PENDAHULUAN. Pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh logam berat sudah sangat

dokumen-dokumen yang mirip
PENDAHULUAN. adalah Timbal (Pb). Timbal merupakan logam berat yang banyak digunakan

PENDAHULUAN. Kemajuan sektor perindustrian di Indonesia yang semakin meningkat

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Pemberian Kitosan terhadap Ginjal Puyuh yang Terpapar Timbal (Pb)

BAB I PENDAHULUAN. dimasukkannya makluk hidup, zat energi, dan atau komponen lain ke dalam

BAB I PENDAHULUAN. Kolesterol adalah suatu molekul lemak di dalam sel yang terdiri atas LDL

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Pemberian Kitosan terhadap Kadar Besi (Fe) pada Darah Puyuh yang Terpapar Pb

BAB 1 PENDAHULUAN. Manusia dapat terpapar logam berat di lingkungan kehidupannya seharihari.

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini penggunaan pestisida dari tahun ke tahun semakin meningkat.

I. PENDAHULUAN. mengandung sejumlah mikroba yang bermanfaat, serta memiliki rasa dan bau

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PEDAHULUAN. banyak terdapat ternak sapi adalah di TPA Suwung Denpasar. Sekitar 300 ekor sapi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. pesat. Perkembangan tersebut diiringi pula dengan semakin meningkatnya

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sumber pencemar bagi lingkungan (air, udara dan tanah). Bahan

BAB I PENDAHULUAN. serta lapisan kerak bumi (Darmono, 1995). Timbal banyak digunakan dalam

PENDAHULUAN. Latar Belakang. manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Kebutuhan protein hewani dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat, terutama di negara-negara industri yang banyak memiliki pabrik dan

BAB I PENDAHULUAN. dengan lingkungan alam, semakin menambah kepekatan udara (Yuantari, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan perkembangan ayam broiler sangat dipengaruhi oleh

BAB I PENDAHULUAN. ternyata telah menimbulkan bermacam-macam efek yang buruk bagi kehidupan

Dampak Pencemaran Pantai Dan Laut Terhadap Kesehatan Manusia

I. PENDAHULUAN. manusia, akan tetapi pembangunan di bidang industri ini juga memberikan. berat dalam proses produksinya (Palar, 1994).

PENDAHULUAN. mempunyai potensi yang cukup besar sebagai penghasil telur karena

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupannya sehari-hari. Pada lingkungan yang kadar logam beratnya cukup

BAB I PENDAHULUAN. provinsi Bali dengan banyak aktivitas manusia seperti tempat singgah kapal-kapal

BAB I PENDAHULUAN. industri tapioka, yaitu : BOD : 150 mg/l; COD : 300 mg/l; TSS : 100 mg/l; CN - :

PENDAYAGUNAAN KITOSAN DARI KULIT UDANG SEBAGAI ADSORBEN GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR

PEMANFAATAN KITOSAN DARI LIMBAH CANGKANG KERANG HIJAU (Perna viridis) SEBAGAI ADSORBAN LOGAM Cu

BAB I PENDAHULUAN. gas nitrogen dan oksigen serta gas lain dalam jumlah yang sangat sedikit. Diantara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN. sumber protein hewani. Kandungan protein kerang yaitu 8 gr/100 gr. Selain itu,

I. PENDAHULUAN. Selama ribuan tahun telah disadari bahwa aktivitas manusia dan urbanisasi

PENGARUH PEMBERIAN KITOSAN TERHADAP KANDUNGAN PLUMBUM (Pb) DARAH DAN HATI PUYUH (Coturnix-coturnix japonica) FASE GROWER

UKDW I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perubahan lingkungan yang sangat terasa akibat dari maraknya

BAB I PENDAHULUAN. pada bertambahnya jumlah pencemar di udara (Badan Pusat Statistik, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. berbahaya dalam arti (toksisitas) yang tinggi, biasanya senyawa kimia yang sangat

I. TINJAUAN PUSTAKA. A. Puyuh

I PENDAHULUAN. banyak peternakan yang mengembangkan budidaya puyuh dalam pemenuhan produksi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan industri adalah limbah bahan berbahaya dan beracun. Penanganan dan

PENDAHULUAN. Ternak itik merupakan hewan homoiterm yang dapat melakukan

et al., 2005). Menurut Wan Ngah et al (2005), sambung silang menggunakan glutaraldehida, epiklorohidrin, etilen glikol diglisidil eter, atau agen

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi masalah kesehatan lingkungan utama di dunia, terutama di negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. Pencemaran lingkungan perairan yang disebabkan oleh logam-logam berat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aaaaapuyuh secara ilmiah dikelompokkan dalam kelas Aves, ordo Galliformes,

BAB. I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN. sebagai penghasil telur dan daging sehingga banyak dibudidayakan oleh

I. PENDAHULUAN. dan diusahakan sebagai usaha sampingan maupun usaha peternakan. Puyuh

BAB I PENDAHULUAN. Tujuh sumber utama pencemaran udara yaitu: partikel debu/partikulat

PENDAHULUAN. Latar Belakang. bertambahnya jumlah penduduk di Indonesia. Peningkatan kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. alat pengolahan bahan-bahan makanan. Minyak goreng berfungsi sebagai media

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. akumulatif dalam sistem biologis (Quek dkk., 1998). Menurut Sutrisno dkk. (1996), konsentrasi Cu 2,5 3,0 ppm dalam badan

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar belakang

I. PENDAHULUAN. ekosistem di dalamnya. Perkembangan industri yang sangat pesat seperti

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penting bagi kehidupan di dunia ini ( Arya, 2004: 27).

Oleh: ANA KUSUMAWATI

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. dibicarakan karena mengancam masa depan dari kehidupan di bumi

BAB I PENDAHULUAN. fosfor 40 mg; dan menghasilkan energi 30 kalori (Tarmizi, 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. buang tanpa adanya pengolahan limbah yang efesien dan terbuang mengikuti arus

PENDAHULUAN. puyuh (Cortunix cortunix japonica). Produk yang berasal dari puyuh bermanfaat

I. PENDAHULUAN. sekaligus dapat memberdayakan ekonomi rakyat terutama di pedesaan.

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pada bidang industri di Indonesia saat ini mengalami kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. maupun gas dapat menimbulkan pencemaran lingkungan. Lingkungan

I PENDAHULUAN. Itik mempunyai potensi untuk dikembangkan karena memiliki banyak

I. PENDAHULUAN. sehingga memiliki umur simpan yang relatif pendek. Makanan dapat. dikatakan rusak atau busuk ketika terjadi perubahan-perubahan yang

tanah apabila melebihi kemampuan tanah dalam mencerna limbah akan

Pengaruh Kitosan terhadap Kalsium...Nielvy Riani Gaghana

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN. dalam jangka waktu tertentu. Tingkat konsumsi pakan dipengaruhi oleh tingkat

BAB I PENDAHULUAN. tergantung orang tua. Pengalaman-pengalaman baru di sekolah. dimasa yang akan datang (Budianto, 2009).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan, khususnya lingkungan perairan, dan memiliki toksisitas yang tinggi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Polusi atau pencemaran lingkungan adalah suatu peristiwa masuknya atau

I PENDAHULUAN. tidak dapat terbang tinggi, ukuran relatif kecil berkaki pendek.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indra Sukarno Putra, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Makanan pinggir jalan adalah salah satu contoh bahan yang beresiko

BAB 1 : PENDAHULUAN. Pencemaran udara telah lama menjadi masalah kesehatan pada masyarakat, terutama

BAB I PENDAHULUAN. perairan telah menjadi permasalahan kesehatan lingkungan hampir semua negara

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. buangan/limbah yang selanjutnya akan menyebabkan pencemaran air, tanah, dan. h:1). Aktivitas dari manusia dengan adanya kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai air minum. Hal ini terutama untuk mencukupi kebutuhan air di dalam

Turunnya Harga Premium, Tingkatkan Kadar Timbal

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERAN CHITOSAN SEBAGAI PENGAWET ALAMI DAN PENGARUHNYA TERHADAP KANDUNGAN PROTEIN DAN ORGANOLEPTIK BAKSO AYAM SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. masyarakat terhadap pentingnya protein hewani, maka permintaan masyarakat

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lokal (Bos sundaicus), sapi Zebu (Bos indicus) dan sapi Eropa (Bos taurus). Sapi

BAB I PENDAHULUAN. air yang cukup. Bagi manusia, kebutuhan akan air ini amat mutlak, karena

BAB I PENDAHULUAN. dalam bidang perindustrian. Penggunaan logam krombiasanya terdapat pada industri

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Kolesterol Daging, Hati dan Telur Puyuh

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan oleh Timah Hitam (Pb) yang ditimbulkan dari asap kendaraan

IV. MACAM DAN SUMBER PANGAN ASAL TERNAK

PENDAHULUAN. komoditas utamanya adalah telur. Jenis puyuh peteur ini mayoritas diternakan di

BAB I PENDAHULUAN. Burung puyuh mempunyai potensi besar karena memiliki sifat-sifat dan

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang dijadikan objek percobaan adalah puyuh betina yang

Transkripsi:

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh logam berat sudah sangat memprihatinkan. Pencemaran lingkungan oleh logam berat merupakan suatu proses yang berhubungan dengan pengunaan logam tersebut oleh manusia. Logam berat merupakan polutan yang sangat berbahaya, salah satu diantaranya yaitu Plumbum (Pb) yang berasal dari limbah industri, dan residu dari kendaraan bermotor. Logam ini juga biasa digunakan sebagai bahan dasar aki (baterai), sebagai bahan pelapis kabel-kabel listrik dan juga pipa-pipa air. Besarnya peranan Pb dalam kehidupan manusia diikuti juga dengan besarnya dampak yang ditimbulkan. Cemaran timbal yang cukup besar sering menyebabkan keracunan dan berakhir pada kematian. Limbah Pb merupakan limbah yang berbahaya karena bersifat toksik (racun) pada makhluk hidup baik manusia, tumbuhan maupun hewan rentan terhadap pencemaran logam berat Pb. Ternak dapat merasakan dampaknya akibat terkena cemaran logam berat Pb yang terdapat dalam air minum dan pakan yang tercemar. Ternak yang mengonsumsi pakan atau air minum yang tercemar logam berat Pb, maka logam berat Pb tersebut akan terserap ke dalam tubuh terutama dalam darah kemudian diakumulasikan dalam hati, ginjal, dan daging, sehingga menyebabkan metabolisme terganggu dan dapat mempengaruhi produktivitas ternak. Pencemaran Pb melalui makanan akan dicerna dan diabsorsi usus halus, kemudian masuk dalam sirkulasi darah dan didistribusikan ke berbagai organ

2 tubuh. Ternak yang terkontaminasi Pb umumnya menderita kerusakan pada jaringan tubuh dan salah satunya adalah kerusakan hati. Hati mempunyai peranan penting pada ternak yaitu tempat detoksikasi zat-zat yang berbahaya bagi tubuh, sehingga masuknya logam berat akan di simpan di dalam hati. Pb yang masuk ke dalam tubuh meskipun sangat sedikit jumlahnya, tetapi lama-kelamaan Pb tersebut akan terakumulasi dalam tubuh dan membahayakan tubuh sehingga pada kondisi tertentu akumulasi Pb dapat secara tiba-tiba memperlihatkan gejala klinis. Melihat bahaya dari resiko akumulasi Pb dalam tubuh ternak, maka dari itu perlu adanya usaha untuk mengurangi resiko tersebut. Banyak cara yang bisa digunakan untuk mengurangi resiko akumulasi Pb salah satunya dapat dilakukan dengan mengunakan bahan-bahan yang mengandung senyawa yang dapat mengikat Pb seperti kitosan yang dapat dimanfaatkan dalam menyerap logam-logam berat. Kitosan merupakan salah satu resin alami yang bersifat non toksik dan dapat dibuat dari kulit, kepala dan kaki udang, lobster, kepiting, dan hewan yang bercangkang lainnya. Kitosan juga bersifat ramah lingkungan, mudah terdegradasi secara alami, mempunyai sifat menyerap dan menggumpalkan dengan baik. Sifat dari kitosan tersebut membuatnya berpotensi untuk digunakan sebagai bahan penyerap logam-logam berat. Kitosan serta turunannya mempunyai reaktifitas kimia yang tinggi dan menyebabkan sifat polielektrolit kation sehingga dapat berperan sebagai penukar ion (ion exchanger) dan dapat berperan sebagai adsorben terhadap logam berat. Penggunaan kitosan diharapkan dapat mengurangi akumulasi Pb dalam darah dan hati puyuh fase grower. Berdasarkan latar belakang di atas tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang Pengaruh Pemberian Kitosan terhadap Kandungan Pb Darah dan Hati Puyuh (Coturnix-coturnix japonica) Fase Grower.

3 1.2. Identifikasi Masalah 1. Bagaimana pengaruh pemberian kitosan dalam ransum terhadap konsentrasi Pb darah dan hati puyuh fase grower. 2. Pada konsentrasi kitosan dalam ransum berapa ppm yang menunjukkan konsentrasi terbaik di dalam penyerapan Pb darah dan hati puyuh fase grower. 1.3. Maksud dan Tujuan 1. Mengetahui pengaruh pemberian kitosan dalam ransum terhadap konsentrasi Pb darah dan hati puyuh fase grower. 2. Mengetahui konsentrasi kitosan dalam ransum yang menunjukkan konsentrasi terbaik dalam penyerapan Pb darah dan hati puyuh fase grower. 1.4. Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan menjadi salah satu sumbangan informasi ilmu pengetahuan dalam bidang peternakan, serta memberi informasi ilmiah berkaitan dengan pemberian konsentrasi kitosan dalam ransum yang dapat menyerap logam berat (Pb) pada puyuh.. 1.5. Kerangka Penelitian Plumbum atau timbal (Pb) sangat berbahaya bagi tubuh karena Pb merupakan logam berat beracun yang bersifat akumulatif didalam tubuh. Tubuh yang terakumulasi Pb berlebih dapat menyebabkan keracunan kronis, pembengkakan pada hati dan ginjal yang dapat mengakibatkan kematian pada

4 makhluk hidup termasuk ternak. Mengonsumsi ternak yang keracunan logam berat sangat berbahaya karena dapat berpengaruh terhadap kesehatan manusia nantinya. Keberadaan Pb di lingkungan umumnya berasal dari polusi pabrik, industri, dan kendaraan bermotor. Jumlah kendaraan bermotor di Indonesia berkembang pesat sehingga polutan dari bahan bakar yang dihasilkan setiap harinya semakin bertambah banyak. Satu liter bensin dalam angka oktan 87 dan 98 mengandung 0.70 gram senyawa Plumbum tetraetil dan 0,84 gram tetrametil Plumbum. Satu liter bensin yang dibakar jika dikonversikan akan mengemisikan 0,56 gram Pb yang dibuang ke udara (Librawati, 2005). Pb ditambah ke dalam bahan bakar sebagai bahan aktif bensin dalam bentuk Plumbum organik (tetraetil- Plumbum atau tetrametil-plumbum). Pada waktu pembakaran bensin, Plumbum organik ini berubah bentuk menjadi Plumbum anorganik. Pb yang dikeluarkan sebagai gas buang kendaraan bermotor merupakan partikel-partikel yang berukuran sekitar 0,01µm. Partikel-partikel Pb ini akan bergabung satu sama lain membentuk ukuran yang lebih besar, dan keluar sebagai gas buang atau mengendap pada knalpot kendaraan bermotor. Pb tersusun atas hidrokarbonhalogen dan hidrokarbon poliaromatik, zat penyususn tersebut dapat jatuh ke tanah bersama air hujan atau mengendap bersama debu dan mengontaminasi tanah dan air, sehingga cemaran oleh Pb sangat besar terdapat di udara, tanah, dan perairan, sedangkan ketiga bagian tersebut merupakan hal yang vital dalam kehidupan semua makhluk hidup termaksuk ternak. Senyawa tersebut dapat masuk ke dalam rantai makanan pada akhirnya masuk ke dalam tubuh manusia melalui sayuran, susu, dan produk lain dari hasil ternak.

5 Keracunan Pb sudah terjadi pada manusia maupun ternak sejak lama. Pb masuk ke dalam tubuh bisa melalui makanan yang tercemar yang masuk ke saluran pencernaan, saluran pernafasan dan melalui kulit. Ternak memiliki daya tahan sendiri-sendiri terhadap Pb yang dikonsumsinya tergantung dari jenisnya. Puyuh merupakan salah satu ternak yang merasakan dampak dari pencemaran logam berat Pb disebabkan pemeliharaan puyuh banyak dilakukan di tempat yang dekat dengan pemukiman seperti halaman rumah atau belakang rumah yang diduga mudah tercemar oleh Pb. Puyuh adalah salah satu komoditi unggas yang menghasilkan daging dan telur. Puyuh banyak digunakan sebagai hewan percobaan dengan dasar pertimbangan puyuh mempunyai siklus hidup yang relatif pendek dengan laju metabolisme yang tinggi, pemeliharaan tidak begitu sulit, areal kandang tidak perlu luas, modal relatif lebih kecil dan memiliki daya tahan tubuh yang tinggi terhadap penyakit dan juga dapat dijadikan sebagai sumber protein hewani bagi manusia baik telur atau dagingnya. Salah satu jenis puyuh tersebut adalah jenis Coturnix-coturnix japonica dengan awal bertelur pada umur 6-7 minggu dengan produktivitas dapat mencapai 250-300 butir telur/tahun dan bobot telur sekitar 10 g (Listiyowati dan Roospitasari, 2007). Keracunan yang disebabkan oleh Pb pada tubuh terjadi karena saluran pencernaan mampu mengabsorpsi Pb dan mendistribusikannya kedalam jaringan melalui darah, kemudian menyebar ke seluruh tubuh dan sebagian akan terakumulasi pada bagian tubuh tertentu seperti hati, ginjal, dan daging. Hasil akumulasi Pb di dalam organ tubuh makhluk hidup akan menyebabkan gangguan proses fisiologis dan apabila masuk ke dalam sistem metabolisme melebihi jumlah ambang batas akan sangat membahayakan gangguan fungsi organ

6 tubuh, yang terjadi diantaranya terganggunya fungsi organ seperti, hati, ginjal, sistem pencernaan, sistem saraf, tulang, darah dan daging. Hati menjadi salah satu organ yang terkena dampak dari Pb, karena setelah diabsorsi dari saluran pencernaan, zat ini diangkut melaui vena porta ke hati yang mana akan didetoksifikasi pada hati, namun hati mempunyai ambang batas dalam penyaringan racun tersebut. Logam berat yang tidak tersaring akan mengendap dalam hati dan pada jangka waktu yang panjang akan mengakibatkan kerusakan fungsi hati (Antoine dkk., 2008), Dampak yang terjadi apabila hati mengalami kerusakan yaitu adanya penumpukan kolesterol di dalam darah, selain itu juga hati mempunyai fungsi sebagai metabolisme karbohidrat, protein, lemak, dan vitamin. Banyak cara yang bisa digunakan untuk mengurangi resiko akumulasi Pb salah satunya dapat dilakukan dengan menggunakan bahan-bahan yang mengandung senyawa yang dapat mengikat Pb seperti kitosan yang dapat dimanfaatkan dalam menyerap logam-logam berat. Kitosan adalah senyawa polimer polisakarida turunan kitin yang diisolasi dari limbah perikanan, seperti kulit, udang dan cangkang kepiting dengan kandungan kitin antara 65-70% (Nunthanid dkk., 2001; Tajik dkk., 2008). Kitosan adalah hasil deasetilasi kitin, merupakan suatu polimer yang bersifat polikationik. Keberadaan gugus hidroksil dan amino sepanjang rantai polimer mengakibatkan kitosan sangat efektif mengadsorpsi kation ion logam berat maupun kation dari zat-zat organik (protein dan lemak) (Tao Lee, dkk., 2001 dalam Sanjaya dan Leny, 2007). Sifat-sifat kitin dan derivatnya yang dihubungkan dengan adanya gugus amino dan hidroksil yang terikat, menyebabkan kitin dan kitosan serta turunannya mempunyai reaktifitas kimia yang tinggi dan menyebabkan sifat polielektrolit kation

7 sehingga dapat berperan sebagai penukar ion (ion exchanger) dan dapat berperan sebagai adsorben terhadap logam berat (Rinaudo & Domard, 1989). Kitosan bersifat biocompatible dan biodegradable sehingga banyak diaplikasikan dalam bidang pertanian dan lingkungan, biodesis serta pangan, selain itu komponen dalam kitosan mempunyai sifat multifungsi, diantaranya antibakteri (Sudarshan dkk., 1992; Xie dkk., 2001; Jia dkk.,2002), fungisida (Allan dan Hadwiger, 1979), antioksidan (Xie dkk., 2001; jeon dkk., 2003), dan sebagai pengikat logam berat. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh (Nurul A dkk, 2014), tentang optimalisasi sintesis kitosan dari cangkang kepiting sebagai adsorben logam berat Pb (II) menunjukkan kitosan mampu menyerap Pb dalam konsentrasi Pb 100 ppm mampu menyerap hingga 97,04 % dalam suasana netral. Hasil studi yang dilakukan oleh Huang dkk. (2005) juga menyatakan kitosan hingga level 150 mg/kg mampu meningkatkan efesiensi daya cerna. Melihat sebagaimana yang telah dijelaskan dari sifat-sifat yang dimiliki oleh kitosan sebagai adsorben logam berat, pada penelitian ini dicoba menggunakan kitosan pada berbagai konsentrasi dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh kitosan dalam menurunkan kandungan logam berat Pb di dalam darah dan hati puyuh. Berdasarkan uraian kerangka pemikiran, dapat diambil suatu hipotesis bahwa pemberian kitosan dengan konsentrasi sebanyak 150 ppm dapat menurunkan kadar Pb dalam darah dan hati puyuh (Coturnix coturnix japonica) fase grower.

8 1.6. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan di Test Farm Ternak Unggas Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran selama 40 hari, waktu pengamatan dilaksanakan dari bulan Februari sampai Maret 2016. Pengujian sampel darah dan hati dilaksanakan di Laboratorium Nutrisi Ternak Perah Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor.