BAB V PEKERJAAN PONDASI HIDRAULIC PILE

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB V METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN. digunakan untuk menerima dan mentransfer (menyalurkan) beban dari struktur


BAB IV MATERIAL DAN PERALATAN

BAB I PENDAHULUAN. Proyek pembangunan gedung Laboratorium Akademi Teknik Keselamatan

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH. Pekerjaan pondasi dibagi menjadi dua bagian, yaitu pondasi dangkal dan pondasi

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. arus vertical dan horizontal dalam struktur organisasi untuk menghindari

BAB IV TINJAUAN KHUSUS

TINJAUAN PUSTAKA. menahan gaya angkat keatas. Pondasi tiang juga digunakan untuk mendukung

FONDASI DALAM BAB I PENDAHULUAN

BAB V METODE PELAKSANAAN. 5.1 Pekerjaan Pondasi Tiang Bor (Bored Pile) ke dalam tanah dengan cara mengebor tanah terlebihdahulu, lalu kemudian diisi

BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT ALAT. Proyek Menara Sentraya dilakukan oleh PT. Pionir Beton Industri

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH. Dalam setiap Proyek Konstruksi, metode pelaksanaan yang dilakukan memiliki

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan tanah dan suatu bagian dari konstruksi yang berfungsi menahan gaya

BAB IV PERALATAN DAN MATERIAL. tertentu sesuai kebutuhan untuk mendukung pembangunan tersebut. Alat-alat

PONDASI TIANG BOR (BOR PILE)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menahan gaya beban diatasnya. Pondasi dibuat menjadi satu kesatuan dasar

Jenis dan Profile Pondasi Sumuran dengan dinding tanah (khusus untuk tanah yang kering). Pondasi sumuran dengan dinding anyaman bambu. Pondasi Sumuran

BAB IV PERALATAN YANG DIGUNAKAN. Pada setiap pelaksanaan proyek konstruksi, alat-alat menjadi faktor yang sangat

BAB V ANALISIS PEMILIHAN ALTERNATIF JEMBATAN

PONDASI. Prinsip pondasi : 1. Harus sampai ke tanah keras. 2. Apabila tidak ada tanah keras harus ada pemadatan tanah/perbaikan tanah.

PONDASI. 1. Agar kedudukan bangunan tetap mantab atau stabil 2. Turunnya bangunan pada tiap-tiap tempat sama besar,hingga tidak terjadi pecah-pecah.

BAB VI SPESIFIKASI TEKNIS PASAL 1 LINGKUP PEKERJAAN

BAB V METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN

BAB VI KONSTRUKSI KOLOM

BAB VII TATA LAKSANA LAPANGAN

BAB VIII TAHAP PELAKSANAAN

BAB I P E N D A H U L U A N

JURNAL TUGAS AKHIR PERHITUNGAN STRUKTUR BETON BERTULANG PADA PEMBANGUNAN GEDUNG PERKULIAHAN FAPERTA UNIVERSITAS MULAWARMAN

Oleh : AGUSTINA DWI ATMAJI NRP DAHNIAR ADE AYU R NRP

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. Sebelum pelaksanaan pekerjaan di proyek Apartemen Jatake Solmarina, maka di adakan persiapan lapangan seperti :

TEKNIK PELAKSANAAN DAN PERHITUNGAN DAYA DUKUNG PONDASI TIANG PANCANG PADA PROYEK CITRALAND BAGYA CITY

RUMUS DAYA DUKUNG TIANG PANCANG : P = M 2. H. fs. ht (M + m). Z

Dalam menentukan jenis pondasi bangunan ada beberapa hal yang harus diperhatiakan dan dipertimbangkan diantaranya :

METODE PELAKSANAAN LIFTING JACK TIANG PANCANG

BAB IV MATERIAL DAN PERALATAN

BAB III. Pengenalan Denah Pondasi

KAJIAN PEMILIHAN PONDASI SUMURAN SEBAGAI ALTERNATIF PERANCANGAN PONDASI

BAB VII TINJAUAN KHUSUS METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN BALOK

BAB VII TINJAUAN KHUSUS METODE PELAKSANAAN PILE CAP DAN RETAINING WALL. Dalam setiap proyek konstruksi, metode pelaksanaan konstruksi

EVALUASI SISTEM MANAJEMEN K3 TERHADAP METODE PEMANCANGAN JACK-IN PILE

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

METODE PELAKSANAAN DAN PERHITUNGAN KEBUTUHAN MATERIAL UNTUK PILE CAP PADA LANTAI BASEMENT

METODE PELAKSANAAN KONTRUKSI PONDASI TIANG PANCANG PADA GEDUNG BERLANTAI II

PENGANTAR PONDASI DALAM

BAB IV METODE PENGECORAN KOLOM, DINDING CORE WALL, BALOK DAN PLAT LANTAI APARTEMENT GREEN BAY PLUIT LANTAI 15 - LANTAI 25

METODE PELAKSANAAN DAN PERHITUNGAN KEBUTUHAN MATERIAL UNTUK PILE CAP PADA LANTAI BASEMENT ABSTRAK

SELAMAT DATANG TUKANG BEKISTING DAN PERANCAH

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN

Persyaratan agar Pondasi Sumuran dapat digunakan adalah sebagai berikut:

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. terdapat di bawah konstruksi dengan tumpuan pondasi.

MENGGAMBAR RENCANA PELAT LANTAI BANGUNAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. paling bawah dari suatu konstruksi yang kuat dan stabil (solid).

METODE PEKERJAAN BORE PILE

BAB V METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN. Dalam pelaksanaan suatu proyek baik proyek besar maupun proyek kecil selalu

JURNAL TUGAS AKHIR PRODUKTIVITAS KERJA ALAT HAMMER PADA PONDASI TIANG PANCANG

ALAT UJI SONDIR. Bangun Rekaprima Vol.03/2/Oktober/ Ukiman ¹), Setio Utomo ¹), Yusetyowati ¹) ¹)

BAB V METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Lokasi penelitian berada di Kecamatan Dungingi Kota Gorontalo seperti Gambar 3.1.

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. terhitung mulai dari tanggal 07 Oktober 2013 sampai dengan 07 Desember 2013

BAB IV PEKERJAAN PEMBUATAN PONDASI TIANG BOR DENGAN METODE ENLARGED BASE BORED PILE. Contoh pelaksanaan pekerjaan lubang bor No.

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. Sebelum pelaksanaan pekerjaan di Rumah susun KS Tubun, maka di

VERIFIKASI PENYEBAB RETAK PADA PEMANCANGAN TIANG PIPA MENGGUNAKAN HYDRAULIC JACK

PT. Cipta Ekapurna Engineering Consultant

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. pengamatan struktur plat lantai, pengamatan struktur core lift.

BAB V METODE PELAKSANAAN STRUKTUR

BABV PELAKSANAAN PEKERJAAN. perencana. Dengan kerjasama yang baik dapat menghasilkan suatu kerja yang efektif

MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR BAJA KOMPOSIT PADA GEDUNG PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS NEGERI JEMBER

BAB III METODOLOGI 3.1. Pengumpulan Data Lapangan 3.2. Studi Pustaka 3.3. Metodologi Perencanaan Arsitektural dan Tata Ruang

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PUSAT GROSIR BARANG SENI DI JALAN Dr. CIPTO SEMARANG

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. Pada prinsipnya, pekerjaan struktur atas sebuah bangunan terdiri terdiri dari

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH

PEDOMAN PEMBANGUNAN PRASARANA SEDERHANA TAMBATAN PERAHU DI PERDESAAN

HARGA SATUAN POKOK KEGIATAN (HSPK)

BAB I PENDAHULUAN. beberapa macam tipe pondasi. Pemilihan tipe pondasi ini didasarkan atas :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN TIANG PANCANG SISTEM HIDRAULIC JACK IN (STUDI: PROYEK KCU BCA SUNSET ROAD BALI)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KONSTRUKSI PONDASI Pondasi Dangkal Pasangan Batu bata/batu kali

BAB IV MATERIAL DAN PERALATAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN

2.5.1 Pengujian Lapangan Pengujian Laboratorium... 24

BAB IV PENGAMATAN PEKERJAAN SIPIL LAPANGAN

PEMERINTAH KABUPATEN.. DINAS PENDIDIKAN SMKNEGERI. UJIAN AKHIR SEKOLAH TAHUN PELAJARAN :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. meneruskan beban bangunan di atasnya (upper structure) ke lapisan tanah yang

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. Pembangunan Proyek STS Bintaro Permai ini berdasarkan dari pertimbangan

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH. sebuah lahan sementara di sebuah proyek bangunan lalu dipasang pada proyek

MATERI KULIAH MEKANIKA TEKNIK OLEH : AGUNG SEDAYU TEKNIK PONDASI TEKNIK ARSITEKTUR UIN MALIKI MALANG

3.4.1 Fondasi Tiang Pancang Menurut Pemakaian Bahan dan Karakteristik Strukturnya Alat Pancang Tiang Tiang Pancang dalam Tanah


II. TINJAUAN PUSTAKA

Panjang Penyaluran, Sambungan Lewatan dan Penjangkaran Tulangan

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN Pengetahuan Umum Rencana Anggaran Biaya ( RAB ) diberikan sebagai dasar pemikiran lebih lanjut.

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. Pekerjaan persiapan berupa Bahan bangunan merupakan elemen

5.2. Pekerjaan Bore Pile dan Soldear Pile. Laporan Kerja Praktek Pekerjaan Bore Pile dan Soldear Pile ini melibatkan beberapa kegiatan antara lain ada

RENCANA KERJA DAN SYARAT SYARAT

Transkripsi:

BAB V METODE UMUM PELAKSANAAN PEKERJAAN PONDASI HIDRAULIC PILE BAB V Metode Umum Pelaksanaan Pondasi tiang pancang adalah suatu konstruksi pondasi yang mampu menahan gaya orthogonal kesumbutiang dengan jalan menyerap lenturan. Pondasi tiang pancang dibuat menjadi satu kesatuan yang monolit dengan menyatukan pangkal tiang pancang yang terdapat di bawah konstruksi dengan tumpuan pondasi. Pelaksanaan pekerjaan pemancangan menggunakan diesel hammer. Sistemkerja diesel Hammer adalah dengan pemukulan sehingga dapat menimbulkan suara keras dan getaran pada daerah sekitar. Itulah sebabnya cara pemancangan pondasi ini menjadi permasalahan tersendiri pada lingkungan sekitar. Permasalahan lain adalah cara membawa diesel hammer kelokasi pemancangan harus menggunakan truk tronton yang memiliki crane. Crane berfungsi untuk menaikkan dan menurunkan. Namun saat ini sudah ada alat pancang yang menggunakan system hidraulik hammer dengan berat 3 7 ton. Pekerjaan pemukulan tiang pancang dihentikan dan dianggap telah mencapai tanah keras jika pada 10 kali pukulan terakhir, tiang pancang masuk ketanah tidak lebih dari 2 cm. Berikut ini cara sederhana untuk menghitung kebutuhan pondasi tiang pancang dan penampang tiang pancang yang akandigunakan : Misalnya didapat brosure produk tiang pancang segitiga ukuran 25/25.Jika daya dukung setiap tiangnya mencapai 2 ton maka berapakah jumlah tiang dalam setiap kolomnya? Adapun tahap perhitungannya adalah sebagai berikut: Denah bangunan dibagi-bagi di antara kolom-kolom untuk mengetahui berat yang harus dipikul setiap pondasi. Dapat juga semua luas denah bangunan dijumlahkan kemudian dibagi kedalam beberapa titik pondasi dalam setiap kolomnya. Cara kedua

ini memiliki kelemahan karena beban di pinggir kolom tentus aja berbeda dengan beban di tengah. Selanjutnya total volume beton dikalikan dengan berat jenis beton, volume lantai dikalikan berat jenis lantai, demikian seterusnya untuk tembok, kayu, genteng, dan sebagainya. Hasilnya dijumlahkan sehingga diperoleh berat = X ton. Selain itu juga dihitung jumlah beban hidup untuk jenis bangunan tersebut. Misalnya beban rumah tinggal 200 Kg/m2. Sehingga diperoleh 200 kg dikalikan dengan seluruh luas lantai, misalnya Y ton. Jumlah semua beban tersebut yaitu : X ton + Y ton. Misalnya, hasil penjumlahannya 48 ton. Dengan demikian kebutuhan tiang pancang adalah 48 ton : 25 ton atau sekitar dua buah tiang pancang pada satu titik kolom. Jadi jumlah tiang pancang untuk bangunan tersebut adalah hasil perkalian antara jumlah kolom dengan dua titik pancang. Hasil tersebut hanya untuk sebuah tiang pancang yang ukurannya 6 meter setiap batangnya. Bila kedalaman tanah kerasa dalah 9 meter, maka diperlukan dua buah tiang pancang per titiknya. Hitungan sederhana tersebut mengabaikan daya dukung tanah hasil laboratorium dan daya lekat tanah di sepanjang tiang pancang. Bila hal tersebut dihitung, jumlah tiang pancang tentu akan berkurang. Bahkan cara perhitungannya tidak sesederhana hitungan di atas. 1. Ukuran Tiang Pancang Berbagai ukuran tiang pancang yang ada pada intinya dapat dibagi dua, yaitu : MINIPILE dan MAXIPILE. a. Minipile (Ukuran Kecil) Tiang pancang berukuran kecil ini digunakan untuk bangunan-bangunan bertingkat rendah dan tanah relative baik.ukuran dan kekuatan yang di tawarkan adalah: Berbentuk penampang segitiga dengan ukuran 28 dan 32. Berbentuk bujur sangkar dengan ukuran 20x20 dan 25x25.

- Tiang pancang berbentuk penampang segitiga berukuran 28 mampu menopang beban 25 30ton - Tiangpancang berbentuk penampang segitiga berukuran 32 mampu menopang beban 35 40ton. - Tiang pancang berbentuk bujur sangkar berukuran 20x20 mampu menopang tekanan 30 35ton - Tiang pancang berbentuk bujur sangkar berukuran 25 x 25 mampu menopang tekanan 40 50 ton. b. Maxipile (UkuranBesar) Tiang pancang ini berbentuk bulat (spun pile) atau kotak (square pile). Tiang pancang ini digunkan untuk menopang beban yang besar pada bangunan bertingkat tinggi. Bahkan untuk ukuran 50 x 50 dapat menopang beban sampai 500 ton. 2. Kelebihan dan Kekurangan Kelebihan : - Karena dibuat dengan system pabrikasi, maka mutu beton terjamin. - Bisa mencapai daya dukung tanah yang paling keras. - Daya dukung tidak hanya dari ujung tiang, tetapi juga lekatan pada sekeliling. - Pada penggunaan tiang kelompok atau grup (satu beban tiang ditahan oleh dua atau lebih tiang), daya dukungnya sangat kuat. - Harga relative murah bila dibanding pondasi sumuran. Kekurangan : - Untuk daerah proyek yang masuk gang kecil, sulit di kerjakan karena factor angkutan. - Sistem ini baru ada di daerah kota dan sekitarnya. - Untuk daerah dan penggunaan volumenya sedikit, harganya jauh lebih mahal. - Proses pemancangan menimbulkan getaran dan kebisingan.

3. Keuntungan dan Kerugian menurut teknik pemasangan a. Pondasi tiang pancang pabrikan. Keuntungan: Karena tiang dibuat di pabrik dan pemeriksaan kwalitas sangat ketat, hasilnya lebih dapat diandalkan. Pelaksanaan pemancangan relative cepat, terutama untuk tiang baja. Walaupun lapisan antara cukup keras, lapisan tersebu tmasih dapat ditembus sehingga pemancangan ke lapisan tanah keras masih dapat dilakukan. Persediaannya cukup banyak di pabrik sehingga mudah diperoleh, kecuali jika diperlukan tiang dengan ukuran khusus. Untuk pekerjaan pemancangan yang kecil, biayanya tetap rendah. Daya dukungnya dapat diperkirakan berdasar rumus tiang pancang sehingga pekerjaan konstruksinya mudah diawasi. Cara pemukulan sangat cocok untuk mempertahankan daya dukung beban vertical. Kerugian : Karena pekerjaan pemasangannya menimbulkan getaran dan kegaduhan maka pada daerah yang berpenduduk padat akan menimbulkan masalah di sekitarnya. Untuk tiang yang panjang, diperlukan persiapan penyambungan dengan menggunakan pengelasan (untuk tiang pancang beton yang bagian atas atau bawahnya berkepala baja). Bila pekerjaan penyambungan tidak baik, akibatnya sangat merugikan. Bila pekerjaan pemancangan tidak dilaksanakan dengan baik, kepala tiang cepat hancur. Sebaiknya pada saat dipukul dengan palu besi, kepala tiang dilapisi dengan kayu.

Bila pemancangan tidak dapat di hentikan pada kedalaman yang telah ditentukan, diperlukan perbaikan khusus. Karena tempat penampungan di lapangan dalam banyak hal mutlak diperlukan maka harus disediakan tempat yang cukup luas. Tiang-tiang beton berdiameter besar sangat berat, sehingga sulit diangkut atau dipasang. Karena itu diperlukan mesin pemancang yang besar. Untuk tiang-tiang pipa baja, diperlukan tiang yang tahan korosi. b. Pondasi Tiang yang Dicor di Tempat Keuntungan: Karena pada saat melaksanakan pekerjaan hanya terjadi getaran dan keriuhan yang sangat kecil maka pondasi ini cocok untuk pekerjaan pada daerah yang padat penduduknya. Karena tanpa sambungan, dapat dibuat tiang yang lurus dengan diameter besar dan lebih panjang. Diameter tiang ini biasanya lebih besar dari pada tiang pracetak atau pabrikan. Daya dukung setiap tiang lebih besar sehingga beton tumpuan (Pile cap) dapat dibuat lebih kecil. Selain cara pemboran di dalam arah berlawanan dengan putaran jam, tanah galian dapat diamati secara langsung dan sifat-sifat tanah pada lapisan antara atau pada tanah pendukung pondasi dapat langsung diketahui. Pengaruh buruk terhadap bangunan di dekatnya cukup kecil. Kerugian : Dalam banyak hal, beton dari tubuh tiang diletakkan di bawah air dan kualitas tiang yang sudah selesai lebih rendah dari tiang-tiang pracetak atau pabrikan. Disamping itu, pemeriksaan kualitas hanya dapat dilakukan secara tidak langsung.

Ketika beton dituangkan, dikawatirkan adukan beton akan bercampur dengan reruntuhan tanah. Oleh karena itu, beton harus segera dituangkan dengan seksama setelah penggalian tanah dilakukan. Walaupun penetrasi sampai ketanah pendukung pondasi dianggap telah terpenuhi, terkadang tiang pendukung kurang sempurna karena ada lumpur yang tertimbun di dasar. Karena diameter tiang cukup besar dan memerlukan banyak beton, maka untuk pekerjaan yang kecil dapat mengakibatkan biaya tinggi. Karena pada cara pemasangan tiang yang diputar berlawanan arah jarum jam menggunakan air maka lapangan akan menjadi kotor. Untuk setiap cara perlu dipikirkan cara menangani tanah yang telah dibor atau digali Adapun secara umum metode pelaksanaan pondasi tiang pancang system tekan (hydraulic pile) secara umum nya adalah sebagai berikut : METODE KERJA PONDASI TIANG PANCANG SISTEM TEKAN 1. Koordinasikan dengan pemberi tugas (kontraktor) mengenai urutan-urutan kerja/prioritas kerja dengan mempertimbangkan urutan penyelesaian pekerjaan yang diminta dan aksesibilitas kerja agartercapai produktivitas yang terbaik. 2. Tentukan/tetapkan penggunaan tanda-tanda yang disepakati yang digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan pengukuran dan pematokan (Uitzet) agar tidak terjadi kerancuan dalam membedakan titiktitik pemancangan dengan as bangunan atau titik-titik bantu lainnya. 3. Untuk menghindarkan terjadi pergeseran as tiang dari koordinat yang telah ditentukan maka gunakan titik bantu (reference point) selama proses penekanan tiang kedalam tanah. Lakukan pengukuran as tiang terhadap titik bantu pada kedalaman 2 meter dengan menggunakan waterpass, apabila terjadi penyimpangan jarak antara as tiang dan as titik bantu, apabila posisi tiang yang tertanam masih dapat dilakukan pengankatan/pencabutan dan posisikan kembali as tiang tepat pada koordinat yang telah ditentukan.

4. Check verticality tiang pancang setiap kedalaman 50 cm s/d kedalaman 2 meter. (verticality tiang, posisi vertical tiang) 5. Proses awal dari pemasangan tiang dengan system tekan, posisikan alat HSPD unit pada koordinat yang ditentukan, check keadaan HSPD unit dalam keadaan rata dengan bantuan alat nivo yang terdapat dalam ruangan operator dibantu dengan alat waterpass yang diletakkan diposisi chasis panjang (Long-Boat). 6. Selanjutnya setelah kondisi HSPD unit tepat pada posisinya, tiang pancang (yang telah diberi marking skala panjang tiap tiang 500 mm) dimasukkan kedalam alat penjepit (Clamping-Box), kemudian posisikan tiang pancang tepat pada koordinat yang telah ditentukan, kontrol posisi tiang pada arah tegak dengan bantuan waterpass. Setelah semuanya terpenuhi selanjutnya dilakukan penjepitan tiang dengan tekanan maksimum ± 20 Mpa dibaca pada manometer C. 7. Setelah penjepitan pada uraian nomor 5 dilakukan, kemudian lakukan penekanan tiang pancang dengan mneggunakan 2 Cylinder Jack, selanjutnya dilakukan penekanan dengan menggunakan 4 Cylinder Jack, sampai mencapai daya dukung yang diinginkan. Dalam proses pemancangan tiang tersebut harus dicatat (Pilling Record) tekanan yang timbul vs kedalaman tiang tertanam. Selama proses pemancangan tersebut lakukan pengukuran kembali posisi as tiang terhadap titik bantu. (tiap 2 meter kedalaman tiang tertanam) 8. Apabila dalam proses pemcangan tiang ternyata tiang tersebut tidak dapat ditekan lagi, sehingga mengakibatkan tiang terdapat sisa diatas permukaan tanah, maka tiang tersebut harus dipotong rata tanahuntuk memberikan jalan kerja bagi HSPD unit untuk berpindah ketitik yang lain. Untuk mengetahui bahwa pemancangantiang sudah sesuai dengan daya dukung yang diinginkan, kita melakukan pressing sebanyak 2x. 9. Setelah proses tersebut dilakukan secara benar, kemudian lakukan pengukuran ulang posisi tiang, sehingga apabila terjadi pergeseran as tiang terpasang dan rencana dapat segera diketahui, yang selanjutnya akan dibutakn keputusan cara-cara perbaikan dari pergeseran.

Sehingga kita dapat simpulkan secara lapangan tentang metode pelaksanaan hydraulic pile ini adalah sebagai berikut : Metoda Pelaksanaan Pemancangan dengan Hydraulic Jack In: 1. Perkerjaan persiapan. Kontraktor pancang harus menerima beberapa dokementasi pendukung pekerjaan dari pemberi kerja antara lain : Sondir Report dan atau Data Bor Log, Lay out drawing titik pancang dan working load rencana untuk kemudian diketahui berapa tiang ukuran yang akan dipakai. Kontraktor pancang memberikan proposal kerja berupa penawaran (quotation), time schedule produksi tiang dan pelaksanaan, bila diperoleh kesepakatan maka akan ditindaklanjuti dengan survey lokasi; dimana harus dipastikan akses kelokasi cukup baik dan tanah dilokasi harus merupakan tanah padat untuk menghindari tronton dan crain service ambles ketika mobilisasi kelokasi. Gambar 4.1 Gambar 4.2 Gambar 4.1 & 4.2 adalah lokasi yang akan di bangun menggunakan tiang pancang dengan metode hidraulik pile driver.

3.Proses Pemancangan. Tiang dikirim tiap hari menggunakan tronton Pertama : Suplay/kedatangan tiang pancang keproyek dipersiapan sedemikian mungkin sesuai dengan kebutuhan harian pemancangan. Proses pemancangan dengan grip ujung Kedua: mengangkat tiang pancang menggunakan crane dan kemudian dimasukkan ke dalam grip(jepit) pada mesin hydraulic jack in. Tiang ditekan secara statis ke dalam tanah. Sebagai tambahan : jarak terdekat titik pancang kedinding tetangga adalah 70 80 cm (seperti terlihat pada gambar) menggunakan Grip Ujung dengan kapasitas maksimum = +/ 50% dari kemampuan mesin. Sedangkan bila menggunakan Grip Tengah maka Kapasitas Tekan adalah 100% dari kemampuan mesin.

Pemancangan dengan Grip Tengah Ketika tiang pancang ditekan ke dalam tanah dapat dibaca nilai MPA pada Pressure Gauge yg menunjukkan kekuatan daya dukung tanah. Welding Sambungan Ketiga: apabila tiang pancang tinggal 2 meter dr permukaan tanah dan belum mencapai MPA yang diinginkan maka tiang disambung dgn tiang pancang berikutnya. Proses penyambungannya dengan pengelasan (welding), dimana pada masing ujung tiang pancang terdapat plat baja yg gunanya untuk media penyambungan. Keempat: apabila tiang pancang yang kedua tinggal 2 meter dr muka tanah dan kedalaman pemancangan sudah hampir mendekati kedalaman sondir dan MPA bacaan pada pressure gauge sudah hampir mendekati MPA yang diinginkan, maka untuk tiang berikutnya dimasukkan alat bantu yg berupa baja solid yg bentuknya sama dgn tiang pancang (tiang doly) agar diharapkan tiang dapat

terdorong rata tanah ataupun didorong lebih jauh lagi masuk kedalam tanah (jika nantinya hendak digali untuk pembangunan basement). PRESSURE GAUGE Kelima: apabila Mesin pancang telah mencapai MPA yang diinginkan, dapat ditandai dengan bacaan pada pressure gauge dan apabila dorongan mesin sudah melewati kemampuan mesin maka mesin akan terangkat sebagian ini pertanda bahwa pemancangan sudah mencapai tanah keras maka proses pemancangan sudah selesai