Akan tetapi, PSAK 32 sudah dicabut oleh Ikatan Akuntan Indonesia pada bulan Januari tahun 2010 dan tidak dipergunakan lagi sebagai suatu standar akuntansi yang ada di Indonesia. Pencabutan PSAK 32 dilatarbelakangi oleh keputusan pemerintah Indonesia untuk menerapkan IFRS (International Financial Reporting Standards) yang kini diadopsi lebih dari 120 negara. Widyastuti (2012) mengungkapkan bahwa industri perkebunan memiliki karakteristik khusus yang membedakan dengan industri lainnya. Perbedaan tersebut ditunjukan oleh adanya aktivitas pengelolaan dan transformasi biologis atas tanaman untuk menghasilkan suatu produk yang akan dikonsumsi atau diproses lebih lanjut. Akibat dari karakteristik unik dan berbeda inilah, maka perusahaan yang bergerak dibidang agrikultur memiliki kemungkinan untuk menyajikan informasi secara lebih bias bila dibandingkan dengan perusahaan

yang bergerak dibidang lain, terutama dalam hal pengukuran, penyajian, dan pengungkapan aset tetapnya yang berupa aset biologis (Ridwan, 2011). Perusahaan yang bergerak dibidang perkebunan dalam mengelola aset biologisnya yang berupa tanaman perkebunan cenderung lebih rumit dalam perlakuannya. Hal ini dikarenakan, pada perkembangannya saat ini, aset biologis akan mengalami klasifikasi yang berulang disepanjang umur ekonomisnya akibat transformasi bentuk aset tersebut. Keberadaan aset biologis bagi entitas bisnis yang bergerak dibidang perkebunan menjadi sangat unik karena jenis aset ini merupakan komoditas utama entitas. Aktivitas utama entitas dalam pengelolaan aset biologis mulai dari penanaman hingga aset biologis bisa menghasilkan produk yang bisa dijual harus dikelompokkan dengan benar agar bisa menghasilkan laporan keuangan yang relevan, andal, dapat diperbandingkan dan dapat dipahami (Laras dan Fachriyah, 2011). Pada penelitian ini, obyek penelitian yang dipilih adalah PT. Perkebunan Nusantara IX (PERSERO) penelitian ini dimaksudkan untuk menganalisis perlakuan akuntansi aset biologis berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan dalam hal pengakuan, pengukuran, pengungkapan, dan penyajian. PT. Perkebunan Nusantara IX (PERSERO) merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sektor perkebunan di Indonesia yang bergerak dibidang usaha agribisnis perkebunan dengan komoditas berupa karet, kopi, teh, dan tebu. Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, penulis sangat tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul ANALISIS PENGAKUAN, PENGUKURAN, PENGUNGKAPAN, DAN PENYAJIAN ASET BIOLOGIS

BERDASARKAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN PADA PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IX (PERSERO). TINJAUAN PUSTAKA Standar Akuntansi Keuangan Pengertian Standar Akuntansi Keuangan (SAK) menurut PSAK 1 (2012:3) SAK adalah pernyataan dan interpretasi yang dikeluarkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia serta peraturan regulator pasar modal untuk entitas yang berada dibawah pengawasannya. Pada tahun 2012 Indonesia menerapkan secara penuh standar akuntansi international yang juga diterapkan lebih dari 120 negara. Standar itu disebut IFRS (International Financial Reporting Standards). Standar Akuntansi Keuangan Entitas Perkebunan Standar Akuntansi Keuangan yang ada di Indonesia belum ada pernyataan spesifik dan komprehensif yang mengatur mengenai perlakuan akuntansi khusus bagi industri perkebunan. Selama ini hanya ada PSAK 32 yang mengatur mengenai akuntansi kehutanan, yang juga ikut diterapkan dalam entitas perkebunan. Akan tetapi, PSAK 32 ini sudah dicabut oleh Ikatan Akuntan Indonesia pada bulan Januari 2010 dan tidak dipergunakan lagi sebagai suatu standar akuntansi yang digunakan di Indonesia. Pencabutan PSAK 32 dilatarbelakangi oleh pemerintah Indonesia sebagai anggota G20 forum. Aset Biologis Aset biologis merupakan salah satu jenis aset dari entitas yang bergerak dibidang agrikultur. Menurut International Accounting Standards 41 aset biologis

adalah aset entitas berupa hewan dan atau tanaman. Dalam penelitian ini aset biologis pada PT. Perkebunan Nusantara IX (PERSERO) berupa tanaman perkebunan dengan komoditas teh, kopi, karet, dan tebu. Pengakuan Pengertian pengakuan menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2012:14) pengakuan (recognition) merupakan proses pembentukan sutau pos yang memenuhi definisi unsur serta kriteria pengakuan yang dikemukakan dalam neraca atau laporan laba-rugi. Pengukuran Pengertian pengukuran menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2012:16) pengukuran adalah proses penetapan jumlah uang untuk mengakui dan memasukkan setiap unsur laporan keuangan dalam neraca dan laporan laba rugi. Proses ini menyangkut pemilihan dasar pengukuran tertentu. Pengungkapan Pengertian pengungkapan menurut James D. Stice dan Earl K.Stice (2009:32) adalah asumsi utama dan berbagai estimasi kemudian dideskripsikan dalam catatan atas laporan keuangan. Pendekatan lain adalah melewatkan ayat jurnal dan hanya bersandar pada catatan untuk memberikan informasi kepada pemakai. Penyajian Menurut Martani, et al (2012:290) menyatakan bahwa aset tetap disajikan di laporan posisi keuangan pada bagian aset tidak lancar.

METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini membahas perlakuan akuntansi terhadap aset biologis dalam hal pengakuan, pengukuran, pengungkapan, dan penyajian. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Akan tetapi penelitian kualitatif saja kurang mengungkapkan perbedaan apa yang terjadi, sehingga penelitian ini menggunakan pendekatan komparatif. Pemilihan metode penelitian kualitatif didasarkan pada keadaan di lapangan masih natural (tidak ada campur tangan peneliti) dan permasalahan yang dibawa oleh peneliti masih bersifat sementara. Selain itu, guna mendapatkan data secara lebih mendalam sehingga dapat dipertanggungjawabkan kevalidan data tersebut. Jenis dan Sumber Data Data Primer Menurut Sugiyono (2009:402) data primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data. Data primer yang digunakan oleh peneliti berupa gambaran mengenai perlakuan akuntansi aset biologis. Sumber datanya adalah bagian keuangan pada obyek penelitian. Data Sekunder Menurut Sugiyono (2009:402) data sekunder adalah sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen. Dalam penelitian ini data sekunder yang digunakan adalah laporan keuangan tahun 2013 dari PT. Perkebunan Nusantara IX (PERSERO). Sumber datanya adalah bagian keuangan pada obyek penelitian.

Metode Analisis Data Setelah data yang dibutuhkan terkumpul, langkah berikutnya yang harus dilakukan adalah tahap analisis data, yaitu tahap pemanfaatan data sedemikian rupa, dan dapat menyimpulkan kebenaran yang dapat digunakan dalam menjawab pokok permasalahan. Dalam penelitian ini analisis data yang digunakan adalah analisis komparatif yang meliputi: 1. Mengidentifikasi perlakuan akuntansi aset biologis dalam hal pengakuan, pengukuran, pengungkapan, dan penyajian berdasarkan pedoman akuntansi perkebunan. 2. Mengidentifikasi perlakuan akuntansi aset biologis dalam hal pengakuan, pengukuran, pengungkapan, dan penyajian berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan. 3. Mengkomparasikan perlakuan aset biologis antara perusahaan dan SAK untuk menilai perlakuan akuntansi aset biologis. 4. Mengimpretasikan hasil analisis dan kemudian membuat kesimpulan. HASIL PENELITIAN Perlakuan Aset Biologis Berdasarkan SAK a. Pengakuan Didalam PSAK 16 (2012:2) menyatakan bahwa aset tetap harus diakui jika dan hanya jika: 1. Kemungkinan besar entitas akan memperoleh manfaat ekonomi masa depan dari aset tersebut, dan 2. Biaya perolehannya dapat diukur secara andal.

b. Pengukuran Menurut PSAK 16 (2012:3) menyatakan bahwa pada saat pengakuan aset tetap harus diukur sebesar biaya perolehan. Setelah pengakuan awal, suatu perusahaan harus memilih model biaya atau model revaluasi sebagai kebijakan akuntansinya dan harus menerapkan kebijakan tersebut terhadap keseluruhan aset dalam satu kelompok aset tetap yang sama (PSAK 16, 2012:6). Pengukuran setelah pengakuan terdiri dari model biaya dan model revaluasi yang dijelaskan dibawah ini (PSAK 16, 2012:6): 1. Model biaya. Setelah pengakuan sebagai aset, aset tetap dicatat pada biaya perolehan dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai. 2. Model revaluasi. Setelah pengakuan sebagai aset, aset tetap yang nilai wajarnya dapat diukur secara andal dicatat pada jumlah revaluasian, yaitu nilai wajar pada tanggal revaluasi dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai setelah tanggal revaluasi. Revaluasi dilakukan dengan keteraturan yang cukup regular untuk memastikan bahwa jumlah tercatat tidak berbeda secara material dengan jumah yang ditentukan dengan menggunakan nilai wajar pada akhir periode pelaporan. Biaya perolehan awal aset tetap meliputi (PSAK 16, 2012:4): 1. Harga perolehannya, termasuk bea impor dan pajak pembelian yang tidak dapat dikreditkan setelah dikurangi diskon pembelian dan potongan lain.

2. Setiap biaya yang dapat diatribusikan secara langsung untuk membawa aset ke lokasi dan kondisi yang diinginkan supaya aset tersebut siap digunakan sesuai dengan maksud manajemen. 3. Estimasi awal biaya pembongkaran dan pemindahan aset tetap dan restorasi lokasi aset tetap. Kewajiban tersebut timbul ketika aset tetap diperoleh atau sebagai konsekuensi penggunaan aset tetap selama periode tertentu untuk tujuan selain untuk menghasilkan persediaan. c. Pengungkapan Menurut PSAK 16 (2012,11) laporan keuangan mengungkapkan, untuk setiap kelompok aset tetap: 1. Dasar pengukuran yang digunakan dalam menentukan jumlah tercatat bruto. 2. Metode penyusutan yang digunakan. 3. Umur manfaat atau tarif penyusutan yang digunakan. 4. Jumlah tercatat bruto dan akumulasi penyusutan (agregat dengan akumulasi rugi penurunan nilai) pada awal dan akhir periode. 5. Rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode yang menunjukkan: a. Penambahan. b. Aset yang diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk dijual atau termasuk dalam kelompok lepasan yang diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk dijual sesuai PSAK 58: aset tidak lancar yang dimiliki untuk dijual dan operasi yang dihentikan dan pelepasan lain.

c. Perolehan melalui kombinasi bisnis. d. Peningkatan atau penurunan akibat dari revaluasi sesuai paragraf 31, 39, dan 40 serta dari rugi penurunan nilai yang diakui atau dibalik dalam pendapatan komprehensif lain sesuai dengan PSAK 48: penurunan nilai aset. e. Rugi penurunan nilai yang diakui dalam laba rugi sesuai PSAK 48. f. Pembalikan rugi penurunan nilai dalam laba rugi sesuai PSAK 48. g. Penyusutan. h. Selisih kurs neto yang timbul dalam penjabaran laporan keuangan dari mata uang fungsional menjadi mata uang pelaporan yang berbeda, termasuk penjabaran dari kegiatan usaha luar negeri menjadi mata uang pelaporan dari entitas pelapor. i. Perubahan lain Menurut PSAK 16 (2012:12) laporan keuangan juga mengungkapkan: 1. Keberadaan dan jumlah pembatasan atas hak milik, dan aset tetap yang dijaminkan untuk liabilitas. 2. Jumlah pengeluaran yang diakui dalam jumlah tercatat aset tetap yang sedang dalam konstruksi. 3. Jumlah komitmen kontraktual untuk memperoleh aset tetap dan 4. Jumlah kompensasi dari pihak ketiga untuk aset tetap yang mengalami penurunan nilai, hilang atau dihentikan yang termasuk dalam laba rugi, jika tidak diungkapkan secara terpisah dalam laporan laba rugi komprehensif.

d. Penyajian Menurut PSAK 16 menyatakan bahwa aset tetap disajikan dilaporan posisi keuangan bagian aset tidak lancar (non current asset). Berdasarkan hasil komparasi yang dilakukan mengenai perlakuan aset biologis dalam hal pengakuan, pengukuran, pengungkapan, dan penyajian. Maka dapat disimpulkan, Perlakuan aset biologis dalam hal pengakuan baik perusahaan maupun SAK keduanya sama. Mengakui aset apabila aset mempunyai manfaat dimasa depan dan aset dapat diukur secara andal. Pada perusahaan, pengakuan aset biologis meliputi aset tanaman semusim dan aset tanaman tahunan. Aset tanaman semusim yang diakui sebagai aset adalah bibit untuk tanaman yang akan datang sedangkan aset tanaman tahunan adalah TM dan TBM. Perlakuan Aset Biologis Berdasarkan Pedoman Perkebunan A. Menurut pedoman akuntansi perkebunan (2011:91) perlakuan akuntansi aset tanaman semusim adalah: 1. Pengakuan dan pengukuran a. Pengakuan dan pengukuran awal Biaya perolehan aset tanaman semusim diakui sebesar akumulasi biaya yang dapat dikapitalisasi sampai menjadi tanaman siap panen. b. Pengukuran selanjutnya Aset tanaman semusim diukur pada biaya perolehan dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai.

c. Penyusutan Penyusutan aset tanaman semusim diakui sebagai penambah biaya perolehan persediaan yang dihasilkannya. Akumulasi penyusutan aset tanaman semusim disajikan sebagai pos pengurang jumlah tercatatnya. d. Penurunan dan pemulihan nilai Penurunan nilai diakui sebagai kerugian pada periode terjadinya. Pemulihan penurunan nilai diakui sebesar keuntungan pada periode terjadinya. Akumulasi rugi penurunan nilai aset tanaman semusim disajikan sebagai pos lawan. e. Penghentian pengakuan Keuntungan atau kerugian dari penghentian pengakuan diakui pada periode terjadinya. Keuntungan atau kerugian tersebut disajikan sebagai pendapatan atau beban nonusaha. 2. Penyajian Aset tanaman semusim disajikan dalam kelompok aset tidak lancar. 3. Pengungkapan Hal-hal yang harus diungkapkan antara lain: a. Rincian jenis dan jumlah aset tanaman semusim yaitu aset tanaman pembibitan. b. Dasar penilaian yang digunakan untuk menentukan jumlah bruto aset tanaman semusim. c. Metode penyusutan yang digunakan. d. Umur manfaat atau tarif penyusutan yang digunakan

e. Jumlah tercatat bruto dan akumulasi penyusutan awal dan akhir periode. f. Rekonsiliasi jumlah tercatat awal dan akhir periode yang menunjukkan: 1. Penambahan 2. Pelepasan 3. Penurunan nilai tercatat 4. Penyusutan 5. Perbedaan pertukaran neto yang timbul 6. Setiap pengklasifikasian kembali g. Pengungkapan lainnya B. Menurut pedoman akuntansi perkebunan (2011:94) perlakuan akuntansi aset tanaman tahunan adalah: 1. Pengakuan dan pengukuran a. Pengakuan dan pengukuran awal (TBM dan TM) Biaya perolehan TBM sebesar akumulasi biaya yang dikapitalisasi ke TBM tersebut. Biaya perolehan TM sebesar nilai tercatat TBM yang direklasifikasi ke TM. b. Pengukuran selanjutnya (TBM dan TM) TBM diukur pada biaya perolehan setelah dikurangi akumulasi rugi penurunan nilai. TM diukur pada biaya perolehan setelah dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai.

c. Penyusutan (TM) Penyusutan aset tanaman tahunan diakui sebagai beban produksi atau penambah biaya perolehan persediaan yang dihasilkannya. Akumulasi penyusutan aset tanaman disajikan sebagai pos pengurang jumlah tercatatnya. d. Penurunan nilai (TBM dan TM) Penurunan nilai diakui sebagai kerugian pada periode terjadinya. Akumulasi rugi penurunan nilai aset tanaman disajikan sebagai pos lawan jumlah tercatatnya. Pemulihan penurunan nilai diakui sebagai keuntungan. e. Penghentian pengakuan (TBM dan TM) Keuntungan atau kerugian yang terjadi diakui pada periode terjadinya. Keuntungan atau kerugian tersebut disajikan sebagai pendapatan atau beban nonusaha. 2. Penyajian Aset tanaman tahunan disajikan dalam kelompok aset tidak lancar. 3. Pengungkapan Hal-hal yang harus diungkapakan antara lain: 1. Rincian jenis dan jumlah aset tanaman tahunan yaitu TBM dan TM. 2. Dasar penilaian yang digunakan untuk menentukan jumlah bruto aset tanaman tahunan. 3. Metode penyusutan yang digunakan. 4. Umur manfaat atau tarif penyusutan yang digunakan.

5. Jumlah tercatat bruto dan akumulasi penyusutan awal dan akhir periode. 6. Rekonsiliasi jumlah tercatat awal dan akhir periode yang menunjukkan: a. Penambahan b. Pelepasan c. Penurunan nilai tercatat d. Penyusutan e. Perbedaan pertukaran neto yang timbul f. Setiap pengklasifikasian kembali 7. Pengungkapan lainnya Kesimpulan Dari hasil penelitian, dapat diambil kesimpulan bahwa perlakuan akuntansi aset biologis pada PT. Perkebunan Nusantara IX (PERSERO) telah dilakukan sesuai dengan prinsip akuntansi yang didasarkan pada Standar Akuntansi Keuangan, antara lain sebagai berikut ini: 1. Aset biologis pada PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero) diakui menjadi 2 (dua) yaitu aset tanaman semusim dan aset tanaman tahunan. Aset tanaman semusim yang diakui sebagai aset tanaman adalah bibit untuk tanaman yang akan datang sedangkan aset tanaman tahunan dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu tanaman menghasilkan (TM) dan tanaman belum menghasilkan (TBM).

2. Aset biologis pada PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero) diukur berdasarkan harga perolehan karena dengan nilai ini lebih terukur sehingga menjadikan kualitas informasi laporan keuangan semakin baik dan relevan. 3. Aset biologis pada PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero) diungkapkan telah sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan. Perusahaan membuat rincian mengenai jenis dan jumlah aset biologis, metode penyusutan, umur manfaat dan tarif penyusutan, serta rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode. 4. Aset biologis pada PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero) disajikan pada laporan posisi keuangan dalam kelompok aset tidak lancar (non current asset) berupa tanaman menghasilkan dan tanaman belum menghasilkan. Keterbatasan Penelitian 1. Penelitian ini merupakan studi kasus sehingga hasilnya terbatas hanya pada satu obyek penelitian saja yakni PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero). 2. Penelian ini studi kasus sehingga hasilnya dapat menyebabkan bias. Saran 1. Peneliti berikutnya jika hendak mengangkat topik yang sama tentang perlakuan akuntansi aset biologis menggunakan beberapa sampel perusahaan sehingga hasilnya dapat digeneralisasi. 2. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat mengembangkan metode penelitian seperti trianggulasi sehingga dapat memberikan hasil penelitian yang lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA Kiswara, Adita. 2012. Analisis Penerapan International Accounting Standard (IAS) 41 Pada PT. Sampoerna Agro, Tbk. Diponegoro Journal Of Accounting: Universitas Diponegoro. Diakses 13 November 2014. Abdullah, Achmad Ridwan. 2011. Perlakuan Akuntansi Aset Biologis PT. Perkebunan Nusantara XIV Makassar (PERSERO). Skripsi. Makassar: Fakultas Ekonomi, Universitas Hasanuddin. www.unhas.ac.id. Diakses 21 November 2014. Laras Esti, Fachriyah Nurul. 2011. Evaluasi Penerapan Standar Akuntansi Keuangan Dalam Pelaporan Aset Biologis (Studi Kasus Pada Koperasi M ). Skripsi. Malang: Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya. Diakses 13 November 2014 Ikatan Akuntan Indonesia. 2012. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: PT Salemba Empat Martani Dwi, Veronica Sylvia, Wardhani Ratna, Farahmita Aria, Tanujaya Edward. 2012. Akuntansi Keuangan Menengah Berbasis PSAK. Jakarta Selatan: Salemba Empat. International Accounting Standard Committee (IASC). 2008. International Accounting Standard 41 Agriculture. Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta. Stice, James D, Earl K.Stice, K. Fres. S. kouse.2009. Akuntansi Keuangan. Edisi Keenambelas. Diterjemahkan oleh Ali Akbar. Jakarta:Salemba Empat.