BAB I PENDAHULUAN. Kata kebudayaan berasal dari kata Sansakerta budhayah, yaitu bentuk jamak

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. hormat yang digunakan untuk membuat kata-kata menjadi lebih indah. Ciri dari

Bab 1. Pendahuluan. Manusia sebagai makhluk hidup sangat memerlukan komunikasi. Menurut Trenholm

BAB I PENDAHULUAN. dengan lainnya, hubungan tersebut terjalin karena adanya komunikasi.

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari karena dengan bahasa kita dapat menyampaikan suatu ide, pikiran,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial, yaitu makhluk yang tidak dapat hidup

Bab 1. Pendahuluan. Bahasa merupakan alat dalam berkomunikasi. Berbagai macam definisi mengenai

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri

2015 PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA KOMIK PADA PEMBELAJARAN (KEIGO

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam masyarakat kata bahasa sering digunakan dalam berbagai konteks

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Bab 1. Pendahuluan. Dalam kehidupan sehari-hari, seperti halnya air dan udara yang menjadi salah satu

Bab 5. Ringkasan. Bahasa yang digunakan untuk melakukan interaksi tersebut, tidak hanya. yang harmonis dan hubungan interkasi yang lancar.

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan bahasa. Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang arbitrer

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi utama untuk saling berinteraksi satu sama lain. Bahasa adalah sistem

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu

PENDAHULUAN Bahasa Jawa adalah bahasa yang digunakan oleh masyarakat suku Jawa untuk berkomunikasi antarsesama masyarakat Jawa.

BAB I PENDAHULUAN. Tanpa bahasa manusia tidak dapat saling berinteraksi baik antar individu maupun

Bab 2. Landasan Teori. Pada bab ini penulis akan menjabarkan teori-teori yang akan digunakan dalam

BAB 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN. dengan tamu dan setiap tutur katanya tidak dapat dipisahkan dengan kesan hormat

PEMAKAIAN BAHASA JAWA OLEH SANTRI PONDOK PESANTREN HADZIQIYYAH KABUPATEN JEPARA

Seseorang yang menyampaikan suatu maksud tertentu sering dilakukan. ketersinggungan seseorang dengan adanya ujaran tertentu. Sama halnya dengan

BAB I PENDAHULUAN. Kata tunjuk atau pronomina demonstratif dalam bahasa Jepang disebut shiji

BAB I PENDAHULUAN. atau kelompok individu terutama kelompok minoritas atau kelompok yang

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB 1. Pendahuluan. Bahasa adalah alat komunikasi manusia. Sebagai makhluk sosial yang hidup

BAB I PENDAHULUAN. serupa. Ragam bahasa menurut Pateda (1987:52) terbagi menjadi berbagai jenis

PEGGUNAAN RAGAM BAHASA HORMAT (KEIGO) DALAM DRAMA ATTENTION PLEASE KARYA SATO YUICHI

b. Untuk memperkenalkan bahasa Batak Toba kepada masyarakat sebagai salah satu bahasa daerah yang turut memperkaya kebudayaan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. bahasa. Manusia memerlukan bahasa sebagai alat komunikasi. Bahasa

BAB 1 PENDAHULUAN. sepuluh. Menurut Kridalaksana kelas kata terbagi sepuluh macam sebagai

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari masyarakat. Dalam bahasa Indonesia contoh onomatope misalnya

BAB I PENDAHULUAN. diterbitkan kurang begitu memperhatikan aspek gramatikal bahkan masih

BAB I PENDAHULUAN. dapat mendampingi numeralia atau preposisi dalam kalimat. Adverbia dalam

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari manusia sebagai makhluk sosial mutlak akan saling

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG KEIGO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Semarang merupakan pusat pemerintahan dan pusat ekonomi. Semarang telah

ERIZA MUTAQIN A

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang efektif. Bahasa dan proses

PEMAKAIAN ISTILAH-ISTILAH DALAM BAHASA JAWA DIALEK SURABAYA PADA BERITA POJOK KAMPUNG JTV YANG MELANGGAR KESOPAN-SANTUNAN BERBAHASA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Sarana yang paling utama dan vital untuk memenuhi kebutuhan tersebut adalah

BAB I PENDAHULUAN. dapat berupa tujuan jangka pendek, menengah, dan panjang. Dalam mata

BAB I PENDAHULUAN. sendiri-sendiri. Keunikkan bahasa dalam pemakaiannya bebas dan tidak terikat.

IMPLIKATUR PERCAKAPAN DAN DAYA PRAGMATIK PADA IKLAN PRODUK KOSMETIK DI TELEVISI SKRIPSI

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

Bab 1. Pendahuluan. Bahasa sebagai sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang digunakan oleh anggota

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan melalui bahasa. Di dunia terdapat bermacam-macam bahasa

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Bahasa merupakan sarana dalam komunikasi manusia sehari-hari yang

I. PENDAHULUAN. universal. Anderson dalam Tarigan (1972:35) juga mengemukakan bahwa salah

BAB I PENDAHULUAN. interaksi sosial antara orang satu dengan yang lainnya. Dalam. komunikasi dibutuhkan alat komunikasi agar hubungan antarmanusia

BAB I PENDAHULUAN. selalu akan ditemukan peraturan-peraturan berbahasa yang disebut juga dengan tata

Bab 1. Latar Belakang. Pembelajaran merupakan upaya membelajarkan siswa (Degeng:1989). Kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. individu lain dalam kehidupan sehari-hari. Dalam berinteraksi itulah manusia

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Deskriptif yaitu penelitian

PENGGUNAAN DEIKSIS DALAM BAHASA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. antar individu satu dengan individu yang lain. Dalam Kamus Besar Bahasa

BAB 1 PENDAHULUAN. ustaz Maulana pada acara Islam Itu Indah. Satu episode pada tanggal 5

BAB I PENDAHULUAN. adalah alat komunikasi, manusia dapat saling memahami satu sama lain sebagai

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. Dewi (2009) dalam tesis yang berjudul Sapaan Bahasa Jepang : Bentuk,

BAB I PENDAHULUAN. benar. Ini ditujukan agar pembaca dapat memahami dan menyerap isi tulisan

PEMAKAIAN DEIKSIS PERSONA, LOKASIONAL, DAN TEMPORAL DALAM NOVEL AYAT-AYAT CINTA KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bahasa merupakan salah satu unsur kebudayaan suatu bangsa dan

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan bahasa hormat dalam bahasa Jepang. Ragam bahasa hormat itu dikenal dengan sebutan keigo 敬語. Ragam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan sebuah sarana yang digunakan manusia untuk

: Ortografis dalam Register Seabreg SMS Gaul

BAB I PENDAHULUAN. sebagainya. Kalimat- kalimat bahasa sebagai ungkapan sikap, perasaan, dan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat komunikasi namun juga media untuk melakukan tindakan dan cerminan

BAB I PENDAHULUAN. bahasa. Seni bahasa tersebut berupa kata-kata yang indah yang terwujud dari

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Aktivitas komunikasi tidak lepas dari kehidupan manusia sehari-hari.

REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA DI KALANGAN MAHASISWA DALAM BERINTERAKSI DENGAN DOSEN DAN KARYAWAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia membutuhkan bahasa sebagai alat untuk menyampaikan ide,

Bahasa Indonesia. Ragam Bahasa. Dwi Septiani, S.Hum., M.Pd. Modul ke: Fakultas Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Manajemen

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang sempurna dibandingkan dengan mahluk ciptaan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. realitas, dan sebagainya. Sarana yang paling utama dan vital untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. dengan fukushi. Fukushi adalah kata yang dipakai untuk menerangkan yougen

PENGUNGKAPAN GAYA BAHASA PERSONIFIKASI DALAM TABLOID AGROBIS EDISI NOPEMBER 2007 SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Idiom salah satu istilah dalam bidang kebahasaan yang digunakan untuk

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pengolahan data, sampai pada tahap pengambilan kesimpulan, disesuaikan

BAB I PENDAHULUAN. mampu berkomunikasi dengan baik. Salah satu cara untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, baik untuk bertutur maupun untuk memahami atau mengapresiasi

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan isi pikiranya kepada orang lain. Bahasa memiliki komponen penting yaitu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dwi Wahyuni, 2013

BAB I PENDAHULUAN. pokok di dalam pragmatik. Tindak tutur merupakan dasar bagi analisis topik-topik

BAB I PENDAHULUAN. kelompok sosial, untuk berkerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan

BAB I PENDAHULUAN. melalui berita-berita yang terdapat di berbagai media. Penyampaian berita (pesan,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia selain musik, drama, anime dan lain-lain, untuk mempelajari dan

JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS ANDALAS PADANG, 2012

GAYA BAHASA PERSONIFIKASI PADA KARANGAN SISWA KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH 9 GEMOLONG SRAGEN

NASKAH PUBLIKASI PEMAKAIAN PREPOSISI PADA KOLOM POS PEMBACA DI HARIAN SOLOPOS SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. dalam berbagai bentuk guna memenuhi kebutuhan hidupnya. Salah satu fungsi

PELANGGARAN PRINSIP KERJA SAMA DALAM TALK SHOW EMPAT MATA DI TRANS 7

BAB I PENDAHULUAN. Konjungsi adalah kata yang berfungsi untuk menghubungkan kata dengan kata, frasa

BAB I PENDAHULUAN. Setiap bahasa di dunia memiliki gaya bahasa yang spesifik dan unik sesuai

Bab 1. Pendahuluan. digunakan dalam berkomunikasi pada saat bersosialisasi dengan orang lain sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam menjalani kehidupan sehari-hari sering menemukan banyak tanda,

ALIH KODE DAN CAMPUR KODE PERCAKAPAN STAF FKIP UNIVERSITAS AL ASYARIAH MANDAR

Transkripsi:

1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Kata kebudayaan berasal dari kata Sansakerta budhayah, yaitu bentuk jamak dari budhi yang berarti budi atau akal (Koentjaraningrat, 1980 : 2 ). Kebudayaan dapat diartikan hal yang bersangkutan dengan akal. Kata budaya merupakan perkembangan majemuk dari budi daya yang berarti daya dari budi sehingga dibedakan antara budaya yang berarti daya dari budi yang berupa cipta, karsa dan rasa dengan kebudayaan yang berarti hasil dari cipta, karsa dan rasa. Menurut B. Malinowski (dalam Sulaeman 1990 : 13), budaya di dunia memiliki tujuh unsur universal yaitu : 1. bahasa, 2. sistem teknologi, 3. sistem mata percaharian, 4. organisasi sosial, 5. sistem pengetahuan, 6. religi, dan 7. kesenian. Bahasa merupakan salah satu unsur dari budaya. Bahasa berfungsi sebagai media komunikasi sosial dalam hubungan antar individu satu dengan individu yang lain. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989), bahasa adalah sistem lambang bunyi berartikulasi yang bersifat arbitrer dan konvensional yang dipakai sebagai alat komunikasi untuk melahirkan perasaan dan pikiran. Bahasa dan budaya mempunyai hubungan yang koordinatif, yakni hubungan sederajat yang kedudukannya sangat tinggi (Hodijah 2006 : 4). Masinambouw (dalam Chaer, 1995 : 217) menyebutkan bahwa budaya dan bahasa merupakan suatu sistem yang melekat pada manusia. Dapat juga dikatakan budaya adalah suatu sistem yang melekat pada manusia, mengatur interaksi manusia di dalam bermasyarakat, dan bahasa adalah suatu sistem yang berfungsi sebagai sarana bagi berlangsung interaksi tersebut. 1

Hubungan bahasa dan budaya ini juga pernah dibahas oleh D.Bloomfield, Harris dan Voegeli (dalam Oka, 1974 : 113), bahwa bahasa jika ditinjau dari luar dirinya adalah sebagai alat dan wadah budaya dalam wujud kegiatan berbahasa baik dalam bentuk tulisan maupun dalam bentuk lisan. Hubungan bahasa dengan budaya memang erat sekali, bahkan sering sulit didentifikasi hubungan antarkeduanya karena mereka saling mempengaruhi, saling mengisi dan berjalan berdampingan. Menurut Nababan, ada dua macam hubungan bahasa dan budaya, yakni (1) bahasa adalah bagian dari budaya (filogenetik), dan (2) seseorang belajar budaya melalui bahasanya (ontogenetik) (Nababan, 1993 : 82). Ditinjau dari sudut budaya, bahasa adalah unsur dari budaya. Bahasa adalah wadah dan refleksi budaya masyarakat pemiliknya, serta dari bahasa kita dapat mengetahui budaya suatu bangsa. Koentjoroningrat (dalam Chaer, 1995 : 217) menyatakan budaya itu hanya dimiliki manusia dan tumbuh bersama berkembangnya masyarakat manusia. Manusia menggunakan bahasa dalam berbagai konsep guna memenuhi kebutuhan dalam hidupnya. Oleh karena itu, bahasa berisi kaidah yang mengatur bagaimana cara seseorang bertutur, sehingga hubungan interpersonal para pemakai bahasa tersebut terpelihara dengan baik. Proses berbahasa selalu diasosiasikan sebagai proses berkomunikasi. Ditegaskan Lyons (dalam Siberani, 1992 : 90) bahwa bahasa berperan sebagai alat komunikasi dan merupakan kebenaran yang tidak dapat disanggah. Melalui komunikasi, suatu hal dapat diterima dan diketahui oleh pihak kedua atau pihak ketiga. Saat berkomunikasi seseorang harus melihat latar belakang lawan bicara, seperti usia, jabatan, atau 2

status sosial. Seseorang tidak diperbolehkan untuk berbicara dengan bahasa yang tidak sopan dan merendahkan lawan bicara. Oleh karena itu, dalam berkomunikasi diperlukan tata cara yang baik dan benar. Setiap negara memiliki tata cara komunikasi tertentu. Bahasa Indonesia mengenal ragam bahasa yang baik dan benar, yaitu ragam bahasa yang digunakan sesuai kaidah yang telah disusun dan ditetapkan. Bangsa Jepang dalam berkomunikasi mengenal istilah keigo 敬語. Keigo merupakan bentuk bahasa yang digunakan saat berbicara dengan lawan bicara yang dihormati dan atau memiliki status sosial yang lebih tinggi. Menurut Terada Takanao (1984 : 230), keigo 敬語 terbagi ke dalam tiga jenis, antara lain sonkeigo 尊敬語, kenjougo 謙譲語, dan teineigo 丁寧語. Sonkeigo 尊敬語 merupakan penggunaan kata khusus yang berfungsi untuk memberikan rasa hormat ketika berbicara dengan lawan bicara atau orang yang dibicarakan. Kenjougo ( 謙譲語 ) digunakan pada saat menghormati lawan bicara dengan cara pembicara merendahkan diri. Teineigo 丁寧語 adalah cara bertutur kata dengan sopan santun yang dipakai oleh seseorang dalam komunikasi di antara orang yang saling menghormati atau menyegani. Penggunaan keigo, menurut Hinata Shigeo (dalam Astami, 2013 : 117) memiliki beberapa peran nyata yaitu, menunjukkan penghormatan terhadap lawan bicara, penegasan situasi formal yang ditujukan untuk menghindari kesan tidak sopan, sebagai pemberi jarak secara psikologis dengan lawan bicara yang baru bertemu, sebagai penunjuk martabat pembicara atau lawan bicara, menimbulkan perasaan kasih sayang atau keramahtamahan penuturnya dan sebuah sindiran, atau cemooh terhadap lawan bicara. 3

Sonkeigo 尊敬語 merupakan pembentukan kata khusus yang berfungsi untuk memberikan rasa hormat ketika berbicara dengan lawan bicara yang lebih tua atau memiliki pangkat yang lebih tinggi. Oishi Shotarou menjelaskan sonkeigo adalah sebuah ragam hormat untuk menyatakan rasa hormat terhadap orang yang dibicarakan (termasuk benda, keadaan, aktifitas, atau hal lain) dengan cara menaikkan derajat orang yang dibicarakan (Shotarou, 1985 : 25). Penelitian ini ditujukan untuk meneliti penggunaan sonkeigo. Sonkeigo dijadikan sebagai objek penelitian karena keunikan dalam fungsi dan penggunaanya. Sonkeigo memiliki fungsi untuk menghormati lawan bicara dengan cara meninggikannya serta memiliki tingkat tuturan yang peneliti tidak temukan dalam bahasa Indonesia sebagai bahasa ibu peneliti. Tidak hanya dalam ragam bahasa hormat keigo, bangsa Jepang terkenal dengan salah satu perkembangan sistem teknologi pada media hiburan animasi yang disebut anime. Anime adalah salah satu seni gambar bergerak modern/kontemporer yang dikembangkan dengan cara khas masyarakat Jepang dan menjadi terkenal serta digemari di seluruh dunia. Bahkan dapat dikatakan bahwa anime menjadi media untuk mengembangkan hegemoni Jepang terhadap budaya luar Jepang. Istilah anime diambil dari kata bahasa Inggris yaitu animation yang berarti animasi. Di Jepang, pelafalan kata animation menjadi anime-shon アニメション, kata ini kemudian disingkat menjadi anime. Seiring dengan berjalannya waktu, anime mengalami perkembangan mulai dari segi visual dan genre. Terdapat banyak anime yang menampilkan contoh berkomunikasi yang biasa digunakan dalam masyarakat Jepang, namun peneliti memilih Anime Classroom Crisis 4

sebagai objek penelitian. Anime Classroom Crisis diproduksi oleh Lay-duce dan ditayangkan dari Juli 2015 hingga September 2015. Classroom Crisis berlatar belakang kelas A-TEC merupakan bagian dari perusahaan Kirishina yang bergerak dalam bidang pembuatan pesawat roket. Anime ini terdiri dalam 13 episode yang menceritakan tentang usaha untuk mempertahankan A-TEC dari proses penutupannya. Anime ini menjadi objek penelitian karena banyak memperlihatkan percakapan yang terjadi antara lawan bicara yang memiliki status atau usia yang berbeda. Selain memperlihatkan percakapan antara lawan bicara, peneliti memilih anime Classrooom Crisis karena pemahaman yang peneliti miliki terhadap jalan ceritanya. Paragraf sebelumnya telah dijelaskan bahwa, bahasa sebagai wadah dan refleksi budaya masyarakat pemiliknya, serta dari bahasa kita dapat mengetahui budaya suatu bangsa. Hal itu menunjukkan bahwa penggunaan bahasa khususnya penggunaan sonkeigo merupakan hasil yang terefleksikan dari budaya Jepang. Selain itu, anime Classroom Crisis sebagai salah satu produk dari perkembangan sistem teknologi pada media hiburan animasi yang dikembangkan dengan cara khas masyarakat Jepang banyak memperlihatkan percakapan yang terjadi antara lawan bicara yang memiliki status sosial, jabatan, atau usia yang berbeda. Atas dasar itu, penelitian ini ditujukan untuk mendeskripsikan bentuk sonkeigo dalam anime Classroom Crisis dan menganalisis fungsi sonkeigo pada anime Classroom Crisis. Menganalisis budaya yang terefleksikan pada penggunaan sonkeigo dalam anime Classroom Crisis. 5

1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini antara lain: 1. bentuk penggunaan sonkeigo yang terdapat dalam anime Classroom Crisis. 2. fungsi penggunaan sonkeigo dalam anime Classroom Crisis. 3. budaya Jepang yang terefleksikan pada penggunaan sonkeigo dalam anime Classroom Crisis. 1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1. Tujuan Penelitian Sesuai dengan penjelasan pada rumusan masalah maka tujuan dari penelitian ini antara lain : 1.Mengidentifikasi dan mendeskripsikan bentuk sonkeigo dalam anime Classroom Crisis. 2.Menganalisis dan menjelaskan fungsi penggunaan sonkeigo dalam anime Classroom Crisis. 3.Menganalisis dan mendeskripsikan budaya Jepang yang terefleksikan dalam penggunaan sonkeigo dalam anime Classroom Crisis. 1.3.2. Manfaat Penelitian Merujuk pada tujuan penelitian di atas, maka penelitian ini diharapkan dapat memberikan dua kegunaan, yaitu : 1. Manfaat akademis, Membantu memperkaya khazanah ilmu pengetahuan tentang ragam bahasa hormat dalam bahasa Jepang khususnya ragam bahasa hormat meninggikan orang lain, yakni sonkeigo. 6

2. Manfaat praktis, Memberikan penelitian yang berarti terhadap jurusan Sastra Jepang Universitas Andalas berupa skripsi yang menganalisis ragam bahasa hormat dalam budaya Jepang. 1.4. Tinjauan Pustaka Sejauh penelusuran yang peneliti lakukan, terdapat beberapa tulisan dan artikel yang berkaitan dengan objek yang peneliti teliti antara lain penelitian Monalisa Fitri Albi (2009), Dewi Anastasia (2013), dan Marita Purnama Zandy (2014). Monalisa Fitri Albi (2009), melakukan penelitian dengan judul Honorifik dalam Bahasa Jepang (Suatu Tinjauan Sosiolinguistik). Penelitian ini berbentuk deskriptif yang sumber data diambil dari novel jepang, buku jepang, koran jepang, katalog dan pamflet Jepang. Menganalisis data, teori yang digunakan yaitu, teori ragam bahasa, komponen tutur (speaking), keigo, serta prefiks o お atau go ご pembentuk honorifik dalam bahasa Jepang. Peneliti dalam penelitian ini mencari variasi dari setiap penggunaan prefiks o お atau go ご pembentuk honorifik pada masing-masing jenis keigo dan meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaannya. Berdasarkan analisis diketahui bahwa penggunaan prefiks o お atau go ご pada masing-masing jenis keigo bervariasi digunakan pada nomina, adjektiva, 7

dan verba bentuk renkyoukei yang diikuti dengan penanda honorifik khusus. Selain itu, faktor yang mempengaruhi perbedaan antara lain, status sosial (atasbawah), usia (tua-muda), situasi (formal), dan hubungan antara penutur dan lawan tutur. Penelitian Monalisa Fitri Albi dijadikan sebagai salah satu perbandingan. Penelitian Monalisa dikhususkan menganalisis penggunaan prefiks o お atau go ご dalam keigo menggunakan teori sosiolinguistik, sedangkan penelitian yang peneliti lakukan yaitu menganalisis bentuk sonkeigo, fungsi penggunaan sonkeigo dan refleksi budaya Jepang pada sonkeigo dalam anime Classroom Crisis. Dewi Anastasia (2013), dalam penelitian yang berjudul Komparatif Keigo Bahasa Jepang dengan Krama Bahasa Jawa ini, menggunakan kajian semantik dan sintaksis. Penelitian ini menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan keigo bahasa Jepang dengan krama bahasa Jawa yaitu sebagai berikut : 1. Keigo bahasa Jepang mengenal adanya sistem uchi dan soto, yang dimaksud dengan uchi soto adalah sebagai berikut; uchi adalah kelompok di dalam lingkungan sendiri, seperti keluarga atau kantor sendiri sebagai tempat bekerja. Sedangkan soto adalah lingkungan di luar lingkungan uchi. Saat orang pertama berbicara tentang uchi no hito orang di lingkungannya sendiri kepada soto no hito orang di luar uchi no hito, maka ia harus memperlakukan uchi no hito sama seperti dirinya sendiri. Oleh karena itu, meskipun kedudukan uchi no hito lebih tinggi, orang pertama tidak menggunakan bentuk hormat sonkeigo melainkan bentuk kenjougo, sedangkan krama bahasa Jawa tidak ada. 8

2. Tingkat tutur bahasa Jepang merupakan variasi bentuk hormat dan sopan, bahasa yang menunjukkan keakraban tidak termasuk ke dalam keigo, sedangkan tingkat tutur bahasa Jawa, bahasa yang menunjukan keakraban atau yang sering dikenal dengan ngoko termasuk ke dalam kaidah tingkat tutur bahasa Jawa. 3. Leksikon pembentuk tingkat tutur bahasa Jepang lebih banyak yang beraturan, sedangkan tingkat tutur bahasa Jawa sebaliknya. Penelitian yang dilakukan oleh Dewi Anastasia, membandingkan Keigo dan krama bahasa Jawa merupakan penelitian yang terfokus kepada bentuk penghormatan terhadap lawan bicara, dengan menggunakan teori semantik dan sintaksis. Berbeda dari itu, penelitian yang peneliti lakukan yaitu menganalisis sonkeigo dari bentuk, fungsi, dan refleksinya dalam budaya Jepang pada anime Classroom Crisis. Marita Purnama Zandy (2014), meneliti untuk skripsi berjudul Penggunaan Ragam Bahasa Hormat (Keigo) dalam Drama Attention Please Karya Sato Yuichi. Menurut peneliti, penelitian ini digunakan untuk mengetahui penggunaan keigo dan faktor yang mempengaruhi penggunaannya dalam drama Attention Please. Penelitian ini menyimpulkan bahwa dalam drama Attention Please ditemukan penggunaan ketiga jenis keigo, yaitu sonkeigo sebanyak 20 data, kenjougo sebanyak 20 data, dan teineigo sebanyak 25 data. Dari penelitian ini ditemukan faktor yang mempengaruhi penggunaan keigo, antara lain usia sebanyak 8 data, status sebanyak 34 data, jenis kelamin sebanyak 3 data, keakraban sebanyak 7 data, gaya bahasa sebanyak 6 data dan pribadi/umum sebanyak 3 data. 9

Penelitian yang dilakukan oleh Marita Purnama Zandy, bertujuan untuk mendata sekaligus meneliti fungsi penggunaan keigo dan faktor yang mempengaruhinya dalam drama Attention Please karya Sato Yuichi. Berbeda dari itu, penelitian yang peneliti lakukan yaitu menganalisis sonkeigo dari bentuk, fungsi, dan refleksi budaya Jepang dalam penggunaan sonkeigo dalam anime Classroom Crisis. Ketiga penelitian yang telah dijabarkan di atas memberikan pengarahan bahwa salah satu kajian yang belum diteliti adalah sonkeigo. Sehingga tinjauan pustaka mengarahkan peneliti untuk meneliti bentuk penggunaan sonkeigo dalam anime Classroom Crisis, fungsi penggunaan sonkeigo dalam anime Classroom Crisis, dan serta refleksi penggunaan sonkeigo terhadap budaya Jepang dalam anime Classroom Crisis. 1.5. Metode Penelitian Metode penelitian adalah suatu cara yang digunakan dalam melakukan penelitian. Menurut Djajasudarma (dalam Kesuma, 2007 : 1) metode adalah cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai maksud atau cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan. Penelitian ini melalui beberapa tahapan, yaitu pengumpulan data, analisis data, dan penyajian hasil analisis data. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang mendukung penelitian. 1.5.1. Pengumpulan Data Data yang diteliti dalam penelitian ini, adalah sonkeigo yang terdapat dalam anime Classroom Crisis. Data dikumpulkan dengan menggunakan metode simak. Metode simak merupakan metode yang digunakan untuk memperoleh data dengan 10

menyimak penggunaan bahasa, baik secara lisan maupun tulisan (Mahsun, 2005 : 90). Peneliti akan menyimak penggunaan bahasa untuk berkomunikasi secara lisan pada anime Classroom Crisis. Teknik sadap merupakan teknik dasar yang digunakan pada metode simak, yang kemudian dilanjutkan dengan teknik simak bebas libat cakap dan teknik catat. Menurut Sudaryanto, teknik simak bebas libat cakap (SBLC), peneliti tidak terlibat dalam percakapan maupun konversi. Peneliti hanya sebagai pemerhati yang dengan penuh minat tekun mendengarkan apa yang dikatakan oleh orang-orang yang hanyut dalam proses dialog (Sudaryanto, 1993 : 134). Peneliti juga menggunakan teknik catat dalam tahap penyediaan data. Kesuma mengatakan bahwa teknik catat adalah teknik menjaring data dengan mencatat hasil penyimakan data pada kartu data (Kesuma, 2007 : 44). I.5.2. Analisis Data Penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Menurut Djajasudarma (dalam Kesuma 2011:16), penelitian deskriptif adalah penelitian yang membuat deskripsi, membuat gambaran, lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai sebuah data. Bab III, penggunaan sonkeigo dideskripsikan dengan melihat bentuk yang digunakan. Fungsi penggunaan sonkeigo dalam anime Classroom Crisis di analisis menggunakan teori SPEAKING yang dijabarkan oleh Hymes Dell. Teori SPEAKING digunakan sebagai cara penjabaran data penelitian dengan menjabarkan mengikuti delapan komponen yang telah dijabarkan. 11

Refleksi budaya Jepang pada sonkeigo dalam anime Classroom Crisis ditemukan dengan menggunakan membandingkan data yang sudah ada dengan budaya yang dijelaskan pada bab II. I.5.3. Penyajian Hasil Analisis Data Penyajian hasil analisis data akan menggunakan metode penyajian formal dan informal. Menurut Sudaryanto, metode penyajian informal adalah perumusan kata-kata biasa. Penyajian data secara formal adalah perumusan dengan tanda dan lambang-lambang (Sudaryanto, 1993 : 145). Penyajian data secara formal dalam penelitian akan disajikan dengan susunan sebagai berikut. Bab I berisi pendahuluan yang meliputi latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian, dan tinjauan pustaka. Bab II terdiri atas kerangka teoritis yang berisi penjelasan tentang teori SPEAKING, keigo, dan fungsi sonkeigo dalam masyarakat Jepang. Bab III mendeskripsikan serta menganalisis bentuk dan fungsi sonkeigo dalam anime Classroom Crisis, analisis fungsi yang terdapat dalam penggunaan sonkeigo dalam anime Classroom Crisis menggunakan teori SPEAKING dan teori peran penggunaan keigo dan analisis bentuk refleksi budaya Jepang pada penggunaan sonkeigo dalam anime Classroom Crisis. Bab IV berupa penutup yang berisikan kesimpulan penelitian dan saran. 12