BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Romy Novan Fauzi, 2014

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. kerja bagi angkatan kerja di perdesaan. Permasalahan kemiskinan yang cukup

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki persoalan kemiskinan dan pengangguran. Kemiskinan di

BAB I PENDAHULUAN. Program Penanggulangan Kemiskinan dilaksanakan sejak tahun 1999 sebagai suatu

I. PENDAHULUAN. kemiskinan struktural, dan kesenjangan antar wilayah. Jumlah penduduk. akan menjadi faktor penyebab kemiskinan (Direktorat Jenderal

I. PENDAHULUAN. (NSB) termasuk Indonesia sering berorientasi kepada peningkatan pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan sturktural dan kemiskinan kesenjangan antar wilayah. Persoalan

BAB I PENDAHULUAN. pun manusia dan bangsa di dunia ini yang tidak membutuhkan kehidupan yang sedang

BAB I PENDAHULUAN. yang terkena PHK (pengangguran) dan naiknya harga - harga kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan dan pengangguran menjadi masalah yang penting saat ini di

BAB I PENDAHULUAN. pada umumnya juga belum optimal. Kerelawan sosial dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan dengan meluncurkan program-program pemberdayaan. Sejak periode

I. PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap pembangunan di suatu daerah seyogyanya perlu dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia memiliki persoalan kemiskinan dan pengangguran. Kemiskinan

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Didalam kehidupan ekonomi pada umumnya, manusia senantiasa berusaha untuk

BAB I PENDAHULUAN. pada umumnya juga belum optimal. Kerelawanan sosial dalam kehidupan

Analisis tingkat kesehatan lembaga unit pengelola kegiatan( studi kasus. pada UPK PNPM Kecamatan Kalijambe Kabupaten Sragen ) Oleh : Wawan Apriyanto

I. PENDAHULUAN. masalah kompleks yang telah membuat pemerintah memberikan perhatian khusus

BAB I PENDAHULUAN Sekilas Tentang UPK Sauyunan Kecamatan Bojongsoang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. secara terus menerus untuk mewujudkan cita-cita berbangsa dan bernegara, yaitu

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dari situasi sebelumnya. Otonomi Daerah yang juga dapat dimaknai

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Demikian juga halnya dengan kemiskinan, dimana kemiskinan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Kemiskinan menjadi salah satu alasan rendahnya Indeks Pembangunan

PNPM MANDIRI PERDESAAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Kemiskinan yang semakin meningkat akhir-akhir ini dapat

I. PENDAHULUAN. Dalam sebuah negara yang berkembang seperti Indonesia, masalah kemiskinan akan selalu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Khaidar Syaefulhamdi Ependi, 2014

CATATAN ATAS PRIORITAS PENANGGULANGAN KEMISKINAN DALAM RKP Grafik 1. Tingkat Kemiskinan,

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia menyebabkan munculnya. menurunnya konsumsi masyarakat. Untuk tetap dapat memenuhi kebutuhan

(PNPM-MP) adalah bagian dari upaya Pemerintah

I. PENDAHULUAN. upaya dan kegiatan aktifitas ekonomi masyarakat tersebut. Untuk mencapai kondisi

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan cita-cita bangsa yakni terciptanya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan usaha untuk menciptakan kemakmuran dan

BAB I PENDAHULUAN. tahun-2008-penduduk-miskin-turun-221-juta-.html (diakses 19 Oktober 2009)

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. sehingga harus disembuhkan atau paling tidak dikurangi. Kemiskinan merupakan

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. terbukti PBB telah menetapkan Millenium Development Goals (MDGs). Salah

I. PENDAHULUAN. Kebijakan pembangunan merupakan persoalan yang kompleks, karena

I. PENDAHULUAN. orang miskin khususnya di perdesaan terpuruk di bawah garis kemiskinan.

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia yang mulai bangkit pasca krisis moneter 1997-

BAB I PENDAHULUAN. GBHN dikatakan bahwa pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan suatu

I. PENDAHULUAN. miskin khususnya di perdesaan terpuruk di bawah garis kemiskinan. Beberapa

DEKLARASI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI

KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009

BAB I PENDAHULUAN. Badan Pusat Statistik. Data Penduduk Indonesia Per Maret Diakses 14 Februari 2011

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan salah satu masalah sosial yang amat serius. Kemiskinan

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kemiskinan merupakan hal klasik yang belum tuntas terselesaikan

I. PENDAHULUAN. individu untuk memenuhi kebutuhan pokok hidupnya dengan layak. Kemisikinan

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan gambaran kehidupan di banyak negara

STRATEGI PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN MELALUI PNPM

BUPATI NGANJUK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI NGANJUK NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, sehingga menjadi suatu fokus perhatian bagi pemerintah Indonesia.

BAB I PENDHAULUAN. dari masyarakat penerima program maka hasil pembangunan tersebut akan sesuai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. kepada pemberdayaan dan partisipasi. Sebelumnya telah dilalui begitu banyak

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2015 dan sejalan dengan target pencapaian MDGs (Millennium Development

Model Pengembangan Ekonomi Kerakyatan

BAB I PENDAHULUAN. sehingga menjadi suatu fokus perhatian bagi pemerintah Indonesia. Masalah kemiskinan ini

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang saling berkaitan, diantaranya, tingkat pendidikan, tingkat kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan tidak dapat ditakar hanya dengan kemampuan memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, khususnya di negara-negara berkembang. Di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Perdesaan (PNPM-MP) salah satunya ditandai dengan diberlakukannya UU No. 6

BAB 1 PENDAHULUAN. Jumlah penduduk adalah salah satu input pembangunan ekonomi. Data

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. adalah penanggulangan kemiskinan yang harus tetap dilaksanakan Pemerintah Pusat

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN... TENTANG KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LAMPIRAN PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 2-H TAHUN 2013 TENTANG STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KOTA SURAKARTA BAB I PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN. sejarah ekonomi dan selalu menarik untuk dibicarakan. Pengangguran adalah

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu upaya untuk mewujutkan cita-cita bangsa yakni terciptanya

2015 PEMBERDAYAAN KELUARGA MELALUI PROGRAM MICROFINANCE PADA KELOMPOK SIMPAN PINJAM PEREMPUAN (SPP)DALAM MENINGKATKAN EKONOMI

KEMENTERIAN DALAM NEGERI

BAB I PENDAHULUAN. Pada September 2000 sebanyak 189 negara anggota PBB termasuk

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini di Indonesia sedang giat-giatnya melaksanakan pembangunan nasional

FORUM KOORDINASI DEWAN RISET DAERAH SE-SUMATERA Periode Tahun

A. Latar Belakang. C. Tujuan Pembangunan KSM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kegiatan yang bisa memberikan hasil yang memuaskan, dapat dikatakan juga

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan fenomena umum yang terjadi pada banyak

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG KOORDINASI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK INDONESIA MARET 2017 MENURUN

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kemiskinan menjadi persoalan serius yang di hadapi oleh banyak

BAB I PENDAHULUAN. Ekonomi keluarga indonesia sebagian besar masih bergelut dalam

Oleh : Direktur Penataan Bangunan dan Lingkungan Disampaikan dalam rangka Sosialisasi Nasional APBNP 2013 Jakarta, 21 Agustus 2013

BAB I PENDAHULUAN. Hilir tahun adalah Indragiri Hilir berjaya dan gemilang Pada

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 27 TAHUN 2011

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonominya. Definisi pembangunan ekonomi semakin berkembang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan pedesaan merupakan bagian integral dari pembangunan

BAB 1 PENDAHULUAN. (PNPM-MPd) adalah program penanggulangan kemiskinan dengan. pendekatan pembangunan partisipatoris (pembangunan yang dilaksanakan

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Skala Usaha, Jumlah, dan Perkembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah di Indonesia Tahun 2006 s.d. 2007

BAB V PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI DESA WINUMURU

BAB I P E N D A H U L U A N

SEBAGAI WAKIL PEMERINTAH DI WILAYAH PROVINSI.

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kemiskinan merupakan suatu permasalahan yang fenomenal di Indonesia. Dalam Wikipedia Indonesia, kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan. Kemiskinan merupakan masalah global. Sebagian orang memahami istilah ini secara subyektif dan komparatif, sementara yang lainnya melihatnya dari segi moral dan evaluatif, dan yang lainnya lagi memahaminya dari sudut ilmiah yang telah mapan,dll. (sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/kemiskinan, diakses pada 18, Januari 2014). Untuk meilhat data kemiskinan di Indonesia, dapat dilihat pada tabel 1.1 berikut : TABEL 1.1 TINGKAT KEMISKINAN INDONESIA No Periode Jumlah/orang Persentase 1 Maret 2013 28,07 juta 11,37% 2 September 2012 28,59 juta 11,66% 3 Maret 2012 29,13 juta 11,96% 4 September 2011 29,89 juta 12,36% 5 Maret 2011 30,02 juta 12,49% 6 Maret 2010 31,02 juta 13,33% 7 Maret 2009 32,53 juta 14,15% 8 Maret 2008 34,96 juta 15,42% 9 Maret 2007 37,17 juta 16,58% 10 Maret 2006 39,30 juta 17,75% 11 Februari 2005 35,10 juta 15,97% 12 Februari 2005 36,10 juta 16,66% (sumber: BPS 2013) Pada bulan Maret 2013, jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran perkapita perbulan di bawah Garis Kemiskinan) di Indonesia mencapai 28,07 juta orang (11,37 persen), berkurang sebesar 0,52 juta orang dibandingkan dengan penduduk miskin pada September 2012 yang sebesar 28,59 juta orang (11,66 persen). Selama periode September 2012-Maret 2013, jumlah

2 penduduk miskin di daerah perkotaan berkurang 0,18 juta orang (dari 10,51 juta orang pada September 2012 menjadi 10,33 juta orang pada Maret 2013), sementara di daerah perdesaan berkurang 0,35 juta orang (dari 18,09 juta orang pada September 2012 menjadi 17,74 juta orang pada Maret 2013). Selama periode September 2012-Maret 2013, persentase penduduk miskin di daerah perkotaan dan perdesaan tercatat mengalami penurunan. Persentase penduduk miskin di daerah perkotaan pada September 2012 sebesar 8,60 persen, turun menjadi 8,39 persen pada Maret 2013. Sementara penduduk miskin di daerah perdesaan menurun dari 14,70 persen pada September 2012 menjadi 14,32 persen pada Maret 2013. (http://www.bps.go.id/?news=1023, diakses pada tanggal 15, September 2013). Untuk melihat lebih lanjut angka kemiskinan berdasarkan provinsi di Indonesia dapat dilihat pada tabel 1.2 berikut : TABEL 1.2 TINGKAT KEMISKINAN PROVINSI DI INDONESIA Provinsi Jumlah penduduk miskin Tingkat Kemiskinan (%) Aceh 876.600 18.58 Sumatera Utara 1,378.400 10.41 Sumatera Barat 397.900 8.00 Kepulauan Riau 131.200 6.83 DKI Jakarta 366.800 3.70 Jawa Barat 4.421.500 9.89 Jawa Tengah 4.863.400 14.98 DI Yogyakarta 562.100 15.88 Jawa Timur 4.960.500 13.08 Banten 648.300 5.71 Bali 161.000 3.95 Nusa Tenggara Barat 828.300 18.02 Nusa Tenggara Timur 1.000.300 20.41 Kalimantan Barat 355.700 7.96 Kalimantan Tengah 141.900 6.19 Kalimantan selatan 189.200 5.01 Kalimantan Timur 246.100 6.38 Sulawesi Utara 177.500 7.64 Sulawesi Tengah 409.600 14.94 Sulawesi Selatan 805.900 9.82 Sulawesi Tenggara 304.300 13.06 Gorontalo 187.700 17.22 Sulawesi Barat 160.600 13.01

3 Maluku 338.900 20.76 Maluku Utara 88.300 8.06 Papua Barat 223.200 27.04 Papua 976.400 30.66 Indonesia 28.594.600 11.66 (sumber : BPS, 2012) Menurut tabel 1.2 diatas, dapat dilihat bahwa tingkat kemiskinan provinsi di Indonesia beragam, Jawa Barat walaupun tidak berada pada provinsi yang paling miskin tetapi didapati menjadi provinsi ketiga termiskin berdasarkan jumlah penduduk setelah jawa timur dan jawa tengah sebesar 4.421.500 jiwa pada tahun 2012. Oleh karena itu masih banyak penduduk miskin dijawabarat yang perlu diturunkan angka kemiskinan melalui pembangunan dalam menurunkan angka kemiskinan khususnya dijawabarat, dan pada umumnya di Indonesia. Mengakhiri kemiskinan merupakan sebuah ideology pembangunan, Fathur Anas, seorang peneliti di Developing Countries Studies Center (DCSC) dalam situs di internet (http://suar.okezone.com/read/2013/04/04/58/786060/large, yang diakses pada 18, Januari 2014) mengatakan bahwa pengentasan kemiskinan masih menjadi agenda besar pembangunan global dewasa ini. Kemiskinan tidak hanya terjadi di negara-negara berkembang, tetapi juga di negara-negara maju. Untuk mengurangi kemiskinan tersebut diperlukan berbagai langkah strategis. Indonesia pun terus membangun untuk memberantas kemiskinan. Pemerintah sampai saat ini terus berupaya keras untuk meningkatkan kesejahteraan. Banyak programprogram yang dijalankan untuk mendukung proses pemberdayaan masyarakat dan pengentasan kemiskinan di Indonesia ini. Tentu untuk mencapai kesejahteraan dibutuhkan kerjasama antara pemerintah dan masyarakat. Jika kita perhatikan data kemiskinan yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik, angka kemiskinan di Indonesia dari tahun ke tahun secara persentase mengalami penurunan. Saat ini Indonesia berada dalam posisi lebih baik dalam pengentasan kemiskinan. Jika saat Millenium Development Goals disusun pada tahun 2000 tingkat kemiskinan di Indonesia berada di level 19,14 persen, maka saat ini tingkat kemiskinan di Indonesia mengalami penurunan cukup singnifikan menjadi 11,37 persen (BPS, 2013). Berbagai program pengentasan kemiskinan yang dilakukan pemerintah boleh dikatakan cukup berhasil. Penurunan angka kemiskinan di Indonesia dapat

4 terjadi karena Indonesia cukup berhasil melakukan terobosan berarti dalam pengurangan pengangguran dan pengentasan kemiskinan, Untuk itu, sejak tahun 2007 dilakukan langkah-langkah pengurangan kemiskinan secara terpadu dengan tiga jenis paket. Paket pertama disebut dengan bantuan dan perlindungan sosial. Paket kedua adalah memberdayakan kecamatan dan desa melalui Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri. Paket ketiga adalah pemberian kredit usaha rakyat (KUR) bagi usaha kecil dan menengah. Dengan dicanangkannya PNPM Mandiri sebagai upaya pemerintah dalam menurunkan angka kemiskinan, maka perlu kita dalami bagaimana peran PNPM dalam menurunkan angka kemiskinan. Dalam upaya menurunkan angka kemiskinan Indonesia, pada tahun 2007 Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mencanangkan program pemerintah yang bernama PNPM Mandiri guna menurunkan angka kemiskinan, dalam PTO (petunjuk tekhnis operasional) pada halaman 1 dalam sub bab latarbelakang, disebutkan bahwa Indonesia memiliki persoalan kemiskinan dan pengangguran. Kemiskinan di Indonesia dapat dilihat dari tiga pendekatan yaitu kemiskinan alamiah, kemiskinan struktural, dan kesenjangan antar wilayah. Persoalan pengangguran lebih dipicu oleh rendahnya kesempatan dan peluang kerja bagi angkatan kerja di perdesaan. Upaya untuk menanggulanginya harus menggunakan pendekatan multi disiplin yang berdimensi pemberdayaan. Pemberdayaan yang tepat harus memadukan aspek-aspek penyadaran, peningkatan kapasitas, dan pendayagunaan. Mulai tahun 2007 Pemerintah Indonesia mencanangkan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri yang terdiri dari PNPM Mandiri Perdesaan, PNPM Mandiri Perkotaan, serta PNPM Mandiri wilayah khusus dan desa tertinggal. PNPM Mandiri Perdesaan adalah program untuk mempercepat penanggulangan kemiskinan secara terpadu dan berkelanjutan. Pendekatan PNPM Mandiri Perdesaan merupakan pengembangan dari Program Pengembangan Kecamatan (PPK), yang selama ini dinilai berhasil. Beberapa keberhasilan PPK adalah berupa penyediaan lapangan kerja dan pendapatan bagi kelompok rakyat miskin, efisiensi dan efektivitas kegiatan, serta berhasil menumbuhkan kebersamaan dan partisipasi masyarakat.

5 Visi PNPM Mandiri Perdesaan adalah tercapainya kesejahteraan dan kemandirian masyarakat miskin perdesaan. Kesejahteraan berarti terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat. Kemandirian berarti mampu mengorganisir diri untuk memobilisasi sumber daya yang ada di lingkungannya, mampu mengakses sumber daya di luar lingkungannya, serta mengelola sumber daya tersebut untuk mengatasi masalah kemiskinan. Misi PNPM Mandiri Perdesaan adalah: (1) peningkatan kapasitas masyarakat dan kelembagaannya; (2) pelembagaan sistem pembangunan partisipatif; (3) pengefektifan fungsi dan peran pemerintahan lokal; (4) peningkatan kualitas dan kuantitas prasarana sarana sosial dasar dan ekonomi masyarakat; (5) pengembangan jaringan kemitraan dalam pembangunan. Dalam rangka mencapai visi dan misi PNPM Mandiri Perdesaan, strategi yang dikembangkan PNPM Mandiri Perdesaan yaitu menjadikan masyarakat miskin sebagai kelompok sasaran, menguatkan sistem pembangunan partisipatif, serta mengembangkan kelembagaan kerja sama antar desa. Berdasarkan visi, misi, dan strategi yang dikembangkan, maka PNPM Mandiri Perdesaan lebih menekankan pentingnya pemberdayaan sebagai pendekatan yang dipilih. Melalui PNPM Mandiri Perdesaan diharapkan masyarakat dapat menuntaskan tahapan pemberdayaan yaitu tercapainya kemandirian dan keberlanjutan, setelah tahapan pembelajaran dilakukan melalui Program Pengembangan Kecamatan (PPK). (PTO PNPM Mandiri) Sasaran dari program PNPM Mandiri ini ialah kecamatan-kecamatan yang dinilai paling miskin, dan Desa Lebakwangi Kecamatan Arjasari Kabupaten Bandung merupakan salah satu desa yang masuk dalam kategori tersebut. Ada berbagai macam mata pencaharian di Desa Lebakwangi, mulai dari petani, buruh industry, hingga pedagang. Pada tahun 2008, PNPM Mandiri telah diselenggarakan di Desa Lebakwangi dengan tujuan-tujuan yang sesuai dengan PTO PNPM Mandiri yakni, meningkatnya partisipasi seluruh masyarakat, termasuk masyarakat miskin, kelompok perempuan, komunitas adat terpencil, dan kelompok masyarakat lainnya yang rentan dan sering terpinggirkan ke dalam proses pengambilan keputusan dan pengelolaan pembangunan, meningkatnya kapasitas kelembagaan masyarakat yang mengakar, representatif, dan akuntabel,

6 meningkatnya kapasitas pemerintah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat terutama masyarakat miskin melalui kebijakan, program dan penganggaran yang berpihak pada masyarakat miskin (pro-poor), meningkatnya sinergi masyarakat, pemerintah daerah, swasta, asosiasi, perguruan tinggi, lembaga swadaya masyarakat, organisasi masyarakat, dan kelompok peduli lainnya, untuk mengefektifkan upaya-upaya penanggulangan kemiskinan, meningkatnya keberdayaan dan kemandirian masyarakat, serta kapasitas pemerintah daerah dan kelompok peduli setempat dalam menanggulangi kemiskinan di wilayahnya, meningkatnya modal sosial masyarakat yang berkembang sesuai dengan potensi sosial dan budaya serta untuk melestarikan kearifan local, meningkatnya inovasi dan pemanfaatan tekhnologi tepat guna, informasi dan komunikasi dalam pemberdayaan masyarakat. Dengan seiring berjalannya PNPM Mandiri sejak 2007, pada 18 Juni 2013, Kementerian Dalam Negeri menyelenggarakan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) PNPM Mandiri Perdesaan Tahun Anggaran 2013 bertema Penguatan kelembagaan untuk keberlanjutan program pemberdayaan msyarakat menuju kemandirian. Dalam rakernas tersebut, Menko Kesra HR. Agung Laksono mengatakan bahwa berdasarkan evaluasi, setelah tujuh tahun program berjalan, kita dapat melihat adanya kontribusi signifikan dari program-program pemberdayaan masyarakat dalam penurunan angka kemiskinan secara nasional. Secara khusus melalui PNPM Mandiri Perdesaan sampai saat ini, telah terkumpul aset abadi senilai 8,4 triliun rupiah yang terus akan bergulir menjadi modal pemberdayaan bagi 683.789 kelompok masyarakat. Disamping itu, masyarakat juga telah mampu melaksanakan kegiatan secara swakelola guna memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar masyarakat miskin di perdesaan. Demikian antara lain dikatakan Menko Kesra Dalam Rakernas tersebut yang didampingi Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi. Lebih lanjut Menko Kesra mengakan PNPM Mandiri Perdesaan telah memberikan hasil-hasil yang positif, terutama berupa keterlibatan dan partisipasi aktif masyararakat, terselenggaranya integrasi perencanaan pembangunan, pengorganisasian masyarakat dalam mengelola kegiatan secara swakelola, serta proses demokratisasi dalam pengambilan

7 keputusan secara mandiri oleh masyarakat. Semua capaian positif PNPM Mandiri, membuat kita semua semakin yakin bahwa program pemberdayaan masyarakat dalam penanggulangan kemiskinan perlu untuk tetap dilanjutkan. Kewajiban Pemerintah bersama Pemerintah Daerah adalah selalu mendampingi dan meyakinkan masyarakat bahwa kemandirian masyarakat perdesaanlah yang pada akhirnya mampu meningkatkan kesejahteraan rumah tangga dan mengangkat kehidupan bersama di perdesaan. Saat ini PNPM Mandiri Perdesaan dilaksanakan di 5.146 kecamatan, 392 kabupaten pada 32 provinsi yang meliputi hampir 65.490 desa/kelurahan di Indonesia (sumber : http://www.menkokesra.go.id/ content/menko-kesra-pnpm-mandiri-memberikan-kontribusi-penurunankemiskinan, diakses pada tanggal 18, Januari 2014) Salah satu program dari PNPM Mandiri ialah SPP. SPP merupakan kegiatan simpan pinjam untuk kelompok perempuan. Berdasarkan PTO PNPM Mandiri SPP ini merupakan kegiatan pemberian permodalan untuk kelompok perempuan yang mempunyai kegiatan simpan pinjam, yang bertujuan mengembangkan potensi kegiatan simpan pinjam pedesaan, kemudahan akses pendanaan usaha skala mikro, pemenuhan kebutuhan pendanaan social dasar, dan memperkuat kelembagaan kegiatan kaum perempuan dan mendorong penanggulangan RTM. Program SPP ini di awasi oleh UPK (Unit Pengelola Kegiatan) di tingkat kecamatan, dan di kelola oleh TPK (Tim Pengelola Kegiatan) di tingkat Desa, SPP sendiri telah diselenggarakan di Desa Lebakwangi Kecamatan Arjasari Kabupaten Bandung sejak tahun 2008, menurut kepala desa Lebakwangi, program SPP memberi dampak positif bagi masyarakat desa Lebakwangi yang di dominasi oleh rumah tangga miskin khususnya bagi ibu rumah tangga non produktif. ditambah SPP merupakan sebuah bidang program yang mendapatkan antusias tertinggi pada saat musyawarah desa (musdes) diselenggarakan pada tahun 2008 di Desa Lebakwangi, oleh karenanya musdes tersebut sepakat untuk menyelenggarakan program SPP di Desa Lebakwangi kecamatan Arjasari, namun dengan seiiring berjalannya program SPP tentu tidak selalu berjalan lancar, masih ada kendala-kendala dalam program SPP, salah satunya adalah masih adanya

8 peserta yang menggunakan dana SPP untuk keperluan pribadi, tentu hal ini tidak sejalan dengan pencapaian tujuan SPP. TPK PNPM Mandiri merupakan suatu tim pengelola kegiatan yang memerlukan pengelolaan terpadu, baik oleh KPMD sebagai pelaksana kegiatan program maupun oleh ketua TPK sebagai pengendali kegiatan di TPK. Koordinasi yang baik oleh ketua TPK melahirkan pencapaian tujuan SPP, serta tujuan dari para individu yang ada di linkungan Desa Lebakwangi. Disamping itu, keterpaduan kerja KPMD dalam melaksanakan kegiatan program SPP serta penciptaan situasi yang kondusif merupakan prasyarat keberhasilan tujuan diselenggarakannya SPP di Desa Lebakwangi. Dengan demikian, KPMD memegang peranan penting, baik dalam mengelola kegiatan SPP maupun dalam mengelola administrasi yang dapat menunjang keberhasilan tujuan PNPM sesuai PTO PNPM Mandiri pada halaman 11 yang membahas pelaku di tingkat desa. Dari uraian di atas, dalam rangka ikut berpartisipasi mengembangkan PNPM Mandiri dalam program simpan pinjam untuk kelompok perempuan (SPP) dalam pemberdayaan masyarakat, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai Pemberdayaan masyarakat melalui program simpan pinjam untuk kelompok perempuan (SPP) di Desa Lebakwangi Kecamatan Arjasari Kabupaten Bandung. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang permasalahan maka peneliti mengidentifikasi permasalahan tersebut yaitu : 1. Masih banyaknya rumah tangga miskin di Desa Lebakwangi 2. Sebagian besar perempuan di Desa Lebakwangi merupakan ibu rumah tangga non produktif 3. Program simpan pinjam untuk kelompok perempuan (SPP) memberi peluang bagi masyarakat, khususnya masyarakat perempuan untuk meningkatkan perekonomian rumah tangga. 4. Program simpan pinjam untuk kelompok perempuan (SPP) merupakan program yang mendapatkan antusias tertinggi dari pada program fisik

9 PNPM pada saat musyawarah desa (musdes) diselenggarakan pada tahun 2008 di Desa Lebakwangi. 5. Masih adanya peserta simpan pinjam untuk kelompok perempuan (SPP) yang menggunakan dana program untuk kebutuhan pribadi, sehingga bertentangan dengan pencapaian tujuan SPP diselenggarakan C. Perumusan Masalah Dari hasil identifikasi yang telah dipaparkan di atas maka penulis membatasi mengenai penelitian yaitu program simpan pinjam untuk kelompok perempuan (SPP) dalam pemberdayaan masyarakat Desa Lebakwangi Kecamatan Arjasari Kabupaten Bandung. Maka dapat dirumuskan sebagai berikut : Bagaimana peran program simpan pinjam untuk kelompok perempuan (SPP) dalam upaya pemberdayakan masyarakat di Desa Lebakwangi Kecamatan Arjasari Kabupaten Bandung? Bedasarkan permasalahan di atas maka dapat dimunculkan rumusan masalah, yaitu sebagai berikut : 1. Bagaimanakah proses program simpan pinjam untuk kelompok perempuan (SPP) dalam upaya memberdayakan masyarakat Desa Lebakwangi 2. Faktor apa saja yang menjadi pendukung dan penghambat dalam penyelenggaraan program simpan pinjam untuk kelompok perempuan (SPP) di Desa Lebakwangi 3. Bagaimanakah dampak pelaksanaan program simpan pinjam untuk kelompok perempuan (SPP) dalam upaya pemberdayaan masyarakat di Desa Lebakwangi D. Tujuan Penelitian Penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh data dan informasi yang diperlukan untuk mengetahui dan mempelajari bagaimana pemberdayaan masyarakat melalui program SPP di Desa Lebakwangi. Tujuan diadakannya penelitian ini adalah:

10 1. Mendeskripsikan data tentang proses program simpan pinjam untuk kelompok perempuan (SPP) di Desa Lebakwangi 2. Mendeskripsikan data mengenai faktor apa saja yang menjadi pendukung dan penghambat dalam penyelenggaraan program simpan pinjam untuk kelompok perempuan (SPP) di Desa Lebakwangi 3. Mendeskripsikan data mengenai dampak pelaksanaan program simpan pinjam untuk kelompok perempuan (SPP) dalam upaya pemberdayaan masyarakat di Desa Lebakwangi E. MANFAAT PENELITIAN 1. Manfaat Ilmiah Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi perkembangan ilmu Pendidikan Luar Sekolah khususnya Pemberdayaan Masyarakat. 2. Manfaat Praktis a. Bagi penulis, penelitian ini sangat berguna untuk menambah wawasan dan pemahaman ilmu pengetahuan ilmu Pendidikan Luar Sekolah khususnya dalam konteks pemberdayaan masyarakat. b. Bagi pihak-pihak lain, semoga hasil penelitian ini dapat berguna dan bermanfaat untuk mempelajari mengenai sistem yang ada pada PNPM Mandiri, guna memberdayakan masyarakat F. TINJAUAN TEORITIS Yang menjadi tinjauan teoritis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Pemberdayaan adalah sebuah upaya penyediaan kepada orang-orang atas sumber, kesempatan, pengetahuan, dan keterampilan untuk meningkatkan kemampuan mereka menentukan masa depannya dan untuk berpartisipasi di dalam dan mempengaruhi kehidupan komunitas mereka (Ife, 1995:182) 2. PNPM mandiri merupakan salah satu program pemerintah yang bertujuan untuk menanggulangi kemiskinan. Pada tahun 2007 Pemerintah Indonesia mencanangkan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM)

11 Mandiri yang terdiri dari PNPM Mandiri Perdesaan, PNPM Mandiri Perkotaan, serta PNPM Mandiri wilayah khusus dan desa tertinggal (PTO PNPM Mandiri) 3. SPP atau simpan pinjam untuk kelompok perempuan adalah kegiatan yang dilakukan oleh kaum perempuan dengan aktifitas/kegiatan pengelolaan dana simpanan dan pengelolaan dana pinjaman (PTO PNPM Mandiri) G. METODELOGI PENELITIAN Tekhnik pengumpulan data yang dipakai peneliti untuk memperoleh data yang dapat dipertanggungjawabkan keabsahannya, peneliti menggunakan teknik wawancara, observasi, studi kepustakaan, dan dokumentasi, pengertian dari masing-masing teknik tersebut ialah sebagai berikut : a. Wawancara Wawancara adalah percakapan serta pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu (Sugiyono, 2013:72). b. Observasi Observasi adalah kegiatan mempelajari suatu gejala dan peristiwa melalui upaya melihat dan mencatat data atau informasi secara sistematis (Sudjana, 2004:238). c. Studi Kepustakaan Studi kepustakaan yaitu teknik pengumpulan data dengan mengadakan studi penelaahan terhadap buku-buku, literatur-literatur, catatan-catatan, dan laporan-laporan yang ada hubungannya dengan masalah yang dipecahkan (Nazir,1988: 111). d. Studi Dokumentasi Studi dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda dan sebagainya (Suharsimi, Arikunto. 1999:207).

12 H. SISTEMATIKA PENULISAN BAB I : Pendahuluan, didalamnya membahas Latar Belakang Masalah,Identifikasi Masalah, Rumusan Masalah, Manfaat Penelitian, Asumsi Dasar, Hipotesis, Penjelasan Istilah, Metodologi Penelitian, Teknik Pengumpulan Data, dan Sistematika Penulisan. BAB II : Kajian Pustaka yang didalamnya membahas beberapa Teori dan Konsep. BAB III : Prosedur Penelitian, berisi tentang uraian Metode Penelitian, Subjek Penelitian Teknik Pengumpulan Data, Prosedur Pengolahan dan Analisis Data. BAB IV : Deskripsi analisis data hasil penelitian tentang hasil penelitian pengaruh kepemimpinan situasional terhadap program SPP di Desa Lebakwangi. BAB V : Kesimpulan dan Saran