Karakteristik Penderita Preeklamsi dan Eklamsi yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Immanuel Bandung Periode Tahun

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Karakteristik pasien dengan preeklampsia di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan tekanan darah dan proteinuria yang muncul ditrimester kedua

ABSTRAK GAMBARAN KELAHIRAN PREMATUR DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI 2013-DESEMBER 2014

ABSTRAK. Audylia Hartono Pembimbing I : Rimonta F. Gunanegara, dr., Sp.OG. Pembimbing II : July Ivone, dr., MKK., MPd.Ked.

ABSTRAK GAMBARAN KARAKTERISTIK IBU BERSALIN PREMATUR DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TUGUREJO SEMARANG TAHUN 2011

ABSTRAK HUBUNGAN FAKTOR RISIKO IBU DENGAN KEJADIAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH DI RUMAH SAKIT IMMANUEL TAHUN 2011

KARAKTERISTIK DAN LUARAN PREEKLAMPSI DI RSUP PROF. DR. R.D. KANDOU MANADO

HUBUNGAN USIA, PARITAS DAN PEKERJAAN IBU HAMIL DENGAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH

ABSTRAK. GAMBARAN UMUM PENDERITA PREEKLAMPSIA-EKLAMPSIA YANG DI RAW AT INAP DI RUMAH SAKIT IMMANlJEL BANDIJNG PERIODE JULI 2003-JUNI 2004

BAB 1 PENDAHULUAN. Saat ini dalam setiap menit setiap hari, seorang ibu meninggal disebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN. saat menghadapi berbagai ancaman bagi kelangsungan hidupnya seperti kesakitan. dan kematian akibat berbagai masalah kesehatan.

ABSTRAK PREEKLAMPSIA (STUDI PUSTAKA)

BAB I PENDAHULUAN meninggal dunia dimana 99% terjadi di negara berkembang. 1 Angka

KELUARAN MATERNAL DAN PERINATAL PADA KASUS-KASUS PREEKLAMPSIA DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK MEDAN PERIODE JANUARI 2011 DESEMBER 2012

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Hubungan antara Karakteristik Ibu Hamil dengan Kejadian Bayi Berat Badan Lahir Rendah di Rumah Sakit Immanuel Bandung Tahun 2008

KARAKTERISTIK IBU YANG MELAHIRKAN BAYI DENGAN BBLR DAN MENGALAMI KJDK DI RUMAH SAKIT SRI RATU MEDAN TAHUN 2009 SKRIPSI OLEH :

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Relationships between Parity and Age of Pregnant Women with Infant Birth Weight in Puskesmas Kota Karang Bandar Lampung in 2012

ABSTRAK GAMBARAN PENYAKIT KANKER OVARIUM DI RUMAH SAKIT HASAN SADIKIN BANDUNG PERIODE JANUARI 2011-DESEMBER 2011

KARAKTERISTIK IBU HAMIL DENGAN HIPERTENSI

KEJADIAN PREEKLAMPSIA DI BLU RSUP PROF DR. R.D. KANDOU MANADO TAHUN 2012

LUARAN PARTUS LAMA DI BLU RSU PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR RISIKO PERDARAHAN DENGAN KEJADIAN PERDARAHAN POSTPARTUM DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA TAHUN 2012 SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. 2012, Angka kematian ibu adalah 395 per kelahiran hidup.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

HUBUNGAN USIA DAN PARITAS DENGAN KEJADIAN PERDARAHAN POSTPARTUM DI RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL TAHUN NASKAH PUBLIKASI

BAB 1 PENDAHULUAN. Pelayanan antenatal adalah upaya untuk menjaga kesehatan ibu pada masa

HUBUNGAN PREEKLAMPSIA DENGAN KEJADIAN BERAT BAYI LAHIR RENDAH DI RUMAH SAKIT KATOLIK ST. VINCENTIUS A PAULO SURABAYA TAHUN 2013

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ANEMIA IBU HAMIL TRIMESTER III DI PUSKESMAS CIKAMPEK KABUPATEN KARAWANG

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kurang dari 70/ kelahiran hidup. 1. Secara global, Maternal mortality Ratio (MMR) selama 25 tahun terakhir terjadi

Gambaran Karakteristik Penderita Rawat Inap Karsinoma Serviks di RSUD Karawang Periode 1 Januari Desember 2011

HUBUNGAN ANTARA PREEKLAMPSIA DENGAN PERSALINAN PREMATUR DI RSUD DR. SOESILO KABUPATEN TEGAL SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Penyebab tingginya angka kematian ibu terutama disebabkan karena faktor

KARAKTERISTIK PERSALINAN KEMBAR DI RSUP Dr.KARIADI TAHUN JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA

BAB I PENDAHULUAN. Pemeriksaan kehamilan adalah pengawasan kehamilan untuk. kehamilan, menegakan secara dini komplikasi kehamilan, dan menetapkan

ABSTRAK HUBUNGAN ABORTUS INKOMPLIT DENGAN FAKTOR RISIKO PADA IBU HAMIL DI RUMAH SAKIT PINDAD BANDUNG PERIODE

BAB 1 PENDAHULUAN. penurunan angka kematian ibu (AKI) dan bayi sampai pada batas angka

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X

ABSTRAK GAMBARAN KARAKTERISTIK PASIEN ABORTUS DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI-DESEMBER 2014

ABSTRAK. Nabila Mazaya Putri, 2017 : Rimonta F. Gunanegara, dr., SpOG., M.Pd.Ked.

BAB I PENDAHULUAN. dunia mengalami preeklampsia (Cunningham, 2010). Salah satu penyulit dalam

KARAKTERISTIK IBU KAITANNYA DENGAN KEJADIAN BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PENGARUH USIA KEHAMILAN TERHADAP RISIKO PRE EKLAMSI EKLAMSI PADA KEHAMILAN

BAB I PENDAHULUAN. positif bagi ibu maupun bayinya dengan cara membina hubungan saling percaya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Hubungan Faktor Risiko dengan Kejadian Pre-Eklampsia Berat di RSUP Dr. M. Djamil Padang

ABSTRAK GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANGKA KEJADIAN OPERASI SESAR DENGAN RIWAYAT BEKAS SESAR DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PADA TAHUN

BABt PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERILAKU IBU HAMIL TENTANG ANTENATAL CARE DI PUSKESMAS BAHU KECAMATAN MALALAYANG KOTA MANADO

BAB I PENDAHULUAN. seorang wanita, dimana kehamilan merupakan proses fertilisasi atau

BAB I PENDAHULUAN. proses membuka dan menipisnya serviks, dan janin turun kedalam jalan lahir

BAB I PENDAHULUAN. Millenium development goal (MDG) menargetkan penurunan AKI menjadi

ABSTRAK. Hubungan Antara Karakteristik Ibu Hamil Dengan Kejadian Bayi Berat Badan Lahir Rendah di Rumah Sakit Immanuel, Bandung 2008

BAB 1 : PENDAHULUAN. dengan penyebab yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan, dan nifas

PERNYATAAN. diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG RESIKO TINGGI KEHAMILAN DENGAN KEPATUHAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

FAKTOR RISIKO YANG MEMPENGARUHI KASUS PERSALINAN DI UGD RSUP Dr. KARIADI VINA EKA WULANDARI G2A PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA KEDOKTERAN

BAB 1 PENDAHULUAN. kehamilan sebagai komplikasi persalinan atau nifas, dengan penyebab terkait atau

FAKTOR RISIKO KEJADIAN PREEKLAMPSIA BERAT PADA IBU HAMIL DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

PENELITIAN HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN TERHADAP HASIL LUARAN JANIN. Idawati*, Mugiati*

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

GAMBARAN KARAKTERISTIK IBU HAMIL DENGAN PREEKLAMPSI DAN EKLAMPSI DI RSUP HAJI ADAM MALIK TAHUN 2013 SAMPAI 2014

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI IBU HAMIL DAN BBLR DI RSUD SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Berdasarkan data World Health Organization (WHO) 2015, terlihat

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka kematian ibu (AKI) adalah jumlah kematian selama kehamilan atau

BAB I PENDAHULUAN. yaitu disebabkan karena abruptio plasenta, preeklampsia, dan eklampsia.

Gambaran kematian maternal di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado 1 Januari Desember 2015

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN PERDARAHAN POSTPARTUM DI RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan seorang ibu dalam usia reproduktif. Perubahan-perubahan yang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Upaya meningkatkan derajat kesehatan ibu dan balita sangatlah penting,

HUBUNGAN USIA IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN PREEKLAMSIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KAPONGAN KABUPATEN SITUBONDO

Jurnal Kebidanan 09 (02) Jurnal Kebidanan http : /

BAB I PENDAHULUAN. tingkat pengetahuan ibu hamil, kurangnya Antenatal Care (ANC), diabetes

BAB I PENDAHULUAN. angka morbilitas dan morbiditas yang masih tinggi. World Health Organization

PERBEDAAN LUARAN JANIN PADA PERSALINAN PRETERM USIA KEHAMILAN MINGGU DENGAN DAN TANPA KETUBAN PECAH DINI JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA

KEHAMILAN NORMAL DENGAN PREEKLAMSI BERAT SERTA HUBUNGANNYA DENGAN TEKANAN DARAH DAN DERAJAT PROTEINURIA

ABSTRACT. CHARACTERISTICS OF CERVICAL CARCINOMA AT HASAN SADIKIN HOSPITAL BANDUNG in 1 JANUARY DECEMBER 2010

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. jumlah serta tingkat kompleksitasnya. 2. penyakit jantung semakin meningkat. 3 Di Washington, Amerika Serikat,

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan, persalinan, dan nifas merupakan proses reproduksi yang normal.

ABSTRAK GAMBARAN PENYAKIT DIABETES MELITUS PADA ORANG DEWASA YANG DIRAWAT INAP DIRUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sengaja maupun tidak sengaja (Pudiastuti, 2011). Berbagai bentuk. penyimpangan perilaku seksual remaja cenderung mengalami

KADAR HEMOGLOBIN PADA IBU HAMIL TRIMESTER KETIGA DI RSUP H. ADAM MALIK TAHUN Oleh : SUJITHA MUNAIDY

PENATALAKSANAAN KASUS-KASUS EMERGENSI KEBIDANAN YANG BERASAL DARI RUJUKAN PELAYANAN KESEHATAN PRIMER DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH JAYAPURA TAHUN

HUBUNGAN USIA DAN PARITAS DENGAN KEJADIAN RETENSIO PLASENTA PADA IBU BERSALIN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang Indonesia, sebagai salah satu negara berkembang memiliki Angka kematian

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia pada tahun 2014 mencapai 214 per

BAB I PENDAHULUAN. menilai derajat kesehatan. Kematian Ibu dapat digunakan dalam pemantauan

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEMATIAN IBU AKIBAT PRE EKLAMSI/EKLAMSI DI RSUD INDRAMAYU TAHUN 2013

GAMBARAN KARAKTERISTIK IBU YANG MELAHIRKAN BAYI PREMATUR DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2007 SKRIPSI. Oleh : Alvonso D Paulus P Nim :

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TERHADAP KEPATUHAN PELAYANAN RUJUKAN ANTENATAL CARE PADA IBU HAMIL DENGAN KASUS PREEKLAMSPAI BERAT DAN EKLAMPSIA

Transkripsi:

Karakteristik Penderita Preeklamsi dan Eklamsi yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Immanuel Bandung Periode Tahun 2006-2008 Vania C. Estina, Ellya R. Delima, Rimonta F. Gunanegara Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Maranatha, Jl. Prof. drg. Suria Sumantri MPH No. 65 Bandung 40164 Indonesia Abstract Preeclampsia-Eclampsia (PE-E) is one of the major obstetric problems in Indonesia. The main etiology is unknown so that the treatment is still a problem. The objective of this research is to report the incidence of PE-E and the characteristics of the women with PE-E in Immanuel Hospital, Bandung. The research method is descriptive, analytical, and retrospective. The samples were taken from some medical record data. The incidence of PE was evident in 2006 (6%), in 2007 (5.67%), and in 2008 (5.08%). On the other hand, the incidence of E found in 2006 was 0.86%, in 2007 0.82%, and in 2008 0.69%. PE was most frequently found in pregnant women aged 25-29 years old (33.6%), whereas E in 20-24 years old pregnant women (32.69%). The women had the following risk factors: nullipara (49.2%; 42.3%), not having antenatal examinations (37.7%; 40.38%), hypertension, proteinuria: +1 for PE (70.5%) and +2 for E (42.31%), obtaining edema: +1 for PE (70.5%) and + 2 for E (42.31%). Infant state for PE was largely good (63.11%) and for E was asfixia moderate (32.7%). In conclusion, from 2006 to 2008, the incidence of PE-E in Immanuel Hospital, Bandung was declining. Although there were significant differences between the characteristics of PE and E in terms of proteinuria, edema, and the state of the infants, their characteristics had no significant difference in terms of age, parity, education, and antenatal examination. Keywords: preeclampsia, eclampsia, characteristics Pendahuluan Angka Kematian Ibu (AKI) dapat menggambarkan status gizi dan kesehatan ibu, kondisi kesehatan lingkungan, serta tingkat pelayanan kesehatan terutama untuk ibu hamil, melahirkan dan masa nifas. Penyebab tingginya angka kematian ibu terutama disebabkan karena faktor non medis yaitu faktor ekonomi, sosial budaya, demografi serta faktor agama. 1 World Health Organization (WHO) memperkirakan 585.000 perempuan meninggal setiap hari akibat komplikasi kehamilan, proses kelahiran, dan aborsi yang tidak aman. Sekitar satu perempuan meninggal setiap menit. 2 Angka kematian ibu bersalin di Indonesia adalah 307 per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan angka kematian bayi di Indonesia adalah 39 per 1000 kelahiran hidup. 3 Di Jawa Barat tercatat angka kematian ibu bersalin pada tahun 2002 adalah 373 per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan angka kematian bayi laki-laki pada tahun 2002 adalah 52 per 100.000 kelahiran hidup dan perempuan adalah 39 per 100.000 kelahiran hidup. 4 Data menunjukkan sebagian besar kematian ibu terjadi pada masyarakat miskin dan mereka yang tinggal jauh dari rumah sakit. Penyebab kematian ibu yang utama adalah perdarahan, 150

Karakteristik Penderita Preeklamsi dan Eklamsi yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Immanuel Bandung Periode Tahun 2006-2008 (Vania C. Estina, Ellya R. Delima, Rimonta F. Gunanegara) infeksi, eklamsi, aborsi, sepsis, dan partus lama. Kontribusi dari penyebab kematian ibu tersebut masing-masing adalah perdarahan 25%, infeksi 15%, preeklamsi-eklamsi 13%, aborsi 13%, sepsis 10%, serta partus lama 8%. Salah satu penyebab kematian tersebut adalah preeklamsi-eklamsi yang bersama infeksi dan pendarahan, diperkirakan mencakup 75%-80% dari keseluruhan kematian maternal. Kejadian preeklamsi-eklamsi dikatakan sebagai masalah kesehatan masyarakat apabila CFR (Case Fatality Rate) preeklamsieklamsi mencapai 1,4%-1,8%. 5 Preeklamsi-eklamsi yang tidak ditangani dengan baik dapat mengakibatkan komplikasi terhadap janin maupun ibu. Komplikasi pada janin dapat berupa asfiksia, berat badan lahir rendah, maupun preterm infant. 1 Tingginya angka morbiditas dan mortalitas ibu dan bayi yang disebabkan preeklamsi menarik perhatian peneliti untuk mengetahui insidensi dan karakteristik preeklamsi-eklamsi. Bahan dan Cara Data rekam medik dari ibu hamil penderita preeklamsi dan eklamsi yang dirawat inap di Rumah Sakit Immanuel Bandung sejak bulan Januari 2006 hingga Desember 2008 diambil untuk penelitian ini. Desain penelitian yang digunakan adalah survei deskriptif analitik secara retrospektif. Besar sampel penelitian ini adalah semua data penderita preeklamsi dan eklamsi yang dirawat inap di RSI dan tercantum dalam rekam medik RSI periode Januari 2006 sampai Desember 2008. Prosedur kerja yang digunakan pada penelitian ini meliputi pencatatan data mengenai insidensi dan karakteristik penderita preeklamsi-eklamsi. Data mengenai karakteristik penderita preeklamsi-eklamsi meliputi umur, paritas, tingkat pendidikan, pemeriksaan antenatal, tekanan darah, proteinuria, edema, dan keadaan bayi saat lahir. Analisis statistik dengan uji chi-square (p 0,05). Hasil dan Pembahasan Hasil penelitian mengenai karakteristik dan signifikansi ibu hamil penderita preeklamsi-eklamsi dapat dilihat pada tabel. Pada tabel didapatkan angka kejadian preeklamsi dan eklamsi mengalami penurunan dari tahun 2006 hingga tahun 2008. Sebagai perbandingan, kejadian preeklamsieklamsi di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung sebesar 6,4% dan di Rumah Sakit Sardjito Yogyakarta sebesar 4,1%. 6 Dari penelitian ini terlihat bahwa angka kejadian preeklamsi-eklamsi di Indonesia jauh lebih tinggi daripada di negara lain, misalnya Amerika karena para ibu hamil di Amerika telah mendapatkan perawatan prenatal yang cukup baik. 7 Menurut hasil penelitian ternyata frekuensi tertinggi penderita preeklamsi pada umur 25-29 tahun sebanyak 123 dari 366 kasus (33,6%), sedangkan penderita eklamsi terbanyak pada umur 20-24 tahun sebanyak 110 dari 52 kasus (32,69%), jadi dapat disimpulkan bahwa kejadian preeklamsi-eklamsi tersering pada kelompok umur 20-29 tahun dimana itu termasuk usia produktif untuk merencanakan kehamilan. Hal yang sama didapatkan oleh Gedekoh dan Hardisaputro dengan distribusi preeklamsi-eklamsi tertinggi pada umur 20 tahun. 1 Menurut Hudono di RSCM Jakarta angka distribusi tertinggi pada kelompok umur 20-25 tahun sebesar 32,6%. 1 Menurut pendapat beberapa ahli, preeklamsi sering juga terjadi pada 151

JKM. Vol.9 No.2 Februari 2010:150-154 wanita hamil berumur di bawah 20 tahun dan di atas 35 tahun. 8 Angka kejadian preeklamsi-eklamsi terutama pada kehamilan pertama (nullipara). Hal yang sama juga telah dilaporkan oleh Tambunan Mangisi dan Marmin Amir Munsyir di RSCM Jakarta, Chalik TMA di Medan, Mahyudin di RSUP Palembang dan Rambulangi John di Ujung Pandang. 1 Tabel Karakteristik dan Signifikansi Ibu Hamil Penderita Preeklamsi-Eklamsi Karakteristik Preeklamsi Eklamsi Signifikansi Umur: < 20 20-24 25-29 30-34 35 23 (6,28%) 110 (30,1%) 123 (33,6%) 62 (16,9%) 48 (13,1%) 17 (32,69) 14 (26,92%) Paritas: 0 1-2 3-4 5 Pendidikan: SD SMP SMA Sarjana ANC: Tidak Pernah Bidan Dokter umum Dokter Sp.OG Proteinuria: - + ++ +++ ++++ Edema: - + ++ +++ Keadaan bayi: Baik Asfiksia sedang Asfiksia berat Stillbirths 180 (49,2%) 122 (33,3%) 43 (11,7%) 21 (5,74%) 84 (22,95%) 69 (18,85%) 152 (41,53%) 61 (16,67%) 138 (37,7%) 115 (31,42%) 19 (5,2%) 94 (25,68%) 47 (12,84%) 146 (39,89%) 124 (33,88%) 33 (9,02%) 16 (4,37%) 44 (12,02%) 258 (70,5%) 47 (12,84%) 17 (4,64%) 231 (63,11%) 65 (17,76%) 56 (15,3%) 14 (3,82%) 22 (42,3%) 15 (28,8%) 10 (19,2%) 5 (9,62%) 12 (23,08%) 25 (48,08%) 21 (40,38%) 16 (30,77%) 4 (7,7%) 11 (21,15%) - 10 (19,23%) 13 (25%) 20 (38,46%) 13 (25%) 22 (42,31%) 11 (25,15%) 17 (32,7%) 14 (26,92%) 12 (23,07%) S S S Hal ini sesuai dengan kepustakaan yang menyatakan bahwa preeklamsi-eklamsi lebih sering terjadi pada nullipara. 7 Bila ditinjau dari tingkat pendidikan, angka kejadian tertinggi preeklamsieklamsi terdapat pada penderita dengan tingkat pendidikan SMA (preeklamsi 41,53%, eklamsi 48,08%). Urutan kedua tertinggi pada kelompok SD (preeklamsi 22,95%, eklamsi 23,08%), sedangkan frekuensi terendah terdapat pada kelompok sarjana (preeklamsi 16,67%, 152

Karakteristik Penderita Preeklamsi dan Eklamsi yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Immanuel Bandung Periode Tahun 2006-2008 (Vania C. Estina, Ellya R. Delima, Rimonta F. Gunanegara) eklamsi 11,54%), dan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan dengan angka kejadian preeklamsi-eklamsi. Ditinjau dari ANC, sebagian besar penderita preeklamsi-eklamsi tidak melakukan pemeriksaan antenatal. Menurut Marmin Amir M di RSCM Jakarta mendapatkan 46%, dan Rambulangi John di RSU Ujung Pandang mendapatkan 61% kasus preeklamsi-eklamsi yang tidak melakukan pemeriksaan antenatal. 1 Tingginya angka kejadian pada kasus yang tidak melakukan pemeriksaan antenatal sebagai akibat rendahnya tingkat sosio-ekonomi penderita bila dibandingkan dengan yang melakukan pemeriksaan pada bidan, dokter umum, dan dokter spesialis. Rendahnya tingkat sosio-ekonomi penderita serta rendahnya tingkat pendidikan tidak mustahil mengakibatkan penderita tidak mau dirawat walaupun sudah dianjurkan, kemudian saat setelah tingkat penyakitnya menjadi lebih berat, penderita baru datang ke rumah sakit. 8 Pada preeklamsi ringan tekanan sistolik rata-rata 143,75 mmhg, sedangkan rata-rata tekanan diastolik 91,25 mmhg. Untuk preeklamsi berat diperoleh tekanan sistolik dengan ratarata 178,72 mmhg dan tekanan diastolik dengan rata-rata 115,21 mmhg, sedangkan tekanan sistolik kasus eklamsi dengan rata-rata 180,63 mmhg dan tekanan diastolik dengan rata-rata 106,25 mmhg. Hasil-hasil ini sejalan dengan teori-teori yang menjadi patokan. Beberapa penelitian menyatakan bahwa tekanan diastolik >110 mmhg merupakan salah satu prediktor klinis terjadinya kematian perinatal. Tekanan diastolik >110 mmhg menyebabkan kerusakan endotel, kebocoran arteriol, disertai perdarahan mikro pada sirkulasi feto placental. Akibatnya terjadi hipoksia janin pada kasus preeklamsi dan eklamsi. 9 Kadar proteinuria +1 pada preeklamsi (39,89%), sedangkan eklamsi proteinuria +3 (38,46%). Pada penelitian ini didapatkan 12,84% kasus preeklamsi dengan proteinuria negatif. Ada yang mengatakan bahwa kadar proteinuria merupakan proses akhir daripada preeklamsi. 10 Preeklamsi dengan edema positif satu (70,5%), hal ini dikarenakan edema negatif bergantung underlying factor, 11 sedangkan penambahan berat badan merupakan faktor awal dari proses preeklamsi. Pada kasus eklamsi, ternyata edema lebih berat daripada preeklamsi. Hal ini disebabkan karena proses telah berlanjut dengan gangguan pada fungsi ginjal. Hasil penelitian ini juga didapatkan 44 kasus (12,02%) preeklamsi dengan tidak ditemui adanya edema dan hasil tersebut lebih rendah daripada yang didapatkan oleh Suyanto di Yogyakarta (14,63%) dan Kusumawidagdo di Surabaya (24,73%), serta lebih tinggi daripada yang didapatkan oleh Yudhiana K. di Medan (10,2%) dan Bratakoesoema di Bandung (2,53%). 1 Sebagian besar penderita preeklamsi melahirkan dengan keadaan bayi yang baik (63,11%), dengan asfiksia sedang (17,76%), asfiksia berat (15,3%), serta bayi lahir mati (3,82%). Angka kesakitan bayi pada kasus eklamsi tampak meningkat, diantaranya dengan keadaan bayi asfiksia berat (26,92%) dan bayi lahir mati (23,07% ). 12 Simpulan Dari hasil analisis data diambil simpulan sebagai berikut : 1. Angka kejadian preeklamsi yang dirawat inap di Rumah Sakit Immanuel Bandung cenderung 153

JKM. Vol.9 No.2 Februari 2010:150-155 mengalami penurunan dari tahun 2006 sampai 2008. 2. Karakteristik penderita preeklamsieklamsi yang dirawat inap di Rumah Sakit Immanuel Bandung periode 2006-2008, sebagai berikut: Preeklamsi lebih sering terjadi pada wanita hamil usia 25-29 tahun, sedangkan eklamsi sering pada usia 20-24 tahun. Preeklamsi-eklamsi sering terjadi pada nullipara. Ditinjau dari segi pemeriksaan antenatal, sebagian besar penderita tidak pernah melakukan pemeriksaan antenatal. Penderita preeklamsi sebagian besar dengan proteinuria positif satu, sedangkan eklamsi dengan positif tiga. Penderita preeklamsi sebagian besar dengan edema positif satu, sedangkan eklamsi dengan edema positif dua. Penderita preeklamsi melahirkan sebagian besar janin dalam keadaan baik, sedangkan eklamsi melahirkan janin dengan asfiksia sedang. 3. Terdapat perbedaan yang signifikan antara karakteristik preeklamsi dan eklamsi jika ditinjau dari proteinuria, edema, dan keadaan bayi, sedangkan perbedaan yang tidak signifikan ditinjau dari umur, paritas, pendidikan, dan pemeriksaan antenatal. Saran Perlu dilakukan pemeriksaan antenatal yang rutin bagi ibu hamil untuk mendeteksi dini terjadinya preeklamsi-eklamsi agar dapat mengurangi angka morbilitas ibu maupun bayi. Juga perlu dilakukan penyuluhan bagi ibu hamil mengenai faktor faktor risiko dan bahaya penyakit preeklamsi-eklamsi. Faktor faktor risiko pada ibu ibu yang ingin hamil perlu diatasi agar dapat mengurangi angka kejadian preeklamsi-eklamsi. Daftar Pustaka 1. Sofoewan S. Preeklampsia eklampsia di beberapa rumah sakit di Indonesia, Patogenesis dan kemungkinan pencegahannya. Maj Obstet Ginekol Indonesia 2003;27(3): 29-38. 2. World Health Organization, Estimates of Maternal Mortality: A New Approach by WHO and Unicef. 1990 [cited 2009 April 14]. Available from: http://www.safemotherhood.org/facts and figure/ maternal mortality. htm. 3. Biro Pusat Statistik. Survei kesehatan rumah tangga. Jakarta: Biro Pusat Statistik; 2005. 4. Biro Pusat Statistik. Survey demografi dan kesehatan Indonesia. Jakarta: Biro Pusat Statistik; 2007. 5. Siregar M. Kebijaksan dan strategi penurunan AKI. Kumpulan Makalah Seminar Bantuan Penuh Kasus Emergensi Obstetri; Oktober 1998. 6. Tribawono A, Mose JC. Pengelolaan preeklamsi-eklamsi periode tahun 1998-2001 di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. Dalam: Naskah lengkap POGI Bandung di PIT XIII Malang. Bagian/SMF Obgin FK Unpad /RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung; 2002. 7. Cunningham FG, Mc Donald PC, gant NF, Leveno KJ, Gilstrap LC. Hypertensive disorder in pregnancy in William obstetric, 22 nd ed. United State of America: McGraw-Hill; 2005. 8. Robert WC. Disease of the kidney. In:. Kasiske BL. Internal medicine. 3 th edition. Philadelphia: Lippincott-Raven Publishers; 1997. 9. Hamlin RHJ, Hughes TD. Antenatal care and the prevention of eclampsia. Medical Journal of Australia 1993; 1: 156-60. 154

Karakteristik Penderita Preeklamsi dan Eklamsi yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Immanuel Bandung Periode Tahun 2006-2008 (Vania C. Estina, Ellya R. Delima, Rimonta F. Gunanegara) 10. Wibowo N. Patogenesis preeklampsia. Prosiding aeminar konsep mutakhir preeklampsia. Jakarta; 2001. 11. Goodlin RC, Cotton DB, Haesslein HC. Severe edema proteinuria hypertention gestosis. Am J. Obstet Gynecol. 2000; 6:595-98. 12. Neutra R. Fetal death in eclampsia. Its relation to low gestational age, retarded fetal growth and low birthweight. Br J Obstet Gynecol 2004: 82.ia. 155