KAJIAN KINERJA LINK YANG DAPAT DIGANTI PADA STRUKTUR RANGKA BAJA BERPENGAKU EKSENTRIK TIPE SPLIT-K

dokumen-dokumen yang mirip
Kajian Eksperimental Peningkatan Kinerja Link Geser pada Sistem Rangka Baja Berpengaku Eksentrik

BAB I PENDAHULUAN. dengan struktur beton, baja dinilai memiliki sifat daktilitas yang dapat dimanfaatkan

KAJIAN NUMERIK STRUKTUR RANGKA TERBREIS EKSENTRIK DENGAN LINK YANG DAPAT DIGANTI

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

KAJIAN KINERJA STRUKTUR RANGKA BRESING V-TERBALIK EKSENTRIK DAN KONSENTRIK (215S)

KAJIAN NUMERIK PERILAKU LINK PANJANG DENGAN PENGAKU DIAGONAL BADAN PADA SISTEM RANGKA BAJA BERPENGAKU EKSENTRIS

ANALISA KINERJA LINK TERHADAP VARIASI TIPE PENGAKU PADA RANGKA BERPENGAKU EKSENTRIS

PERENCANAAN SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN KHUSUS PADA KOMPONEN BALOK KOLOM DAN SAMBUNGAN STRUKTUR BAJA GEDUNG BPJN XI

DAFTAR PUSTAKA. 2. AISC (2005), Seismic Provision for Structural Steel Building. Chicago, American Institute of Steel Construction.

BEBERAPA KETENTUAN BARU MENGENAI DESAIN STRUKTUR BAJA TAHAN GEMPA

STUDI KOMPARASI PERILAKU STRUKTUR SISTEM RANGKA BERPENGAKU EKSENTRIK TIPE D TERHADAP SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN

STUDI NUMERIK PENINGKATAN KINERJA STRUKTUR BAJA ECCENTRICALLY BRACED FRAME TYPE D DENGAN MODIFIKASI PENGAKU BADAN LINK GESER (033S)

PERBANDINGAN PERILAKU ANTARA STRUKTUR RANGKA PEMIKUL MOMEN (SRPM) DAN STRUKTUR RANGKA BRESING KONSENTRIK (SRBK) TIPE X-2 LANTAI

PERENCANAAN STRUKTUR RANGKA BAJA BRESING KONSENTRIK BIASA DAN STRUKTUR RANGKA BAJA BRESING KONSENTRIK KHUSUS TIPE-X TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB V ANALISIS. Tabel 5. 1 Gaya-gaya dalam pada Link Geser dan Link Lentur

PERENCANAAN STRUKTUR RANGKA BAJA DENGAN BRESING TAHAN TEKUK

Studi Perilaku Non Linear Perbandingan Panjang Link Pada Eccentrically Braced Frame Dengan Program Bantu Finite Element Analysis

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Kondisi geografis Indonesia terletak di daerah dengan tingkat kejadian gempa

Kajian Eksperimental Bresing Tahan Tekuk pada Bangunan Tahan Gempa di Indonesia

Studi Numerik Usulan Jarak Pengaku Badan Diagonal Link Geser pada Struktur Baja Eccentrically Braced Frame Type D

RESPON DINAMIS STRUKTUR PADA PORTAL TERBUKA, PORTAL DENGAN BRESING V DAN PORTAL DENGAN BRESING DIAGONAL

PENGARUH BRACING PADA PORTAL STRUKTUR BAJA

PERBANDINGAN PERILAKU DAN KINERJA STRUKTUR RANGKA BAJA DENGAN SISTEM BREISING KONSENTRIK TIPE-X DAN SISTEM BREISING EKSENTRIK V-TERBALIK

BAB III KAJIAN EKSPERIMENTAL. Berikut ini akan diuraikan kajian dalam perencanaan program eksperimental yang dilaksanakan mencakup :

BAB 1 PENDAHULUAN Umum

PERILAKU LINK PANJANG DENGAN PENGAKU DIAGONAL BADAN PADA SISTEM STRUKTUR RANGKA BAJA TAHAN GEMPA

PEMODELAN STRUKTUR RANGKA BAJA DENGAN BALOK BERLUBANG

Jason Pratama Salim 1 dan Johannes Tarigan 2. ABSTRAK

Prosiding Seminar Nasional Teknik Sipil 1 (SeNaTS 1) Tahun 2015 Sanur - Bali, 25 April 2015

Desain Struktur Beton Bertulang Tahan Gempa

ANALISA PERBANDINGAN BERBAGAI PENAMPANG DINDING GESER KOMPOSIT AKIBAT BEBAN LATERAL

Struktur Baja 2. Kolom

T I N J A U A N P U S T A K A

PENGARUH SENSITIFITAS DIMENSI DAN PENULANGAN KOLOM PADA KURVA KAPASITAS GEDUNG 7 LANTAI TIDAK BERATURAN

Latar Belakang 1) Struktur baja untuk gedung membutuhkan truss dengan bentang 6-8 m, sedangkan untuk bentang lebih besar dari 10 m, struktur baja menj

STUDI PERBANDINGAN PERILAKU RANGKA BERPENGAKU SENTRIS DAN RANGKA BERPENGAKU EKSENTRIS DENGAN KONFIGURASI V-TERBALIK AKIBAT BEBAN LATERAL GEMPA

Concentrically Braced Frame adalah pengembangan

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6 1

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III PEMODELAN DAN ANALISIS STRUKTUR

Konferensi Nasional Teknik Sipil 4 (KoNTekS 4) Sanur-Bali, 2-3 Juni 2010

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

STUDI PERILAKU KNEE BRACED FRAME DENGAN KONFIGURASI X-BRACED

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS PERILAKU DAN KINERJA STRUKTUR RANGKA BRESING EKSENTRIS V-TERBALIK DENGAN L/H BERVARIASI. Alumni Teknik Sipil, Universitas Udayana, Denpasar 2

BAB III PEMODELAN STRUKTUR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari pelat baja vertikal (infill plate) yang tersambung pada balok dan kolom

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Studi Perbandingan Perilaku Profil Baja WF dan HSS Sebagai Bresing pada SCBF Akibat Beban Lateral dengan Program Bantu Finite Element Analysis

PERENCANAAN STRUKTUR RANGKA BAJA BRESING TAHAN GEMPA

JUDUL PENELITIAN ANALISIS KONSTRUKSI BERTAHAP PADA STRUKTUR RANGKA TERBUKA BETON BERTULANG DENGAN PERKUTAN BRESING BAJA

sendiri dan daya dukung beban yang dapat dipikulnya, yaitu cukup kecii jika langsing, sehingga menjadi kurang menguntungkan pada perilaku respon

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR KONSTRUKSI BAJA GEDUNG DENGAN PERBESARAN KOLOM

BAB I PENDAHULUAN. sipil mengingat pengaruh dan bahaya yang ditimbulkannya. Gempa bumi (earthquake)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gedung dalam menahan beban-beban yang bekerja pada struktur tersebut. Dalam. harus diperhitungkan adalah sebagai berikut :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pergesekan lempeng tektonik (plate tectonic) bumi yang terjadi di daerah patahan

BAB IV PERMODELAN STRUKTUR

Oleh : Irsyad Septian B. ( ) Dosen Pembimbing II : Budi Suswanto ST., MT., Ph.D. Hidayat Soegihardjo., Ir., MS., Dr.

BAB 1 PENDAHULUAN. metoda desain elastis. Perencana menghitung beban kerja atau beban yang akan

BAB II STUDI LITERATUR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

STUDI PERBANDINGAN SPECIAL TRUSS MOMENT FRAME

STUDI PERILAKU TEKUK TORSI LATERAL PADA BALOK BAJA BANGUNAN GEDUNG DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM ABAQUS 6.7. Oleh : RACHMAWATY ASRI ( )

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembebanan yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan

PERBANDINGAN ANALISIS RESPON STRUKTUR GEDUNG ANTARA PORTAL BETON BERTULANG, STRUKTUR BAJA DAN STRUKTUR BAJA MENGGUNAKAN BRESING TERHADAP BEBAN GEMPA

MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR BAJA KOMPOSIT PADA GEDUNG PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS NEGERI JEMBER

Oleh : MUHAMMAD AMITABH PATTISIA ( )

Kajian Pemakaian Shear Wall dan Bracing pada Gedung Bertingkat

ANALISIS PERILAKU STRUKTUR PELAT DATAR ( FLAT PLATE ) SEBAGAI STRUKTUR RANGKA TAHAN GEMPA TUGAS AKHIR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II DASAR-DASAR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG BERTINGKAT

MODIFIKASI PERENCANAAN MENGGUNAKAN SISTEM RANGKA BRESING KONSENTRIS KHUSUS PADA GEDUNG APARTEMEN METROPOLIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis pelat buhul pada struktur baja dengan rangka

ANALISIS KINERJA STRUKTUR BETON BERTULANG DENGAN VARIASI PENEMPATAN BRACING INVERTED V ABSTRAK

ANALISIS PERILAKU STRUKTUR RANGKA BAJA DENGAN DAN TANPA BRESING V-TERBALIK EKSENTRIK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENINGKATAN KINERJA LINK GESER DENGAN SAMBUNGAN BAUT TIPE FLUSH YANG MEMIKUL BEBAN SIKLIK TESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. geser horisontal dan momen guling akibat beban lateral. Secara umum, Dinding

LAPORAN PENELITIAN EFISIENSI DAN KINERJA STRUKTUR RANGKA BREISING KONSENTRIK TIPE X-2 LANTAI. Nama Peneliti: Ir. Ida Bagus Dharma Giri, M.T.

DAFTAR ISI. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Umum Beban Gempa Menurut SNI 1726: Perkuatan Struktur Bresing...

PERENCANAAN STRUKTUR BAJA BERDASARKAN KEKAKUAN DAN KEKUATAN SISTEM GANDA SRPMK DAN SRBE BENTUK DIAGONAL MENURUT SNI 1726:2012 PASAL

BAB I PENDAHULUAN. dicegah dengan memperkuat struktur bangunan terhadap gaya gempa yang

ANALISIS PELAT BUHUL STRUKTUR RANGKA BAJA BERPENGAKU EKSENTRIK

DINDING GESER PELAT BAJA DENGAN STRIP MODEL YANG DIMODIFIKASI MENGACU PADA SNI , SNI dan AISC 2005

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. geser membentuk struktur kerangka yang disebut juga sistem struktur portal.

STUDI EVALUASI KINERJA STRUKTUR BAJA BERTINGKAT RENDAH DENGAN ANALISIS PUSHOVER ABSTRAK

BAB IV EVALUASI KINERJA DINDING GESER

STUDI PERBANDINGAN PERILAKU PENGAKU TIPE CROSS (X) DAN DIAGONAL PADA SISTEM CONCENTRICALLY BRACED FRAMES (CBF) DENGAN MENGGUNAKAN MIDAS FEA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pertemuan ini dihubungkan dengan las atau baut mutu tinggi. Menurut

PERILAKU DAN KINERJA STRUKTUR RANGKA BAJA DENGAN DINDING PENGISI DAN TANPA DINDING PENGISI

STUDI PARAMETRIK PENGARUH VARIASI TINGKATAN BEBAN AKSIAL TERHADAP PERILAKU LENTUR DAN AKSIAL PENAMPANG KOLOM BETON BERTULANG DENGAN BEBAN SIKLIK

BAB I PENDAHULUAN. lain biaya (cost), kekakuan (stiffness), kekuatan (strength), kestabilan (stability)

ANALISIS KOLOM BAJA WF MENURUT TATA CARA PERENCANAAN STRUKTUR BAJA UNTUK BANGUNAN GEDUNG ( SNI ) MENGGUNAKAN MICROSOFT EXCEL 2002

Transkripsi:

KAJIAN KINERJA LINK YANG DAPAT DIGANTI PADA STRUKTUR RANGKA BAJA BERPENGAKU EKSENTRIK TIPE SPLIT-K Muslinang Moestopo, Yudi Herdiansah, Ben Novarro Batubara 1. PENDAHULUAN Struktur Rangka Berpengaku Eksentrik (SRBE) telah dikenal memiliki kelebihan dibandingkan Struktur Rangka Pemikul Momen maupun Struktur Rangka Berpengaku Konsentrik (SRBK). SRBE memiliki kekakuan yang lebih tinggi dibandingkan SRPM dan memiliki daktilitas yang lebih tinggi dibandingkan SRBK. Peran bresing sebagai pengaku dan link yang daktail sebagai penyerap energi gempa yang efektif, secara bersamasama meningkatkan kinerja SRBE sebagai struktur baja tahan gempa. Studi yang dilakukan sejauh ini telah membuktikan bahwa SRBE dengan link yang pendek menunjukkan kinerja yang lebih baik sebagai penyerap energi akibat beban lateral siklik, yaitu melalui kelelehan geser yang stabil dan efektif. Kinerja link yang efektif menyerap gempa ditunjukkan dengan kelelehan yang mampu membentuk sudut rotasi inelastik yang cukup besar pada link, hal mana direncanakan terjadi pada saat struktur sudah mengalami deformasi yang besar akibat gempa besar; sementara itu komponen struktur lainnya (balok, kolom, pengaku/bresing) direncanakan tetap dalam kondisi elastik. Kerusakan link akibat kelelehan inilah yang sebenarnya diharapkan terjadi, untuk menghindari runtuhnya struktur. Penggunaan SRBE akan menjadi lebih ekonomis apabila link yang telah rusak akibat gempa dapat diganti tanpa mengganti komponen struktur lainnya (balok, kolom, bresing) yang masih tetap elastik memikul beban gravitasi. Hal ini dimungkinkan pada link yang disambung dengan sambungan baut, yang pada sisi lain memiliki kinerja yang dikenal kurang baik dibandingkan sambungan las. Studi awal yang telah dilakukan oleh penulis pertama 5,9) menunjukkan peluang untuk meningkatkan kinerja link dengan sambungan baut dalam memikul beban siklik. Namun demikian perlu dicermati seberapa jauh struktur akan mengalami goyangan pada saat link mencapai sudut rotasi inelastik yang besar. Apabila struktur sudah mengalami goyangan yang sangat besar, maka penggantian link yang rusak akan menjadi kurang bermanfaat, karena struktur sudah dianggap tidak dapat digunakan lagi. Makalah ini memaparkan hasil kajian numerik yang dilakukan dengan perangkat lunak MSC/NASTRAN untuk mempelajari sejauh mana ukuran geometri SRBE tipe split-k yang masih memungkinkan terjadinya kerusakan link secara efektif sementara struktur masih dianggap cukup baik dan dapat tetap digunakan. Selain itu, dipaparkan pula hasil kajian terhadap beberapa parameter link yang dapat meningkatkan kinerja link. 2. GEOMETRI DAN DEFORMASI SRBE SRBE merupakan struktur rangka yang terdiri dari kolom, balok, pengaku (miring), dan link. Pada struktur tipe split-k, elemen link terletak di tengah bentang, diantara dua buah bresing yang dihubungkan ke ujung kolom bawah pada masing-masing lantai. Link merupakan komponen struktur yang mengalami deformasi paling besar akibat beban

lateral, karena memikul momen lentur dan geser yang paling besar diantara komponen struktur lainnya. Hal ini memungkinkan link berperan sebagai pendisipasi energi akibat gempa, melalui plastifikasi yang dialaminya, sementara momen lentur dan gaya geser maupun aksial pada komponen struktur lainnya relatif masih rendah. Deformasi inelastik yang dialami link dapat berupa deformasi lentur atau geser, dan ditunjukkan dengan besarnya sudut rotasi plastik yang terbentuk diantara sumbu balok dan sumbu link (Gambar 1). V b D q g h a e L a (a). SRBE Tipe Split-K (b). Deformasi Akibat Beban Lateral Gambar 1. Rotasi Link Pada SRBE Berdasarkan ukuran panjang link (e), dikenal klasifikasi jenis link sebagai berikut: a. Link geser murni,, leleh pada link didominasi oleh geser. b. Link dominan geser,, leleh merupakan kombinasi geser -lentur. c. Link dominan lentur,, leleh merupakan kombinasi lentur-geser. d. Link lentur murni,, leleh pada link didominasi oleh lentur. dimana momen plastis penampang link, gaya geser plastis penampang (badan) link, tegangan leleh nominal penampang, modulus plastis penampang link. Link geser atau link pendek memiliki kinerja yang baik dalam mendisipasi energi gempa melalui deformasi inelastik geser pada pelat badan link yang ditunjukkan dengan kurva histeresis yang gemuk dan stabil. Dengan demikian, variasi panjang link akan menentukan tingkat kinerja SRBE. Kajian numerik dilakukan terhadap berbagai ukuran panjang bentang (L) dan tinggi (H) SRBE, serta panjang link (e), seperti ditunjukkan pada Tabel 1 dengan melakukan pembebanan berupa kontrol perpindahan lateral. Gambar 2 menunjukkan pemodelan SRBE dan elemen shell quad-4 yang menggunakan dimensi penampang dan hubungan tegangan-regangan baja seperti ditunjukkan dalam Tabel 2 dan Gambar 3.

Tabel 1. Penamaan dan Dimensi Model Struktur (a). SRBE (b). Komponen Gambar 2. Pemodelan Struktur dan Komponen SRBE Tabel 2. Dimensi Model Struktur Elemen Struktur Dimensi Penampang Link WF 200.100.5,5.8 Balok Diluar Link WF 200.100.5,5.8 Bracing WF 175.175.7,5.11 Kolom WF 200.200.8.12 Pengaku (Stiffener) Pelat 10 mm

Gambar 3. Kurva Model Tegangan-Regangan Material Baja Hasil kajian menunjukkan bahwa untuk panjang link yang sama, peningkatan kekuatan dan kekakuan SRBE akan diperoleh sejalan dengan peningkatan rasio L/H (Gambar 4), artinya plastifikasi atau kelelehan link akan terjadi pada tingkat pembebanan lateral yang lebih tinggi untuk struktur yang tidak langsing (L/H yang besar). Hal ini disebabkan karena kemiringan bresing yang lebih landai pada struktur rangka dengan rasio L/H lebih tinggi, akan lebih efektif memikul beban horizontal. (a). e = 300 mm (b). e = 400 mm (c). e = 500 mm Gambar 4. Kurva Pushover Beban Vs Perpindahan Kontur tegangan von Mises yang terjadi di seluruh komponen struktur pada SRBE akibat beban lateral secara umum diperlihatkan dalam Gambar 5. Terjadi konsentrasi tegangan yang sangat tinggi di pelat link dibandingkan dengan pada kolom, balok, dan bresing. Kontur tegangan pada link secara lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 6, dimana plastifikasi link geser terjadi terlebih dahulu secara serempak pada pelat badan dan kemudian menyebar pada pelat sayap. Selanjutnya dapat dilihat pula bahwa plastifikasi pada link yang lebih pendek akan tersebar lebih merata di sepanjang pelat badan link, mengingat momen lentur yang terjadi tidak terlalu besar pengaruh besarnya pada kelelehan penampang link.

(a). Kondisi Leleh Pertama (b). Kondisi Maksimum Gambar 5. Kontur Tegangan Von Mises ( L/H = 1.25, e = 500 mm) Model LH = 1.25 e = 0.30 Model LH = 1.25 e = 0.40 Model LH = 1.25 e = 0.50 Gambar 6. Kontur Tegangan Von Mises ( L/H = 1.25 ) pada Kondisi Maksimum. Deformasi inelastik yang terjadi pada link ditunjukkan oleh besarnya sudut rotasi inelastik link ( p yang akan semakin besar harganya pada link yang semakin pendek seperti diperlihatkan pada Tabel 3. Untuk rasio L/H yang semakin besar pada nilai H dan e yang tetap, nilai p akan semakin besar, hal mana sejalan dengan semakin kecilnya harga e/l. Tabel 3. Sudut Rotasi Link

Kinerja disipasi energi akibat beban geser siklik diperlihatkan dalam Gambar 7. Untuk link dengan panjang dan kapasitas penampang yang sama, disipasi energi akan meningkat pada rasio L/H yang lebih tinggi, yang ditunjukkan dengan kurva histeresis yang lebih stabil. Disipasi energi juga akan meningkat sejalan dengan berkurangnya ukuran panjang link. Tabel 4 menunjukkan pengaruh panjang link dan rasio e/l terhadap kinerja disipasi energi. Besarnya energi disipasi dihitung sampai dengan siklus pembebanan terakhir sebelum struktur mengalami penurunan kekuatan atau pada saat plastifikasi terjadi di komponen struktur di luar link. (a). L/H = 1.25 (b). L/H = 1.50 (c). L/H = 1.75 Gambar 7. Kurva Histerisis Beban Vs Perpindahan Untuk e = 300 mm Tabel 4. Kinerja Disipasi Energi Link L/H 1.25 1.50 1.75 e (mm) 300 400 500 Kelelehan Di luar - - Balok Jml Siklus 3.5 3.5 3.5 Energi Disipasi (kn- 19.617 24.452 29.514 Kelelehan Di luar - - Balok Jml Siklus 3.5 3.5 3.5 Energi Disipasi (kn- 23.417 27.918 33.241 Kelelehan Di luar - - Balok Jml Siklus 3 3 3 Energi Disipasi (kn- 17.834 20.854 24.526

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa deformasi maupun disipasi energi akibat lelehnya link akan semakin meningkat pada link yang semakin pendek, baik dihitung berdasarkan: (1) nilai mutlak dari rasio, dan (2) nilai relatif terhadap panjang bentang (e/l). 3. LINK DENGAN SAMBUNGAN BAUT Link yang dapat diganti menuntut jenis sambungan yang mudah dibongkar dan dipasang kembali. Hal ini dimungkinkan bagi link yang disambung dengan baut melalui pelat ujung (end-plate), namun dengan konsekuensi tingkat kinerja yang diperkirakan lebih rendah daripada sambungan las, terutama dalam hal kekuatan, kekakuan, dan disipasi energi. Kajian numerik dilakukan terhadap sejumlah link geser dengan sambungan baut dan pelat ujung menggunakan pemodelan seperti terlihat pada Gambar 8 dan Tabel 5. 500 80 100 100 100 80 20 20 (a). Link Geser (b). Pola Meshing Gambar 8. Model Link Tabel 5. Model Link yang Dikaji Pengaruh ukuran baut penyambung pada pelat ujung ditunjukkan dalam Gambar 9. Link dengan diameter baut 20, 22 dan 25 mm memperlihatkan kuat leleh yang sama namun dengan kekakuan dan kekuatan inelastik yang semakin meningkat pada ukuran baut

Beban (kn) Beban (kn) yang lebih besar. Hal ini menunjukkan sumbangan kekakuan aksial baut pada besarnya deformasi dan perpindahan yang dialami oleh link, yang menyebabkan peningkatan kemampuan link dalam memikul beban. 400 350 300 250 200 150 100 50 0 0 10 20 30 40 50 60 70 80 Perpindahan (mm) B20P30(450) B22P30(450) B25P30(450) Gambar 9. Kurva Pushover Beban Vs Perpindahan Dengan Variasi Diameter Baut Gambar 10 menunjukkan pengaruh tebal pelat penyambung pada kekuatan paska leleh link. Dengan nilai kekakuan elastik dan kuat leleh yang relatif sama, link dengan pelat penyambung yang lebih tebal menunjukkan peningkatan kekakuan dan kekuatan inelastik. Hal penting lainnya adalah lelehnya pelat akibat kinking tidak terjadi pada pelat yang lebih tebal (Gambar 11), sehingga disipasi energi tetap terjadi terpusat pada pelat badan link geser. 400 350 300 250 200 150 100 50 0 0 10 20 30 40 50 60 70 80 Perpindahan (mm) B25P30(450) B25P20(450) Gambar 10. Kurva Pushover Beban Vs Perpindahan Dengan Variasi Ketebalan Pelat.

Beban, P (kn) Beban, P (kn) (a). Tebal Pelat 20 mm (b). Tebal Pelat 30 mm Gambar 11. Deformasi horizontal Pelat Ujung Pada Beban Maksimum (Diameter Baut 25 mm) Gambar 12 menunjukkan distribusi tegangan yang masih relatif merata terjadi pada link dengan sambungan baut. Distribusi tegangan yang terjadi di seluruh bagian link menunjukkan bahwa sambungan link yang menggunakan baut berdiameter besar dan pelat sambung yang tebal, akan terhindar dari kelelehan pada baut dan pelat penyambungnya, sehingga kurva histeresis yang dihasilkan menjadi lebih stabil dan menghasilkan disipasi energi yang meningkat secara signifikan, seperti ditunjukkan pada Gambar 13. Gambar 12. Kontur Tegangan Model B25P30(450) B25P20(500) B25P30(450) 350 350 250 250 150 150 50 50-25 -20-15 -10-5 0 5 10 15 20 25-50 -25-20 -15-10 -5 0 5 10 15 20 25-50 -150-150 -250-250 -350 Perpindahan, Δ (mm) -350 Perpindahan, Δ (mm) (a). t = 20 mm (b). t = 30 mm Gambar 13. Kurva Histerisis Link dengan Variasi Tebal Pelat Diameter Baut 25 mm

Load (kn) Beban (kn) Beban (kn) Hasil kajian eksperimental menunjukkan peningkatan kinerja link, khususnya disipasi energi, seperti yang dihasilkan dalam kajian numerik. Peningkatan diameter baut dari 20 mm menjadi 22 mm secara signifikan meningkatkan kinerja disipasi energi seperti ditunjukkan oleh Gambar 14. Lelehnya baut karena ukuran baut yang tidak terlalu besar, akan menyebabkan kurva histerisis cenderung mengalami pinching dan link menghasilkan disipasi energi yang terbatas. Selain itu, penebalan pelat ujung/penyambung dari 20 mm menjadi 30 mm dan diameter baut 25 mm, secara nyata meningkatkan disipasi energi melalui kurva histeresis yang relatif lebih gemuk dan stabil (Gambar 15). 300.00 300 200.00 200 100.00 0.00-50 -40-30 -20-10 0 10 20 30 40 50-100.00 100 0-60 -40-20 0 20 40 60-100 -200-200.00-300 -300.00 Peprindahan (mm) -400 Perpindahan (mm) (a) Baut diameter 20 mm (b) Baut diameter 22 mm Gambar 14 Kurva Histeresis Hasil Pengujian Link Dengan Tebal Pelat Ujung 20 mm 400 300 200 100 0-100 -80-60 -40-20 0 20 40 60 80 100-100 -200-300 -400 Displacement (mm) (a) Kurva Histeresis (b) Link Setelah Diuji Gambar 15. Hasil Pengujian Link Dengan Tebal Pelat 30 mm dan Diameter Baut 25 mm

4. APLIKASI LINK YANG DAPAT DIGANTI Hasil kajian terhadap kinerja sambungan baut menunjukkan bahwa peningkatan ukuran diameter baut dan tebal pelat ujung link dapat meningkatkan kemampuan disipasi energi akibat plastifikasi pada link, khususnya pada pelat badan link. Hasil kajian numerik dan eksperimen yang telah dilakukan menunjukkan bahwa hal ini telah secara signifikan mengurangi kelemahan sambungan baut sebagai sambungan yang tidak kaku. Kinerja penting sebagai pendisipasi energi yang handal dapat dihasilkan melalui pembatasan deformasi elastik pada perpanjangan baut berdiameter besar dan pada lentur pelat ujung yang tebal. Dari hasil kajian numerik terhadap link yang menggunakan sambungan baut pada struktur baja berpengaku eksentrik, dapat disimpulkan bahwa penggunaan link yang dapat diganti akan lebih efektif dilakukan pada link geser atau link pendek dan pada bentang portal yang semakin besar. Kerusakan yang terjadi pada link dengan ukuran geometri struktur demikian, akan sangat signifikan dibandingkan dengan kondisi komponen struktur lainnya yang masih elastik, sehingga penggantian link akan bernilai ekonomis pada struktur yang seringkali mengalami pembebanan gempa. Hal ini akan dapat menjawab kebutuhan struktur tahan gempa di daerah rawan gempa. 5. PENUTUP Kajian lanjut mengenai aplikasi link yang dapat diganti sedang dilakukan. Pengembangan diarahkan kepada desain struktur tahan gempa yang secara ekonomis dapat memenuhi kebutuhan bangunan masyarakat di daerah yang sering mengalami gempa besar. Ucapan terimakasih disampaikan kepada Institut Teknologi Bandung dan Direktorat Pendidikan Tinggi Depdiknas yang selama ini telah mendukung penelitian mengenai link yang dapat diganti. 6. DAFTAR PUSTAKA 1. AISC (2005), Seismic Provision for Structural Steel Building, Chicago, American Institute of Steel Construction. 2. Batubara, B.N (2008), Studi ParametrikTerhadap Kinerja Link Geser Yang Dapat Diganti Pada Struktur Baja Berpengaku Eksentrik, Tesis Magister, ITB. 3. Herdiansah, Y,(2009), Kajian Penggunaan Link yang Dapat Diganti Pada Struktur Rangka Baja Berpengaku Eksentrik Tipe Split-K, Tesis Mgister, ITB. 4. Kasai K., and Popov, E.P. (1986), General Behaviour of WF Steel Shear Link Beams, Journal of the Structural Division. Vol.112, No. 2: ASCE,hlm.362-382 5. Moestopo,M et all,(2008), Improved Performance of Bolt-Connected Link Due To Cyclic Load, International Conference on Earthquake Engineering and Disaster Mitigation, Jakarta. 6. Moestopo,M., Mirza, A., (2006), Kinerja Sambungan Baut pada Link struktur Rangka Baja Eksentrik, Seminar dan Pameran HAKI, Agustus 2006.

7. Moestopo,M., Khairullah (2003), On Improved Performance of Eccentrically Braced Frame, Ninth East Asia-Pasific Conference on Structural Engineering and Construction, Bali. 8. Moestopo,M., (2003), On Improved Behaviour of Seismic Resistant Steel Braced Frame, AUN/SEED-NET INA 106, Research Report. 9. Novan, A (2008), Peningkatan Kinerja Link Geser Dengan Sambungan Baut Tipe Flush Yang Memikul Beban Siklik, Tesis Magister, ITB. 10. Ramadan, T., Ghobarah, a., (1995), Behaviour of Bolted Link-Column Joints in Eccentrically Braced Frame, Can. Journal of Civ. Eng. 745-754. 11. Roeder, C.W. and Popov, E.P. (1997), Inelastic Behaviour of Eccentrically Braced Frame under Cyclic Loadings. Report No. UCB/EERC-77/18. Berkeley : Earthquake Engineering Research Centre. University of California. 12. Stratan, A., and Dubina, D (2002), Bolted Link for Eccentrically Braced Steel Frame, The Polytecnica of Timisoara, Romania. 13. MSC., MSC Nastran Verification Pbroblem Manual version 65, The Macneal- Schwendler Corporation, 1998. 14. MSC., MSC Patran 301 Exercise Workbook, The Macneal-Schwendler Coeporation, 2005.