Oleh : LANUGRANTO ADI NUGROHO C

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. manufaktur, dan lain sebagainya membutuhkan sarana dan prasarana yang

BAB I PENDAHULUAN. Dikatakan sangat vital karena sebagai suatu penunjang penting dalam maju

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam kehidupan manusia.peranan itu makin menentukan sehubungan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Transportasi merupakan sarana yang sangat penting dan strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN. transportasi, maka lalu lintas dan angkutan jalan harus ditata dalam suatu sistem

BAB I PENDAHULUAN. adalah untuk mencapai tujuan dan menciptakan maupun menaikan utilitas atau

BAB I PENDAHULUAN. menjadi alat penghubung pengangkutan antar daerah, untuk pengangkutan orang

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI. Kata Pengantar... i Daftar Isi... ii

BAB I PENDAHULUAN. strategis dalam memperlancar roda perekonomian, memperkukuh persatuan dan

ANALISIS KELAYAKAN PENAMBAHAN ARMADA BUS TIC DI TINJAU DARI INVESTASI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. sarana transportasi merupakan salah satu bagian yang memegang peranan yang

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG TATARAN TRANSPORTASI WILAYAH PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. hanya satu, yaitu PT. Pos Indonesia (Persero). Menurut Pasal 1 ayat (1) Undang-undang Nomor 38 Tahun 2009 tentang

I. PENDAHULUAN. adanya ketimpangan dan ketidakmerataan. Salah satu penyebabnya adalah

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2001 TENTANG KEPELABUHANAN

BAB I PENDAHULUAN. utamanya dibidang pembangunan ekonomi, maka kegiatan perdagangan merupakan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGANGKUTAN MULTIMODA. pengangkutan barang dari tempat asal ke tempat tujuan dengan lebih efektif dan

PERLINDUNGAN KONSUMEN TRANSPORTASI OTOBUS: STUDI YURIDIS KELAYAKAN TRANSPORTASI OTOBUS DI KOTA SURAKARTA

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN PENGANGKUTAN. Menurut R. Djatmiko Pengangkutan berasal dari kata angkut yang berarti

BAB I PENDAHULUAN I.1

TINJAUAN PUSTAKA Transportasi. Transportasi adalah usaha memindahkan, menggerakkan, mengangkut,

BAB I PENDAHULUAN. merupakan kebutuhan yang tidak terbatas bagi para konsumen yang meliputi

BAB I PENDAHULUAN. dari sarana pengangkutnya. Hal tersebut akan mempengaruhi lancar tidaknya. dapat dipastikan proses perdagangan akan terhambat.

SU Studi Basic Design Rancangan Bangun Pesawat Udara Untuk Flying School. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perhubungan Udara

I. PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan negara yang terdiri dari beribu-ribu pulau besar dan

TANGGUNG JAWAB HUKUM PT ASURANSI JASA INDONESIA DALAM MENYELESAIKAN KLAIM ASURANSI PENGANGKUTAN BARANG DI LAUT

BAB I PENDAHULUAN. berkembangnya tekhnologi transportasi dan telekomunikasi. Perkembangan

I. PENDAHULUAN. berlaku pada manusia tetapi juga pada benda atau barang. Perpindahan barang

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG ANGKUTAN MULTIMODA

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat dilihat dari adanya indikasi angka kecelakaan yang terus

PENGANGKUTAN BARANG (Studi Tentang Tanggung Jawab Pengangkutan Kereta Api dalam Penyelengaraan Melalui Kereta api Oleh PT Bimaputra Express)

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembangunan nasional merupakan suatu upaya dalam

BAB I. Pendahuluan. berhubungan dengan kegiatan-kegiatan produksi, konsumsi, dan distribusi.

LAMPIRAN C DAFTAR ISTILAH

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan jumlah penduduk merupakan salah satu faktor yang ikut

BAB I PENDAHULUAN. musibah. Manusia dalam menjalankan kehidupannya selalu dihadapkan

HUBUNGAN PELAKSANAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN DI PERKOTAAN DENGAN PENGHASILAN KENA PAJAK (Studi Kasus di Kec. Banjarsari, Kota Surakarta)

I. PENDAHULUAN. Masyarakat sangat bergantung dengan angkutan umum sebagai tranportasi penunjang

BAB I PENDAHULUAN. sangat vital dalam kehidupan masyarakat, hal ini didasari beberapa faktor

Rp ,- (Edisi Indonesia) / Rp ,- (Edisi Inggris) US$ 750 Harga Luar Negeri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara geografis Indonesia adalah negara kepulauan yang terdiri atas

BAB I PENDAHULUAN. yakni bentuk keterikatan dan keterkaitan antara satu variabel dengan variabel. optimalisasi proses pergerakan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. Penyusunan Tataran Transportasi Lokal Kota Tual 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. digunakan manusia dalam membantu kegiatannya sehari-hari.

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. Transportasi merupakan sarana yang sangat penting dan strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

KOMPLEK PERUM DAMRI TERPADU DI SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. perpindahan orang dan/atau barang secara massal dengan selamat, aman, nyaman,

I. PENDAHULUAN. Transportasi merupakan sarana yang sangat penting untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Kegiatan pengangkutan baik orang maupun barang telah ada sejak zaman

BAB I PENDAHULUAN. Letak secara geografis Kabupaten Sleman yang sangat strategis yaitu

I. PENDAHULUAN. Perkembangan dunia serta perubahan zaman dengan dilihat dari arus globalisasi di

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

dilengkapi dengan bangunan-bangunan untuk pelayanan muatan dan penumpang kapal samudera dan antar pulau. Sebagai akibatnya pelabuhan ini mempunyai

DESIGN PENETAPAN TARIF BUS PATAS AC PO. LANGEN MULYO JURUSAN SURAKARTA YOGYAKARTA

PENGANGKUTAN ORANG (Studi tentang perlindungan hukum terhadap barang bawaan penumpang di PO. Rosalia Indah)

BAB I PENDAHULUAN. yang mendorong kemajuan ekonomi di Indonesia, yang ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Kendaraan bermotor dalam perkembangannya setiap hari

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini bangsa Indonesia mengalami perkembangan dan kemajuan di segala

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa dan negara. Hal ini tercermin semakin meningkatnya kebutuhan

FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT PERALIHAN HAK ATAS TANAH KARENA WARISAN ( STUDI KASUS DI KECAMATAN SELOGIRI KABUPATEN WONOGIRI )

ANALISIS KINERJA DAN PENETAPAN TARIF BERDASARKAN BIAYA OPERASIONAL KENDARAAN (Study Kasus Bus Po. Aneka Jaya Jurusan Pacitan-Surakarta)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

- 1 - BUPATI KEPULAUAN SANGIHE PROVINSI SULAWESI UTARA PERATURAN BUPATI KEPULAUAN SANGIHE NOMOR 57 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Negara kesatuan Republik Indonesia adalah negara kepulauan yang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan hakikat sebagai makhluk sosial. Proses interaksi tersebut bertujuan

BUPATI OGAN KOMERING ULU TIMUR PERATURAN BUPATI OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR $0 TAHUN 2015 TENTANG TATANAN TRANSPORTASI IOKAL

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia dengan jumlah

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGANGKUT DAN PENUMPANG ANGKUTAN UMUM. yang mengangkut, (2) alat (kapal, mobil, dsb) untuk mengangkut.

PEMBIAYAAN DAN JAMINAN (Aspek Jaminan pada Perjanjian Pembiayaan Konsumen di PT. WOM Finance Tbk, Surakarta)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut kamus besar bahasa Indonesia edisi (2005) Evaluasi adalah

Gubernur Jawa Barat GUBERNUR JAWA BARAT,

Lex Administratum, Vol. III/No. 5/Juli/2015

BAB I PENDAHULUAN. pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,

KETENTUAN TEKNIS MUATAN RENCANA DETAIL PEMBANGUNAN DPP, KSPP DAN KPPP

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 1996 TENTANG KEPELABUHANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 1 PENDAHULUAN. transportasi pribadi bagi kehidupan sehari-hari mereka. Transportasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Armandha Redo Pratama, 2015

PERENCANAAN ANGKUTAN TRANSPORTASI BARANG REGIONAL DI PELABUHAN BITUNG SULAWESI UTARA

ANALISIS FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU KONSUMEN DALAM MENGGUNAKAN TRANSPORTASI PENERBANGAN KOMERSIAL

BAB I PENDAHULUAN. dahulu dalam melaksanakan kegiatannya yang diwujudkan dalam bentuk

KEBUTUHAN PENGEMBANGAN FASILITAS PELABUHAN KOLAKA UNTUK MENDUKUNG PENGEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN KOLAKA

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. kinerja (performance) dalam memfasilitasi mobilitas orang dan barang. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan masyarakat akan pelayanan transportasi saat ini semakin

BAB I PENDAHULUAN. di bidang ekonomi ini membutuhkan adanya sarana dan prasarana yang baik

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan pada khususnya mengalami pertumbuhan yang sangat pesat. Dalam

Transkripsi:

KONSUMEN DAN JASA TRANSPORTASI (Studi Terhadap Perlindungan Hukum Pada Konsumen Fasilitas Publik Transportasi Darat Dan Pelayanan Jasa Transportasi Perusahaan Otobus Di Kabupaten Wonogiri) Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Syarat-syarat Guna Mencapai Derajat Sarjana Hukum dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta Oleh : LANUGRANTO ADI NUGROHO C.100.040.073 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2008

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Transportasi atau pengangkutan merupakan bidang kegiatan yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Pentingnya transportasi bagi masyarakat Indonesia disebabkan oleh beberapa faktor antara lain, keadaan geografis Indonesia 1 yang terdiri dari ribuan pulau kecil dan besar, perairan yang terdiri dari sebagian besar laut, sungai dan danau yang memungkinkan pengangkutan dilakukan melalui darat, perairan, dan udara guna menjangkau seluruh wilayah Indonesia. Hal Lain yang juga tidak kalah pentingnya akan kebutuhan alat transportasi adalah kebutuhan kenyamanan, keamanan, dan kelancaran pengangkutan yang menunjang pelaksanaan pembangunan yang berupa penyebaran kebutuhan pembangunan, pemerataan pembangunan, dan distribusi hasil pembangunan diberbagai sektor ke seluruh pelosok tanah air misalnya, sektor industri, perdagangan, pariwisata, dan pendidikan. 2 Secara umum transportasi memegang peranan penting dalam dua hal yaitu pembangunan ekonomis dan pembangunan non ekonomis. Tujuan yang bersifat ekonomis misalnya peningkatan pendapatan nasional, mengembangkan industri nasional dan menciptakan serta memelihara tingkat kesempatan kerja 1 Abdulkadir Muhammad. Hukum Pengangkutan Niaga. Bandung: Citra Aditya Bakti.1998. hlm. 7 2 Ibid, hal 8 16

17 bagi masyarakat. Sejalan dengan tujuan ekonomis tersebut adapula tujuan yang bersifat non ekonomis yaitu untuk mempertinggi integritas bangsa, serta meningkatkan pertahanan dan keamanan nasional. 3 Hal tersebut menunjukkan arti pentingnya tranportasi di Indonesia, sehingga pembangunan dan peningkatan kualitas pelayanan transportasi atau pengangkutan mutlak diperlukan. Pembangunan yang baik dan berkualitas tidak hanya mengenai peningkatan mutu sarananya saja, tetapi juga harus menyangkut pembangunan aspek hukum transportasi sendiri. Pembangunan hukum tidak hanya menambah peraturan baru atau merobah peraturan lama dengan peraturan baru tetapi juga harus dapat memberikan kepastian dan perlindungan hukum bagi semua pihak yang terkait dengan sistem transportasi terutama pengguna jasa transportasi. Mengingat penting dan strategisnya peran lalu-lintas dan angkutan jalan yang menguasai hajat hidup orang banyak, maka kepentingan masyarakat umum sebagai pengguna jasa transportasi perlu mendapatkan prioritas dan pelayanan yang optimal baik dari pemerintah maupun penyedia jasa transportasi. Selain itu perlindungan hukum atas hak-hak masyarakat sebagai konsumen transportasi juga harus mendapatkan kepastian. Penyelenggaraan lalu-lintas dan angkutan jalan juga perlu dilakukan secara berkesinambungan dan terus ditingkatkan agar lebih luas jangkauan dan pelayanannya kepada masyarakat, dengan tetap memperhatikan kepentingan 3 Abbas Salim. Manajemen Transportasi. Jakarta: Raja Grafindo. 2006. hlm. 2

18 umum, kemampuan masyarakat, kelestarian lingkungan, dan ketertiban masyarakat dalam penyelenggaraan lalu-lintas dan angkutan jalan sekaligus mewujudkan sistem transportasi nasional yang handal dan terpadu. Jenis sarana atau moda transportasi dapat digolongkan sebagai berikut: 1. Udara, dengan sarana pesawat dan prasarana bandara 2. Air, dengan sarana kapal dan prasarana dermaga atau pelabuhan 3. Darat melalui jalan raya untuk sarana bus, mobil, sepeda motor dangan prasarana terminal dan melalui jalan rel dengan sarana kereta api dan prasarana stasiun. 4 Pembahasan tentang pembangunan aspek hukum transportasi tidak terlepas dari dan efektivitas hukum pengangkutan itu sendiri. Pengangkutan di Indonesia diatur dalam KUH Perdata pada Buku Ketiga tentang perikatan, kemudian dalam KUH Dagang pada Buku II titel ke V. Peraturan perundangundangan lain yang mengatur tentang pengangkutan antara lain : 1. Undang-Undang No 23 tahun 2007 tentang Perkeretaapian 2. Undang-Undang No 14 tahun 1992 tentang Lalu lintas dan Angkutan Jalan 3. Undang-Undang No 15 tahun 1992 tentang Penerbangan 4. Undang-Undang No 21 tahun 1992 tentang Pelayaran 4 Ahmad Munawar. Dasar-dasar Teknik Transportasi. Jogjakarta. Betta Offset.2005. hlm. 2

19 Keberadaan dan efektivitas peraturan perundang-undangan tersebut merupakan landasan normatif dilaksanakannya pengangkutan di Indonesia. Tujuannya seperti dalam Pasal 3 Undang-Undang No. 14 tahun 1992 tentang Lalu-Lintas dan Angkutan Jalan yang menyebutkan: Transportasi jalan diselenggarakan dengan tujuan untuk mewujudkan lalu-lintas dan angkutan jalan dengan selamat, aman, cepat, lancar, tertib dan teratur, nyaman, efisien, mampu memadukan moda transportasi lainnya, menjangkau seluruh pelosok wilayah daratan. Untuk menunjang pemerataan, pertumbuhan dan stabilitas sebagai pendorong, penggerak dan penunjang pembangunan nasional dengan biaya yang terjangkau oleh daya beli masyarakat. Masyarakat sebagai pengguna atau konsumen jasa transportasi keberadaannya dilindungi oleh hukum, seperti Pasal 1 angka 1 Undang-Undang No.8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen yang menyebutkan Perlindungan konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada konsumen. Pelaksanaan pengangkutan atau transportasi secara umum didalamnya terdapat dua subyek yaitu pengirim atau penumpang dan perusahaan pengangkut. Dalam hal ini perusahaan pengangkut menyediakan jasa pelayanan pengangkutan bagi pengirim atau penumpang, dengan kata lain bahwa pengirim atau penumpang adalah pengguna atau konsumen jasa pelayanan pengangkutan yang disediakan oleh perusahaan pengangkutan. Hal tersebut sesuai dengan ketentuan Pasal 1 angka 2 Undang-Undang No 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen yang menyebutkan Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi

20 kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan Keterkaitan antara pengguna jasa angkutan sebagai konsumen terlihat dalam ketentuan Undang-Undang No 14 Tahun 1992 tentang Lalu - Lintas dan Angkutan Jalan yang terdapat pada Pasal 1 angka 10 yang menyebutkan Pengguna jasa adalah setiap orang dan atau badan hukum yang menggunakan jasa angkutan, untuk angkutan orang maupun barang. Melalui dua ketentuan pasal tersebut terlihat hubungan antara konsumen dan pengguna jasa, pengguna jasa angkutan dalam hal ini dikategorikan sebagai konsumen jasa angkutan. Sebagai konsumen, pengguna jasa angkutan tentunya tidak lepas dari aspek perlindungan baik dari kerugian yang mungkin diderita atau terjadi pada saat menggunakan jasa angkutan atau sedang melakukan perjalanan dengan media atau alat transportasi yang disediakan oleh perusahaan angkutan. Tidak hanya perlindungan konsumen saja yang menjadi perhatian, tetapi pemenuhan hak-hak dan kewajiban penumpang sebagai konsumen jasa transportasi atau pemenuhan kewajiban dan hak oleh perusahaan transportasi/penyedia jasa transportasi juga harus mendapatkan perlindungan hukum. Transportasi darat yang dilakukan melalui jalan raya memiliki kelebihan dibandingkan jenis angkutan lain, yaitu kemampuannya untuk melayani angkutan dari pintu ke pintu / door to door. Angkutan darat melalui jalan raya dapat dilihat juga sebagai pemberi umpan atau feeder bagi moda

21 transportasi lainnya dengan kata lain merupakan mata rantai awal dan akhir dari seluruh sistem transportasi. 5 Pemerintah dalam rangka penyelenggaraan sistem transportasi yang efektif dan efisien dengan tetap memberikan perlindungan hukum pada masyarakat sebagai konsumen transportasi, dituntut menyediakan fasilitas, sarana, prasarana, maupun menejemen pengelolaan tranportasi yang baik sesuai dengan Undang-Undang No.14 tahun 1992 tentang Lalu-Lintas dan Angkutan Jalan. Penyediaan fasilitas yang memadai, misalnya terminal, parkir, tempat pengujian kendaraan bermotor, fasilitas bagi penyandang cacat dan sebagainya harus ada dan bisa berfungsi secara maksimal yang secara langsung dapat berimplikasi pada produk pelayanan transportasi publik. Salah satu contoh sarana transportasi darat melalui jalan raya yang mengalami peningkatan adalah perkembangan jumlah armada bus Antar Kota Antar Propinsi (AKAP) yang dalam tiga tahun terakhir selalu menunjukkan peningkatan. Peningkatan tersebut tidak hanya terjadi pada jumlah armadanya tetapi perusahaan otobus atau operator bus juga mengalami peningkatan. 6 Tabel 1. Data Peningkatan Jumlah Perusahaan Otobus dan Armadanya di pulau Jawa dalam Tiga Tahun Terakhir No Tahun Jumlah Perusahaan Otobus Jumlah Armada 1. 2. 3. 2005 2006 2007 748 759 761 19.253 19.363 19.370 5 Suwardjoko Warpani. Merencanakan Sistem Perangkutan. ITB. Bandung.1990. hlm. 31 6 www.dephub.go.id/modules/upload File/ BAB III.pdf, jam 14.38

22 Peningkatan kuantitas perusahaan otobus dan armadanya menunjukkan peningkatan kebutuhan akan jasa transportasi darat khususnya dengan menggunakan armada bus juga meningkat, meskipun secara kualitas belum tentu diikuti dengan peningkatan kualitas pelayanan terhadap penumpang sebagai konsumen. Hal itu dibuktikan dengan masih terjadinya pelanggaran yang dilakukan oleh perusahaan otobus. Dephub telah memberikan sanksi yang mulai berlaku pada 4 Januari 2007 kepada 195 armada bus dari 81 perusahaan otobus yang terbukti melakukan pelanggaran yang berupa menaikkan tarif melebihi ketentuan yang telah ditetapkan dan menelantarkan penumpang selama periode angkutan lebaran 2006 (1427 H). 7 Di sisi lain peningkatan kebutuhan akan pelayanan jasa tranportasi darat tersebut juga harus diikuti oleh peningkatan fasilitas pendukung pelayanan transportasi publik oleh pemerintah, ketersediaan fasilitas seperti terminal, jalan yang baik, dan fasilitas pelayanan transportasi publik lainnya menjadi faktor utama terwujudnya tujuan sistem transportasi dan terlindunginya masyarakat sebagai konsumen transportasi, khususnya moda transportasi darat. Salah satu kabupaten yang memiliki perusahaan otobus dan armada yang banyak serta frekuensi pangangkutan yang tinggi adalah Kabupaten Wonogiri. Data dari BPS Jawa Tengah menunjukkan bahwa jumlah perusahaan otobus di Kabupaten Wonogiri sebanyak 67 perusahaan otobus dengan rincian jumlah armada Antar Kota Dalam Propinsi (AKDP) sebanyak 250 buah dengan 7 www.kapanlagi.com/h/00000096406.html, jam 10.06

23 frekuensi atau rit angkutan sebanyak 1000 kali, kemudian jumlah armada Antar Kota Antar Propinsi (AKAP) sebanyak 581 buah dengan frekuensi atau rit angkutan sebanyak 1162 kali. 8 Hal tersebut menunjukkan besarnya kebutuhan akan pelayanan jasa transportasi khususnya pengangkutan orang bagi warga di Kabupaten Wonogiri. Besarnya kebutuhan tersebut berpotensi tidak dilindunginya hak-hak penumpang sebagai konsumen jasa angkutan atau tidak dipenuhinya kewajiban pengangkutan perusahaan otobus dengan baik dan maksimal oleh perusahaan otobus yang hanya berorientasi pada perolehan keuntungan saja. Berdasarkan uraian tersebut maka penulis tertarik untuk mengkaji lebih mendalam tentang permasalahan tersebut dengan judul Konsumen dan Jasa Transportasi (Studi terhadap Perlindungan Hukum pada Konsumen Fasilitas Publik Pendukung Sistem Transportasi Darat Dan Jasa Transportasi Perusahaan Otobus di Kabupaten Wonogiri). B. PEMBATASAN MASALAH Pembahasan dalam skripsi ini agar terfokus pada obyek kajiannya perlu dilakukan pembatasan masalah, maka permasalahan yang dikaji bersifat terbatas dengan alasan sebagai berikut: 1. Luasnya cakupan bidang pelayanan jasa transportasi yang meliputi transportasi darat, laut dan udara. Pada penulisan ini pembahasan difokuskan pada transportasi darat. 8 http://jateng.bps.go.id/2006/web06bab108/web06 1080201.html, jsm. 7.59

24 2. Pembahasan transportasi darat dibatasi pada menejemen pengelolaan fasilitas publik pendukung sistem transportasi darat dan pelayanan jasa transportasi perusahaan otobus di kabupaten Wonogiri C. PERUMUSAN MASALAH Berawal dari latar belakang tersebut diatas maka ada beberapa pokok permasalahan yang dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Bagaimanakah profil menejemen pengelolaan fasilitas publik pendukung sistem transportasi darat dan perusahaan otobus di Kabupaten Wonogiri? 2. Bagaimanakah perlindungan hukum yang diberikan pada penumpang sebagai konsumen fasilitas publik pendukung sistem transportasi darat dan pelayanan jasa transportasi perusahaan otobus di Kabupaten Wonogiri? D. TUJUAN PENELITIAN Pembahasan dan kajian tentang perlindungan hukum terhadap penumpang sebagai konsumen jasa transportasi perusahaan otobus di Kabupaten Wonogiri memiliki tujuan sebagai berikut : 1. Mendeskripsikan profil menejemen pengelolaan fasilitas publik pendukung sistem transportasi darat dan pelayanan jasa transportasi perusahaan otobus di Kabupaten Wonogiri. 2. Mendeskripsikan perlindungan hukum terhadap penumpang sebagai konsumen fasilitas publik pendukung sistem transportasi darat dan pelayanan jasa transpotasi perusahaan otobus di Kabupaten Wonogiri.

25 E. MANFAAT PENELITIAN Hasil penelitian dan pembahasan pada penulisan ini diharapkan bermanfaat bagi masyarakat, sedangkan bagi penulis manfaat yang diperoleh adalah sebagai berikut: 1. Manfaat teoritis. Hasil penelitian dan pembahasan ini dapat dijadikan sebagai penelitian awal yang bermanfaat bagi penelitian selanjutnya, selain itu diharapkan dapat memberikan sumbangan pada khasanah ilmu hukum pada umumnya, hukum perlindungan konsumen dan hukum pengangkutan pada khususnya. 2. Manfaat Praktis. Hasil penelitian dan pembahasan ini dapat menambah pengetahuan dan pemahaman bagi penulis dan sebagai tugas akhir yang menjadi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Muhamadiyah Surakarta. F. KERANGKA BERPIKIR Kerangka berpikir merupakan alur untuk menggambarkan secara umum atau garis besar cara berpikir terhadap permasalahan yang diteliti dan diilustrasikan dalam bentuk bagan atau skema. Kerangka berpikir dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Keberadaan Undang-Undang No. 14 th 1992 tentang Lalu-Lintas dan Angkutan Jalan dan Undang-Undang No. 8 th 1999 tentang Perlindungan

26 Konsumen merupakan dua hal yang secara tidak langsung memiliki keterkaitan. Undang-Undang No. 14 th 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan merupakan landasan operasional baik bagi pemerintah sebagai penyedia fasilitas publik pendukung transportasi maupun bagi pelaku usaha transportasi khususnya transportasi darat. Dengan kata lain sebagai dasar hukum menejemen pengelolaan sistem transportasi darat yang digunakan oleh masyarakat sebagai konsumen pelayanan jasa transportasi. Sebagai konsumen, tentunya masyarakat harus mendapatkan perlindungan, dalam hal ini Undang-Undang No.8 th 1999 tentang Perlindungan Konsumen merupakan landasan hukum yang mengaturnya. Kedua peraturan tersebut digunakan sebagai dasar hukum menejemen pengelolaan sistem transportasi dan standar pelayanan dan perlindungan yang harus diberikan kepada masyarakat sebagai pengguna atau konsumen fasilitas publik pendukung sistem transportasi dan pelayanan jasanya. Ketersediaan fasilitas yang lengkap dan berfungsi baik ditujukan untuk memberikan pelayanan jasa yang optimal, dan di sisi yang lain dapat memberikan perlindungan bagi masyarakat sebagai konsumen jasa transportasi khususnya transportasi darat. Skema atau bagan kerangka berpikir dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

27 Hukum Pengangkutan Hukum Perlindungan Konsumen Dasar hukum Menejemen pengelolaan sistem transportasi darat Dasar hukum Pelayanan jasa transportasi angkutan orang Perlindungan hukum Konsumen / penumpang Perlindungan hukum Gambar 1. Kerangka Berpikir Penelitian G. METODE PENELITIAN 1. Metode Pendekatan

28 Agar diperoleh keterangan yang lengkap, sistematis, dan dapat dipertanggungjawabkan, maka dalam suatu penelitian diperlukan metode pendekatan guna pembahasan masalah yang terfokus dan penelitian yang terarah pada pokok permasalahannya. Pada penelitian ini menggunakan metode pendekatan non-doktrinal yang bersifat kualitatif. 9 Hal ini disebabkan dalam penelitian ini hukum tidak hanya dikonsepsikan sebagai keseluruhan asas dan kaidah yang mengatur kehidupan dalam masyarakat, tetapi termasuk juga lembaga lembaga dan proses proses yang mewujudkan berlakunya asas dan kaidah tersebut dalam masyarakat, sebagai manifestasi makna simbolik pelaku sosial, sebagaimana teraplikasikan dan tersimak dari interaksi antar pelaku sosial dalam masyarakat. Selain itu pada penelitian ini akan mencoba melihat keterkaitan antara faktor hukum dengan faktor ekstra legal yang terkait dengan objek penelitian. 2. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan pada penelitian ini adalah penelitian deskriptif eksplanatif, yaitu penelitian yang bermaksud memberikan gambaran tentang profil menejemen pengelolaan dan perlindungan hukum terhadap penumpang sebagai konsumen fasilitas publik pendukung sistem transportasi darat dan pelayanan jasa transportasi perusahaan otobus di kabupaten Wonogiri. Selain itu penelitian ini juga bermaksud memberikan penjelasan / mengeksplanasikan faktor-faktor yang terkait dengan obyek penelitian sehingga 9 Soerjono Soekamto. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: UI Press.1986. hlm. 67

29 diperoleh gambaran dan penjelasan yang lebih luas dan mendalam tentang obyek yang menjadi fokus penelitian. 3. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di kabupaten Wonogiri. Penentuan lokasi ini dilakukan secara purposive yaitu menentukan lokasi penelitian yang dianggap dapat memberikan data secara maksimal dan disesuaikan dengan tujuan penelitian. Alasan pemilihan kabupaten Wonogiri sebagai lokasi penelitian adalah sebagai berikut: a. Kabupaten Wonogiri merupakan kabupaten yang memiliki jumlah perusahaan otobus dan frekuensi pengankutan penumpang yang paling banyak b. Kabupaten Wonogiri merupakan daerah asal peneliti sehingga mempermudah pencarian dan pengumpulan data, selain itu dapat menghemat waktu dan biaya penelitian. 4. Sumber Data Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut: a. Data Primer Data primer merupakan data yang berupa keterangan dari pihak yang terkait dengan obyek penelitian yang bertujuan untuk memahami maksud dan arti dari data sekunder yang ada. Data ini diperoleh dari informan yaitu seseorang yang dianggap mengetahui permasalahan yang sedang dikaji dalam penelitian dan bersedia

30 memberikan informasi yang berupa kata-kata pada peneliti. Pada penelitian ini peneliti menggunakan teknik snow balling dalam menentukan informannya. Peneliti memilih informan kemudian informan tersebut diminta menunjukkan informan berikutnya yang dianggap lebih mengetahui dan memahami permasalahan yang diteliti. Hal ini dimaksudkan agar data yang diperoleh bisa semakin lengkap dan mendalam dari informan awal ke informan berikutnya. Penentuan informan dilakukan terhadap beberapa informan yang memiliki kriteria sebagai berikut : (1). Mereka yang menguasai dan memahami pokok permasalahannya melalui proses enkulturasi; (2). Mereka yang sedang terlibat dengan kegiatan penlitian; (3). Mereka yang mempunyai kesempatan dan waktu yang memadai untuk dimintai informasi. Berdasarkan hal tersebut yang dapat dijadikan sebagai informan adalah : 1) Penumpang dan konsumen fasilitas publik pendukung sistem transportasi darat di Kabupaten Wonogiri 2) Pemilik perusahaan otobus sebagai penyedia jasa transportasi 3) Petugas yang bertugas pada fasilitas publik pendukung sistem transportasi / petugas DLLAJ b. Data sekunder

31 Data sekunder dalam penelitian ini berupa dokumen, arsip resmi, artikel dan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti. 5. Metode Pengumpulan Data a. Observasi Observasi yaitu melakukan pengamatan terhadap lokasi dan fenomena interaksional yang terjadi di tempat penelitian dan dilakukan oleh para pelaku sosial. Pada penelitian ini observasi dilakukan di lokasi yang ada fasilitas publik pendukung sistem transportasi darat dan pelayanan jasa transportasinya. b. Wawancara Wawancara adalah percakapan / tanya jawab dengan maksud tertentu yang dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai yang memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut. Pada penelitian ini pewawancara adalah peneliti dan yang diwawancarai adalah informan. Wawancara dilakukan secara baku terbuka yaitu urutan, kata-kata, dan cara penyampaian dilakukan secara sama untuk semua informan. c. Studi Pustaka Studi pustaka dalam penelitian ini dilakukan dengan cara mencari, mencatat, menginventarisasi, dan mengkaji data sekunder yang telah ada.

32 6. Metode Analisis Data Analisis data adalah mekanisme mengorganisasikan data dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan hipotesis kerja yang diterangkan oleh data. 10 Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode interactive. Metode analisis data interactive meliputi pengumpulan data, pengolahan/reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi data sebagai suatu jalinan yang saling terkait dan membentuk hipotesis sesuai data yang telah diorganisir. 11 Analisis data interaktif tersebut dapat digambarkan dalam skema sebagai berikut: Pengumpulan data Sajian data Reduksi data Penarikan kesimpulan (Verifikasi) Gambar 2 : Skema Model Analisis Interaktif Sumber : H.B. Sutopo (2002: 96) 10 Lexy J. Moleong. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung. Rosdakarya. 2006. hlm. 280 11 HB. Sutopo. Metode Penelitian Kualitatif. UNS Press. 2002. hlm 91

33 Data yang diperoleh dalam penelitian agar dapat dipertanggungjawabkan keabsahan atau kesahihannya, data itu harus dapat diuji validitasnya. Pengecekkan validitas data dalam penelitian ini menggunakan teknik triangulasi sumber. Triangulasi sumber adalah data yang sejenis akan didapat dari beberapa sumber yang berbeda, data yang diperoleh dari sumber yang satu, dapat diuji kebenarannya jika dibandingkan dengan data sejenis yang diperoleh dari sumber yang berbeda, baik dari kelompok sumber yang sejenis maupun yang berbeda jenisnya. Triangulasi sumber menggunakan satu jenis sumber data seperti informan, tetapi informan atau nara sumber yang digunakan harus merupakan kelompok atau tingkatan yang berbeda-beda, misalnya dari perbedaan status atau posisi peran yang berkaitan dalam konteks tertentu dalam hal ini kedudukan sosialnya dalam mayarakat Penggunaan teknik triangulasi sumber dalam penelitian ini dikarenakan data akan diperoleh melalui wawancara dari informan yang berbeda kedudukan sosialnya dalam masyarakat sehingga triangulasi sumber dianggap paling sesuai untuk memeriksa valditas data yang diperoleh. H. SISTEMATIKA PENULISAN Gambaran menyeluruh dan garis besar sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut : BAB I : PENDAHULUAN

34 A. Latar Belakang B. Pembatasan Masalah C. Rumusan Masalah D. Tujuan Penelitian E. Manfaat F. Kerangka Berpikir G. Metode Penelitian H. Sistematika Penulisan BAB II : TINJAUAN PUSTAKA B. Tinjauan Umum tentang Pengangkutan 1. Pengertian Pengangkutan 2. Tujuan Pengangkutan 3. Jenis Pengangkutan 4. Unsur Pengangkutan 5. Fungsi Pengangkutan C. Tinjauan Umum Media Pengangkutan Darat 1. Pengertian Moda Pengangkutan Darat 2. Jenis-jenis Alat Pengangkutan Darat 3. Fasilitas Publik Transportasi Darat D. Tinjauan Umum Menejemen Transportasi Darat 1. Menejemen Sumber Daya 2. Proses Menejemen Transportasi Darat

35 3. Keluaran Menejemen Transportasi Darat E. Tinjauan Penumpang sebagai Konsumen Transportasi 1. Pengertian Konsumen 2. Tinjauan Yuridis Penumpang sebagai Konsumen Transportasi 3. Perlindungan Hukum F. Bekerjanya Hukum Dalam Masyarakat 1. Kultur Hukum 2. Hukum dan Nilai-nilai dalam Masyarakat 3. Fungsi Hukum 4. Pelaksanaan Hukum BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Profil Fasilitas Publik Transportasi Darat dan Pelayanan Jasa Perusahaan Otobus Di Kabupaten Wonogiri B. Bentuk Perlindungan Hukum terhadap Penumpang sebagai Konsumen Fasilitas Publik Transportasi Darat dan Jasa Transportasi Perusahaan Otobus di Kabupaten Wonogiri BAB IV : PENUTUP C. Kesimpulan D. Saran