ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI TANAMAN PANGAN DI KECAMATAN PURWOSARI KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Studi kasus Daerah Rawan Pangan)

dokumen-dokumen yang mirip
MANFAAT LUMBUNG PANGAN SWADAYA DALAM MENGURANGI RESIKO RAWAN PANGAN DI DESA GIRITIRTO, KECAMATAN PURWOSARI, KABUPATEN GUNUNGKIDUL

ANALISIS USAHATANI JAGUNG HIBRIDA PADA AGROEKOSISTEM LAHAN TADAH HUJAN

1. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

PERAN LUMBUNG PANGAN SWADAYA DALAM MENJAGA KETAHANAN PANGAN MASYARAKAT DI DESA GIRITIRTO, KECAMATAN PURWOSARI, KABUPATEN GUNUNG KIDUL

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dunia. Kebutuhan jagung dunia mencapai 770 juta ton/tahun, 42%

DOI: /agr.2237 ABSTRACT INTISARI PENDAHULUAN. Undang Undang Pangan No. 18 tahun 2012 Pasal 2 menyebutkan ARIS SLAMET WIDODO, RETNO WULANDARI

Perkembangan Potensi Lahan Kering Masam

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. menggunakan pengalaman, wawasan, dan keterampilan yang dikuasainya.

SURYA AGRITAMA Volume I Nomor 1 Maret 2012 KERAGAAN USAHATANI PADI SAWAH PETANI GUREM DI DESA MLARAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN PURWOREJO

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB II KERANGKA PENDEKATAN TEORI

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENINGKATAN KEUNTUNGAN USAHA TANI KACANG TANAH MELALUI INTRODUKSI TEKNOLOGI VARIETAS UNGGUL DI DESA SIGEDONG KECAMATAN MANCAK KABUPATEN SERANG

BAB I. PENDAHULUAN. adalah mencukupi kebutuhan pangan nasional dengan meningkatkan. kemampuan berproduksi. Hal tersebut tertuang dalam RPJMN

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicom esculentum Mill) merupakan salah satu jenis tanaman

I. PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan yang dikonsumsi hampir seluruh penduduk

Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010 ISBN :

MANAJEMEN USAHA TANI PADA LAHAN KERING DI KABUPATEN GUNUNG KIDUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

I. PENDAHULUAN. Perekonomian di sebagian besar negara-negara yang sedang berkembang. hal

PENERAPAN SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO JAGUNG HIBRIDA UNTUK PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DI LAHAN INCEPTISOLS GUNUNGKIDUL

I. PENDAHULUAN. terpadu dan melanggar kaidah pelestarian lahan dan lingkungan. Eksploitasi lahan

I. METODE PENELITIAN. dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian dianalisis. Tujuannya

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A.

PENERAPAN MODEL PENGELOLAAN TANAMAN DAN SUMBERDAYA TERPADU JAGUNG LAHAN KERING DI KABUPATEN BULUKUMBA

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS

BAB I PENDAHULUAN. Bagi Indonesia, jagung merupakan tanaman pangan kedua setelah padi. Bahkan di

BAB I PENDAHULUAN. kabijakan pembangunan ini dilakukan untuk meningkatkan produktivitas hasil

ANALISIS USAHATANI DAN KESEJAHTERAAN PETANI PADI, JAGUNG DAN KEDELE

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Komoditas tanaman pangan yang sangat penting dan strategis kedudukannya

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mata pencaharian di bidang pertanian. Sektor pertanian pada setiap tahap

I. PENDAHULUAN. berkaitan dengan sektor-sektor lain karena sektor pertanian merupakan sektor

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

METODE PENELITIAN. akurat mengenai faktor-faktor, sifat-sifat dan hubungan antar fenomena yang

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2009 sekitar ton dan tahun 2010 sekitar ton (BPS, 2011).

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, khususnya tanaman pangan bertujuan untuk meningkatkan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian.

PENDAHULUAN. Latar Belakang

Efektivitas Pupuk Organik Kotoran Sapi dan Ayam terhadap Hasil Jagung di Lahan Kering

DINAMIKA USAHATANI JAGUNG HIBRIDA DAN PERMASALAHANNYA PADA LAHAN KERING DI KABUPATEN BONE. Hadijah A.D. 1, Arsyad 1 dan Bahtiar 2 1

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan

BAB I PENDAHULUAN. disegala bidang. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA TETAP TAHUN 2015)

1. PENDAHULUAN. oleh pemerintah. Upaya yang dilakukan antara lain dengan meningkatkan

I. PENDAHULUAN. sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya. Sektor pertanian memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan pokok manusia yang harus dipenuhi. Di

III. METODE PENELITIAN

KAJIAN PERBAIKAN USAHA TANI LAHAN LEBAK DANGKAL DI SP1 DESA BUNTUT BALI KECAMATAN PULAU MALAN KABUPATEN KATINGAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH ABSTRAK

PENDAPATAN PETANI TEMBAKAU ANTARA PENGGUNA AIR BOR DENGAN PENGGUNA AIR TADAH HUJAN

III. METODE PENELITIAN. penelitian yang memusatkan diri pada pemecahan masalah-masalah yang ada pada

II. TINJAUAN PUSTAKA

SURVEI PENDASARAN SOSIAL EKONOMI PROYEK PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI MISKIN MELAUI INOVASI (P4M2I)

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya mata pencaharian penduduk Indonesia bergerak pada sektor

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. A. Pola Tanam. yang perlu diperhatikan yaitu jenis tanaman, lahan dan kurun waktu tertentu

ANALISIS EFISIENSI BISNIS TANAMAN PANGAN UNGGULAN DI KABUPATEN BEKASI Oleh : Nana Danapriatna dan Ridwan Lutfiadi BAB 1.

VI. ARAH PENGEMBANGAN PERTANIAN BEDASARKAN KESESUAIAN LAHAN

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Hal ini seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk diiringi

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BAWANG MERAH

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dimana sebagian besar penduduknya bermata

AGRITECH : Vol. XVII No. 2 Desember 2015 : ISSN :

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian dari keluarga

BAB I PENDAHULUAN. lahan. Kemampuan lahan yang dikelola akan memberikan. produksi yang berbeda-beda tingkat produktivitasnya.

AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. Penelitian menyimpulkan sebagai berikut:

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian berperan penting dalam pembangunan ekonomi nasional.

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. aktivitas dan produktivitas kerja. Jumlah petani pada pola tanam padi-ubi

IV. KEADAAN UMUM DESA GEDANGAN. A. Letak Geografis, Batas dan Kondisi Wilayah. Purwodadi. Kabupaten Grobogan terletak pada sampai Bujur

PELUANG PENINGKATAN PRODUKTIVITAS JAGUNG DENGAN INTRODUKSI VARIETAS SUKMARAGA DI LAHAN KERING MASAM KALIMANTAN SELATAN

METODE PENELITIAN. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode deskriptif.

DINAMIKA PEMBANGUNAN PERTANIAN DAN PERDESAAN: Tantangan dan Peluang bagi Peningkatan Kesejahteraan Petani

PERAN SERTA TERNAK SEBAGAI KOMPONEN USAHATANI PADI UNTUK PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI

Analisis Risiko Usahatani Kedelai Di Kecamatan Jawai Selatan Kabupaten Sambas. Abstract

PENGENALAN TEKNIK USAHATANI TERPADU DI KAWASAN EKONOMI MASYARAKAT DESA PUDAK

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA SEMENTARA TAHUN 2015)

Laporan Akhir I - 1 SUMBER DAYA AIR

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH FUNGSI LAHAN PANGAN MENJADI KELAPA SAWIT DI BENGKULU : KASUS PETANI DI DESA KUNGKAI BARU

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan suatu proses produksi untuk menghasilkan barang

BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti:

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

KEUNGGULAN KOMPARATIF USAHATANI JAGUNG MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN DI PROVINSI NTT. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, 2

Gambar 3.6: Hasil simulasi model pada kondisi eksisting

RENTABILITAS USAHATANI CABAI RAWIT VARIETAS TARUNA DI KECAMATAN NARMADA KABUPATEN LOMBOK BARAT

PENGGUNAAN BERBAGAI PUPUK ORGANIK PADA TANAMAN PADI DI LAHAN SAWAH IRIGASI

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. tanggungan keluarga, luas lahan, status kepemilikan lahan, pengalaman bertani,

ANALISIS BREAK EVENT POINT USAHA TANI JAGUNG

I. PENDAHULUAN. tanaman padi salah satunya yaitu pemupukan. Pupuk merupakan salah satu faktor

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Irigasi pada hakekatnya merupakan upaya pemberian air pada tanaman

III. METODOLOGI PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup pengertian yang

DASAR DASAR AGRONOMI MKK 312/3 SKS (2-1)

Transkripsi:

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI TANAMAN PANGAN DI KECAMATAN PURWOSARI KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Studi kasus Daerah Rawan Pangan) Dr. Aris Slamet Widodo, SP., MSc. Retno Wulandari, SP., MSc. Prodi Agribisnis, Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta ABSTRACT Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pendapatan usahatani tanaman pangan lokal di Desa Purwosari Kabupaten Gunungkidul. Penelitian dilakukan di Desa Giritirto,Purwosari, Gunungkidul dengan cara purposive. Penelitian ini menggunakan metode dasar deskripsi analisis, dengan focus pada analisis biaya dan pendapatan usahatani. Hasil penelitian menunjukkan bahwa usahatani yang sering diusahakan oleh petani di Desa Giritirto pada musim hujan adalah padi dan jagung, sedangkan musim kemarau rata-rata petani mengusahakan jagung dan kacang tanah. Ratarata pendapatan petani padi pada musim hujan dilahan sawah (Rp 1.443.000,-) lebih tinggi dibandingkan dilahan tegal (Rp 622.850,-). Rata-rata pendapatan petani jagung dilahan tegal pada musim hujan sebesar Rp 286.175,-., sedangkan pendapatan dilahan sawah pada musim kemarau sebesar Rp 346.550,-. Pendapatan tertinggi tercapai pada lahan tegal di musim kemarau yaitu sebesar Rp 1.273.100.-. Kacang tanah hanya diusahakan di lahan tegal pada musim kemarau dengan rata-rata pendapatan sebesar Rp 1.157.000,-. Berdasarkan hasil analisis menyimpulkan bahwa komoditas padi lahan sawah memiliki pendapatan tertinggi pada musim hujan, sedangkan komoditas jagung sangat tepat diusahakan pada musim kemarau dilahan tegal. Kacang tanah memiliki kontribusi cukup tinggi untuk diusahakan pada lahan tegal dimusim kemarau. Kata kunci: Pendapatan, Usahatani, tanaman pangan 1

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemenuhan kebutuhan pangan menjadi tantangan tersendiri bagi Indonesia yang merupakan negara kepulauan. Luas wilayah Indonesia secara geografis menyebabkan adanya perbedaan kondisi tanah dan kecocokan terhadap jenis-jenis tanaman termasuk tanaman pangan. Perbedaan budaya bercocok tanam dan makanan pokok antar daerah juga mempengaruhi pilihan masyarakat dalam memilih komoditas petani. Namun peralihan pilihan makanan pokok dari pangan pokok lokal menjadi beras secara nasional menjadikan permasalahan dalam kebutuhan pangan (Nurhemi, dkk., 2014). Ketersediaan dan kecukupan lahan garapan akan menjadi faktor penting dalam mendukung kecukupan penyediaan produksi untuk ketahanan pangan nasional dalam jangka waktu 15 tahun mendatang (RPJM) dan 40 tahun mendatang (RPJP). Kebutuhan pangan merupakan fungsi dari jumlah penduduk, tingkat pendapatan dan karateristik sosial ekonominya. Apabila pertumbuhan penduduk sekitar 1,28% per tahun maka diperlukan penambahan produksi bahan pangan minimal 1,3% per tahun, guna mencapai tingkat ketahanan pangan (Badan Litbang Pertanian, 2010). Penambahan produksi pangan saat ini banyak mengandalkan dari hasil peningkatan produktivitaas lahan sawah. Peningkatan produktivitas tidak dapat berlangsung secara terus menerus, hal ini dikarenakan lahan produktif (lahan sawah) semakin menyusut akibat beralih fungsi, sehingga perlu dicari alternatif lahan baru untuk pengembangan tanaman pangan antara lain dengan pemanfaatan lahan kering yang masih begitu luas (Mahaputra dan Adijaya, 2004). Lahan kering didefinisikan sebagai hamparan lahan yang tidak pernah tergenang air pada sebagian besar waktu dalam setahun atau sepanjang waktu. Daratan Indonesia dengan luas 188,2 juta ha, 25,09 juta ha diantaranya tergolong lahan potensial untuk tanaman pangan lahan kering (Puslitbangtanak-Badan Litbang Pertanian, 2000). Lahan kering di Kabupaten Gunungkidul secara umum belum terkelola dengan optimal, sehingga pola tanam pada tanamanan pangan semusim seperti jagung dilakukan pada musim penghujan. 2

Kabupaten Gunungkidul merupakan Kabupaten paling selatan dan memiliki luas 1.485,36 km 2 atau 46, 63% dari total wilayah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Daerah ini mempunyai topografi berupa pegunungan kapur yang terbentang dari barat sampai timur. Topografi tersebut berpengaruh pada jenis penggunaan lahan di Kabupaten Gunungkidul. Kondisi tanah yang tidak begitu subur dan diperberat dengan permasalahan ketersediaan air menjadikan daerah ini termasuk daerah miskin dengan pendapatan perkapita Rp 3,229,356. Hal tersebut terjadi karena 70 % dari penduduk Kabupaten Gunungkidul adalah petani gurem dengan berbagai keterbatasan baik dari alam, teknologi dan modal. Berdasarkan data dari BPS Kabupaten Gunungkidul (2014) bahwa sebagian besar lahan pertanian di Kabupaten Gunungkidul adalah lahan kering (95%) dan sisanya adalah lahan sawah 5%. Sesuai dengan kondisi alamnya maka Kabupaten Gunungkidul memiliki beberapa tanaman potensial yang bisa berproduksi dengan bagus, diantaranya adalah tanaman singkong, jagung, kedelai, dan padi lahan kering. Kondisi alam yang ekstrim dan masuk dalam kategori lahan marjinal, menyebabkan beberapa wilayah di Kabupaten Gunungkidul masuk dalam kategori rawan pangan. Kecamatan yang masuk kategori rawan pangan pada tahun 2013 adalah Kecamatan Purwosari, Paliyan dan Girisubo. Berbagai upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah dalam program ketahanan pangan guna mengantisipasi kerawanan pangan, salah satunya adalah dengan peningkatan pendapatan usahatani tanaman lokal. Konsep integrasi sumberdaya lokal antara tanaman pangan dan ternak (sapi, kambing, unggas) merupakan modal dasar dalam penanganan kerawanan pangan sekaligus meningkatkan pendapatan petani. Sehingga tujuan dari penulisan ini adalah untuk menganalisis pendapatan usahatani tanaman pangan lokal di Desa Purwosari Kabupaten Gunungkidul. 3

II. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis yang memusatkan pada pemecahan masalah-masalah yang ada pada masa sekarang dan aktual. Data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian dianalisis untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai faktor-faktor, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diteliti (Surakhmad, 1994). Pengambilan sampel daerah ditentukan secara sengaja (purposive sampling) yaitu Desa Giritirto Purwosari Gunungkidul dengan pertimbangan bahwa Desa tersebut termasuk daerah rawan pangan di Kabupaten Gunungkidul dan memiliki potensi untuk pengembangan tanaman pangan yaitu jagung dan padi gogo. Penelitian ini menggunakan analisis biaya, pendapatan dan keuntungan dari usahatani dari berbagai komoditas tanaman pangan. III. HASIL DAN PEMBAHASAN Petani di Desa Giritirto, Kecamatan Purwosari, Kabupaten Gunungkidul banyak yang berusahatani komoditas tanaman pangan. Sebagian besar petani dimusim penghujan mengusahakan komoditas padi dan jagung. Selain itu, petani dimusim kemarau mengusahakan komoditas jagung, tembakau, ketela, dan kacang tanah. Rata-rata kepemilikkan lahan sawah seluas 2.706 m 2 dan tegal 4.643 m 2. A. Padi Salah satu komoditas utama yang diusahakan di Desa Giritirto Kecamatan Purwosari Kabupaten Gunungkidul adalah padi. Padi merupakan tanaman pangan yang menghasilkan beras sebagai sumber makanan pokok sebagian besar masyarakat Indonesia. Padi adalah salah satu makanan yang mengandung karbohidrat, sehingga dapat membuat tubuh lebih bertenaga. Usahatani komoditas padi di Desa Giritirto Kecamatan Purwosari Kabupaten Gunungkidul memiliki luas lahan sawah rata-rata 2.659 m 2 dan tegal 3.793 m 2. 4

Analisis usahatani komoditas padi dilahan sawah dan tegal dimusim penghujan, dapat dilihat dalam tabel 1. Tabel 1. Pendapatan Usahatani Padi di Lahan Sawah dan Tegal (0.1 Ha) Variabel Sawah Tegal A. Penerimaan (Rp) 1.883.400 936.000 Produksi (Kg) 369.3 183.5 Harga (Rp/kg) 5.100 5.100 B. Biaya Eksplisit - - Benih (Rp/Kg) 36.000 64.500 Pupuk Kandang (Rp/Kg) 119.600 43.200 Pupuk Urea (Rp/Kg) 64.600 39.900 Pupuk TSP (Rp/Kg) 37.500 39.100 Pupuk ZA (Rp/Kg) 9.800 6.400 Pupuk Ponska (Rp/Kg) 20.400 20.000 Pestisida (Rp/Kg) 23.000 5.250 TKLK (Rp) 89.500 94.000 Biaya Lain-lain (Rp) 40.000 800 Total Biaya (Rp) 440.400 313.150 C. Pendapatan (Rp) 1.443.000 622.850 Sumber : Data primer diolah Varietas padi gogo merupakan varietas padi yang banyak dibudidayakan petani di Desa Giritirto. Berdasarkan hasil analisis usahatani padi dengan luas lahan sawah dan tegal 1000 m 2 memberikan gambaran bahwa produktivitas komoditas padi dilahan persawahan yang dihasilkan petani lebih tinggi dibandingan dilahan tegal, yaitu sebanyak 0,25 kg/m 2. Hal ini dikarenakan curah hujan merupakan faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam budidaya padi gogo. Padi gogo memerlukan air sepanjang pertumbuhannya, kebutuhan air tersebut hanya mengandalkan curah hujan. Air untuk kebutuhan tanaman padi gogo sulit diatur karena bersumber dari curah hujan, air tersebut datangnya tidak menentu tergantung oleh cuaca. Padi dilahan tegal kebutuhan airnya kurang, sehingga hasil yang diperoleh petani sedikit. Tanaman padi dipersawahan yang diusahakan petani memperoleh penerimaan sebesar Rp 1.883.400,- dan dilahan tegal sebesar Rp 936.000,-. Pada saat padi ditanam dilahan persawahan biaya penggunaan benih, pupuk dan pestisida yang dikeluarkan lebih banyak dibandingkan dilahan tegal, yaitu sebanyak Rp 310.900,-. Penggunaan saprodi dilahan persawahan dengan luasan lahan rata-rata 1000 m 2 untuk benih sebanyak 4 kg. Para petani membeli 5

benih padi gogo dengan harga berkisar Rp 8.600,- / kg Rp 9.000,- / kg. Cara tanam yang digunakan dengan tanam alur, yaitu lahan dibuat alur dengan jarak 20-25 cm. Namun dilahan tegal kebutuhan benih sangat banyak yakni 7,5 kg, hal ini disebabkan cara tanam yang berbeda dengan lahan persawahan yaitu dengan cara disebar. Sarana produksi pupuk terdiri dari lima jenis, yaitu pupuk kandang sebanyak 104 kg, pupuk urea sebanyak 34 kg, pupuk TSP sebanyak 15 kg, pupuk ZA sebanyak 7 kg dan pupuk ponska sebanyak 8,5 kg. Pupuk yang digunakan dalam budidaya padi gogo dikombinasikan antara pupuk organik dan anorganik. Dosis penggunaan pupuk harus disesuaikan dengan tingkat kesuburan tanahnya. Pada lahan tegal kondisi tanah yang kurang subur dan penggunaan pupuk yang kurang. Sedangkan penggunaan pestisida sebanyak 1 botol. Penggunaan pestisida dalam budidaya padi tidak dapat dihindari, hal ini dikarena pada saat musim penghujan memiliki kelembapan tanah yang tinggi dan ketersediaan air yang melimpah. Sehingga dengan kondisi tersebut dapat menimbulkan hama penyakit, seperti keong dan wereng. Penggunaan tenaga kerja luar keluarga lebih banyak dikeluarkan dilahan tegal. Hal ini dikarenakan kondisi tanah yang memerlukan pengolahan lahan yang intensif. Meskipun lahan persawahan lebih banyak mengeluarkan biaya, hasilnya pun tetap sebanding dengan pendapatan yang diperoleh petani. Pendapatan yang diperoleh petani sawah sebesar Rp 1.443.000,- sedangkan dilahan tegal sebesar Rp 622.850,-. B. Jagung Jagung merupakan salah satu tanaman pangan yang penting selain padi. Komoditas jagung selain sebagai sumber makanan yang mengandung karbohidrat, biji jagung maupun daun-daunnya juga dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Jagung merupakan salah satu tanaman pangan alternative di Desa Giritirto yang diusahakan pada musim penghujan dilahan tegal dan musim kemarau dilahan sawah dan tegal. Analisis usahatani komoditas jagung dapat dilihat dalam tabel 2. 6

Tabel 2. Pendapatan Usahatani Jagung di Lahan Tegal (0.1Ha) Musim Hujan (2015) Musim Kemarau (2014) Variabel Tegal Sawah Tegal A. Penerimaan (Rp) 318.200 622.750 1.297.400 Produksi (Kg) 86 144 546 Harga (Rp/kg) 3.700 2.650 2.600 B. Biaya Eksplisit - Benih (Rp/Kg) 2.600 15.300 9.000 Pupuk Kandang (Rp/Kg) 25.000 812.000 755.000 Pupuk Urea (Rp/Kg) 11.400 55.100 30.000 Pupuk TSP (Rp/Kg) 24.700 37.950 Pupuk ZA (Rp/Kg) 1.600 24.500 - Pupuk Ponska (Rp/Kg) 10.800 44.400 - Pestisida (Rp/Kg) 2.625 28.000 - TKLK (Rp) 7.000 132.500 13.000 Biaya Lain-lain (Rp) 9.000 56.000 2.300 Total Biaya (Rp) 32.025 276.200 24.300 C. Pendapatan (Rp) 286.175 346.550 1.273.100 Sumber : Data primer diolah Pada tahun 2014 harga jual jagung berkisar Rp 2.600,-. Harga tersebut terhitung sangat rendah dibandingkan dengan daerah sentra jagung lainnya. Hal ini dikarenakan biaya yang tinggi akibat rantai pasok yang panjang. Pada tahun 2015 harga jual jagung mengalami kenaikan, yakni berkisar Rp 3.000,-/kg sampai Rp 3.700,-/kg. Hal ini dikarenakan produksi jagung dibeberapa daerah mengalami penurunan dan permintaan jagung untuk pakan tenak yang tinggi. Berdasarkan hasil analisis usahatani jagung di Desa Giritirto produktivitas tertinggi pada musim kemarau dilahan tegal yang mencapai 546 kg/0.1 Ha. Produktivitas jagung terendah terjadi pada musim hujan yakni hanya sebesar 86 kg/0.1 Ha. Hal tersebut menunjukan bahwa jagung memang sesuai diusahakan pada musim kemarau. Secara umum biaya usahatani jagung tertinggi pada lahan sawah di musim kemarau. Biaya pengadaan benih dan pupuk kndang mencapai Rp 15.300 dan Rp 812.000,-. Demikian juga dengan penggunaan pupuk kimia dan tenaga kerja luar keluarga yang mencapai Rp 176.700 dan Rp 132.500. Penggunaan tenaga kerja luar keluarga lebih banyak dikeluarkan dilahan persawahan, sebesar Rp 132.500,-. Hal ini dikarenakan kondisi tanah yang memerlukan 7

perawatan tanaman dan pengolahan lahan. Total biaya usahatani jagung lahan sawah musim kemarau adalah Rp 276.200, sedangkan biaya usahatani lahan sawah musim kemarau hanya mencapai Rp 24.300 dan lahan tegal di musim hujan hanya mencapai Rp 32.025. Walaupun lahan persawahan lebih banyak mengeluarkan biaya, hasilnya tidak sebanding dengan pendapatan yang diperoleh petani. Pendapatan yang diperoleh petani sawah sebesar Rp 346.550,- sedangkan lahan tegal pada musim hujan juga hanya menghasilkan Rp 286.175.-. Pendapatan usahatani jagung tertinggi diperoleh petani pada usahatani lahan tegal dimusim kemarau yaitu sebesar Rp 1.273.100,-. Tingginya pendapatan tersebut dipengaruhi oleh tingginya produktivitas yang mencapai 546 kg/0.1 Ha dan rendahnya biaya produksi yang hanya mencapai Rp 24.300,-. C. Kacang Tanah Komoditas tanaman pangan lainnya yang dibudidayakan petani di Desa Giritirto Kecamatan Purwosari Kabupaten Gunungkidul adalah kacang tanah. Kacang tanah adalah salah satu tanaman pangan yang memiliki peluang untuk dikembangkan. Hal ini dapat dilihat dari aspek olahan makanan yang berbahan baku kacang tanah, misalnya kacang telur, kacang bawang dan lain-lain. Analisis usahatani komoditas kacang tanah dilahan tegal dimusim kemarau, dapat dilihat dalam tabel 3. Tabel 3. Pendapatan usahatani kacang tanah di lahan sawah dan tegal (0.1 Ha) VARIABEL TEGAL A. Penerimaan (Rp/Kg) 1.514.200 Produksi (Kg) 134 Harga (Rp) 11.300 B. Biaya Eksplisit - Benih (Rp/Kg) 340.800 Pupuk Kandang (Rp/Kg) 71.811 Pupuk Urea (Rp/Kg) 4.287 Pupuk TSP (Rp/Kg) 5.359 Pupuk ZA (Rp/Kg) 34.298 Pupuk Ponska (Rp/Kg) 7.500 Biaya Lain-lain (Rp) 8.900 Total Biaya (Rp) 357.200 C. Pendapatan (Rp) 1.157.000 Sumber : Data primer diolah (2015) 8

Berdasarkan hasil analisis usahatani tanaman kacang tanah di Desa Giritirto dengan luas lahan tegal 1000 m 2, memiliki produktivitas sebanyak 134 kg/ 0.1 Ha. Tanaman kacang tanah yang diusahakan petani memperoleh penerimaan sebesar Rp 1.514.200,-. Pada tahun 2014 harga jual kacang tanah hanya berkisar Rp 7.000,-/kg sampai Rp 9.000,-/kg. Sedangkan pada tahun 2015 harga jual jagung mengalami kenaikan, yakni berkisar Rp 10.000,-/kg sampai Rp 12.000,-/kg. Hal ini dikarenakan produksi kacang tanah dibeberapa daerah mengalami penurunan dan permintaan kacang tanah yang tinggi. Biaya usahatani kacang tanah tertinggi pada pengadaan benih, pupuk kandang dan pupuk ZA yang masing-masing sebesar Rp 34.800, Rp 71.811 dan Rp 34.298,-. Dalam proses budidaya kacang tanah tidak memerlukan bantuan tenaga kerja dari luar keluarga, sehingga terjadi efisiensi biaya. Tingginya harga jual yang mencapai Rp 11.300 dan produktivitas yang baik (134 kg) serta biaya usahatani yang rendah berakibat pada tingginya pendapatan usahatani kacang tanah yang mencapai Rp 1.157.200,-. KESIMPULAN 1. Usahatani yang sering diusahakan oleh petani di Desa Giritirto pada musim hujan adalah padi dan jagung, sedangkan musim kemarau rata-rata petani mengusahakan jagung dan kacang tanah. 2. Rata-rata pendapatan petani padi pada musim hujan dilahan sawah sebesar Rp 1.443.000,- sedangkan dilahan tegal sebesar Rp 622.850,-. 3. Rata-rata pendapatan petani jagung dilahan tegal pada musim hujan sebesar Rp 286.175,-., sedangkan pendapatan dilahan sawah pada musim kemarau sebesar Rp 346.550,-. Pendapatan tertinggi tercapai pada lahan tegal di musim kemarau yaitu sebesar Rp 1.273.100.-. 4. Rata-rata pendapatan petani kacang tanah dilahan tegal sebesar Rp 1.157.000,-. 9

DAFTAR PUSTAKA Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2010. Analisis Sumberdaya Lahan Menuju Ketahanan Pangan Berkelanjutan. Badan Penelitiaan dan Pengembangan Pertanian, Jakarta. BPS Kabupaten Gunungkidul (2014). Data Daerah Rawan Pangan 2013. Yogyakarta. Departemen Pertanian, 2004. Balai Informasi Pertanian. Departemen Pertanian. Yogyakarta. Mahaputra, I K. dan I N. Adijaya. 2004. Analisis Finansial Usahatani jagung dengan Irigasi Embung di Lahan Kering Kabupaten Buleleng. Prosiding Seminar Nasional Optimalisasi Pemanfaatan Sumberdaya Lokal untuk Mendukung Pembangunan Pertanian. Puslitbang Sosial Ekonomi Pertanian bekerjasama dengan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bali. Mubyarto. 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES. Jakarta. Nurhemi, dkk., 2014. Pemetaan Ketahanan Pangan di Indonesia: Pendekatan TFP dan Indeks Ketahanan Pangan. Working Papper: Bank Indonesia., WP/4/2014. Soekartawi. 2006. Teori Ekonomi Produksi. CV Rajawali. Jakarta. Sukirno, Sadono. 2000. Mikro Ekonomi Modern: Perkembangan Pemikiran dari klasik sampai Keynesian Baru, Edisi 1. PT Raja Grafindo, Jakarta Surakhmad. 1994. Pengantar Penelitian Ilmiah. Tarsito. Bandung. Widodo, A.S. 2006. Management of Integrated Organic Farming System in Gunungkidul district, Indonesia. Thesis S2. Agriculture and Information System Department, Faculty of Agriculture, Universiti Putra Malaysia. Malaysia. Djaenudin, D; Marwan, Subagyo dan A. Hidayat. 2003. Petunjuk Teknis Evaluasi Lahan Untuk Komoditas Pertanian. Balai Penelitian Tanah, Puslitbangtanak, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor. 10