BAB I PENDAHULUAN. lain, seperti halnya krisis yang terjadi di Amerika Serikat pada tahun 2008,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. keuangan dimana kegiatannya hanya menghimpun dana atau kembali

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan perekonomian suatu negara. Di Indonesia sendiri, perkembangan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bank merupakan suatu lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. penyimpan, pemerintah dan masyarakat (Audhya, 2014). Profitabilitas merupakan

BAB I PENDAHULUAN. menunjang berjalannya roda perekonomian mengingat fungsinya sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting bagi pembangunan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. bisnis yang berkembang dengan pesat sehingga sangat diperlukan sumber-sumber

BAB I PENDAHULUAN. kompetitif, hal ini desebabkan beberapa bank yang beroperasi di Timor-Leste baik

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi.dasar utama kegiatan perbankan adalah kepercayaan (trust), baik dalam hal

BAB I PENDAHULUAN. negara dan bank sangat berpengaruh terhadap perekonomian seluruh negara dimana

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Yuliani, 2007) (Dendawijaya,2006:120).


BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Lembaga Keuangan Bank (LKB) merupakan lembaga keuangan yang

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keberadaan sektor perbankan sebagai subsistem dalam perekonomian suatu

BAB I PENDAHULUAN. Karena laba merupakan suatu hal yang akan menjamin dari kelangsungan perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. yang cukup andil dalam kehidupan ekonomi masyarakat. Menurut. Prasanjaya dan Ramantha (2013) bank memberikan kontribusi besar

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh rasio keuangan Capital

BAB I PENDAHULUAN. lembaga keuangan terbesar didunia asal Amerika Lehman Brother, kredit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan. sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998

BAB I PENDAHULUAN. kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk lainnya dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Krisis moneter pada tahun 1998 yang terjadi di indonesia memberikan

BAB 1 PENDAHULUAN. bunga yang sangat tinggi. Hingga saat ini, sistem pengkreditan bank sudah merata

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat atas pengelolaan dana yang dimiliki juga semakin meningkat. Bagi

BAB I PENDAHULUAN. terjadi perkembangan yang sangat pesat dari tahun-tahun sebelumnya. Hal

BAB 1 PENDAHULUAN. bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pembangunan ekonomi. Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu ukuran untuk melihat kinerja keuangan perbankan adalah melalui

BAB I PENDAHULUAN. berkembangnya pertumbuhan ekonomi suatu negara (Dietrich dkk, 2014). Dimana Bank

BAB I PENDAHULUAN. alokasi sumber-sumber dana secara efektif dan efisien, bank juga memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan bank, mencakup

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Perkreditan Rakyat

BAB I PENDAHULUAN. dikenal dengan istilah di dunia perbankan adalah kegiatan funding (Kasmir, 2008:

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perbankan memegang peranan penting dalam pertumbuhan dan stabilitas

BAB I PENDAHULUAN. keuangan di Indonesia. Keberadaan sektor perbankan memiliki peranan cukup penting,

BAB I PENDAHULUAN. berjalan dengan dengan efisien. Efisiensi baru dapat diketahui dengan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. dari modal yang dimiliki (Sartono, 2001:119). Oleh karena itu, perlu diupayakan agar

BAB I PENDAHULUAN. utama suatu bank adalah menghimpun dana dari masyarakat melalui simpanan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan pada umumnya, bank juga berorientasi untuk mendapatkan laba yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sektor perbankan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung hingga tahun 2004 yang dicerminkan oleh return on asset (ROA)

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. nilai rupiah terhadap dolar Amerika serikat telah menghancurkan sendi-sendi ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. memberikan jasa bank lainnya (Martono, 2010 : 37). Tujuan fundamental bisnis

BAB I PENDAHULUAN. Berkembanya perbankan Indonesia dapat dilihat dari jumlah bank yang

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. modal yang menghasilkan laba tersebut. Sama seperti pernyataan Pandia. mengukur efektivitas perusahaan memperoleh laba.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi acuan dalam perekonomian suatu negara. Menurut UU No 10 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. dan lainnya (Hanafi dan Halim, 2009). Sedangkan kinerja keuangan bank dapat

BAB I PENDAHULUAN. dengan kewenangan untuk menerima simpanan uang dan meminjamkan uang.

BAB 1 PENDAHULUAN. ekonomi sebagai financial intermediary atau perantara pihak yang kelebihan dana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan bank syariah di Indonesia menunjukan arah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Peranan bank dalam kegiatan perekonomian sangat fundamental, setiap

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian sebagai wujud peningkatan kualitas hidup. Peningkatan kualitas hidup

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting dalam menunjang kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. kembali dana tersebut kepada masyarakat dalam bentuk kredit.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan perekonomian suatu negara. Di Indonesia, perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Tentang Perubahan atas Undang Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Bhayangkara Jaya

BAB I PENDAHULUAN. pembengkakan nilai dan pembayaran hutang luar negeri, melonjaknya non performing

BAB I PENDAHULUAN. (financial intermediary) antara pihak-pihak yang memiliki dana (surplus unit)

BAB I PENDAHULUAN. (financial intermediary) antara pihak-pihak yang memiliki dana (surplus unit) dengan

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian di suatu negara, dimana hampir setiap aspek kehidupan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Bank memegang peranan penting bagi pembangunan ekonomi sebagai

BAB I PENDAHULUAN. juga memberikan pelayanan dalam bentuk jasa jasa perbankan. Bank memiliki

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana dengan pihak yang memiliki kekurangan dana. Dimana kegiatan. kepada masyarakat dalam bentuk pemberian kredit.

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian yang berfungsi sebagai perantara (financial intermediary) antara

BAB I PENDAHULUAN. satu lembaga keuangan tersebut yakni industri perbankan. untuk menjalankan industri perbankan agar tidak merusak tatanan

BAB 1 PENDAHULUAN. lepas dari peran Bank sebagai lembaga keuangan. Menurut Susilo (2000:6) secara

BAB 1 PENDAHULUAN. potensi dapat bermanfaat untuk pertumbuhan ekonomi, perlu disalurkan. kegiatan yang produktif. (AnggrainiPutri,2011)

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. periode tertentu. Namun bila hanya melihat laporan keuangan, belum bisa

BAB I PENDAHULUAN. yang wajar, serta pemenuhan modal yang memadai (Widati, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. perantara keuangan antara pihak-pihak yang memiliki kelebihan dana (surplus unit)

BAB I PENDAHULUAN. investasi, seperti pemberian kredit, pembelian surat-surat berhaga dan penanaman

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasal 1 Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 (Merkusiwati, 2007:100)

BAB 1 PENDAHULUAN. nilai-nilai normatif dan rambu-rambu Ilahi (Antonio, 2001).

BAB I PENDAHULUAN. besar atau paling tidak sama dengan return (imbalan) yang dikehendaki

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sistem keuangan merupakan salah satu hal yang krusial dalam masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. dilakukan melalui berbagai kebijakan di bidang perbankan tujuan utamanya

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. suatu badan usaha terus-menerus memperoleh laba, ini berarti kelangsungan hidup

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Profitabilitas merupakan kemampuan bank untuk mendapatkan revenue atau

BAB I PENDAHULUAN. ini berdasarkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perbankan yang

BAB III METODE PENELITIAN. Sampel bank umum syariah yang digunakan dalam penelitian ini adalah Bank Syariah Mandiri

BAB 1 PENDAHULUAN. termasuk Indonesia. Sektor perbankan berfungsi sebagai perantara keuangan

BAB I PENDAHULUAN. fungsinya sebagai lembaga intermediasi, penyelenggara transaksi

BAB 1 PENDAHULUAN. (Nopirin, 2009:34). Kelangkaan dana yang dimiliki dunia perbankan memicu

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah bank berasal dari bahasa Italia, yaitu banco yang artinya meja atau

BAB I PENDAHULUAN. hubungan dengan penjualan total aktiva maupun modal sendiri. Profitabilitas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

BAB 1 PENDAHULUAN. peranan dunia perbankan semakin dibutuhkan oleh seluruh lapisan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. serta perkembangan perekonomian nasional dan internasional yang ada, bisnis

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sistem ekonomi yang semakin terintegrasi secara global menyebabkan saling terkaitnya perekonomian di satu negara dengan negara lainnya. Hal ini menyebabkan krisis yang terjadi di satu negara dengan cepat berimbas ke negara lain, seperti halnya krisis yang terjadi di Amerika Serikat pada tahun 2008, terlebih negara yang memiliki hubungan ekonomi dengan negara tersebut. Namun Indonesia tidaklah mengalami kondisi yang sangat terpuruk seperti saat krisis yang terjadi pada tahun 1997. Hal ini tidak terlepas dari peran utama Bank Indonesia yaitu menjaga stabilitas moneter dan stabilitas keuangan di Indonesia (Bank Indonesia, 2014). Perbankan dituntut untuk mampu bersaing demi mempertahankan kelangsungan hidup perusahaannya, sehingga memperoleh keuntungan adalah hal yang sangat penting. Keuntungan tersebut dapat digunakan untuk membayar segala jenis biaya-biaya operasional. Selain untuk menutupi kewajiban-kewajiban yang harus dibayarkan oleh perusahaan, keuntungan yang diperoleh dapat digunakan untuk berinvestasi dalam bentuk ekspansi perusahaan. Dalam pengambilan keputusan, mempertimbangkan perolehan laba merupakan hal yang sangat penting (Sianturi, 2012). Perolehan laba tersebut erat kaitannya dengan profitabilitas pada bank, sehingga profitabilitas tersebut dapat digunakan sebagai ukuran kinerja bank. 1

Profitabilitas mencerminkan kemampuan bank dalam memperoleh earning melalui penggunaan aset secara efisien (Sianturi, 2012). Wiagustini (2010:76) juga menjelaskan profitabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan memperoleh laba atau ukuran efektivitas pengelolaan manajemen perusahaan. Kemampuan memperoleh laba bisa diukur dari modal sendiri maupun dari seluruh dana yang diinvestasikan ke dalam perusahaan. Kemampuan bank dalam bersaing dengan bank lain untuk memperoleh dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat yang memerlukan dapat ditingkatkan dengan adanya efisiensi dalam melaksanakan kegiatan usahanya (Rosdiana, 2011). Penggunaan aset secara efisien juga dapat membantu bank dalam memperoleh keuntungan secara maksimal, dengan memperoleh keuntungan yang maksimal seperti yang telah ditargetkan perusahaan dapat berbuat banyak bagi kesejahteraan pemilik, karyawan, serta meningkatkan mutu produk dan melakukan investasi baru (Kasmir, 2012:196). Ada beberapa alat ukur yang dapat digunakan untuk mengukur profitabilitias yaitu Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE) dan Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO). ROA dapat digunakan untuk mengukur tingkat kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan melalui penggunaan aktiva yang dimilikinya. Semakin besar return on assets menunjukkan kinerja keuangan yang semakin baik, karena tingkat pengembalian (return) semakin besar (Ponco, 2008). Alasan dipilihnya ROA sebagai proksi dari profitabilitas karena PT. BPR Pasarraya Kuta sebagai tempat penelitian merupakan bank yang belum go public 2

sehingga pertumbuhan asset yang lebih penting, berbeda dengan bank yang sudah go public perolehan laba tidak hanya difokuskan pada pertumbuhan asset bank tetapi juga pada pembagian deviden. ROA mengukur efektifitas perusahaan dalam menghasilkan laba dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya untuk membiayai operasional perusahaan. Berdasarkan beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, profitabilitas (ROA) dapat dipengaruhi oleh non performing loan (Gizaw et al., 2015 Messai dan Fathi, 2013 dan Osuagwu, 2014), loan to deposit ratio (Sudiyatno dan Jati, 2010 serta Ayuningrum, 2011), capital adequacy ratio (Bouheni et al., 2014 Jaber dan Abdullah, 2014 Maheswari dan Surya, 2014 serta Lee dan Meng-Fen, 2013), biaya operasional pendapatan operasional (Nusantara, 2009 dan Astuti, 2014), net interest margin (Ayuningrum, 2011), ukuran perusahaan (Cahyani, 2014), suku bunga (Arta dan Wijaya, 2014), tingkat kredit yang disalurkan (Wardana dan Sri, 2014), dana pihak ketiga (Wityasari, 2014), debt to equity ratio (Sukarno dan Muhamad, 2006) dan Posisi Devisa Netto (Puspitasari, 2009). Non performing loan merupakan rasio untuk mengukur besarnya tingkat kredit bermasalah yang terjadi pada suatu bank. Besarnya persentase NPL haruslah menjadi perhatian pihak manajemen karena kredit bermasalah yang semakin meningkat dapat membahayakan kesehatan bank tersebut. Kredit yang disalurkan oleh bank memiliki risiko terjadinya gagal bayar oleh debitur. Peran bank sebagai lembaga intermediasi yang menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat membuat bank bersaing ketat dengan bank lainnya, sehingga dalam prakteknya terkadang bank tidak 3

memperhatikan prinsip kehati-hatian dalam memberikan kreditnya kepada nasabah. Hal ini akan memperbesar terjadinya kredit macet yang dapat merugikan bank tersebut. Besarnya NPL yang diperbolehkan oleh Bank Indonesia saat ini adalah maksimal 5%. Semakin besar tingkat NPL menunjukkan bahwa bank tersebut tidak profesional dalam pengelolaan kreditnya yang akan berdampak pada kerugian bank karena kredit yang bermasalah tidak akan memberikan hasil dan adanya kredit bermasalah membuat bank harus menyisihkan sejumlah dana untuk membentuk PPAP atau penyisihan penghapusan aktiva produktif untuk menyangga risiko dari kredit bermasalah tersebut. Loan to deposit ratio (LDR) menunjukkan tingkat likuiditas bank, likuiditas bank adalah bank memiliki sumber dana yang cukup untuk memenuhi kewajibankewajibannya (Puspitasari, 2009). LDR menyatakan seberapa jauh kemampuan bank membayar kembali penarikan yang dilakukan nasabah deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya (Sianturi, 2012). Penting bagi pihak manajemen untuk memperhatikan persentase rasio LDR tetap berada pada batas aman yang telah ditentukan oleh Bank Indonesia. Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No. 15/7/PBI/2013 standar LDR yaitu 78% - 92%. Jika angka rasio LDR berada dibawah 78% maka dapat dikatakan bahwa bank tersebut tidak dapat menyalurkan kembali dengan baik seluruh dana yang telah dihimpun. Jika rasio LDR bank mencapai lebih dari 92% maka total kredit yang disalurkan oleh bank tersebut telah melebihi dana yang dihimpun. Dana yang dihimpun dari nasabah berupa deposito dan tabungan dapat ditarik kembali sewaktu-waktu oleh nasabah tersebut, sedangkan bank menyalurkan 4

kembali dana pihak ketiga tersebut kepada masyarakat yang membutuhkan berupa kredit yang pengembaliannya telah ditentukan sebelumnya, sehingga bank tidak dapat menarik kembali kredit yang telah diberikan tersebut secara tiba-tiba. Pengelolaan dana masyarakat ini, bank dituntut untuk mampu menjaga likuiditasnya agar tetap mendapatkan kepercayaan dari masyarakat. Besar kecilnya LDR suatu bank akan mempengaruhi profitabilitas bank tersebut. Modal pada bank memiliki peran yang sangat penting. Kecukupan modal dapat diukur dengan menggunakan rasio CAR. Penting bagi pihak manajemen untuk memperhatikan besarnya CAR yang dimiliki agar bank tidak kekurangan dana dan juga tidak kelebihan dana. Modal merupakan sumber utama pembiayaan kegiatan operasional bank dan juga berperan sebagai penyangga kemungkinan terjadinya risiko kerugian. Semakin besar modal yang dimiliki maka semakin kuat bank tersebut dalam mengahadapi risiko-risiko yang tidak terduga sehingga bank dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat (Anjani dan Purnawati, 2014). Namun bank yang memiliki CAR terlalu tinggi dapat mengakibatkan terjadinya idle fund, yaitu terdapat banyaknya dana yang menganggur yang tidak dapat dimanfaatkan oleh manajemen bank tersebut. Modal bank terdiri dari modal inti dan modal pelengkap (Idroes, 2008:69). Berdasarkan peraturan Bank Indonesia No.15/12/PBI/2013, permodalan minimum yang harus dimiliki oleh suatu bank adalah 8%. CAR sebagai variabel mediasi pengaruh NPL dan LDR terhadap profitabilitas, hal ini dikarenakan CAR yang merupakan rasio permodalan menjadi faktor penentu berjalannya kegiatan operasional bank dalam menghimpun dana dan 5

menyalurkannya kembali. CAR memiliki atau mengandung informasi seberapa besar kemampuan bank dalam menghadapi risiko-risiko yang tidak terduga. Semakin besar CAR maka bank akan dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat. Bank yang memiliki non performing loan yang melebihi standar yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia akan menyebabkan penurunan profit yang diperoleh, karena semakin tinggi non performing loan maka semakin buruk kualitas kredit yang menyebabkan jumlah kredit yang bermasalah semakin besar, sehingga bank mengalami kerugian dalam kegiatan operasionalnya yang berpengaruh terhadap menurunnya laba yang diperoleh bank, sehingga dapat dikatakan bahwa NPL berpengaruh negatif dan signifikan terhadap profitabilitas (Manuaba, 2012). Hal ini bertentangan dengan hasil yang ditemukan oleh Nusantara (2009) yang menyatakan bahwa non performing loan tidak berpengaruh signifikan terhadap laba untuk kategori bank non go publik. LDR adalah perbandingan antara total kredit dengan total dana yang dihimpun, semakin besar rasio LDR mengindikasikan bahwa volume penyaluran kredit pada bank tersebut meningkat. Semakin besar volume penyaluran kredit akan meningkatkan profitabilitas bank karena bank memperoleh pendapatan melalui bunga kredit tersebut, sehingga dapat dikatakan bahwa LDR berpengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas. Penelitian yang dilakukan oleh Agustiningrum (2013), Brock dan L Rojaz (2000) menjelaskan bahwa LDR berpengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas. Berbeda dengan hasil yang ditemukan oleh Ahmad et al. (2012) serta Ayadi dan Boujelbene (2012) yang 6

menunjukkan bahwa LDR berpengaruh negatif dan signifikan terhadap profitabilitas yang diproksikan dengan ROA. Hubungan negatif tersebut dikarenakan LDR yang tinggi menyebabkan semakin tingginya biaya penting seperti penyisihan dana untuk pembentukan PPAP yang digunakan untuk menutup risiko dari kredit yang telah disalurkan. Pembentukan PPAP tersebut mengindikasikan bahwa besarnya kredit yang disalurkan tidak dibarengi dengan kualitas kredit yang baik sehingga dapat menurunkan profitabilitas. CAR adalah rasio permodalan yang menunjukkan kemampuan bank dalam menyediakan dana sebagai back up jika bank mengalami kesulitan dan kemampuan manajemen bank dalam mengidentifikasi, mengukur, mengawasi, dan mengontrol risiko-risiko yang timbul yang dapat berpengaruh terhadap besarnya modal (Ayuningrum, 2011). Bank yang memiliki modal yang cukup besar dapat memperoleh keuntungan yang lebih besar pula. Penelitian yang dilakukan oleh Agustiningrum (2013) menjelaskan bahwa CAR berpengaruh positif terhadap profitabilitas. Hal ini berarti semakin kecil risiko yang ada pada bank tersebut akan memberikan keuntungan yang besar bagi bank. Penelitian yang dilakukan oleh Al-Qudah dan Mahmoud (2013) juga menemukan hasil yang positif antara capital adequacy ratio dengan profitabilitas. Bank yang memiliki modal yang tinggi akan mencapai keuntungan yang tinggi karena bank tersebut lebih cermat dalam memilih sumber pembiayaan, ketika bank memiliki modal yang tinggi maka bank tidak perlu meminjam dana seperti meminjam sejumlah dana kepada bank lain untuk membiayai kegiatan operasinalnya sehingga bank tidak terbebani dengan biaya bunga dari hutang tersebut yang dapat menurunkan profitabilitas. 7

Hal ini bertentangan dengan hasil penelitian Alper dan Adem (2011) serta Mawardi (2004) yang menyatakan bahwa capital adequacy ratio tidak memiliki pengaruh yang penting terhadap profitabilitas. Poposka et al. (2013) serta Jha dan Hui (2012) menyatakan bahwa CAR berpengaruh negatif terhadap ROA. Bank yang memiliki modal yang tinggi dan menghadapi persaingan yang cukup ketat maka bank tersebut akan lebih berfokus pada peningkatan asset yang dimiliki seiring dengan meningkatnya permodalan bank tersebut. Untuk mencapai pertumbuhan yang diinginkan dengan persaingan yang ketat maka bank akan menurunkan spread atau selisih dari bunga kredit dengan bunga dana yang dihimpun, sehingga dapat menurunkan profitabilitas (Maheswari dan Surya, 2014). Risiko kredit yang semakin tinggi mengakibatkan bank harus menyediakan dana yang lebih banyak untuk menanggung kemungkinan terjadinya kerugian. Jika non performing loan suatu bank terus meningkat maka akan mempengaruhi permodalan bank karena bank harus menyediakan dana untuk memenuhi Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) yang terbentuk (Pauzi, 2010). Modal bank yang seharusnya dapat digunakan untuk investasi lainnya menjadi berkurang akibat dari adanya pembentukan PPAP, sehingga dapat dikatakan bahwa non performing loan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap capital adequacy ratio (CAR). Penelitian yang dilakukan oleh Margaretha dan Diana (2011), Tracey (2011), dan Buyuksalvarci dan Hasan (2011) menemukan hasil bahwa NPL memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap CAR. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Anjani dan Purnawati (2014) dan Fitrianto dan 8

Mawardi (2006) menemukan bahwa NPL memiliki hubungan negatif dan tidak signifikan terhadap CAR. LDR merupakan pengukuran terhadap seluruh kredit yang diberikan dengan dana pihak ketiga sebagai upaya penilaian terhadap kinerja bank. Loan to deposit ratio berfungsi sebagai faktor penentu besar kecilnya giro wajib minimum (GWM) serta indikator intermediasi bank. Pertumbuhan kredit yang diberikan lebih tinggi dari jumlah dana yang dihimpun menyebabkan peningkatan nilai loan to deposit ratio namun menurunnya nilai capital adequacy ratio (Anjani dan Purnawati 2014). Penurunan nilai CAR tersebut dikarenakan besarnya kredit yang disalurkan telah melebihi dana yang dihimpun, sehingga bank juga menggunakan modalnya untuk memenuhi permintaan kredit yang besar tersebut. Penelitian yang dilakukan oleh Krisna (2008), Yuanjuan dan Xiao (2012) serta Fitrianto dan Wisnu (2006) menemukan hasil bahwa loan to deposit ratio memiliki hubungan negatif dan signifikan terhadap capital adequacy ratio. Namun, berbeda dengan penelitian Shitawati (2006), Abusharba et al. (2013) bahwa LDR berpengaruh positif dan signifikan terhadap capital adequacy ratio serta penelitian Saraswati (2008) dan Williams (2011) bahwa loan to deposit ratio berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap capital adequacy ratio. Perseroan Terbatas (PT) Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Pasarraya Kuta atau yang lebih dikenal dengan nama Bank Raya Kuta didirikan oleh Bapak DRS. Sukristiono pada tanggal 17 Desember 1988 di Jl. Raya Tuban No. 62 Kuta. PT. BPR Pasarraya Kuta disahkan dengan Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor. C2-5655.HT.01.01.Th.89 pada tanggal 24 Juni 1989. Dalam 9

perkembangan usahanya, PT. BPR Pasarraya Kuta mengalami beberapa perubahan Anggaran Dasar dan yang terakhir dengan Akta Notaris I Wayan Rasmawan, Nomor 119 Tanggal 13 Agustus 2014. Sebagai BPR yang sudah berpengalaman lebih dari 25 tahun, Bank Raya Kuta memiliki visi dan misi yang beriringan untuk meningkatkan perekonomian masyarakat Indonesia, khususnya pengusaha mikro, pengusaha kecil dan menengah dengan menjadi mitra sukses untuk hidup yang lebih berarti dan terpercaya bagi masyarakat. Dalam melaksanakan kegiatan operasionalnya, kegiatan utama Bank Raya Kuta adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit. Bank Raya Kuta sebagai salah satu bank yang memiliki visi untuk menjadi BPR terbaik yang dapat memberikan layanan jasa perbankan, maka PT. BPR Pasarraya Kuta perlu untuk terus mengevaluasi kinerjanya agar menjadi lebih baik. Evaluasi kinerja tersebut dapat dilihat pada profitabilitas yang diperoleh. Tabel 1.1 Data Return on Asset PT. BPR Pasarraya Kuta 2010-2014 Tahun ROA (%) 2010 0,77 2011 1,97 2012 3,40 2013 4,37 2014 3,36 Sumber: Laporan keuangan tahunan PT BPR Pasarraya Kuta tahun 2010-2014. 10

Pada Tabel 1.1 dapat dilihat fenomena ROA yang terjadi pada PT. BPR Pasarraya Kuta dari tahun 2010-2014 mengalami fluktuasi selama lima tahun periode tersebut. Pada tahun 2010-2013 ROA terus menerus mengalami kenaikan. Pada akhir tahun 2014 ROA pada PT. BPR Pasarraya Kuta mengalami penurunan. ROA terendah yang diperoleh PT. BPR Pasarraya Kuta terjadi pada tahun 2010, dimana ROA pada tahun tersebut 0,77% sehingga PT. BPR Pasarraya Kuta memperoleh predikat kurang sehat. Dilihat dari data ROA tersebut yang mengalami penurunan di akhir tahun 2014, hal ini menunjukkan bahwa PT. BPR Pasarraya Kuta mengalami kesulitan dalam menjaga stabilitas pertumbuhan ROA setiap tahunnya. Fenomena ini yang mendorong peneliti untuk mengangkat PT. BPR Pasarraya Kuta sebagai lokasi penelitian, peneliti terdorong untuk mengetahui apakah ada pengaruh non performing loan, loan to deposit ratio dan capital adequacy ratio terhadap fenomena profitabilitas yang terjadi pada PT. BPR Pasarraya Kuta dari periode 2010-2014 dimana di dalam penelitian ini diproksikan dengan Return on Asset (ROA). Berdasarkan uraian latar belakang dan adanya research gap dari penelitianpenelitian sebelumnya mengenai hubungan antara non performing loan dan loan to deposit ratio terhadap profitabilitas dengan capital adequacy ratio sebagai variabel mediasi maka penelitian ini menarik untuk dilakukan pada PT. BPR PASARRAYA KUTA periode 2010-2014. 1.2 Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah sebelumnya, maka permasalahan dirumuskan sebagai berikut: 11

1) Apakah non performing loan secara signifikan berpengaruh terhadap profitabilitas pada PT. BPR Pasarraya Kuta periode 2010-2014? 2) Apakah loan to deposit ratio secara signifikan berpengaruh terhadap profitabilitas pada PT. BPR Pasarraya Kuta periode 2010-2014? 3) Apakah capital adequacy ratio secara signifikan berpengaruh terhadap profitabilitas pada PT. BPR Pasarraya Kuta periode 2010-2014? 4) Apakah non performing loan secara signifikan berpengaruh terhadap capital adequacy ratio pada PT. BPR Pasarraya Kuta periode 2010-2014? 5) Apakah loan to deposit ratio secara signifikan berpengaruh terhadap capital adequacy ratio pada PT. BPR Pasarraya Kuta periode 2010-2014? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan pokok permasalahan yang telah diuraikan tersebut, maka dapat diketahui tujuan penelitian sebagai berikut: 1) Untuk mengetahui signifikansi pengaruh non performing loan terhadap profitabilitas pada PT. BPR Pasarraya Kuta periode 2010-2014. 2) Untuk mengetahui signifikansi pengaruh loan to deposit ratio terhadap profitabilitas pada PT. BPR Pasarraya Kuta periode 2010-2014. 3) Untuk mengetahui signifikansi pengaruh capital adequacy ratio terhadap profitabilitas pada PT. BPR Pasarraya Kuta periode 2010-2014. 12

4) Untuk mengetahui signifikansi pengaruh non performing loan terhadap capital adequacy ratio pada PT. BPR Pasarraya Kuta periode 2010-2014. 5) Untuk mengetahui signifikansi pengaruh loan to deposit ratio terhadap capital adequacy ratio pada PT. BPR Pasarraya Kuta periode 2010-2014. 1.4 Kegunaan Penelitian Adapun kegunaan yang dapat diharapkan dari penelitian ini ialah: 1) Kegunaan teoritis a. Memberikan bukti empiris kepada akademisi mengenai variabel NPL, LDR dan CAR yang dapat mempengaruhi profitabilitas bank. b. Ikut berperan aktif dalam mengembangkan hasil penelitian sebelumnya agar dapat menambah pengetahuan akademis. 2) Kegunaan praktis a. Sebagai bahan informasi bagi pihak manajemen perbankan khususnya pada PT BPR Pasarraya Kuta. b. Sebagai alat pertimbangan bagi pihak manajemen dalam pengambilan keputusan terutama kebijakan yang dapat mempengaruhi profitabilitas yang akan diperoleh. 5. Sistematika Penelitian 13

Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai isi penelitian ini, maka pembahasan disusun secara sistematis menjadi beberapa bab. Adapun sistematika penelitian ini meliputi: Bab I : Pendahuluan Bab ini berisikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan, kegunaan penelitian, serta sistematika penulisan. Latar belakang masalah dalam penelitian ini menguraikan mengenai faktor-faktor yang dapat mempengaruhi profitabilitas pada PT. BPR Pasarraya Kuta. Selain itu juga diuraikan mengenai perumusan masalah yang akan menjadi dasar dalam penelitian ini. Bab II : Kajian Pustaka dan Hipotesis Penelitian Bab ini menguraikan mengenai teori-teori atau konsepkonsep yang relevan sebagai acuan dan landasan dalam memecahkan permasalahan yang ada, pembahasan hasil penelitian sebelumnya, serta rumusan hipotesis. Bab III : Metode Penelitian Bab ini menguraikan mengenai lokasi dan obyek penelitian, identifikasi variabel, definisi operasional variabel, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data serta teknik analisis data. Bab IV : Pembahasan Hasil Penelitian 14

Bab ini menguraikan tentang gambaran umum perusahaan yang diteliti, deskripsi hasil penelitian serta pembahasan hasil penelitian. Bab V : Simpulan dan Saran Bab ini menguraikan tentang simpulan dari permasalahan yang dibahas serta saran-saran yang dipandang perlu atas simpulan yang dicapai. 15