PENGARUH PENGGUNAAN PETA KONSEP PADA MODEL PEMBELAJARAN RECIPROCAL TEACHING TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIK PESERTA DIDIK (Penelitian terhadap Peserta Didik Kelas VII SMP Negeri 1 Tasikmalaya Tahun Pelajaran 2012/2013) ELI HANDAYANI e-mail: elihanda@ymail.com Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Siliwangi Jl. Siliwangi No. 24 Kota Tasikmalaya ABSTRAK Kemampuan penalaran matematik merupakan kemampuan yang harus dikembangkan dalam pembelajaran matematika di sekolah, sehingga peserta didik dapat menggunakan kemampuan bernalarnya dalam menyelesaikan permasalahan. Kemampuan penalaran matematik sebagai suatu proses berpikir matematik yang dilakukan untuk menarik suatu kesimpulan atau suatu pernyataan baru dari beberapa pernyataan yang telah diketahui kebenarannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh positif penggunaan peta konsep pada model pembelajaran Reciprocal Teaching serta untuk mengetahui minat peserta didik terhadap penggunaan peta konsep pada model pembelajaran Reciprocal Teaching. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen yang dilaksanakan pada materi garis dan sudut. Instrumen yang digunakan adalah soal tes kemampuan penalaran matematik dan angket minat peserta didik. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas VII SMP Negeri 1 Tasikmalaya Tahun Pelajaran 2012/2013. Sedangkan sampel pada penelitian ini adalah kelas VII D dan VII B. Kelas VII D sebagai kelas eksperimen dengan penggunaan peta konsep pada model pembelajaran Reciprocal Teaching, sedangkan kelas VII B sebagai kelas kontrol dengan menggunakan model pembelajaran langsung. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh simpulan bahwa ada pengaruh positif penggunaan peta konsep pada model pembelajaran Reciprocal Teaching dan sebagian besar peserta didik berminat terhadap penggunaan peta konsep pada model pembelajaran Reciprocal Teaching. Kata kunci : Model Pembelajaran Reciprocal Teaching, Peta Konsep, Minat, Kemampuan Penalaran Matematik ABSTRACT Mathematical reasoning abilities is an ability which must be developed in learning mathematics at school, so that the students can use their reasoning ability in solving the problems. Mathematical reasoning ability as a process of mathematical thinking to draw a conclusions or statement of some statements that have known truth. The aim of this research is to know positive influence of using concept mapp in reciprocal teaching learning model and this research to purpose to know interest of students that using concept mapp in reciprocal teaching model. This research that used an experimental method that was held on material lines and angles. The instrument that used is a matter 1
of mathematical reasoning abilities test and questionnaires of interest students. The population of this research were all 7 th grade students in SMP Negeri 1 Tasikmalaya school year 2012/2013. Whereas the sample in this research are class VII D and VII B. VII D as an experiment class with the using concept mapp in reciprocal teaching learning model, while VII B as a controls class that used direct instruction learning model. The result of research and analysis of the data its concluded that thereis positive influence of the use concept mapp in reciprocal teaching learning model and most of students shows that their interested against the use concept mapp in reciprocal teaching learning model. Key word : Reciprocal Teaching Learning Model, Concept Mapp, Interest, Mathematical Reasoning Abilities PENDAHULUAN Matematika merupakan salah satu ilmu pengetahuan yang penting dipelajari. Tujuan diberikannya mata pelajaran matematika di sekolah berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Depdiknas, 2008b:3) yaitu agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: 1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah. 2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika. 3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh. 4. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah. 5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian dan motivasi dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam memecahkan masalah. Berdasarkan pemaparan tersebut, salah satu tujuan pembelajaran matematika adalah menggunakan penalaran pada pola dan sifat. Menurut Depdiknas (Shadiq, Fajar, 2004:3) Materi matematika dan penalaran matematika merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Materi matematika dipahami melalui penalaran dan penalaran dipahami melalui belajar matematika. Menurut Baroody (Hulu, Peringatan, 2010:4) Terdapat beberapa keuntungan apabila siswa diperkenalkan dengan penalaran, karena dapat secara langsung meningkatkan hasil belajar siswa. Keuntungan tersebut adalah jika peserta didik diberikan kesempatan untuk menggunakan keterampilan bernalarnya, 2
maka peserta didik akan lebih mudah memahami konsep.dengan demikian mengembangkan dan meningkatkan kemampuan bernalar sangat penting. Namun kenyataan di lapangan menunjukkan kemampuan penalaran matematik belum dikembangkan secara optimal. Berdasarkan hasil penelitian Wahyudin (Hulu, Peringatan, 2010:6), Kemampuan matematik peserta didik masih sangat rendah. Menurut Wahyudin (Hulu, Peringatan, 2010:7) Salah satu faktor yang menyebabkan lemahnya kemampuan siswa dalam matematika kurang memiliki kemampuan nalar yang logis dalam menyelesaikan persoalan atau soal-soal matematika. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Rahman, Taufik (2012:37) yang menunjukkan skor rata-rata kemampuan penalaran matematik peserta didik yang pembelajarannya konvensional adalah 31,94 dengan skor terendah 10 dan skor tertinggi 90 dengan skor maksimal ideal 100. Kurangnya kemampuan penalaran matematik tidak terlepas dari dominasi pembelajaran yang terpusat pada guru (teacher centered), sehingga hal ini menjadi salah faktor kurang berkembangnya kemampuan penalaran matematik peserta didik. Pembelajaran yang terpusat pada guru bersifat satu arah, hanya berupa pemberian informasi saja dan peserta didik tidak terlibat secara aktif dalam pembelajaran, sehingga mereka hanya menerima pengetahuan dalam bentuk yang sudah jadi dan lebih bersifat hafalan. Berdasarkan hal tersebut, Sobel dan Maletsky (Hulu, Peringatan, 2010:6) berpendapat, Kegiatan pembelajaran yang biasanya dilakukan oleh guru adalah mengawali pembelajaran dengan membahas soal-soal yang lalu, memberikan penjelasan konsep yang baru secara langsung, memberikan contoh serta prosedur penyelesaiannya, memberikan soal-soal rutin untuk latihan dan diakhiri dengan memberikan pekerjaan rumah. Pembelajaran seperti ini sering dilakukan oleh guru sehingga memungkinkan kemampuan penalaran matematik peserta didik tidak berkembang secara maksimal serta menimbulkan kebosanan dan kurangnya minat peserta didik. Menyikapi permasalahan tersebut, diperlukan alternatif pembelajaran yang tidak mengandalkan kemampuan hafalan saja melainkan pemaknaan dari materi pembelajaran tersebut dan mampu meningkatkan kemampuan penalaran matematik. Salah satu alternatif pembelajaran yang bisa digunakan yaitu penggunaan peta konsep pada model pembelajaran Reciprocal Teaching. Peta konsep dapat digunakan sebagai 3
salah satu penyajian pembelajaran yang menyatakan hubungan yang bermakna antara konsep yang satu dengan konsep yang lain. Sesuai dengan pendapat Martin (Astuti, Rini Nafsiati, 2009:12), Peta konsep dapat digunakan oleh guru sebagai petunjuk dalam memahami hubungan antara ide-ide yang penting dengan rencana pembelajaran, sedangkan bagi peserta didik penggunaan peta konsep dapat membantu memahami dan mengingat sejumlah informasi baru. Selain itu, melalui model pembelajaran Reciprocal Teaching peserta didik diberikan kesempatan dan kebebasan untuk menggunakan kemampuan berpikirnya. Menurut Qohar, Abd (2010:12) Reciprocal teaching merupakan pembelajaran berbasis konstruktivisme yang memberikan peluang kepada siswa untuk mengeksplorasi secara bebas namun terarah terhadap ide-ide matematika. Dengan demikian penggunaan peta konsep pada model pembelajaran Reciprocal Teaching digunakan karena dapat memberikan keleluasaan kepada peserta didik untuk mengembangkan kemampuan berpikirnya secara mandiri sehingga diharapkan dapat meningkatkan kemampuan penalaran matematik. Berdasarkan permasalahan di atas, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1. Pengaruh penggunaan peta konsep pada model pembelajaran Reciprocal Teaching terhadap peningkatan kemampuan penalaran matematik peserta didik. 2. Minat peserta didik terhadap penggunaan peta konsep pada model pembelajaran Reciprocal Teaching. Penelitian tentang penerapan model Reciprocal Teaching dilaporkan oleh Hanun, Halida (2012) dengan judul Penerapan Model Reciprocal Teaching untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematik Siswa SMP (Suatu Penelitian Kuasi Eksperimen terhadap Siswa Kelas VIII di Salah Satu SMP Negeri Kota Bandung) diperoleh kesimpulan peningkatan kemampuan penalaran matematik siswa yang mendapat pembelajaran dengan model Reciprocal Teaching lebih tinggi daripada siswa yang mendapat pembelajaran konvensional. Penelitian yang berjudul tentang Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan Model Pembelajaran Reciprocal Teaching untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Logis Siswa SMA (Studi Eksperimen terhadap Siswa Kelas X SMA Negeri 2 Subang dilaporkan oleh Rusmawati, Cucu Aisyah (2011), diperoleh kesimpulan peningkatan kemampuan penalaran logis siswa yang pembelajarannya menggunakan Reciprocal Teaching lebih 4
baik dibandingkan dengan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional. Penelitian lain yang berjudul Pengaruh Penggunaan Concept Mapping (Peta Konsep) dalam Pembelajaran Kooperatif terhadap Kemampuan Pemahaman Matematik Peserta Didik (Penelitian terhadap Peserta Didik Kelas VII SMP Negeri 2 Singaparna Tahun Pelajaran 2011/2012) dilaporkan oleh Fauziah, Nia (2012), hasil penelitian menunjukkan bahwa pemahaman matematik peserta didik yang pembelajarannya menggunakan Concept Mapping (Peta Konsep) dalam Pembelajaran Kooperatif lebih baik dibandingkan dengan pemahaman matematik peserta didik yang menggunakan pembelajaran langsung. METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen. Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh peserta didik kelas VII SMP Negeri 1 Tasikmalaya, sedangkan sampel diambil sebanyak dua kelas secara random, terpilih kelas VII B sebagai kelas eksperimen dan kelas VII D sebagai kelas kontrol. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Melaksanakan tes kemampuan penalaran matematik Tes kemampuan penalaran matematik diberikan kepada peserta didik sebelum dan sesudah melaksanakan pembelajaran. Pada kelas eksperimen dengan menggunakan peta konsep pada model pembelajaran Reciprocal Teaching, sedangkan kelas kontrol menggunakan model pembelajaran langsung. Instrumen soal tes kemampuan penalaran matematik terdiri dari 4 butir soal berbentuk uraian. 2. Menyebarkan angket Angket diberikan kepada peserta didik untuk mengetahui minat peserta didik terhadap penggunaan peta konsep pada model pembelajaran Reciprocal Teaching. Penyebaran angket dilakukan pada kelas eksperimen setelah peserta didik melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan peta konsep pada model pembelajaran Reciprocal Teaching. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Pembelajaran dilaksanakan pada dua kelas yaitu dengan penggunaan peta konsep pada model pembelajaran Reciprocal Teaching dan model pembelajaran langsung. 5
Sebelum pembelajaran dilaksanakan kedua kelas diberikan pretes kemampuan penalaran matematik dengan soal yang sama. Berdasarkan hasil pretes pada kedua kelas diperoleh skor rata-rata pretes untuk kelas eksperimen adalah 3,03. Sedangkan skor rata-rata pretes pada kelas kontrol adalah 2,88. Setelah pembelajaran selesai dilaksanakan, kedua kelas diberikan postes kemampuan penalaran matematik. Berdasarkan hasil postes yang diperoleh dari kedua kelas, pada kelas eksperimen diperoleh skor rata-rata postes 12,41. Sedangkan pada kelas kontrol diperoleh skor rata-rata postes 10,25. Masing-masing skor postes yang diperoleh pada kelas eksperimen dan kelas kontrol disajikan pada diagram berikut. 18 16 14 12 10 8 6 4 2 0 S-1 S-5 S-9 S-13 S-17 S-21 S-25 S-29 Diagram 1 Data Postes Kemampuan Penalaran Matematik Peserta Didik Kelas Eksperimen Berdasarkan skor akhir tes kemampuan penalaran matematik (postes) pada kelas eksperimen, peserta didik yang mencapai kriteria ketuntasan minimun (KKM) yaitu dengan skor 12 atau 75% dari skor maksimum sebanyak 71,8% atau 23 peserta didik. 16 14 12 10 8 6 4 2 0 S-1 S-5 S-9 S-13 S-17 S-21 S-25 S-29 Diagram 2 Data Postes Kemampuan Penalaran Matematik Peserta Didik Kelas Kontrol 6
Berdasarkan skor akhir tes kemampuan penalaran matematik (postes) pada kelas eksperimen, peserta didik yang mencapai kriteria ketuntasan minimun (KKM) yaitu dengan skor 12 atau 75% dari skor maksimum sebanyak 21,8% atau 7 peserta didik. Hasil pretes dan postes pada kedua kelas kemudian diolah menjadi nilai gain ternormalisasi untuk melihat peningkatannya. Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh rata-rata gain normal pada kelas eksperimen sebesar 0,72. Sedangkan rata-rata gain normal kontrol sebesar 0,56. Pengujian Persyaratan Analisis Berdasarkan hasil pengujian normalitas data gain ternormalisasi, kedua data berasal dari populasi berdistribusi normal. Pada kelas eksperimen diperoleh = 2,65 < 2 2 daftar= 11,3 sedangkan pada kelas kontrol hitung = 5,42 < 2 daftar = 11,3. Pengujian dilanjutkan dengan uji homogenitas, berdasarkan hasil perhitungan diperoleh F hitung = 1,17 dan F daftar = 2,356, ternyata F hitung < F 0,01(31/31), maka kedua varians data tersebut homogen. Pengujian Hipotesis dan Pertanyaan Penelitian Pengujian Hipotesis Pengujian hipotesis menggunakan uji perbedaan dua rata-rata. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh t hitung = 4,706 > t daftar = 2,388. Ternyata t hitung > t 0,99(62) artinya ada pengaruh positif penggunaan peta konsep pada model pembelajaran Reciprocal Teaching terhadap peningkatan kemampuan penalaran matematik peserta didik. Analisis Pertanyaan Penelitian Pertanyaan penelitian ini adalah bagaimana minat peserta didik terhadap penggunaan peta konsep pada model pembelajaran Reciprocal Teaching? Angket minat peserta didik hanya disebarkan pada kelas eksperimen setelah seluruh pembelajaran selesai dilaksanakan. Analisis angket dilakukan dengan mengelompokkan peserta didik berdasarkan perolehan skor angket yang dibagi menjadi tiga kategori yaitu tinggi, sedang dan rendah. Pengelompokkan menggunakan pedoman menurut Arikunto (2011:264) yang menggunakan rerata kelas dan simpangan baku, kemudian pengelompokkan tersebut dimodifikasi menjadi kriteria klasifikasi angket minat sebagai berikut. 2 hitung 7
Tabel 1 Kriteria Klasifikasi Minat Peserta Didik Rentang Skor Kategori Klasifikasi (%) 115 Tinggi Sangat Berminat 4 12,5 85 115 Sedang Berminat 24 75 85 Rendah Kurang Berminat 4 12,5 Berdasarkan analisis angket minat peserta didik diperoleh persentase jumlah peserta didik yang memiliki minat dengan kategori tinggi sebanyak 12,5% (4 peserta didik), jumlah peserta didik yang memiliki minat dengan kategori sedang sebanyak 75% (24 peserta didik) dan jumlah peserta didik yang memiliki minat dengan kategori rendah sebanyak 12,5% (4 peserta didik). Pembahasan Pengaruh Penggunaan Peta Konsep pada Model Pembelajaran Reciprocal Teaching terhadap Peningkatan Kemampuan Penalaran Matematik Peserta Didik Berdasarkan pengolahan dan analisis data, hasil penelitian memberikan simpulan bahwa ada pengaruh positif penggunaan peta konsep pada model pembelajaran Reciprocal Teaching. Skor rata-rata postes yang diperoleh pada kelas eksperimen adalah 12,41 dengan rerata gain normal adalah 0,72. Sedangkan pada kelas kontrol skor rata-rata postes adalah 10,25 dengan rerata gain 0,56. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan peta konsep pada model pembelajaran Reciprocal Teaching memberikan hasil yang lebih baik terhadap peningkatan kemampuan penalaran matematik peserta didik. Sesuai dengan pengujian hipotesis, diperoleh t hitung = 4,706 > t daftar = 2,388 artinya ada pengaruh positif penggunaan peta konsep pada model pembelajaran Reciprocal Teaching. Penggunaan peta konsep pada model pembelajaran Reciprocal Teaching dilaksanakan dengan tujuan menciptakan belajar bermakna bagi peserta didik. Sesuai pendapat Susilo (Astuti, Rini Nafsiati, 2009:11) yang mengungkapkan Peta konsep memegang peranan penting dalam belajar bermakna yaitu sebagai alat yang dapat digunakan dalam pembelajaran. Peta konsep dalam berbagai mata pelajaran untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. Penggunaan peta konsep yang dilaksanakan di kelas eksperimen mempermudah peserta didik dalam memahami dan mengingat materi. 8
Menurut Martin (Astuti, Rini Nafsiati, 2009:12) Penggunaan peta konsep dapat membantu memahami dan mengingat sejumlah informasi baru. Selain itu melalui penggunaan peta konsep peserta didik mampu mengaitkan konsep-konsep materi yang telah dipelajari dengan konsep baru, sehingga peserta didik mampu membangun konsep yang dipahaminya secara bebas namun terarah. Peserta didik dapat membuat peta konsep yang berbeda satu sama lain, sehingga peserta didik dapat mengeksplorasi pengetahuannya untuk lebih memahami pengetahuan terutama dalam pelajaran matematika. Matematika merupakan pengetahuan yang banyak mempelajari hal-hal abstrak, oleh karena itu sangat penting bagi peserta didik untuk memahami konsep-konsep. Menurut Astuti, Rini Nafsiati (2009:12) Peta konsep digunakan untuk memudahkan siswa dalam mempelajari konsep-konsep yang abstrak dan membentuk landasan berpikir terhadap setiap materi pelajaran. Selain itu pelaksanaan model pembelajaran Reciprocal Teaching memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengkonstruksi pengetahuannya secara aktif dan mandiri melalui kegiatan diskusi kelompok. Proses interaksi yang terjadi pada saat pembelajaran akan membantu pengetahuan kognitif peserta didik sehingga lebih berkembang. Guru menjadi fasilitator dan motivator bagi peserta didik. Menurut Miftah, Ramdani (2012:11) Prinsip pembelajaran Reciprocal Teaching sejalan dengan prinsip konstruktivisme yang menganggap bahwa pengetahuan merupakan konstruksi dari orang mengetahui sesuatu. Pelaksanaan pembelajaran Reciprocal Teaching membantu peserta didik meningkatkan kemampuan berpikirnya. Sesuai pendapat Qohar, Abd (2009:455) Reciprocal Teaching merupakan salah satu model pembelajaran yang diduga kuat bisa mengembangkan kemampuan pemahaman matematik siswa. Melalui pemahaman konsep yang baik maka peserta didik dapat meningkatkan kemampuannya ke tingkat yang lebih tinggi, salah satunya kemampuan penalaran matematik. Menurut Ibrahim, Muslimin dan Daniel M. Rosyid (200:3) Pengaruh Reciprocal Teaching terhadap hasil belajar sangat beragam. Reciprocal Teaching mempengaruhi keterampilan pemahaman, komunikasi, penalaran, prestasi belajar dan hasil belajar kognitif. Hal tersebut mendukung bahwa penggunaan peta konsep pada model pembelajaran Reciprocal Teaching berpengaruh terhadap kemampuan penalaran matematik peserta didik. 9
Minat Peserta Didik terhadap Penggunaan Peta Konsep pada Model Pembelajaran Reciprocal Teaching Minat peserta didik terhadap penggunaan peta konsep pada model pembelajaran Reciprocal Teaching merupakan perasaan senang terhadap pelaksanaan pembelajaran yang mendorong peserta didik untuk memberikan perhatian lebih. Indikator minat yang diteliti meliputi indikator kesukacitaan, ketertarikan, perhatian dan keterlibatan. Berdasarkan hasil analisis angket minat peserta didik, dapat diketahui bahwa minat peserta didik dengan kategori tinggi sebanyak 4 orang atau sebesar 12,5% peserta didik menyatakan sangat berminat. Peserta didik yang memiliki minat dengan kategori sedang sebanyak 24 orang atau 75% peserta didik menyatakan berminat. Sedangkan peserta didik yang kurang berminat sebanyak 4 orang (12,5%). Hal tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar peserta didik memiliki minat dengan kategori sedang. Dengan demikian dikatakan bahwa peserta didik berminat terhadap penggunaan peta konsep pada model pembelajaran Reciprocal Teaching. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pengolahan data, diperoleh simpulan sebagai berikut: 1. Ada pengaruh positif penggunaan peta konsep pada model pembelajaran Reciprocal Teaching terhadap peningkatan kemampuan penalaran matematik peserta didik. 2. Sebagian besar peserta didik berminat terhadap penggunaan peta konsep pada model pembelajaran Reciprocal Teaching. Saran 1. Bagi Kepala Sekolah diharapkan mendukung dan memotivasi guru untuk melaksanakan pembelajaran yang mengutamakan keaktifan peserta didik sehingga peserta didik dapat mengeksplorasi pengetahuannya secara mandiri, salah satunya dengan penggunaan peta konsep pada model pembelajaran Reciprocal Teaching. 2. Guru dapat menjadikan penggunaan peta konsep pada model pembelajaran Reciprocal Teaching sebagai salah satu alternatif dalam pembelajaran matematika, terutama pada kemampuan penalaran matematik maupun kemampuan lainnya sehingga tercapai pembelajaran yang bermakna bagi peserta didik. 10
3. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan dapat mengungkapkan lebih dalam mengenai penggunaan peta konsep pada model pembelajaran Reciprocal Teaching dengan bahasan yang lebih luas dan terhadap kemampuan matematik lain, seperti kemampuan pemecahan masalah, kemampuan komunikasi atau kemampuan berpikir kreatif matematik. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. (2011). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Astuti, Rini Nafsiati. (2009). Peta Konsep pada Pembelajaran IPA untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Rasional Siswa SD/MI. [Online]. Tersedia: http://ejournal.uinmalang.ac.id/index.php/tarbiyah/article/down load/1831/pdf [9 Desember 2012]. Depdiknas. (2008b). Perangkat Pembelajaran Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Modul. Tidak diterbitkan. Hulu, Peringatan. (2010). Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematik Siswa Sekolah Menengah Pertama Menggunakan Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah (Penelitian pada Salah Satu Sekolah Menengah Pertama Negeri Kabupaten Nias). Tesis UPI. Bandung: tidak diterbitkan. Ibrahim, Muslimin dan Daniel M. Rosyid (2008). Reciprocal Teaching. [Online]. Tersedia: http://supraptojielwongsolo.wordpress.com/2008/06/17/reciprocal - teaching/ [27 Desember 2012]. Miftah, Ramdani. (2012). Model Reciprocal Teaching untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa. [Online]. Tersedia: http://ramdanimiftah.wordpress.com/2012/01/model-reciprocal-teaching-untuk.html [9 Desember 2012]. Qohar, Abd. (2009). Pemahaman Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama pada Pembelajaran dengan Model Reciprocal Teaching. Makalah Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY. [Online]. Tersedia: http://eprints.uny.ac.id/ 7046/1/P31%20 Abdul%20Qohar.pdf [10 Desember 2012]. Qohar, Abd. (2010). Mengembangkan Kemampuan Pemahaman, Koneksi dan Komunikasi Matematis serta Kemandirian Belajar Matematika Siswa SMP melalui Reciprocal Teaching. Disertasi UPI. Bandung : tidak diterbitkan. Rahman, Taufik. (2012). Pengaruh Pembelajaran dengan Metode Penemuan Terbimbing terhadap Kemampuan Penalaran Matematik Siswa (Studi Eksperimen pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Kota Sukabumi). [Online]. Tersedia: http://repository.upi.edu [27 Nopember 2012]. Shadiq, Fajar. (2004). Pemecahan Masalah, Penalaran dan Komunikasi. Makalah disampaikan pada Diklat Instruktur/Pengembang Matematika SMA Jenjang Dasar. Yogyakarta: PPPG Matematika. 11