PERSETUJUAN PEMBIMBING

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN MAJENE

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN

PEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang, sebagai negara berkembang

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG PENDIRIAN SATUAN PENDIDIKAN NONFORMAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

DESKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA PUNCAK MANDIRI KECAMATAN SUMALATA KABUPATEN GORONTALO UTARA JURNAL OLEH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 1

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 6 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 53 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 38 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP

TINJAUAN PROGRAM PEMBANGUNAN PRASARANA DAN SARANA DESA POLA IMBAL SWADAYA

BUPATI BARRU PROVINSI SULAWESI SELATAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

PERATURAN DESA DAWAN KLOD NOMOR 02 TAHUN 2014 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 11 TAHUN 2007

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABANAN NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TABANAN,

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA/KELURAHAN

PEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA

PEMERINTAH KABUPATEN TUBAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN

PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG

Komitmen itu diperbaharui

PERATURAN DESA NANGGUNG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA NANGGUNG

PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA

BAB IV VISI, MISI,TUJUAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN. bagaimana cara menuju ke arah tersebut. Oleh karena itu, BPMD menentukan Visi

PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG

Himpunan Peraturan Daerah Kabupaten Purbalingga Tahun

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAHAN KABUPATEN BINTAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI TULUNGAGUNG PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 71 TAHUN 2014 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU

PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MELALUI PROGRAM EKONOMI BERGULIR DI PNPM MANDIRI PERKOTAAN DESA LUHU KECAMATAN TELAGA KABUPATEN GORONTALO JURNAL OLEH

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN,

LEMBARAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 9 TAHUN 2013 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

BAB V PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT DI KELURAHAN TENGAH

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon K I S A R A N

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BINTAN TAHUN 2008 NOMOR 4

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian agar mampu menciptakan lapangan kerja dan menata kehidupan yang

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BUPATI BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,

PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN

PENDAHULUAN Latar Belakang

LAMPIRAN. Panduan Pertanyaan dalam Wawancara Mendalam. Nama :... Peran di PNPM-MPd :...

PEMERINTAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 25 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 14 TAHUN 2007 SERI D ===============================================================

PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN DESA JATILOR KECAMATAN GODONG

VIII. PENYUSUNAN PROGRAM PENGUATAN KELEMBAGAAN UAB TIRTA KENCANA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN,

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

VIII. REKOMENDASI KEBIJAKAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

BAB I PENDAHULUAN. berkedaulatan rakyat dalam suasana perikehidupan bangsa yang aman,

PEMERINTAH KABUPATEN POSO

WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENGGUNAAN BANTUAN KEUANGAN DESA TAHUN ANGGARAN 2012

SALINAN WALIKOTA LANGSA,

PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA: PENDEKATAN COMMUNITY LEARNING AND PARTICIPATORY PROCESS (CLAPP) Oleh Utami Dewi 1

BADAN PARTISIPASI MASYARAKAT DAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN KABUPATEN KUPANG. Bagian Pertama Badan. Pasal 32

PEMERINTAH KABUPATEN DEMAK

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2001 TENTANG PENERAPAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI TEPAT GUNA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN PROGRAM RENCANA AKSI PENGEMBANGAN KBU PKBM MITRA MANDIRI

PEMERINTAH KABUPATEN BUNGO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS TAHUN : 2013 NOMOR : 22 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 22 TAHUN 2013 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBER NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA

BUPATI NGANJUK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI NGANJUK NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 28

PEMERINTAH KABUPATEN BARITO UTARA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 07 TAHUN 2009 TENTANG

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

LEMBAGA KEUANGAN MIKRO DALAM KERANGKA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MISKIN 1 Nani Zulminarni 2

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI TINGKAT KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Transkripsi:

PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL STUDI TENTANG PROGRAM KEGIATAN LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPM) DALAM PENGENTASAN KEMISKINAN DI DESA AMBARA KECAMATAN BONGOMEME KABUPATEN GORONTALO Oleh : HASANA P. ABAS NIM. 121 410 048 Pembimbing I Pembimbing II Dr. Misran Rahman, M.Pd Dra. Rapi Us. Djuko, M.Pd NIP. 19620516 199203 2 001 NIP. 19670909 200501 2 001 MENGETAHUI KETUA JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO Dr. Misran Rahman, M.Pd NIP. 19620516 199203 2 001

STUDI TENTANG PROGRAM KEGIATAN LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPM) DALAM PENGENTASAN KEMISKINAN DI DESA AMBARA KECAMATAN BONGOMEME KABUPATEN GORONTALO JURNAL OLEH HASANA P. ABAS NIM. 121 410 048 UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH 2013

STUDI TENTANG PROGRAM KEGIATAN LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPM) DALAM PENGENTASAN KEMISKINAN DI DESA AMBARA KECAMATAN BONGOMEME KABUPATEN GORONTALO Hasana P. Abas Jurusan Pendidikan Luar Sekolah Fakultas Ilmu Pendidikan UNG ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tentang program kegiatan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) dalam pengentasan kemiskinan di Desa Ambara Kecamatan Bongomeme Kabupaten Gorontalo. Penelitan ini merupakan penelitian yang menggunakan metode kualitatif. Teknik pengumpulan data dalam bentuk observasi, dokumentasi, dan teknik wawancara. Sedangkan teknik analisis data menggunakan analisis data kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa program Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) di Desa Ambara Kecamatan Bongomeme Kabupaten Gorontalo telah berhasil dilaksanakan baik dibidang pertanian, kesehatan dan pembangunan ekonomi masyarakat. Dibidang pertanian, LPM membentuk kelompok-kelompok tani dalam mempermudah pemahaman tentang penggunaan alat dan bahan pertanian, sehingga mudah diaplikasikan dalam mengolah hasil pertaniannya. Untuk bidang kesehatan, LPM memberikan bantuan kesehatan berupa susu bagi balita serta melakukan sosialisasi tentang pentingnya kesehatan khususnya bagi anak dan kesehatan masyarakat pada umumnya. Sedangkan dibidang pembangunan, LPM memberikan bantuan kepada masyarakat yang kurang mampu (miskin) dalam bentuk raskin, BLSM, dan modal usaha untuk digunakan dalam rangka meningkatkan taraf hidup dari sector ekonomi masyarakat. Kata kunci: program, LPM, Pengentasan Kemiskinan PENDAHULUAN Pembangunan ekonomi nasional dewasa ini diarahkan dalam membangun kemampuan ekonomi masyarakat, melalui peningkatan kemandirian, keterampilan dan wirausaha yang secara langsung berpengaruh pada perbaikan ekonomi, pendapatan maupun kesejahteraan keluarga. Perhatian yang diberikan kepada masyarakat miskin dan golongan ekonomi lemah ini menjadi semakin penting, karena cara tersebut diyakini sebagai salah satu cara menormalkan kembali sistem ekonomi nasional yang selama ini dipandang rapuh, sekaligus menghindari kesulitan ekonomi yang dihadapi masyarakat dengan memberdayakan usaha-usaha di sektor informal, sebagai bagian dari upaya pengentasan kemiskinan. Langkah yang harus diperioritaskan dalam mengatasi kondisi tersebut yaitu dengan mendorong usaha kecil dan golongan ekonomi lemah untuk dapat mengambil peran lebih besar dalam mengembangkan dan memperkuat kemampuan ekonomi sebagai pondasi ekonomi nasional. Disamping itu,

pemberdayaan keluarga dalam mendapatkan kesempatan bekerja dan berusaha dalam meningkatkan pendapatan. Usaha-usaha kecil yang ada dan dikembangkan masyarakat, umumnya merupakan usaha keluarga yang meliputi pedagangpedagang eceran, industri rumah tangga, dan usaha-usaha kecil sejenisnya, sebagaimana dikemukakan Sumahawijaya (1997:97), yaitu : Adanya usaha kecil sangat memajukan perputaran roda ekonomi dan sangat menunjang pembangunan ekonomi setiap bangsa. Karena banyaknya masalah pengangguran akan diserap oleh kegiatan kecil-kecilan yang selanjutnya meningkat menjadi kegiatan pengusaha kecil. Kegiatan-kegiatan ini meliputi pedagang-pedagang eceran, produksi jasa, pertanian maupun kegiatan industri secara kecil-kecilan sampai dengan menengah. Pemberdayaan keluarga miskin dilakukan melalui pengembangan usaha kecil yang umumnya berbasis dirumah tangga dan melibatkan potensi keluarga. Dalam menjalin kelangsungan dan kemajuan usaha-usaha dimaksud diperlukan perhatian memadai dari pemerintah, lembaga-lembaga swadaya masyarakat serta dunia usaha, baik perhatian dilakukan secara sendiri-sendirimaupun dalam kerangka kerjasama diarahkan untuk membantu ekonomi keluarga dipandang tidak mampu dalam membiayai berbagai kebutuhan hidup, khususnya kebutuhan pokok. Berdasarkan observasi awal bahwa keberadaan LPM di desa Ambara belum mampu berperan dalam menangani permasalahan-permasalahan pembangunan, ekonomi dan kesejahteraan warga masyarakat. Kondisi sosial ekonomi yang kurang menggairahkan di masyarakat berpengaruh pada tingkat pendapatan dan kemampuan ekonomi warga masyarakat itu sendiri. Programprogram LPM di desa Ambara berjalan sekitar 60% dari target yang dicapai seperti penyalahgunaan dana bantuan berupa Simpan Pinjam Kelompok Perempuan (SPKP) yang hanya digunakan untuk hal-hal yang bersifat konsumtif sehingga modal tersebut tidak berkembang dan tidak bisa digulirkan pada kelompok-kelompok lain. LPM di desa Ambara juga belum memiliki kewajiban dalam mengembangkan potensi maupun sumber-sumber yang dimiliki warga masyarakat baik secara mandiri maupun dalam mendukung program-program pengentasan kemiskinan maupun perbaikan ekonomi yang digulirkan pemerintah. Seharusnya, perhatian yang diberikan LPM kepada keluarga miskin tidak hanya meenyalurkan atau menyediakan modal usaha tetapi harus disertai oleh langkah-langlah pembinaan agar usaha-usaha yang dibangun dapat lebih berhasil dan mampu menopang kebutuhan hidup keluarga. Untuk mengetahui apa saja kegiatan LPM dalam memberikan pembinaan masyarakat peneliti dalam penelitian ini memilih masalah studi tentang program kegiatan lembaga pemberdayaan masyarakat (LPM) dalam pengentasan kemiskinan di Desa Ambara Kecamatan Bongomeme Kabupaten Gorontalo. TINJAUAN PUSTAKA Lembaga Pemberdayaan Masyarakat adalah suatu lembaga keswadayaan yang dibentuk untuk memfasilitasi dan mengelola kegiatan-kegiatan pemberdayaan masyarakat dalam memperbaiki tingkat kehidupan bersama di

setiap desa/kelurahan, LPM dibentuk secara bersama-sama oleh masyarakat dengan pemerintah desa/kelurahan dalam menopang berbagai kegiatan pemberdayaan masyarakat menuju kondisi kehidupan yang lebih baik dan meningkat (Slamet, 2003:42). Menurut Hikmat (2004:68) Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) adalah singkatan dari Lembaga Pemberdayaan Masyarakat yang merupakan suatu institusi atau lembaga masyarakat dalam mengembangkan keswadayaan masyarakat guna memacu kegiatan pembangunan desa, yang berasaskan kemandirian, keswadayaan dan pemerataan. Berdasarkan uraian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa LPM merupakan suatu lembaga yang dibentuk masyarakat dalam meningkatkan dan menfasilitasi kesuadayaan masyarakat agar mampu membangun dan mengembangkan kemampuan hidupnya secara mandiri, swadaya dan swakelola guna mencapai suatu tingkat kesejahteraan bagi warga masyarakat dimana LPM tersebut berada (berperan) sebagai institusi yang mewadahi potensi dan gerakan - gerakan masyarakat dalam pembangunan. Menurut Isbandi (2003:38) tujuan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) sebagai berikut: 1) Mewadahi partisipasi masyarakat dalam merencanakan dan melaksanakan pembangunan. 2) Menggali, memanfaatkan potensi dan menggerakkan swadaya gotong royong masyarakat untuk pembangunan. 3) Memfasilitasi komunikasi antara pemerintah dengan warga masyarakat, serta antar warga itu sendiri. 4) Membina dan menggerakkan potensi masyarakat dalam kegiatan pembangunan. 5) Memberdayakan dan menggerakkan kegiatan ekonomi masyarakat. 6) Membina usaha ekonomi produktif masyarakat. 7) Membina keswadayaan masyarakat dalam pembangunan. 8) Membina kerjasama antar lembaga yang ada dalam masyarakat. Dalam penjelasan tersebut menunjukkan bahwa LPM bertujuan meningkatkan kemampuan masyarakat dalam berbagai bidang kehidupan melalui peningkatan partisipasi, prakarsa, kemandirian dan keswadayaan warga masyarakat dengan keterlibatan seluas-luasnya. Dalam menjalankan tugas dan fungsi yang dimilikinya, LPM memiliki kegiatan-kegiatan tertentu yang menunjang dan mendukung agar tujuan-tujuan pembangunan dilingkungan desa dapat tercapai. Secara umum kegiatan LPM meliputi bidang perencanaan pembangunan, pelaksanaan pembangunan, serta menumbuhkan kondisi dinamis yang mendukung kegiatan pembangunan, baik pembangunan fisik maupun non fisik, dalam mengembangkan dan meningkatkan tingkat dan taraf hidup masyarakat. Menurut Risyanti (2006:38) ada beberapa macam bidang dalam pemberdayaan masyarakat, antara lain: 1. Bidang Pemberdayaan Keluarga dan Keswadayaan Masyarakat 2. Bidang Pemberdayaan Usaha Ekonomi Masyarakat 3. Bidang Ketahanan Pangan 4. Bidang Pemberdayaan Kawasan Perdesaan

5. Bidang Pemerintahan Desa dan Kelurahan 6. Sekretariat Pendidikan nonformal berfungsi mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan pengetahuan dan keterampilan fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian fungsional. Pendidikan nonformal meliputi pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan serta pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik. Satuan pendidikan nonformal terdiri atas lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan masyarakat, majelis taklirn serta satuan pendidikan yang sejenis. Dengan demikian, nampak bahwa pendidikan nonformal pada dasarnya lebih cenderung mengarah pada pendidikan berbasis masyarakat yang merupakan sebuah proses dan program, yang secara esensial, berkembangnya pendidikan nonformal berbasis masyarakat akan sejalan dengan munculnya kesadaran tentang bagaimana hubungan-hubungan sosial bisa membantu pengembangan interaksi sosial yang membangkitkan concern terhadap pembelajaran berkaitan dengan masalah yang dihadapi masyarakat dalam kehidupan sosial, politik,, lingkungan, ekonomi dan faktor-faktor lain. Menurut Her Suselo, dkk, (1994:6) upaya pengentasan kemiskinan dalam pandangan pendidikan non formal dapat ditempuh langkah-langkah sebagai berikut : Pengentasan kemiskinan dilakukan denagn upaya percepatan sosialekonomi, yaitu dengan membangun dan mengembangkan potensi ekonomi desa, memenuhi kebutuhan pokok, menyediakan pelayanan dasar, disertai penciptaan suasana yang mendukung upaya penanggulangan kemiskinan. Pelaksanaan program pengentasan kemiskinan bersifat transparan dan berkesinambungan dengan pendekatan keterpaduan, keswadayaan, partisipatif dan terdesentralisasi. Upaya mengentaskan kemiskinan yaitu dengan memberdayakan dan membina orang miskin itu sendiri agar memiliki lapangan usaha dan kerja secara layak. Dengan langkah tersebut, pendapatan dan kesejahteraan orang miskin menjadi meningkat dan lambat laun kemiskinan tidak lagi menjadi bagian dari hidupnya. Dalam kaitannya dengan pernyataan tersebut, Abu Achmdi (1998:329) bahwa upaya pengentasan kemiskinan diantaranya adalah : Penanganan kemiskinan harus berlangsung secara menyeluruh dengan suatu strategi yang mengandung kaitan-kaitan semua aspek dan penghidupan manusia. Dimulai dengan resep ekonomi, ditunjang oleh tindakan sosial dan politik yang nyata. Usaha memerangi kemiskinan hanya dapat berhasil kalau dilakukan dengan cara pemberian pekerjaan yang memberikan pendapatan yang layak kepada orang-orang miskin. Dengan lapangan kerja dapat memberikan kesempatan kepada mereka untuk bekerja dan merangsang berbagai kegiatan disektor-sektor ekonomi lainnya.

Berdasarkan uraian-uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa pengentasan kemiskinan perlu dilakukan secara sungguh-sungguh dengan pendekatan ekonomi, sosial dan politik sehingga terbentuk langkah yang kuat dalam membina meningkatkan kemampuan masyarakat miskin, membuka lapangan kerja dan usaha memberikan bantuan modal, manajemen dan sarana-sarana usaha, serta mendorong terbentuknya suatu situasi yang memungkinkan terbukanya kesempatan bekerja dan berusaha bagi masyarakat miskin agar memperoleh pendapatan yang rutin, layak dan berkecukupan. TUJUAN PENELITIAN Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan program kegiatan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) dalam pengentasan kemiskinan di Desa Ambara Kecamatan Bongomeme Kabupaten Gorontalo. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa Ambara Kecamatan Bongomeme Kabupaten Gorontalo.. Penelitian ini dilaksanakan selama 4 bulan yaitu dari bulan Maret 2013 sampai dengan Juni 2013 dengan tahapan penelitian sebagai berikut: 1) observasi awal, 2) pengumpulan data, 3) analisis data, dan 4) penulisan laporan. Penelitian ini didesain secara kualitatif yang bersifat interpretatif, yaitu akan mendeskripsikan fenomena yang berkaitan dengan program kegiatan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) dalam pengentasan kemiskinan di Desa Ambara Kecamatan Bongomeme Kabupaten Gorontalo. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa program Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) di Desa Ambara Kecamatan Bongomeme Kabupaten Gorontalo telah berhasil dilaksanakan baik dibidang pertanian, kesehatan dan pembangunan ekonomi masyarakat. Dibidang pertanian, LPM membentuk kelompok-kelompok tani dalam mempermudah pemahaman tentang penggunaan alat dan bahan pertanian, sehingga mudah diaplikasikan dalam mengolah hasil pertaniannya. Untuk bidang kesehatan, LPM memberikan bantuan kesehatan berupa susu bagi balita serta melakukan sosialisasi tentang pentingnya kesehatan khususnya bagi anak dan kesehatan masyarakat pada umumnya. Sedangkan dibidang pembangunan, LPM memberikan bantuan kepada masyarakat yang kurang mampu (miskin) dalam bentuk raskin, Bantuan Langsung Subsidi Masyarakat (BLSM), dan modal us aha untuk digunakan dalam rangka meningkatkan taraf hidup dari sector ekonomi masyarakat. Dalam membina dan menggerakkan potensi masyarakat dalam kegiatan pembangunan, Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) melakukan tahap observasi sebagai langkah awal dalam menggalang masyarakat untuk ikut serta dalam program pemberdayaan masyarakat. Bentuk pembinaan yang dilakukan meliputi pendampingan terhadap pelaksanaan sosialisasi petunjuk teknis melalui kegiatan musrenbangdes dan pertemuan langsung dengan masyarakat.

Untuk memberdayakan dan menggerakkan kegiatan ekonomi masyarakat, LPM membentuk program-program sesuai dengan kebutuhan masyarakat misalnya dibidang pertanian. Dalam bidang pertanian LPM membetuk kelompokkelompok tani dalam memperoleh pengetahuan tentang petunjuk dan teknis penggunaan alat dan bahan pertanian dalam rangka memenuhi kebutuhan ekonomi masyarakat khususnya petani. Disamping itu, masyarakat diberikan bantuan modal usaha dalam rangka meningkatkan keterampilan usaha ekonomi masyarakat secara produktif bagi pembangunan, serta menjalin hubungan kerjasama dengan lembaga-lembaga yang terkait dengan program pemberdayaan masyarakat yang ada di desa. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa dalam membina dan menggerakkan potensi masyarakat dalam kegiatan pembangunan, Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) melakukan tahap observasi sebagai langkah awal dalam menggalang masyarakat untuk ikut serta dalam program pemberdayaan masyarakat. Bentuk pembinaan yang dilakukan meliputi pendampingan terhadap pelaksanaan sosialisasi petunjuk teknis melalui kegiatan Musyawarah Rencana Pembangunan Desa (Musrenbangdes) dan pertemuan langsung dengan masyarakat. Untuk memberdayakan dan menggerakkan kegiatan ekonomi masyarakat, LPM membentuk program-program sesuai dengan kebutuhan masyarakat misalnya dibidang pertanian. Dalam bidang pertanian LPM membetuk kelompokkelompok tani dalam memperoleh pengetahuan tentang petunjuk dan teknis penggunaan alat dan bahan pertanian dalam rangka memenuhi kebutuhan ekonomi masyarakat khususnya petani. Disamping itu, masyarakat diberikan bantuan modal usaha dalam rangka meningkatkan keterampilan usaha ekonomi masyarakat secara produktif bagi pembangunan, serta menjalin hubungan kerjasama dengan lembaga-lembaga yang terkait dengan program pemberdayaan masyarakat yang ada di desa. Berdasarkan simpulan tersebut dikemukakan beberapa saran sebagai berikut: 1. Masyarakat hendaknya menjadikan program LPM sebagai langkah awal dalam meningkatkan ekonominya, sehingga tidak saling bergantung khususnya pada pemerintah daerah. 2. Hendaknya pihak pengelola LPM dan BPD senantiasa melakukan pendampingan secara maksimal terhadap pelaksanan program LPM sampai pada laporan pertanggung jawaban program tersebut. 3. Dalam kegiatan sosialisasi yang berkaitan dengan informasi seperti anggota LPM, aparat desa, dan badan pemerintah desa, hendaknya memberikan informasi tentang program LPM secara akurat dan mudah dilaporkan. DAFTAR RUJUKAN Abu Achmadi. 1988, Ilmu Sosial Dasar, PT. Rineka Cipta, Jakarta. Her Suselo, et.al, 1994. Penanggulangan Desa Miskin, Diklat Bina Swadaya, Jakarta.

Hikmat, H. 2004. Strategi Pemberdayaan Masyarakat. Humaniora: Bandung. Isbandi, Adi Rukminto. 2003. Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi komunitas. Jakarta: Fakultas Ekonomi UI. Risyanti, Riza. 2006. Pemberdayaan Masyarakat. Sumedang: Alqaprint Jatinangor. Slamet, M. 2003. Pemberdayaan Masyarakat. Dalam Membetuk Pola Perilaku Manusia Pembangunan. Disunting oleh Ida Yustina dan Adjat Sudradjat. Bogor: IPB Press. Sumahawijaya, Suparman. (1997), Ekonomi Kecil, Menengah dan Koperasi, Ghalia Indonesia, Jakarta.