KEPUTUSAN BERSAMA KETUA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI DAN JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA Nomor : KEP Nomor : KEP- IAIJ.

dokumen-dokumen yang mirip
KEPUTUSAN BERSAMA KETUA KOMISI PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI DAN JAKSA AGUNG REPUBLlK INDONESIA

KEPUTUSAN BERSAMA KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAN KETUA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENEGAKAN HUKUM. Bagian Keempat, Penyidikan Oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) 3.4 Penyidikan Oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG BANTUAN TIMBAL BALIK DALAM MASALAH PIDANA

NOTA KESEPAHAMAN ANTARA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI REPUBLIK INDONESIA KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TENTANG

KEPUTUSAN BERSAMA KETUA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI DAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN. : 42/KPK-BPKP/IV/2007 : Kep-501/K/D6/2007

NOTA KESEPAHAMAN ANTARA KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA, KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA, DAN BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN

KESEPAKATAN BERSAMA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN KOMISI PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI NOMOR: 01/KB/I-VIII.

TENTANG KERJASAMA DALAM PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI

ANOTASI UNDANG-UNDANG BERDASARKAN PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2002 TENTANG KOMISI PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KESEPAKATAN BERSAMA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DAN KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 01/KB/I-VIII.

PENEGAKAN HUKUM. Bagian Kesatu, Wewenang-Wewenang Khusus Dalam UU 8/2010

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2011, No b. bahwa Tindak Pidana Korupsi adalah suatu tindak pidana yang pemberantasannya perlu dilakukan secara luar biasa, namun dalam pelaksan

NOMOR 30 TAHUN 2002 TENTANG KOMISI PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2002 TENTANG KOMISI PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN PENJELASAN RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemberantasan tindak pidana korupsi di negara Indonesia hingga saat

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2002 TENTANG KOMISI PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan Nasional bertujuan mewujudkan manusia Indonesia

Komisi Pemberantasan Korupsi. Peranan KPK Dalam Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, T

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2002 TENTANG KOMISI PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI

PENEGAKAN HUKUM. Bagian Kelima, Penyidikan Oleh Badan Narkotika Nasional (BNN)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2002 TENTANG KOMISI PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL

PERATURAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI

SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 462/KMK.09/2004 TENTANG

Matriks Perbandingan KUHAP-RUU KUHAP-UU TPK-UU KPK

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DAERAH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KPK. Gratifikasi. Pelaporan. Penetapan. Pedoman. Perubahan.

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

I. PENDAHULUAN. Tindak pidana korupsi merupakan salah satu kejahatan yang merusak moral

2016, No Peraturan Komisi Pemberantasan Korupsi tentang Audit Penyadapan Informasi yang Sah (Lawful Interception) pada Komisi Pemberantasan Ko

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2000 TENTANG TIM GABUNGAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

BERITA NEGARA. No.711, 2013 MAHKAMAH AGUNG. Penyelesaian. Harta. Kekayaan. Tindak Pidana. Pencucian Uang. Lainnya PERATURAN MAHKAMAH AGUNG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2015 TENTANG

- 4 - BAB I KETENTUAN UMUM

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

WALIKOTA PONTIANAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA PONTIANAK NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG

TATA CARA PENYAMPAIAN LAPORAN DAN PENANGANAN DUGAAN PELANGGARAN TERHADAP UNDANG-UNDANG NO. 5 TAHUN 1999

PENEGAKAN HUKUM. Bagian Kedelapan, Permintaan Keterangan Kepada PPATK (Berdasarkan Informasi PPATK

PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PERKARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB IV KEWENANGAN KEJAKSAAN DALAM PERKARA TINDAK PIDANA KORUPSI. A. Perbedaan Kewenangan Jaksa dengan KPK dalam Perkara Tindak

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Sistem Peradilan Pidana Anak adalah keseluruhan proses penyeles

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NO. 31 TAHUN 1999 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI BAB I

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

GUBERNUR BANTEN PERATURAN GUBERNUR BANTEN

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 53 TAHUN 2014 TENTANG MANAJEMEN PELAKSANAAN TUGAS PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BEKASI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2002 TENTANG KOMISI PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG MANAJEMEN PENYIDIKAN OLEH PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL

NOMOR 14 TAHUN 2016 NOMOR 01 TAHUN 2016 NOMOR 013/JA/11/2016 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2005 TENTANG KOMISI KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PADANG LAWAS UTARA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme

BAB III METODE PENELITIAN sampai dengan Desember peneliti untuk melakukan pengumpulan data.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG BANTUAN TIMBAL BALIK DALAM MASALAH PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

2 Pelanggaran di Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih da

DRAFT 16 SEPT 2009 PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PERKARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

8. Peraturan.../2 ATE/D.DATA WAHED/2016/PERATURAN/APRIL

KESEPAKATAN BERSAMA ANTARA KEPALA KEPOLISIAN DAERAH BALI DENGAN KEPALA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERWAKILAN PROVINSI BALI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTAHANAN. INPRES. Korupsi. Monitoring. Percepatan.

2015, No Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 14

- 2 - BAB I KETENTUAN UMUM

TENTANG KERJASAMA DALAM PENANGANAN HASIL PEMERIKSAAN KEKAYAAN PENYELENGGARA NEGARA YA.NG DITEMUKAN PETUNJUK ADANYA TINDAK PIDANA KORUPSI

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

BUPATI TANA TORAJA PROVINSI SULAWESI SELATAN

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 42 TAHUN : 2004 SERI : E PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 5 TAHUN 2004 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG KOMISI KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PER- 022 /A/JA/03/2011 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGAWASAN KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PERKARA DI KPPU KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG PROSEDUR BERACARA DALAM PEMBUBARAN PARTAI POLITIK

KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG BANTUAN TIMBAL BALIK DALAM MASALAH PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 86 TAHUN 1999 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 86 TAHUN 1999 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP 558 /A/J.A/ 12/ 2003 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, sehingga harus diberantas 1. hidup masyarakat Indonesia sejak dulu hingga saat ini.

BAB I PENDAHULUAN. sekarang belum dapat dilaksanakan secara optimal. Oleh karena itu

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG BANTUAN TIMBAL BALIK DALAM MASALAH PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG KOMISI KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepoti

Transkripsi:

KEPUTUSAN BERSAMA KETUA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI DAN JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA Nomor : KEP- 1 11212005 Nomor : KEP- IAIJ.A11212005 TENTANG KERJASAMA ANTARA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI DENGAN KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DALAM RANGKA PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI Menimbang: a. bahwa dalam rangka mewujudkan masyarakat yang adil, makmur, dan sejahtera berdasarkan Pancasila dan UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, pemberantasan tindak pidana korupsi yang terjadi sampai sekarang belum dapat dilaksanakan optimal. Oleh karena itu pemberantasan tindak pidana korupsi perlu ditingkatkan secara profesional, intensif, dan berkesinambungan karena korupsi telah merugikan keuangan negara, perekonomian negara, dan menghambat pembangunan nasional. b. bahwa sesuai dengan ketentuan Pasal 43 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Parubahan atas Undang- Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi telah dibentuk Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi yang independen dengan tugas dan wewenang melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi. c. bahwa sesuai ketentuan Pasal 6 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002, Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (KPK) mempunyai tugas: koordinasi, supervise, penyelidikan, penyidikan, penuntutan terhadap tindak pidana korupsi; melakukan tindakan pencegahan tindak pidana korupsi dan melakukan monitoring terhadap penyelenggaraan pemerintahan negara. d. bahwa sesuai dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana, Jaksa diberikan tugas dan wewenang untuk melakukan penuntutan dan pelaksanaan putusan hakim untuk kasus tindak pidana. e. Bahwa sesuai Undang-UndangNomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia, Jaksa selain diberikan tugas dan wewenang untuk melakukan penuntutan dan pelaksanaan putusan hakim juga dapat melakukan penyidikan terhadap tindak pidana tertentu berdasarkan Undang-Undang. 1

f. bahw,a sesuai dengan Pasal 33 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan RI, dalam pelaksanaan tugas dan wewenang, Kejaksaan membina hubungan kerjasama dengan badan penegak hukum dan keadilan serta badan negara atau instansi lainnya. g. bahwa dalam rangka memperkuat pelaksanaan tugas dan wewenang KPK dan Kejaksaan dalam pemberantasan 6ndak pidana korupsi yang efisien dan efektif, maka diperlukan suatu Keputusan Bersama. Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209); 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3874) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas UndangUndang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 134, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4150); 4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 67); 5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2002 tentano Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 137, Tambahan Lembaran Neaara Republik Indonesia Nomor 4250); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan KUHAP (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 3, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3250); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2000 tentang Tata Cara Pelaksanaan Peran Serta Masyarakat dan Pemberian Penghargaan dalam Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3995); 2

8. Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2004 tanggal Desember 2004 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi; MEMUTUSKAN: Menetapkan: KEPUTUSAN BERSAMA KETUA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI DAN JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KERJASAMA ANTARA KPK DAN KEJAKSAAN RI DALAM RANGKA PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Keputusan Bersama ini yang dimaksud dengan 1. Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi yang selanjutnya disebut KPK adalah lembaga negara sebagaimana dimaksud dalam Undang- Undang RI Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. 2. Kejaksaan Republik Indonesia adalah Lembaga Pemerintahan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang RI Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia. 3. Tindak Pidana Korupsi adalah tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas Undang-undang No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. 4. Pemberantasan tindak pidana korupsi adalah serangkaian tindakan untuk mencegah dan memberantas tindak pidana korupsi melalui upaya koordinasi, supervisi, monitoring, penyelidikan, penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang pengadilan sampai dengan pelaksanaan upaya hukum dan eksekusi (UHEKSI), dengan peran serta masyarakat berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 5. Kerjasama adalah kegiatan saling membantu untuk pembangunan dan penunutan kelembagaan dalam upaya memberantas tindak pidana korupsi secara optimal dan meningkatkan kapasitas serta kemampuan KPK dan Kejaksaan. 6. Penyelidik/penyidik adalah penyelidik/penyidik sebagimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pernberantasan Tindak Pidana Korupsi. 7. Penyidik dan penuntut umum ada!ah penyidik dan penuntut umum sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan maupun yang dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. 3

8. Koordinasi adalah kegiatan menyelaraskan: penyelidikan, penyidikan, penuntutan menetapkan sistim pelaporan, dan meminta informasi melalui dengar pendapat/pertemuan tentang pemberantasan tindak pidana korupsi. 9. Supervisi adalah kegiatan pengawasan, penelitian atau penelaahan dan pengambilalihan penyidikan atau penuntutan tindak pidana korupsi. BAB II TUJUAN, SIFAT DAN RUANG LINGKUP Pasal 2 Tujuan keputusan bersama ini adalah untuk saling membantu dalam pemberantasan tindak pidana korupsi secara optimal dan meningkatkan kapasitas serta kemampuan KPK dan Kejaksaan. Pasal 3 Kerjasama yang saling membantu ini bersifat fungsional dan saling menghormati dengan bdak mengurangi kewenangan masing-masing pihak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pasal 4 Kerjasama yang diatur dalam kesepakatan bersama ini, meliputi (1). Bantuan Personil. (2). Kerjasama Operasional 1. Bantuan Fasilitas; 2. Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN); 3. Gratifikasi; 4. Perlindungan saksi dan/atau pelapor sebagaimana diatur dalam pasal Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi; 5. Pertukaran Informasi; 6. Koordinasi; 7. Supervisi; Pasal 5 a. Dalam rangka peningkatan kemampuan personil, KPK dapat meminta bantuan dalam bidang pendidikan dan pelatihan dengan memanfaatkan lembaga pendidikan Kejaksaan. Hal-hat yang berkaitan dengan kerjasama pendidikan dan pelatihan diatur lebih lanjut deh Jaksa Agung dan Pimpinan KPK. b. Jika KPK memerlukan bantuan Penuntut Umum dari Kejaksaan maka Pimpinan KPK atau pejabat yang ditunjuk mengirim surat kepada Jaksa Agung atau pejabat yang ditunjuk,' untuk meminta bantuan penuntut umum dengan menjelaskan jumlah personil, jangka waktu serta keperiuannya; c. Jika Kejaksaan memerlukan bantuan personil dari KPK meliputi penyelidik, penyidik, ahli keuangan, ahli komputer atau tenaga lainnya, 4

maka Jaksa Agung atau pejabat yang ditunjuk mengirim surat kepada Pimpinan KPK atau pejabat yang ditunjuk, untuk meminta bantuan personel dengan menjelaskan jumlah personel, jangka waktu serta keperluannya; d. Bantuan personil sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b dan huruf c diberikan setelah ada permintaan tertulis, kecuali jika dalam keadaan mendesak permintaan dimaksud dapat disampaikan secara lisan dan selanjutnya disusul permintaan secara tertulis. BAB IV KERJASAMA OPERASIONAL Pasal 6 Bantuan Fasilitas: a. Dalam kondisi yang dianggap perlu, Pimpinan KPK atau pejabat yang ditunjuk dapat meminta bantuan dengan mengirim surat kepada Jaksa Agung atau pejabat yang ditunjuk untuk: 1. Melakukan upaya paksa penangkapan, penahanan, penggeledahan, dan penyitaan yang tata caranya akan diatur lebih lanjut oleh Pimpinan KPK dan Jaksa Agung RI; 2. Menitipkan tahanan dirumah tahanan negara Kejaksaan atau di rumah tahanan negara di daerah hukum Kejaksaan Negeri/Cabang Kejaksaan Neged Setempat; 3. Peminjaman tempat melakukan pemeriksaan; b. Jika Kejaksaan memerlukan bantuan fasilitas dari KPK meliputi peralatan penyadapan & perekaman, atau fasilitas sejenis lainnya maka Jaksa Agung atau pejabat yang ditunjuk mengirim surat kepada Pimpinan KPK atau pejabat yang ditunjuk untuk meminta bantuan fasilitas dimaksud dengan menjelaskan tujuan penggunaan fasilitas tersebut; dan; c. Bantuan fasilitas sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b diberikan setelah ada permintaan tertulis, kecuali dalam keadaan mendesak permintaan dimaksud dapat disampaikan secara lisan dan selanjutnya disusul permintaan secara tertulis d. Segala biaya yang timbal akibat pelaksanaan ketentuan sebagaimana yangdimaksud dalam huruf a ditanggung sepenuhnya oleh KPK. Pasal 7 Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN): a. Untuk kepentingan penyidikan tindak pidana korupsi yang prosesnya ditangani oleh Kejaksaan maka Kejaksaan dapat meminta kepada KPK LHKPN yang berindikasi tindak pidana korupsi, permintaan dilakukan secara tertulis dengan menyebut nama peminta informasr, nama penyelenggara negara dan tujuan permintaan tersebut; b. KPK dapat meminta bantuan Jaksa Agung untuk mendistribusikan formulir LHKPN di lingkungan Kejaksaan, permintaan dilakukan secara tertulis; 5

c. KPK dapat meminta bantuan Jaksa Agung untuk pemutakhiran data bagi yang berkewajiban membuat LHKPN di lingkungan Kejaksaan, permintaan dilakukan secara tertulis. Pasal 8 Gratifikasi: KPK dapat meminta bantuan Jaksa Agung untuk mendistribusikan formulir gratifikasi di lingkungan Kejaksaan, permintaan dilakukan secara tertulis. Pasal 9 Perlindungan Saksi dan/atau Pelapor: a. Kejaksaan membantu KPK dalam rangka perlindungan saksi danlatau pelapor terhadap adanya dugaan tindak pidana korupsi; b. Bantuan. perlindungan saksi dan/atau pelapor sebagaimana dimaksud pada huruf a dilakukan oleh Kejaksaan setelah adanya permintaan secara tertulis oleh KPK; c. Perlindungan saksi dan/atau pelapor sebagaimana dimaksud pada huruf b dilakukan apabila yang bersangkutan memintanya secara tertulis kepada KPK; d. Perlindungan saksi dan/atau pelapor meliputi jaminan keamanan dan jaminan tidak disidik terhadap saksi dan/atau pelapor yang sedang dilindungi sebelum kasus utamanya memiliki putusan kekuatan hukum yang tetap; e. Perlindungan saksi dan/atau pelapor yang terkait dengan jaminan keamanan dilakukan paling lama setelah adanya putusan Hakim pada peradilan tingkat pertama; f. Perlindungan saksi dan/atau pelapor sebagaimana dimaksud dalam huruf d tidak diberikan apabila saksi dan/atau pelapor tersebut terlibat dalam perkara pidana lain dan; g. Pelaksanaan perlindungan saksi sebagamana dimaksud pada huruf a sampai dengan huruf g ditindaklanjuti dengan pembentukan satuan tugas antara KPK dan Kejaksaan. Pasal 10 Pertukaran Informasi: a. KPK dan Kejaksaan dapat melakukan pertukaran informasi yang terkait dengan pelaksanaan tugas dan kewenangannya masing-masing; b. Tata cara pertukaran informasi dilakukan dengan permintaan atau pemberian informasi secara tertulis dan ditandatangani oleh Jaksa Agung atau Pimpinan KPK atau Pejabat yang ditunjuk oleh instansi masingmasing; c. KPK memberikan informasi kepada Kejaksaan mengenai: 1. Laporan dan/atau pengaduan masyarakat kepada KPK yang berindikasi adanya tindak pidana korupsi dan perkara lainnya; 2. Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN) yang berindikasi adanya tindak pidana; 6

3. Informasi lain yang diperlukan Kejaksaan Agung dalam rangka melakukan penyidikan dan penuntutan tindak pidana. d. Kejaksaan memberikan informasi kepada KPK mengenai: 1. Laporan perkembangan penyidikan dan penuntutan, banding, kasasi, peninjauan kembali, penghentian penyidikan atas permintaan KPK atau berdasarkan kasus yang diserahkan oleh KPK; 2. Kegiatan pemberantasan tindak pidana korupsi yang sistem pelapornya ditetapkan oleh KPK; 3. Data pendukung LHKPN berupa informasi harta kekayaan bergerak maupun bdak bergerak; 4. Informasi lain yang diperlukan KPK dalam rangka melakukan penyelidikan, penyidikan, penuntutan dan supervisi serta kajian sistem terhadap penyelenggaraan pemerintahan negara. e. Informasi yang telah diberikan sebagaimana dimaksud pada huruf c dan huruf d bersifat rahasia; f. Pihak penerima informasi bertanggung jawab atas kerahasiaan, penggunaan, dan keamanan informasi. BAB V KOORDINASI DAN SUPERVISI Pasal 11 Koordinasi: a. Untuk memperlancar pelaksanaan kerjasama perlu diadakan rapat koordinasi antara Pimpinan KPK dan Jaksa Agung maupun dengan Kepala Kejaksaan Tinggi sekurang-kurangnya 3 (tiga) bulan sekali; b. Penyelenggaraan rapat koordinasi sebagaimana dimaksud pada huruf a dilakukan sesuai kesepakatan; c. KPK dapat melimpahkan proses/hasil penyelidikan dan penyidikan tindak pidana korupsi kepada Jaksa Agung sesudah dilakukan gelar perkara; d. Pelimpahan sebagaimana dimaksud huruf c dilakukan dengan membuat dan menandatangani berita acara penyerahan; Pasal 12 Supervisi: a. KPK dapat meminta laporan kemajuan penanganan perkara dan/atau menyelenggarakan gelar perkara tindak pidana korupsi yang sedang ditangani atau telah dihendkan penyidikan atau penuntutannya atau perkara lain yang diserahkan oleh KPK untuk dilakukan penyidikan/penuntutan; b. Dalam hal gelar perkara 6ndak pidana korupsi yang diminta oleh KPK diselenggarakan di Kejaksaan Na-geri/Kejaksaan Tinggi, KPK dapat juga meminta keikutsertaan Jaksa Agung Muda Bidang Tindak Pidana Khusus atau unsur Kejaksaan Agung lainnya untuk hadir dalam gelar perkara itu; c. KPK dapat mengambilalih penyidikan dan penuntutan perkara sebagaimana dimaksud oada huruf a atau huruf b setelah dilakukan gelar perkara bersama; 7

d. Pengambilalihan penyidikan dan penuntutan yang sedang ditangani deh Kejaksaan Negeri/Kejaksaan Tinggi dilaksanakan melalui Kejaksaan Agung dengan membuat dan menandatangani berita acara penyerahan. BAB VI PEJABAT PENGHUBUNG Pasal 13 (1) KPK dan Jaksa Agung menunjuk sekurang-kurangnya 2 (dua) orang Pejabat Panghubung di instansi masing-masing. (2) Penunjukan Pejabat penghubung ditetapkan dengan Surat Keputusan Pimpinan instansi masing-masing. (3) Surat keputusan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diberitahukan kepada instansi masing-masing. BAB VII PEMBIAYAAN Pasal14 (1) Pembiayaan dalam mendukung pelaksanaan keputusan bersama ini meliputi pembiayaan untuk bantuan personel, fasilitas dan biaya lainnya; (2) Pembiayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sepenuhnya menjadi tanggungjawab yang meminta bantuan. BAB VIII KETENTUAN PENUTUP Pasal 15 (1) Hal-hal lain yang belum diatur dalam SKB ini akan diputuskan bersama oleh Pimpinan KPK dan Jaksa Agung. (2) Jika dalam SKB ini terdapat hal-hal yang tidak sesuai dengan ketentuan perundang-undangan, maka yang berlaku adalah ketentuan Undangundang yang ada. (3) SKB ini berlaku sejak tanggal penandatanganan dan akan ditinjau kembali apabila diperlukan. Ditetapkan di : Jakara Pada tanggal : Desember 2005 KETUA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA TAUFIEQURACHMAN RUKI ABDUL RAHMAN SALEH 8