BAB I PENDAHULUAN. dari sepuluh kali sehari, ada yang sehari 2-3 kali sehari atau ada yang hanya 2

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I LATAR BELAKANG. bayi dan balita. Seorang bayi baru lahir umumnya akan buang air besar sampai

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare masih sering menimbulkan KLB (Kejadian Luar Biasa)

BAB I PENDAHULUAN. prasarana kesehatan saja, namun juga dipengaruhi faktor ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN juta kematian/tahun. Besarnya masalah tersebut terlihat dari tingginya angka

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penyakit diare masih merupakan masalah global dengan morbiditas dan

BAB I PENDAHULUAN. kematian pada balita adalah diare (post neonatal) 14%, penumonia (post

BAB 1 PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) tahun 2013 diare. merupakan penyebab mortalitas kedua pada anak usia

BAB 1 PENDAHULUAN. kehilangan cairan tubuh sehingga menyebabkan dehidrasi tubuh, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat di Indonesia, hal ini dapat dilihat dengan meningkatnya angka

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Diare merupakan penyakit dengan tanda - tanda perubahan frekuensi buang air

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare hingga kini masih merupakan penyebab kedua morbiditas dan

BAB I PENDAHULUAN. lebih dalam sehari. Dengan kata lain, diare adalah buang air besar

BAB I PENDAHULUAN. Masa balita merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan rawan

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada dewasa, konsistensi

BAB 1 PENDAHULUAN. Usia anak dibawah lima tahun (balita) merupakan usia dalam masa emas

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya lebih dari satu milyar kasus gastroenteritis atau diare. Angka

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO), diare adalah

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada bayi dan balita. United Nations Children's Fund (UNICEF) dan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. yaitu program pemberantasan penyakit menular, salah satunya adalah program

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization) dalam Buletin. penyebab utama kematian pada balita adalah diare (post neonatal) 14%,

BAB I PENDAHULUAN. kematian bayi (AKB) masih cukup tinggi, yaitu 25 kematian per 1000

BAB 1 PENDAHULUAN. pencapaian tumbuh kembang bayi tidak optimal. utama kematian bayi dan balita adalah diare dan pneumonia dan lebih dari 50%

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus diperhatikan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 sebesar 34 per kelahiran hidup.

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di Indonesia diare merupakan penyebab kematian utama pada bayi dan anak.

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas di masa yang akan datang.

HUBUNGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI DINI DENGAN INSIDEN DIARE PADA BAYI USIA 1-4 BULAN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi khususnya balita stunting dapat menghambat proses

BAB I PENDAHULUAN. Balita. Pneumonia menyebabkan empat juta kematian pada anak balita di dunia,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. atau lendir. Diare dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu diare akut dan

BAB I PENDAHULUAN. sering dijumpai pada anak-anak maupun orang dewasa di negara

BAB I PENDAHULUAN. Penyebab timbulnya masalah gizi salah satunya yaitu status gizi yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Diare adalah perubahan frekuensi dan konsistensi tinja. World Health

BAB I PENDAHULUAN. intoleran. Dampak negatif penyakit diare pada bayi dan anak-anak adalah

DEA YANDOFA BP

BAB 1 PENDAHULUAN. anak di negara sedang berkembang. Menurut WHO (2009) diare adalah suatu keadaan

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A.

Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh: ERIN AFRIANI J.

BAB I PENDAHULUAN. terjadi di negara berkembang dari pada negara maju. Di antara banyak bentuk

HUBUNGAN ANTARA PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BAYI USIA 4 6 BULAN SKRIPSI. Diajukan Oleh : Afitia Pamedar J

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat,

BAB I PENDAHULUAN. terjadi karena adanya hubungan interaktif antara manusia, perilaku serta

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara. Pada usia balita merupakan masa perkembangan tercepat

BAB I PENDAHULUAN. yang harus ditangani dengan serius. Ditinjau dari masalah kesehatan dan gizi, terhadap kekurangan gizi (Hanum, 2014).

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HUBUNGAN ANTARA SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LIMBUR LUBUK MENGKUANG KABUPATEN BUNGO TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. dan Angka Kematian Balita (AKABA/AKBAL). Angka kematian bayi dan balita

BAB 1 PENDAHULUAN. tinggi. Diare adalah penyebab kematian yang kedua pada anak balita setelah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. bersifat endemis juga sering muncul sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) dan

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Hal ini terbukti dengan masih ditemukannya kasus gizi kurang dan gizi

BAB I PENDAHULUAN. gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan

BAB 1 PENDAHULUAN. utama kematian balita di Indonesia dan merupakan penyebab. diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan. 1

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare merupakan salah satu penyebab morbiditas dan. Secara nasional, target Sustainable Development Goals (SDGs) untuk

BAB I PENDAHULUAN. atau lendir(suraatmaja, 2007). Penyakit diare menjadi penyebab kematian

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan salah satunya adalah penyakit infeksi. Masa balita juga merupakan masa kritis bagi

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kualitas lingkungan dapat mempengaruhi kondisi individu dan

BAB I PENDAHULUAN. seluruh daerah geografis di dunia. Menurut data World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. WHO (World Health Organization) mendefinisikan Diare merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data World Health Organization (WHO), diare adalah penyebab. Sementara menurut United Nations Childrens Foundation (UNICEF)

6

Penyakit diare hingga saat ini masih menjadi masalah kesehatan dunia

HUBUNGAN PEMBERIAN AIR SUSU IBU (ASI) EKSKLUSIF DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BAYI UMUR 0-6 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GADANG HANYAR

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang termasuk Indonesia (Depkes RI, 2007). dan balita. Di negara berkembang termasuk Indonesia anak-anak menderita

BAB I PENDAHULUAN. Diare adalah sebagai perubahan konsistensi feses dan perubahan frekuensi

BAB I PENDAHULUAN. kematian di negara berkembang bagi bayi (18%), yang artinya lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian,

UKDW. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah infeksi akut yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ini manifestasi dari infeksi system gastrointestinal yang dapat disebabkan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. balita di dunia, lebih banyak dibandingkan dengan penyakit lain seperti

BAB I PENDAHULUAN. klien kekurangan cairan / dehidrasi. Keadaan kekurangan cairan apabila tidak

I. PENDAHULUAN. terkontaminasi akibat akses kebersihan yang buruk. Di dunia, diperkirakan sekitar

BAB I PENDAHULUAN. sebesar 3,5% (kisaran menurut provinsi 1,6%-6,3%) dan insiden diare pada anak balita

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat. Gangguan kesehatan yang dapat terjadi pada masa anak-anak dapat

PENDAHULUAN. dalam kandungan disertai dengan pemberian Air susu ibu (ASI) sejak usia

Citra Puspitaningrum * Yuni Sapto Edhy Rahayu** Rusana** Abstract

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit diare adalah kondisi dimana terjadi buang air besar atau defekasi

BAB I PENDAHULUAN. (mordibity) dan angka kematian (mortality). ( Darmadi, 2008). Di negara

PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF, PENGGUNAAN AIR BERSIH, KEBIASAAN CUCI TANGAN, DAN PENGGUNAAN JAMBAN SEHAT DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BAYI USIA 0-12 BULAN

BAB I PENDAHULUAN. penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada anak. Pada tahun 2001 sebanyak

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare adalah salah satu penyebab utama kesakitan dan kematian pada

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan gizi yang sering terjadi di seluruh negara di dunia adalah

BAB 1 : PENDAHULUAN. dikonsumsi masyarakat dapat menentukan derajat kesehatan masyarakat tersebut. (1) Selain

BAB I PENDAHULUAN. Program Millenium Development Goals (MDG s) yang terdiri dari delapan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan lingkungan mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat,

7-13% kasus berat dan memerlukan perawatan rumah sakit. (2)

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada bayi dan anak. Di negara berkembang, anak-anak menderita diare % dari semua penyebab kematian (Zubir, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Laporan WHO tahun 2015 menyebutkan bahwa diare masih merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam faeces (Ngastiah, 1999). Menurut Suriadi (2001) yang encer atau cair. Sedangkan menurut Arief Mansjoer (2008) diare

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kementerian Kesehatan RI, World Health Organization (WHO) dan

BAB 1 PENDAHULUAN. saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan beban global. terutama di negara berkembang seperti Indonesia adalah diare.

BAB 1 PENDAHULUAN. saluran pernapasan sehingga menimbulkan tanda-tanda infeksi dalam. diklasifikasikan menjadi dua yaitu pneumonia dan non pneumonia.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diare merupakan salah satu penyakit yang sering mengenai bayi dan balita. Seorang bayi baru lahir umumnya akan buang air besar sampai lebih dari sepuluh kali sehari, ada yang sehari 2-3 kali sehari atau ada yang hanya 2 kali seminggu. Neonatus dinyatakan diare bila frekuensi buang air besar lebih dari empat kali, sedangkan untuk bayi berumur lebih dari 1 bulan dan anak, bila frekuensinya lebih dari 3 kali sehari (Hasan, 2007). Diare juga merupakan penyebab penting dari gizi buruk dan malnutrisi. Hal ini dikarenakan anak-anak cenderung makan lebih sedikit saat mengalami diare. Diare juga mempengaruhi pencernaan makanan secara buruk. Akibatnya tubuh mungkin tidak dapat memanfaatkan makanan dengan efektif (Ramaiah, 2000). Menurut data World Health Organization (WHO), diare adalah penyebab nomor satu kematian balita di seluruh dunia. Di Indonesia, diare adalah pembunuh balita nomor dua setelah ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut). Sementara UNICEF (Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk urusan anak) memperkirakan bahwa, setiap 30 detik ada satu anak yang meninggal dunia karena diare. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2007) yang dilakukan oleh Kemenkes cq Badan Litbangkes pada tahun 2007, penyakit 1

diare menjadi penyebab utama kematian bayi (31,4 %) pada usia 29 hari-11 bulan dan anak balita usia 12-59 bulan (25,2 %). Pada tahun 2006 angka kesakitan diare 423 per 1.000 penduduk dan pada tahun 2010 angka kesakitan diare 411 per 1.000 penduduk. Penyakit diare di Indonesia merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama. Hal ini disebabkan karena masih tingginya angka kesakitan diare yang menimbulkan banyak kematian terutama pada balita. Angka kesakitan diare di Indonesia dari tahun ke tahun cenderung meningkat, pada tahun 2006 jumlah kasus diare sebanyak 10.980 penderita dengan jumlah kematian 277 (CFR 2,52 %). Data dari sensus penduduk tahun 2005 didapatkan jumlah balita di Provinsi Banten sebanyak 851.766 orang, sedangkan pada tahun 2008 jumlah korban diare tercatat sebanyak 222.965 orang. Jumlah itu meliputi, di Kabupaten Tangerang sebanyak 55.260 orang dengan korban meninggal 7 orang, Kota Tangerang sebanyak 44.792 orang, Kabupaten Pandeglang sebanyak 39.864 orang dengan korban meninggal 39 orang. Kabupaten Serang sebanyak 37.904 orang dengan korban meninggal 2 orang. Kota Serang 10.340 orang, Kabupaten lebak 8.047 orang dengan korban meninggal 26 orang dan Kota Cilegon sebanyak 6.758 orang dengan korban meninggal 1 orang. Data mengenai kejadian diare dari Dinas Kesehatan Kota Serang tahun 2012 diketahui bahwa jumlah penderita diare semua umur sebanyak 14.477 jiwa yang tersebar di 15 puskesmas. Wilayah kerja Puskesmas Kilasah persentase penderita diare bayi usia 0-11 bulan sebesar 38,3% (304 jiwa) dari 2

jumlah bayi yang ada sebanyak 794 jiwa di Puskesmas Kilasah, Kota Serang. (Profil Puskesmas Kilasah, 2012). Angka kejadian dan kematian akibat diare pada anak di negara-negara yang sedang berkembang masih tinggi. Lebih-lebih lagi pada anak yang mendapatkan susu formula, angka tersebut lebih tinggi secara bermakna dibandingkan dengan anak-anak yang mendapat ASI. Hal ini disebabkan karena nilai gizi hayati ASI lebih tinggi, adanya antibodi pada ASI, sel leukosit, enzim, hormon dan lain-lain yang melindungi bayi terhadap infeksi yang tidak dijumpai pada susu formula (Suraatmaja, 2005). Menurut Soegijanto (2002), banyak faktor yang secara langsung maupun tidak langsung dapat menjadi faktor pendorong terjadinya diare. Penyebab tidak langsung atau faktor-faktor yang mempermudah atau mempercepat terjadinya diare seperti : status gizi, pemberian ASI Eksklusif, lingkungan, Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), dan sosial ekonomi. Penyebab langsung antara lain infeksi bakteri virus dan parasit, malabsorbsi, alergi, keracunan bahan kimia maupun keracunan oleh racun yang diproduksi oleh jasad renik, ikan, buah dan sayur-sayuran. Keadaan gizi anak juga berpengaruh terhadap diare. Pada anak yang kurang gizi karena pemberian makanan yang kurang mengakibatkan diare akut yang lebih berat, yang berakhir lebih lama dan lebih sering terjadi pada diare persisten dan disentri lebih berat. Resiko meninggal akibat diare persisten atau disentri sangat meningkat, apabila anak sudah kurang gizi (Depkes, 2005). 3

Kejadian diare pada bayi menurut Suharyono (2008) disebabkan karena kesalahan dalam pemberian makan, dimana bayi sudah diberi makan selain ASI sebelum berusia 6 bulan. Perilaku tersebut sangat beresiko bagi bayi untuk terkena diare karena pencernaan bayi belum mampu mencerna makanan selain ASI, bayi kehilangan kesempatan untuk mendapatkan zat kekebalan yang hanya dapat diperoleh dari ASI serta adanya kemungkinan makanan yang diberikan bayi sudah terkontaminasi oleh bakteri karena alat makan yang digunakan untuk memberikan makanan atau minuman kepada bayi tidak steril. Hal tersebut didukung oleh penelitian Kamalia (2005), hasil penelitian kejadian diare pada sampel yang tidak diberi ASI Eksklusif sebanyak 17 sampel, sedangkan untuk sampel yang diberi ASI Eksklusif dengan kejadian diare hanya 1 sampel. Hasil penelitian ini dapat diambil kesimpulan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pemberian ASI Eksklusif dengan kejadian diare, dimana semakin lama bayi diberi ASI secara eksklusif semakin kecil kemungkinan bayi untuk terkena diare. Faktor lingkungan yang paling dominan menyebabkan diare yaitu sarana penyediaan air bersih dan pembuangan tinja, kedua faktor ini akan berinteraksi bersama dengan perilaku manusia. Apabila faktor lingkungan tidak sehat karena tercemar kuman diare serta berakumulasi dengan perilaku manusia yang tidak sehat, maka penularan diare dengan mudah dapat terjadi (Soegijanto, 2002). Perilaku hidup bersih dan sehat merupakan faktor tidak langsung yang menyebabkan diare. Perilaku sehat seseorang berhubungan dengan tindakanya dalam memelihara dan meningkatkan status kesehatan antara lain pencegahan 4

penyakit, kebersihan diri, pemilihan makanan sehat dan bergizi serta kebersihan lingkungan. Keadaan kesehatan yang tidak baik mempengaruhi terhadap terjadinya penyakit diare dibandingkan dalam kesehatan yang baik (Suriadi, 2001). Penyebab langsung diare antara lain infeksi bakteri virus dan parasit, malabsorbsi, alergi, keracunan bahan kimia maupun keracunan oleh racun yang diproduksi oleh jasad renik, ikan, buah dan sayur-sayuran. Jenis-jenis infeksi yang umumnya menyerang diare adalah infeksi bakteri oleh kuman E.Coli Salmonella, Vibrio cholerae (kolera), dan serangan bakteri lain yang jumlahnya berlebihan dan patogenik (memanfaatkan kesempatan ketika kondisi tubuh lemah) seperti pseudomonas, infeksi basil (disentri), infeksi virus enterovirus dan adenovirus, infeksi parasit oleh cacing (askari), dan infeksi jamur (Widjaja, 2004). Berdasarkan hasil pengamatan peneliti terhadap anak yang menderita diare di Puskesmas Kilasah ketika anak berusia kurang dari 6 bulan sudah diberikan makanan tambahan seperti pisang dan susu formula. Status gizi anak juga tergolong rendah sehingga anak rentan terhadap penyakit diare. Pengelolaan sampah pada keluarga dibuang ditempat sampah yang tidak tertutup dan dihinggapi lalat. Perilaku hidup bersih dan sehat pada orang tua tidak mencuci tangan sebelum menyuapi makan anak dan anak dibiarkan membuang tinja disembarang tempat. Berdasarkan permasalahan diatas maka peneliti tertarik untuk menyusun Skripsi dengan judul Faktor faktor yang Berhubungan dengan 5

Kejadian Diare pada Bayi Usia 0-11 Bulan di Puskesmas Kilasah, Kota Serang, Provinsi Banten. 1.2 Identifikasi Masalah Penyakit diare dipengaruhi oleh faktor langsung maupun faktor tidak langsung. Penyebab tidak langsung atau faktor-faktor yang mempermudah atau mempercepat terjadinya diare seperti : status gizi, pemberian ASI Eksklusif, lingkungan, Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), dan sosial ekonomi. Penyebab langsung antara lain infeksi bakteri, virus dan parasit, malabsorbsi, alergi, keracunan bahan kimia maupun keracunan makanan. Status gizi merupakan keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat zat gizi. Pemberian ASI Eksklusif adalah pemberian ASI saja kepada bayi berusia 0 6 bulan tanpa tambahan makanan apapun, sedangkan lingkungan, PHBS, dan sosial ekonomi merupakan segala sesuatu yang mempengaruhi perilaku hidup seseorang dalam bermasyarakat. Infeksi bakteri, virus dan parasit merupakan penyebab utama diare pada anak. Malabasorpsi merupakan kepekaan bayi terhadap lemak yang berlebih diantaranya malabsorpsi karbohidrat pada susu dan malabsorpsi lemak yang disebut triglyserida. Keracunan bahan kimia dan keracunan makanan juga dapat langsung menyebabkan diare pada anak akibat banyaknya bakteri jahat didalamnya. Keadaan penduduk yang berpendidikan rendah, miskin dan tidak memahami pentingnya PHBS semakin memperburuk keadaan kesehatan bayi 6

di wilayah kerja Puskesmas Kilasah. Dengan demikian, penyakit diare menjadi mudah terjadi pada bayi akibat rendahnya kesadaran masyarakat. Berdasarkan latar belakang diatas penulis ingin mengetahui Faktor faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Diare pada Bayi Usia 0-11 Bulan di Puskesmas Kilasah, Kota Serang, Provinsi Banten. 1.3 Pembatasan Masalah Berdasarkan penjelasan diatas, penulis melakukan pembatasan masalah, yaitu Umur, jenis kelamin, pemberian ASI eksklusif, penggunaan sumber air minum, dan mencuci tangan menggunakan sabun pada bayi usia 0-11 bulan dengan kejadian diare di Puskesmas Kilasah, Kota Serang, Provinsi Banten. 1.4 Perumusan Masalah Pemberian ASI Eksklusif merupakan salah satu faktor langsung yang menyebabkan kejadian diare pada bayi. Bayi yang tidak diberi ASI Eksklusif akan lebih mudah terkena diare dibandingkan dengan bayi yang diberi ASI Eksklusif. Selain pemberian ASI Eksklusif penulis juga memasukkan sumber air minum sebagai salah satu penyebab diare pada bayi karena penggunaan air minum yang bersih dan sehat dapat mengurangi resiko kejadian diare. Serta mencuci tangan menggunakan sabun merupakan hal yang penting untuk pencegahan terjadinya diare. Berdasarkan penjelasan diatas, maka penulis mengajukan rumusan masalah apakah ada hubungan antara umur, jenis 7

kelamin, pemberian ASI Eksklusif, sumber air minum, dan mencuci tangan menggunakan sabun dengan kejadian diare pada bayi usia 0-11 bulan di Puskesmas Kilasah, Kota Serang, Provinsi Banten. 1.5 Tujuan Penelitian 1.5.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui faktor faktor yang berhubungan dengan kejadian diare pada bayi usia 0-11 bulan di Puskesmas Kilasah, Kota Serang, Provinsi Banten. 1.5.2 Tujuan Khusus 1.5.2.1 Mengidentifikasi karkteristik responden (Umur dan jenis Kelamin). 1.5.2.2 Mengidentifikasi gambaran pemberian ASI Eksklusif pada bayi usia 0-11 bulan di Puskesmas Kilasah, Kota Serang, Provinsi Banten. 1.5.2.3 Mengidentifikasi gambaran sumber air minum pada bayi usia 0-11 bulan di Puskesmas Kilasah, Kota Serang, Provinsi Banten. 1.5.2.4 Mengidentifikasi gambaran mencuci tangan menggunakan sabun pada bayi usia 0-11 bulan di Puskesmas Kilasah, Kota Serang, Provinsi Banten. 8

1.5.2.5 Mengidentifikasi gambaran kejadian diare pada bayi usia 0-11 bulan di Puskesmas Kilasah, Kota Serang, Provinsi Banten. 1.5.2.6 Menganalisis hubungan antara umur dengan kejadian diare pada bayi usia 0-11 bulan di Puskesmas Kilasah, Kota Serang, Provinsi Banten. 1.5.2.7 Menganalisis hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian diare pada bayi usia 0-11 bulan di Puskesmas Kilasah, Kota Serang, Provinsi Banten. 1.5.2.8 Menganalisis hubungan antara pemberian ASI Eksklusif dengan kejadian diare pada bayi usia 0-11 bulan di Puskesmas Kilasah, Kota Serang, Provinsi Banten. 1.5.2.9 Menganalisis hubungan antara sumber air minum dengan kejadian diare pada bayi usia 0-11 bulan di Puskesmas Kilasah, Kota Serang, Provinsi Banten. 1.5.2.10 Menganalisis hubungan antara mencuci tangan menggunakan sabun dengan kejadian diare pada bayi usia 0-11 bulan di Puskesmas Kilasah, Kota Serang, Provinsi Banten. 9

1.6 Manfaat Penelitian 1.6.1 Bagi Instansi Kesehatan Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi Dinas Kesehatan, Puskesmas Kilasah, dan instansi terkait untuk perbaikan perencanaan program kesehatan ibu dan anak. 1.6.2 Bagi Ibu Bayi Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan bagi Ibu bayi untuk memahami pentingnya pemberian ASI Eksklusif, yaitu dapat mencegah diare, lebih ekonomis, dan manfaat dari pemberian ASI Eksklusif itu sendiri. 1.6.3 Bagi Peneliti Dapat mengembangkan wawasan peneliti dan pengalaman berharga dalam melatih kemampuan peneliti dalam melakukan penelitian. 10