UPAYA PENINGKATAN PRODUKSI MENTIMUN (Cucumis sativus L) MELALUI WAKTU PEMANGKASAN PUCUK DAN PEMBERIAN PUPUK POSFAT

dokumen-dokumen yang mirip
RESPON PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN MENTIMUN (Cucumis sativus L.) TERHADAP PUPUK SEPRINT DAN PEMANGKASAN

PENGARUH DOSIS PUPUK ANORGANIK NPK MUTIARA DAN CARA APLIKASI PEMUPUKAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN MENTIMUN

PENGARUH DOSIS PUPUK KANDANG AYAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL MENTIMUN

PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN BABY CORN (Zea mays L) PADA BEBERAPA MACAM PENYIAPAN LAHAN DAN KETEBALAN MULSA JERAMI

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Tinggi Tanaman. antara pengaruh pemangkasan dan pemberian ZPT paklobutrazol. Pada perlakuan

AGROVIGOR VOLUME 1 NO. 1 SEPTEMBER 2008 ISSN

PENGARUH PENGGUNAAN PUPUK KANDANG DAN NPK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KACANG TANAH

Jurnal Cendekia Vol 12 No 1 Januari 2014 ISSN

PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN MENTIMUN (Cucumis sativus L.) AKIBAT PERBEDAAN JARAK TANAM DAN JUMLAH BENIH PER LUBANG TANAM

RESPON TANAMAN SAWI (Brassica juncea L.) TERHADAP PEMBERIAN KOMPOS SAMPAH KOTA

PENDAHULUAN BAHAN DAN METODE

PENGARUH KONSENTRASI DAN INTERVAL WAKTU PEMBERIAN PUPUK ORGANIK CAIR NASA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN TOMAT (Solanum lycopersicum Lam.

I. PENDAHULUAN. Tanaman cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu komoditas

RESPONS TANAMAN TOMAT TERHADAP PEMBERIAN PUPUK BOKASHI DAN PENGATURAN JARAK TANAM

I. PENDAHULUAN. Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman serealia sumber karbohidrat kedua

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Jagung Manis. Pertumbuhan dan perkembangan merupakan proses yang dialami oleh setiap

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. Hasil sidik ragam 5% terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN KEDELAI (Glycine max L. Merrill) PADA BERBAGAI KONSENTRASI PUPUK DAUN GROW MORE DAN WAKTU PEMANGKASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1.1 Hasil Hasil yang diamati dalam penelitian ini adalah tinggi tanaman, umur berbunga, jumlah buah, dan berat buah.

PENGARUH PEMBERIAN BIO URIN SAPI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KEDELAI (Glycine max (L.) Merrill).

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki keanekaragaman tumbuhtumbuhan,

PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN OKRA (Abelmoschus esculantus) PADA PELAKUAN PUPUK DEKAFORM DAN DEFOLIASI

PENGARUH KOMBINASI DOSIS PUPUK ORGANIK DAN ANORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KACANG TANAH

STUDY TENTANG TIGA VARIETAS TERUNG DENGAN KOMPOSISI MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN

PENGARUH MACAM PUPUK FOSFAT DOSIS RENDAH TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KACANG TANAH (Arachis hypogaea L.) VARIETAS SINGA, PELANDUK, DAN GAJAH

Jurnal Cendekia Vol 13 No 1 Jan 2015 ISSN:

KERAGAAN PERTUMBUHAN JAGUNG DENGAN PEMBERIAN PUPUK HIJAU DISERTAI PEMUPUKAN N DAN P

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. kompos limbah tembakau memberikan pengaruh nyata terhadap berat buah per

PENGARUH KOMBINASI TAKARAN PUPUK UREA DAN SP-36 TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL BAWANG DAUN (Allium fistulosum L,) Alumni Fakultas Pertanian 2)

I. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. tinggi tanaman dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 1. Rerata Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun

Pengaruh BAP ( 6-Benzylaminopurine ) dan Pupuk Nitrogen terhadap Pertumbuhan dan Produksi Bawang Merah (Allium ascalonicum L.)

PENGARUH JENIS DAN DOSIS PUPUK KANDANG TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KROKOT LANDA (Talinum triangulare Willd.)

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. yang dihasilkan dari proses-proses biosintesis di dalam sel yang bersifat

RESPONS PERTUMBUHAN DAN HASIL MENTIMUN (CUCUMIS SATIVUS L.) AKIBAT PERLAKUAN VARIETAS DAN KONSENTRASI ZPT DEKAMON

PUPUK ORGANIK CAIR DAN PUPUK KANDANG AYAM BERPENGARUH KEPADA PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KEDELAI ( Glycine max L. )

53 ZIRAA AH, Volume 27 Nomor 1, Pebruari 2010 Halaman ISSN

PENGARUH PENGGUNAAN MIKRO ORGANISME LOKAL LIMBAH RUMAH TANGGA DAN NPK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KACANG HIJAU (Vigna radiata L)

STEVIA ISSN No Vol. III No. 01-Januari 2013

Jurnal Cendekia Vol 12 No 2 Mei 2014 ISSN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil dan pembahasan penelitian sampai dengan ditulisnya laporan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman serealia yang memiliki sumber

Vol 2 No. 1 Januari - Maret 2013 ISSN :

PENGARUH KOMBINASI DOSIS PUPUK KANDANG AYAM DAN SP 18 TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL BAWANG DAUN PADA ANDOSOL

Pengaruh Konsentrasi dan Waktu Penyemprotan Pupuk Organik Cair Super ACI terhadap Pertumbuhan dan Hasil Jagung Manis

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Keinginan untuk berswasembada kedelai telah beberapa kali dicanangkan, namun

KAJIAN PEMANGKASAN PUCUK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BABY MENTIMUN (Cucumis sativus L)

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. lingkungan atau perlakuan. Berdasarkan hasil sidik ragam 5% (lampiran 3A)

PEMUPUKAN NPK PADA TANAMAN DURIAN (Durio zibethinus Murr.) LOKAL UMUR 3 TAHUN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. menunjukkan bahwa penggunaan jenis mulsa dan jarak

PENGARUH JUMLAH TANAMAN PER POLIBAG DAN PEMANGKASAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN MENTIMUN KYURI (Cucumis sativus L.)

BAB VI PEMBAHASAN. lambat dalam menyediakan unsur hara bagi tanaman kacang tanah, penghanyutan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH VOLUME PEMBERIAN AIR DAN KONSENTRASI PUPUK DAUN TERHADAP PERTUMBUHAN VEGETATIF TANAMAN ANGGREK Dendrobium undulatum

rv. HASIL DAN PEMBAHASAN

RESPON PERTUMBUHAN BIBIT KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq) DI MAIN NURSERY TERHADAP KOMPOSISI MEDIA TANAM DAN PEMBERIAN PUPUK FOSFAT

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tomat merupakan salah satu dari kelompok sayuran yang memiliki banyak manfaat, diantaranya digunakan

PENGARUH DOSIS PUPUK NPK TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN JARAK PAGAR

RESPON PERTUMBUHAN BEBERAPA VARIETAS TIMUN (Cucumis sativus L.) TERHADAP PEMBERIAN PUPUK ORGANIK

0 (N 0 ) 12,34a 0,35 (N 1 ) 13,17a 0,525 0,7 (N 2 ) (N 3 )

PENGARUH KERAPATAN DAN KEDALAMAN TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KACANG HIJAU (Vigna radiata L.)

RESPON PERTUMBUHAN DAN HASIL KACANG TANAH PADA APLIKASI DOSIS PUPUK ORGANIK PADAT DAN CAIR

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan pengamatan pada pemberian pupuk organik kotoran ayam

Pengaruh Populasi Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) dan Jagung (Zea mays L.) terhadap Pertumbuhan dan Produksi Pada Sistem Pola Tumpang Sari

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: pertumbuhan tanaman bayam cabut (Amaranthus

PENGARUH PEMBERIAN BEBERAPA DOSIS URINE SAPI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN ROSELLA (Hibiscus sabdariffa L.) OLEH ADHE SURYA HARIADI

I. PENDAHULUAN. manis dapat mencapai ton/ha (BPS, 2014). Hal ini menandakan bahwa

PERTUMBUHAN DANHASILTANAMAN SEMANGKA (Citrullus vulgaris Schard) PADA BEBERAPA TARAF DOSIS KOMPOS TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT

PENGARUH UMUR BIBIT PINDAH TANAM DAN MACAM PUPUK DAUN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN TERONG (Solanum melongena, L.) VARITAS ANTABOGA 1

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

BAB I PENDAHULUAN. diolah menjadi makanan seperti kue, camilan, dan minyak goreng. kacang tanah dari Negara lain (BPS, 2012).

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN MENTIMUN (Cucumis sativus L.) PADA PEMBERIAN PUPUK NITROGEN. Ahmad Masud, Moh. Ikbal Bahua, Fitriah S.

I. PENDAHULUAN. Padi (Oryza sativa L.) adalah tanaman pangan utama sebagian besar penduduk

RESPONS JARAK TANAM DAN DOSIS PUPUK ORGANIK GRANUL YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG MANIS

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Jagung Manis. dalam siklus kehidupan tanaman. Pertumbuhan dan perkembangan berlangsung

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

EFEK KOMBINASI DOSIS PUPUK N P K DAN CARA PEMUPUKAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL JAGUNG MANIS. Jumini, Nurhayati, dan Murzani

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

RESPONS TANAMAN BUNCIS (Phaseolus vulgaris L.) TERHADAP DOSIS PUPUK KANDANG KAMBING DAN PUPUK DAUN YANG BERBEDA

Upaya Peningkatan Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Kedelai (Glycine max) Melalui Aplikasi Mulsa Daun Jati Dan Pupuk Organik Cair.

Kajian Aplikasi Dosis Pupuk ZA dan Kalium Anak Agung Gede Putra 10

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH TAKARAN PUPUK KANDANG SAPI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL JAHE MERAH (Zingiber officinale var.rubrum) YANG DITANAM PADA POLYBAG

PENGARUH VARIETAS DAN PUPUK UREA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN PAK CHOI (Brassica chinensis L.)

I. PENDAHULUAN. Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman pangan penting di dunia setelah

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) VARIETAS TUK-TUK TERHADAP JARAK TANAM DAN DOSIS PUPUK KCl

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan terpenting ketiga

I. PENDAHULUAN. dalam pemenuhan gizi masyarakat Indonesia. Kebutuhan terhadap gizi ini dapat

PENGARUH BOBOT MULSA JERAMI PADI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KACANG HIJAU (Vigna radiata L.) KULTIVAR KUTILANG

HASIL DAN PEMBAHASAN. Bio-slurry dan tahap aplikasi Bio-slurry pada tanaman Caisim. Pada tahap

PENGARUH PEMBERIAN MULSA ALANG-ALANG (Imperata cylindrica) DAN PUPUK UREA, TSP, KCL PADA PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KACANG HIJAU (Phaseolus radiatus L.

ISSN X Jurnal AGROTEK Vol 5, No 6 April 2017

1 ZIRAA AH, Volume 27 Nomor 1, Pebruari 2010 Halaman 1-8 ISSN

Transkripsi:

UPAYA PENINGKATAN PRODUKSI MENTIMUN (Cucumis sativus L) MELALUI WAKTU PEMANGKASAN PUCUK DAN PEMBERIAN PUPUK POSFAT The Increase of Cucumber Production (Cucumis sativus l.) Through Time of Pruningand Phosphate Fertilizer Ubad Badrudin 1), Syakiroh Jazilah 1), Ari Setiawan 2) 1) Dosen Fakultas Pertanian Universitas Pekalongan. 2 ) Mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Pekalongan. Abstract The experimental design used was randomized complete block design. The first factor is time pruning consist of without pruning apical (W1), pruning time during the vegetative phase of the age of 14 HST (W2), and the pruning phase of generative shoots at age 21 HST (W3), whereas the second factor is composed of phosphate fertilizer from without phosphate fertilizer (P0), 75 kg of phosphate fertilizer / ha (P1), phosphate fertilizer 150 kg / ha (P2), and phosphate fertilizers 225 kg / ha (P3). Data analysis by F test and if there are significant differences followed by DMRT test and orthogonal contrasts. Variables observed were samples of plant height per plant, number of leaves per plant sample, wet weight of sample plants per plant, plant dry weight per plant samples, flowering, fruit number per plant sample, the sample length of the fruit per plant, weight of fruit per plant sample, wet weight of plants per plot effectively, and dry weight of plants per plot effective. The results showed that the timing of pruning shoots were significantly different to all the observed variables, except variable flowering, while phosphate fertilizer were significantly against all variable. There is interaction between time of pruning shoots and phosphate fertilizers to the plant height per plant sample, the number of leaves per plant sample, wet weight of sample plants per plant, plant dry weight per plant sample, weight of fruit per plant sample, wet weight of plants per plot effectively, and dry weight of plants per plot effective Key words: cucumber, shoot pruning, fertilizer phosphate PENDAHULUAN Mentimun (Cucumis sativus L) merupakan salah satu jenis sayuran dari keluarga labu-labuan yang sudah popular dseluruh dunia dan dimanfaatkan untuk kecantikan, menjaga kesehatan tubuh, dan mengobati beberapa jenis penyakit (Samadi, 2002). Di Indonesia, usahatani mentimun kebanyakan masih dianggap sebagai usaha sampingan, sehingga rata-rata hasilnya masih rendah yakni antara 3,5-4,8 ton/ha (Rukmana, 1994). Sementara ini permintaan pasar Jepang terhadap mentimun rata-rata 50.000 ton per tahun, terutama dalam bentuk 18

mentimun asinan atau piccing cucumber (Rukmana, 1994). Ratarata produksi mentimun sebesar 489.490 ton dengan luas panen 52.787 ha dan produktivitasnya mencapai 92.64 kwintal per hektar (Dirjen Tanaman Pangan dan Hortikultura, 1999). Permintaan mentimun secara nasional pada tahun 2000 diproyeksikan sebanyak 764.854 ton, sehingga masih ada kekurangan sebanyak 275.364 ton. Oleh karena itu produksi mentimun harus ditingkatkan (Sumpena, 2002). Upaya untuk meningkatkan produksi harus terus dilakukan. Tindakan yang bisa dilakukan adalah perbaikan teknik budidaya diantaranya dengan pemangkasan. Menurut Dewani (2000) teknik budidaya untuk meningkatkan produksi mentimun dapat dilakukan dengan cara memanipulasi pertumbuhan, yaitu dengan perlakuan pemangkasan dan pemberian pupuk untuk membatasi pertumbuhan vegetatif tanaman, karena apabila pertumbuhan vegetatif tidak diatur sedangkan faktor lingkungan mendukung, maka tanaman akan terus melakukan pertumbuhan vegetatif, sehingga pertumbuhan generatif bisa terhambat atau tertunda. Pemangkasan dapat dilakukan dengan memotong ujung atau pucuk tanaman yang disebut pemangkasan pucuk. Pemangkasan dapat mengakibatkan peningkatan atau penurunan fotosintat dan hasil tanaman yang salah satunya dipengaruhi oleh saat pemangkasan atau waktu pemangkasan. Pemangkasan pada fase vegetatif menyebabkan pertumbuhan vegetatif akan berkurang, sehingga akan merangsang pertumbuhan generatif karena pemangkasan akan mengurangi produksi auksin. Selain itu cahaya matahari yang masuk ke tanaman lebih banyak, sehingga akan merangsang pembentukan bunga (Dewani, 2000). Tindakan pemangkasan bertujuan untuk meningkatkan intensitas cahaya matahari yang dapat diterima oleh tanaman, sehingga akan meningkatkan hasil tanaman. Penurunan intensitas cahaya matahari pada tanaman yang daundaunnya ternaungi dapat menurunkan hasil sebesar 40 % atau 19

lebih (Purwantono dan Suwandi, 1997). Tindakan pemangkasan diharapkan pertumbuhan tunas dan cabang makin banyak, sehingga pembungaan makin banyak pula. Pemangkasan pucuk akan mempengaruhi produksi dan aliran auksin ke tunas-tunas lateral. Jumlah auksin pada tanaman yang berlebihan akan terjadi dormansi pucuk yang menghambat pertumbuhan tunas di bawahnya. Hal ini terjadi karena adanya pertumbuhan tunas lateral, sehingga percabangan akan makin banyak yang memungkinkan akan terjadi saling menaungi antara daun tanaman (Haryadi, 1993; Watimena, 1988). Upaya lain yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produksi mentimun adalah dengan cara meningkatkan kesuburan tanah. Adanya proses alam dan campur tangan manusia dalam budidaya pertanian menyebabkan berkurangnya unsur hara dalam tanah, sehingga kesuburan tanah makin menurun yang mengakibatkan terjadi penurunan hasil (Sutejo, 1999). Salah satu pupuk yang bisa memperbaiki kesuburan tanah adalah pupuk posfat. Pupuk posfat pada mentimun sangat dibutuhkan karena unsur posfat merupakan unsur hara makro nomor dua yang membatasi pertumbuhan tanaman. Ketersediaan posfat diperlukan dalam koloid tanah untuk merangsang atau memperbanyak cabang-cabang produktif, sehingga jumlah buah yang terbentuk akan meningkat, disamping dapat meningkatkan translokasi asimilat ke biji dan mempengaruhi pertunasan dan percabangan tanaman (Sutejo, 1999). Selain itu penggunaan pupuk posfat harus memperhatikan dosis yang diberikan. Dosis yang tepat dapat merangsang pertumbuhan akar dan mempercepat pembungaan (Subhan, 1989). Dosis pupuk posfat yang terlalu tinggi menyebabkan penyerapan unsur hara lain terutama unsur hara mikro menjadi terganggu, sebaliknya dosis pupuk posfat yang terlalu rendah menyebabkan daun berubah warna menjadi tua, pertumbuhan daun kecil dan akhirnya rontok, fase pertumbuhan lambat dan tanaman menjadi kerdil (Marsono, 2001). Disamping itu, 20

defisiensi unsur hara menyebabkan metabolisme tanaman terganggu dengan gejala pertumbuhan yang menyimpang (Lakitan, 2001). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hasil mentimun melalui waktu pemangkasan pucuk dan pemberian pupuk posfat serta interaksi antara waktu pemangkasan pucuk dan pemberian pupuk posfat terhadap hasil mentimun. METODE PENELITIAN Penelitian dilaksanakan di Desa Cepokokuning Kecamatan Batang Kabupaten Batang, pada ketinggian tempat sekitar 65 meter di atas permukaan laut mulai bulan Mei sampai dengan bulan Juli 2008. Percobaan menggunakan Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL) yang diulang 3 kali. Faktor pertama waktu pemangkasan pucuk /tanpa pemangkasan pucuk (W1), pemangkasan pucuk fase vegetatif / umur 14 hst (W2), dan pemangkasan pucuk fase generatif/umur 21 hst (W3) dan faktor kedua pemberian pupuk posfat terdiri dari tanpa pupuk posfat (P0), pemberian pupuk posfat 75 kg/ha (P1), pemberian pupuk posfat 150 kg/ha (P2), dan pemberian pupuk posfat 225 kg/ha (P3). Variabel yang diamati tinggi tanaman per tanaman sampel, jumlah daun per tanaman sampel, bobot basah tanaman per tanaman sampel, bobot kering tanaman per tanaman sampel, umur berbunga, jumlah buah per tanaman sampel, panjang buah per tanaman sampel, bobot buah per tanaman sampel, bobot basah tanaman per petak efektif, dan bobot kering tanaman per petak efektif. Analisis data dengan uji F. Jika diantara faktor yang dicoba terdapat perbedaan yang nyata, analisis data dilanjutkan dengan uji Duncan Multiple Range Test (DMRT) dan uji kontras orthogonal. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Pengaruh Waktu Pemangkasan Pucuk Hasil penelitian menunjukkan bahwa waktu pemangkasan pucuk berpengaruh sangat nyata terhadap semua variabel yang diamati, kecuali variabel umur berbunga (Tabel 1, 2). Hal ini disebabkan karena kandungan 21

karbohidrat, protein, dan auksin yang terkandung dalam batang pada buku kedua dalam jumlah yang cukupdan seimbang, sehingga mendorong terjadinya pembelahan, pembesaran, dan pengembangan sel. Menurut Lakitan (2001) kandungan karbohidrat, auksin, nutrisi, protein, dan inhibitor pada masing-masing bagian pada batang dari ujung sampai pangkal sangat bervariasi. Batang tanaman bagian tengah mempunyai kandungan karbohidrat yang optimal dan seimbang dan apabila dilakukan pemangkasan berpengaruh terhadap pembentukan tunas dan daun. Menurut Rochiman dan Haryadi (1973) kandungan makanan pada batang terutama persediaan karbohidrat sangat mempengaruhi perkembangan tunas dan daun melalui adanya pembelahan, pemanjangan, dan pengembangan sel. Selanjutnya pemangkasan pucuk pada fase generatif memberikan bobot tanaman yang lebih rendah dibandingkan dengan pemangkasan pucuk pada fase vegetatif. Hal ini disebabkan karena bobot tanaman sangat dipengaruhi oleh organ tanaman. Berkurangnya organ tanaman dapat menurunkan bobot tanaman. Hilangnya sebagian daun dapat dipulihkan dengan cepat karena tanaman masih dalam fase vegetatif dan pembentukan daun masih giat dilakukan, sehingga proses fotosintesis dapat berjalan dengan lancar kembali dan pertumbuhan dapat meningkat, yang mengakibatkan bobot basah tanaman menjadi meningkat. Perlakuan pemangkasan pucuk pada fase generatif mengakibatkan hasil asimilat sebagian digunakan untuk perkembangan organ-organ generatif, sehingga karbohidrat yang digunakan untuk pertumbuhan vegetatif lebih sedikit. Jumlah organ yang sedikit dapat menurunkan bobot tanaman, sedangkan bobot tanaman sendiri dipengaruhi oleh tinggi tanaman dan jumlah daun (Dewani, 2000). Pemangkasan pucuk pada fase vegetatif memberikan hasil yang lebih tinggi dibandingkan pemangkasan pucuk fase generatif. Hal ini dikarenakan pemangkasan pucuk pada fase generatif dapat mengurangi kemampuan tanaman untuk menghasilkan asimilat, 22

sehingga jumlah asimilat yang dihasilkan oleh tanaman tidak cukup lagi untuk meningkatkan bobot buah, karena sebagian asimilat digunakan untuk pembentukan daun-daun baru, sedangkan pada fase vegetatif tanaman akan mengoptimalkan jumlah cabang dan mengurangi kerimbunan daun, sehingga daun dapat memanfaatkan sinar matahari, CO 2, air, dan ruang tumbuh dengan optimal (Purwantono dan Suwandi, 1997). Variabel umur berbunga menunjukkan pengaruh yang tidak berbeda nyata. Hal ini disebabkan karena umur berbunga dipengaruhi selain oleh faktor internal juga dipengaruhi oleh faktor eksternal (lingkungan). Faktor lingkungan yang sangat berpengaruh adalah ketinggian tempat yang berkaitan erat dengan suhu. Tanaman mentimun dapat ditanam mulai dari dataran rendah sampai dataran tinggi (1000 m dpl) dan suhu optimum untuk tanaman mentimun adalah 21-27 o C (Rukmana, 1994; Samadi, 2002), sedangkan suhu rata-rata di tempat penelitian adalah 24,16 o C (Stasiun MPK Batang, 2008), sehingga sesuai dengan kondisi lingkungan yang dikehendaki oleh tanaman mentimun. Tabel 1. Angka rata-rata analisis statistik waktu pemngkasan pucuk dan pemberian pupuk posfat terhadap komponen pertumbuhan tanaman mentimun Perlakuan Waktu pemangkasan pucuk W1 = 0 hst W2 = 14 hst W3 = 21 hst Pemberian pupuk posfat P0 = 0 kg/ha P1 = 75 kg/ha P2 = 150 kg/ha P3 = 225 kg/ha TT (cm) 49,82a 51,24c 50,21b 49,08a 50,22b 52,1c 50,3d JD (helai) 10,2a 11,45b 10,32a 9,27a 10,28b 12,05d 11,02c BBT 125,9a 136,5c 130,08b 112,6a 136,7c 147,8d 126b BKT 55,91a 66,5c 61,75b 42,66a 66,77c 77,88d 58,22b UB (hst) 20,9a 21,2a 21,03a 20,75a 20,86a 21,4b 21,15a BBTPE (kg) 2,5a 2,7c 2,6b BKTPE (kg) Keterangan : Angka-angka dalam kolom yang diikuti dengan huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%. TT = Tinggi tanaman per tanaman sampel JD = Jumlah daun per tanaman sampel BBT = Bobot basah tanaman per tanaman sampel BKT = Bobot kering tanaman per tanaman sampel 2,2a 2,7c 2,9d 2,5b 1,1a 1,3c 1,2b 0,8a 1,5c 1,6d 1,3b 23

UB = Umur berbunga BBTPE = Bobot basah tanaman per petak efektif BKTPE = Bobot kering tanaman per petak efektif Tabel 2. Angka rata-rata analisis statistik waktu pemngkasan pucuk dan pemberian pupuk posfat terhadap komponen hasil mentimun Perlakuan Waktu pemangkasan pucuk W1 = 0 hst W2 = 14 hst W3 = 21 hst Pemberian pupuk posfat P0 = pemberian 0 kg/ha P1 = pemberian 75 kg/ha P2 = pemberian 150 kg/ha P3 = pemberian 225 kg/ha Jumlah buah per tanaman sampel (buah) 2,58a 3,45c 2,94b 2,55a 3,11c 3,38d 2,92b Panjang buah per tanaman sampel (cm) 12,87a 17,70c 15,37b 13,55a 15,94c 17,22d 14,55b Bobot buah per tanaman sampel 193,4a 245,6c 221, 6b 175,6a 238,1c 260,3d 206,8b Keterangan : Angka-angka dalam kolom yang diikuti dengan huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%. 2. Pengaruh Pemberian Pupuk Posfat Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk posfat berpengaruh sangat nyata terhadap semua variabel yang diamati (Tabel 1, 2). Hal ini disebabkan karena pupuk posfat berperan dalam mendorong pertumbuhan akar khususnya akar-akar lateral dan sekunder (Jumin, 2002). Peranan ini berkaitan erat dengan posfat sebagai orthoposfat yang memegang peranan penting pada sebagian reaksi enzim yang vtergantung pada posfat. Posfat merupakan bagian dari inti sel yang berperan penting dalam pembelahan sel dan perkembangan jaringan meristem, sehingga posfat dapat merangsang pertumbuhan akar dan tanaman muda (Supriyanto, 2005). Sejalan dengan ini Karnomo (1989) menyatakan bahwa unsur posfat bersama dengan unsur N mendorong pertumbuhan akar dengan memperkuat pembentukan bulu-bulu akar, sehingga sistem perakaran menjadi lebih baik. Hal ini menyebabkan unsur hara dan air dapat diserap secara maksimal, sehingga posfat juga dapat mengaktifkan penyerapan unsur hara. Proses penyerapan unsur hara yang meningkat menyebabkan proses fotosintesis berlangsung secara 24

maksimal, sehingga pertumbuhan dan perkembangan tanaman dapat berjalan dengan lancar. Pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang optimal akan mempengaruhi pembentukan akar, batang dan daun menjadi lebih baik (Haryadi, 1993), sehingga proses fotosintesis dapat berlangsung secara maksimal dan hasil yang berupa fotosintatpun meningkat. Hasil fotosintat akan ditranslokasikan ke seluruh jaringan untuk pertumbuhan dan sisanya akan ditimbun. Semakin banyak fotosintat yang ditimbun pada jaringan tanaman, maka semakin meningkat bobot basah tanaman per tanaman sampel dan bobot basah tanaman per petak efektif yang diikuti oleh meningkatnya bobot kering tanaman per tanaman sampel dan bobot kering tanaman per petak efektif. Menurut Subhan (1989) posfat merupakan penyusun posfolipida, nukleoprotein dan fitin yang banyak tersimpan dalam biji. Posfat sangat penting dalam pemebntukan biji, sehingga pemberian posfat juga dapat meningkatkan produksi biji. Selanjutnya Lingga (2000) menyatakan bahwa penggunaan dosis pupuk posfat yang tepat dapat meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Sebaliknya pada penggunaan dosis yang berlebihan akan mengganggu pertumbuhan dan perkembangan tanaman, karena proses fotosintesis terhambat. Disamping itu posfat terlibat dalam transfer energi sinar matahari yang mengenai sebuah khlorofil (Indranada, 1989) dan membentuk ATP dan ADP yang berperan dalam transfer energi. Kemudian posfat merupakan bahan dasar untuk untuk pembentukan protein (Khusnia, 2005). Hal ini akan mendukung pembentukan buah secara optimal, sehingga hasil buah yang terbentuk mempunyai ukuran dan bobot yang lebih besar. 3. Pengaruh Interaksi antara Waktu Pemangkasan Pucuk dengan Pemberian Pupuk Posfat Hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi antara waktu pemangkasan pucuk dan pemberian pupuk posfat berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman per tanaman sampel, jumlah daun per 25

tanaman sampel, bobot basah tanaman per tanaman sampel, bobot kering tanaman per tanaman sampel, bobot buah per tanaman sampel, bobot basah tanaman per petak efektif, dan bobot kering tanaman per petak efektif (Tabel 3). Hal ini disebabkan karena adanya saling mempengaruhi antara waktu pemangkasan pucuk dan pemberian pupuk posfat. Waktu pemangkasan pucuk dapat merangsang dan memperbanyak cabang-cabang produktif dan meningkatkan translokasi asimilat ke biji, mempengaruhi pertunasan dan percabangan, sedangkan pemberian pupuk posfat mendukung pertumbuhan dan perkembangan akar, mempercepat proses pembungaan dan pembuahan. Keadaan ini mempengaruhi proses metabolisme tanaman dengan menghasilkan asimilat yang maksimal, sehingga pertumbuhan tanaman dan hasil asimilat yang disimpan sebagai storage meningkat yang mendukung pembentukan buah. Menurut Dewani (2000) perakaran tanaman yang kuat akan mendukung proses penyerapan dan memperoleh unsur hara sebagai zat makanan yang selanjutnya ditranslokasikan melalui batang ke seluruh bagian tanaman untuk menghasilkan buah. Disamping itu meningkatnya serapan hara menyebabkan proses metabolisme berjalan dengan baik dan meningkatkan produksi karbohidrat dan protein yang kemudian ditranslokasikan ke seluruh bagian tanaman utnuk pertumbuhan (Soepardi, 1985). Tabel 3. Pengaruh interaksi antara waktu pemngkasan pucuk dan pemberian pupuk posfat terhadap komponen pertumbuhan dan hasil tanaman mentimun Kombinasi Perlakuan W1P0 W1P1 W1P2 W1P3 W2P0 W2P1 W2P2 W2P3 W3P0 W3P1 W3P2 W3P3 TT (cm) 48,16 a 48,96 b 51,93 e 50,23 c 50,03 c 51,66 e 52,43 f 50,83 d 49,06 b 50,03 c 51,93 e 49,83 c JD (helai) 8,43 a 10,0 c 11,9 f 10,467 d 10,4 d 10,86 e 12,86 g 11,7 f 9,0 b 10,0 c 11,4 f 10,9 e BBT 103 a 132,6 d 146 g 122 c 122,3 c 141 f 150,6 h 132 d 112,6 b 136,6 e 147 g 124 c BKT 33 a 62,6 d 76 g 52 c 52,33 c 71 f 80,66 h 62 d 42,66 b 66,66 e 77 g 60,66 d BB 148,6 a 205,3 c 245,3 d 174,3 b 203,6 c 266,6 e 269,3 f 243,0 d 174,6 b 242,3 d 266,6 e 203,3 c BBTPE (kg) 2,1 a 2,6 d 2,9 g 2,4 c 2,4 c 2,8 f 3,0 g 2,6 d 2,2 b 2,7 e 2,9 g 2,4 c BKTPE (kg) 0,6 a 1,2 d 1,5 g 1,0 c 1,0 c 1,4 f 1,6 h 1,2 d 0,8 b 1,3 e 1,5 g 1,2 d 26

Keterangan : Angka-angka dalam kolom yang diikuti dengan huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%. TT = Tinggi tanaman per tanaman sampel JD = Jumlah daun per tanaman sampel BBT = Bobot basah tanaman per tanaman sampel BKT = Bobot kering tanaman per tanaman sampel BB = Bobot buah per tanaman sampel BBTPE = Bobot basah tanaman per petak efektif BKTPE = Bobot kering tanaman per petak efektif SIMPULAN 1. Waktu pemangkasan pucuk berbeda sangat nyata terhdap semua varibel yang diamati kecuali umur berbunga. Waktu pemangkasan pucuk pada fase vegetatif umur 14 hst (W2) memberikan hasil terbaik 2. Pemberian pupuk posfat berpengaruh sangat nyata terhadap semua variable yang diamati. Pemberian pupuk posfat sebanyak 150 kg/ha (P2) menunjukkan pertumbuhan dan hasil mentimun tertinggi 3. Terdapat interaksi antara waktu pemangkasan pucuk dan pemberian pupuk posfat terhadap variabel tinggi tanaman per tanaman sampel, bobot basah tanaman per tanaman sampel, bobot kering tanaman per tanaman sampel, bobot buah per tanaman sampel, bobot basah tanaman per petak efektif, bobot kering tanaman per petak efektif, dan jumlah daun per tanaman sampel. Kombinasi terbaik pada perlakuan waktu pemangkasan pucuk pada fase vegetatif umur 14 hst dan pemberian pupuk posfat 150 kg/ha (W2P2) DAFTAR PUSTAKA Dewani, M. 2000. Pengaruh Pemangkasan terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kacang Hijau (Vigna rediata L.) Varietas Walet dan Wongsorejo. Agrista. V(12): 01.p.18-23 Haryadi, S.S. 1993. Pengantar Agronomi. Gramedia, Jakarta Indranada, H.K. 1989. Pengelolaan Kesuburan Tanah. Bina Aksara, Jakarta Jumin, H.B. 2002. Agroekologi. Raja Grafindo Persada, Jakarta 27

Karnomo. 1989. Pengantar Produksi Tanaman Agronomi. Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto Khusnia, I. 2005. Upaya Peningkatan Pertumbuhan dan Hasil Kacang Panjang melalui Jarak Tanam dan Pemberian Dosis Pupuk Posfat. Skripsi. Fakultas Pertanian, Universitas Pekalongan Lakitan, B. 2001. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. Raja Grafindo Persada, Jakarta Lingga, P. 2000. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya, Jakarta Marsono, P.S. 2001. Pupuk Akar: Jenis dan Aplikasi. Penebar Swadaya, Jakarta Purwantono dan Suwandi. 1997. Pengaruh Pemangkasan Cabang dan Defoliasi terhadap Hasil Tanaman semangka. Agrin. Vol 20(03):22-28 Rochiman dan Haryadi. 1973. Bahan Bacaan Pengantar Agronomi. IPB, Bogor. p:32 Rukmana, R. 1994. Budidaya Mentimun. Kanisius, Yogyakarta Samadi, B. 2002. Teknik Budidaya Mentimun Hibrida. Knisius, Yogyakarta Subhan. 1989. Pengaruh Jarak Tanam dan Pemupukan terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kacang Jogo. Agrikultur, Lembang, Bandung. V.17(05):24-29 Soepardi, G. 1985. Masalah Kesuburan Tanah dan Pupuk. Departemen Ilmu Tanah, IPB, Bogor Sumpena, U. 2002. Budidaya Mentimun Intensif : dengan Mulsa secara Tumpang Gilir. Penebar Swadaya, Jakarta Supriyanto, P. 2005. Peningkatan Hasil Kacang Hijau melalui Pemberian Dosis Pupuk Kandang dan Pupuk P. Skripsi. Fakultas Pertanian, Universitas Pekalongan Sutejo. 1999. Pupuk dan Cara Pemupukan. Rineka Cipta, Jakarta Stasiun MPK. 2008. Data Iklim Bulan Mei sampai bulan Juli 2008. Stasiun MPK Nomor 5212 Kecamatan Batang, Kabupaten Batang Wattimena, G.A. 1988. Zat Pengatur Tumbuh Tanaman. Laboratorium Kultur Jaringan Tanaman. PAU Bioteknologi, IPB, Bogor 28