METODE KERJA. Penelitian ini dilakukan pada Bulan Juli sampai dengan Bulan Oktober Lokasi

dokumen-dokumen yang mirip
III. METODE KERJA. A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober sampai dengan bulan

LINE INTERCEPT TRANSECT (LIT)

3. METODOLOGI PENELITIAN. Lokasi penelitian berada di dalam wilayah Kabupaten Administratif

Bentuk Pertumbuhan dan Kondisi Terumbu Karang di Perairan Teluk Tomini Kelurahan Leato Selatan Kota Gorontalo

Parameter Fisik Kimia Perairan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai dengan November di perairan Pulau Kelagian, Provinsi Lampung.

3. METODOLOGI 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2. Jenis dan Sumber Data

KONDISI TERUMBU KARANG DAN IKAN KARANG PERAIRAN TULAMBEN BALI Tyas Ismi Trialfhianty 09/288367/PN/11826 Manajemen Sumberdaya Perikanan

PERSENTASE TUTUPAN KARANG DI PERAIRAN MAMBURIT DAN PERAIRAN SAPAPAN KABUPATEN SUMENEP PROVINSI JAWA TIMUR

PERSENTASE TUTUPAN DAN TIPE LIFE FORM TERUMBU KARANG DI PULAU MANDANGIN KABUPATEN SAMPANG

KONDISI TUTUPAN KARANG PULAU KAPOPOSANG, KABUPATEN PANGKAJENE KEPULAUAN, PROVINSI SULAWESI SELATAN

3 METODOLOGI PENELITIAN

METODE SURVEI TERUMBU KARANG INDONESIA Oleh OFRI JOHAN, M.Si. *

KONDISI TERUMBU KARANG DI PULAU MATAS TAMAN NASIONAL TELUK CENDERAWASIH

KERUSAKAN TERUMBU KARANG KARIMUNJAWA AKIBAT AKTIVITAS TRANSPORTASI BATUBARA

FORAMINIFERA BENTIK SEBAGAI INDIKATOR KONDISI LINGKUNGAN TERUMBU KARANG PERAIRAN PULAU KOTOK BESAR DAN PULAU NIRWANA, KEPULAUAN SERIBU.

TEKNIK PENGUKURAN DAN ANALISIS KONDISI EKOSISTEM TERUMBU KARANG

3. METODOLOGI PENELITIAN

Lampiran 1 Persentase tutupan karang stasiun 1

THE CORAL REEF CONDITION IN BERALAS PASIR ISLAND WATERS OF GUNUNG KIJANG REGENCY BINTAN KEPULAUAN RIAU PROVINCE. By : ABSTRACT

THE CORAL REEF CONDITION IN SETAN ISLAND WATERS OF CAROCOK TARUSAN SUB-DISTRICT PESISIR SELATAN REGENCY WEST SUMATERA PROVINCE.

Akuatik- Jurnal Sumberdaya Perairan

KONDISI PERAIRAN TERUMBU KARANG DENGAN FORAMINIFERA BENTIK SEBAGAI BIOINDIKATOR BERDASARKAN FORAM Index DI KEPULAUAN BANGGAI, PROVINSI SULAWESI TENGAH

KESESUAIAN EKOWISATA SELAM DI PULAU MANDANGIN KABUPATEN SAMPANG

IDENTIFIKASI TERUMBU KARANG PERAIRAN MAMBURIT KEBUPATEN SUMENEP

3 METODE PENELITIAN. Tabel 1. Letak geografis stasiun pengamatan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG EKOSISTEM TERUMBU KARANG SEBAGAI EKOWISATA BAHARI DI PULAU DODOLA KABUPATEN PULAU MOROTAI

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan jenis deskriptif kuantitatif dengan pengambilan

PERSENTASE TUTUPAN KARANG HIDUP DI PULAU ABANG BATAM PROVINSI KEPULAUAN RIAU

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

PERKEMBANGAN DAN PERTUMBUHAN KARANG JENIS Lobophyllia hemprichii YANG DITRANSPLANTASIKAN DI PULAU PRAMUKA, KEPULAUAN SERIBU, JAKARTA

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

3 BAHAN DAN METODE. KAWASAN TITIK STASIUN SPOT PENYELAMAN 1 Deudap * 2 Lamteng * 3 Lapeng 4 Leun Balee 1* PULAU ACEH

KONDISI EKOSISTEM TERUMBU KARANG DI PERAIRAN PULAU PARI KEPULAUAN SERIBU

Kata kunci : Kondisi, Terumbu Karang, Pulau Pasumpahan. Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Riau 2)

G.2.7. Wilayah Takad Saru. G.2.8. Wilayah Kotal. Fluktuasi anomali dan persentase karang di Takad Saru StatSoft-7 1,4 42,10 1,2 39,43 1,0 36,75 0,8

MEIOFAUNA (FORAMINIFERA) DALAM SEDIMEN DAN KETERKAITANNYA DENGAN PANTAI PASIR PUTIH SENGGIGI SERTA KONDISI PERAIRAN LOMBOK BARAT

KONDISI TERUMBU KARANG DI PESISIR KELURAHAN SUNGAI PISANG SUMATERA BARAT

STUDI TENTANG KONDISI TUTUPAN KARANG HIDUP DI PERAIRAN PULAU PIEH KABUPATEN PADANG PARIAMAN SUMATERA BARAT

PENUNTUN PELAKSANAAN MONITORING TERUMBU KARANG DENGAN METODE MANTA TOW

KONDISI TUTUPAN PERSEN KARANG DI PERAIRAN DESA TELUK BAKAU BERDASARKAN BENTHIC LIFE FORM. Rodiallohuanhum

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN

MANUAL LIFEFORM 5.1. Oleh : Rahmat, M.I. Yosephine T.H. dan Giyanto. Programmer/Analyst : Rahmat. Editor : Del Afriadi

3. METODOLOGI PENELITIAN

By : ABSTRACT. Keyword : Coral Reef, Marine Ecotourism, Beralas Pasir Island

3. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Korelasi Tutupan Terumbu Karang dengan Kelimpahan Relatif Ikan Famili Chaetodontidae di Perairan Pantai Pasir Putih, Situbondo

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN

STUDI KONDISI EKOSISTEM TERUMBU KARANG SERTA STRATEGI PENGELOLAANNYA (Studi Kasus di Teluk Semut Sendang Biru Malang)

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Terumbu Karang

3 METODE. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

STUDI TUTUPAN KARANG DI PULAU JANGGI KECAMATAN TAPIAN NAULI KABUPATEN TAPANULI TENGAH PROVINSI SUMATERA UTARA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kabupaten Gorontalo Utara, yang meliputi 4 stasiun penelitian yaitu:

KONDISI TERUMBU KARANG DI PERAIRAN LAUT PULAU TULAI KECAMATAN JEMAJA KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS

KONDISI TERUMBU KARANG DI PULAU KARANG CONGKAK KEPULAUAN SERIBU

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama 4 bulan dimulai dari bulan Oktober 2013

Status Kondisi Terumbu Karang di Teluk Ambon

HUBUNGAN TUTUPAN KARANG DENGAN BIODIVERSITAS ECHINODERMATA DI PULAU KARIMUN, KARIMUNJAWA PROPOSAL SKRIPSI. Oleh: Ainun Fitriyah

242 Jurnal Perikanan (J. FISH. Sci) X (2) : ISSN: EVALUASI KONDISI TERUMBU KARANG DI TELUK KULISUSU MUNA SULAWESI TENGGARA

EKOSISTEM LAUT TROPIS (INTERAKSI ANTAR EKOSISTEM LAUT TROPIS ) ANI RAHMAWATI JURUSAN PERIKANAN FAKULTAS PERTANIAN UNTIRTA

Panduan Identifikasi Potensi dan Pemantauaan Biofisik Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

Kondisi Terumbu Karang dengan Indikator Ikan Chaetodontidae di Pulau Sambangan Kepulauan Karimun Jawa, Jepara, Jawa Tengah.

KONDISI TERUMBU KARANG DI TANJUNG GOSONGSENG DESA KAHYAPU PULAU ENGGANO PROVINSI BENGKULU

Gambar 2 Peta lokasi penelitian.

KONDISI EKOSISTEM TERUMBU KARANG DI KEPULAUAN TOGEAN SULAWESI TENGAH

CORAL REEF CONDITION BASED ON LEVEL OF SEDIMENTATION IN KENDARI BAY

BAB III METODE PENELITIAN. Pelaksanaan kegiatan penelitian ini berlangsung selama 2 bulan dihitung

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober sampai Desember 2013.

PENGARUH KEDALAMAN TERHADAP MORFOLOGI KARANG DI PULAU CEMARA KECIL, TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA

STUDI KONDISI EKOSISTEM TERUMBU KARANG DAN STRATEGI PENGELOLAANNYA (STUDI KASUS PERAIRAN TELUK BAKAU KABUPATEN BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU)

BAHAN DAN METODE Lokasi Penelitian Waktu Penelitian

TINGKAT TUTUPAN EKOSISTEM TERUMBU KARANG DI PERAIRAN PULAU TERKULAI. Samsul Rizal Mahasiswa Program Studi Ilmu Kelutan FIKP-UMRAH

Kondisi Terumbu Karang di Perairan Pulau Tegal dan Sidodadi Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung

ANALISIS KONDISI HABITAT TERUMBU KARANG PASCA PENGELOLAAN COREMAP II DI KECAMATAN GUNUNG KIJANG, BINTAN, KEPULAUAN RIAU SUKMA VIOLINA PELAWI

KONDISI TERUMBU KARANG DI PULAU-PULAU KECIL KABUPATEN SARMI, PROVINSI PAPUA. Laporan Penelitian Kerjasama UNIPA & Pemerintah Kabupaten Sarmi

3. METODE. Tabel 1 Posisi geografis stasiun penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

JOURNAL OF MANAGEMENT OF AQUATIC RESOURCES

III. METODE PENELITIAN. Lokasi dan objek penelitian analisis kesesuaian perairan untuk budidaya

BAB III METODE PENELITIAN. secara langsung. Perameter yang diamati dalam penelitian adalah jenis-jenis

Distribusi Karang Batu Di Rataan Terumbu Pantai Selatan Pulau Putus- Putus Desa Ratatotok Timur Kecamatan Ratatotok Kabupaten Minahasa Tenggara

METODOLOGI PENELITIAN

METODE KERJA. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data sekunder berupa sampel

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

KONDISI TERUMBU KARANG HIDUP BERDASARKAN PERSEN TUTUPAN DI PULAU KARANG PROVINSI SUMATERA UTARA DAN HUBUNGANNYA DENGAN KUALITAS PERAIRAN

Ulangan I II III. Rata-rata ( C) DPL Ex-DPL Non DPL Ulangan I II III. Ulangan I II III

P R O S I D I N G ISSN: X SEMNAS BIODIVERSITAS Maret 2016 Vol.5 No.2 Hal : XXXX

3 METODOLOGI PENELITIAN

Kajian Kesesuaian Wisata Selam dan Snorkeling di Perairan Tulamben, Karangasem, Bali

I. PENDAHULUAN. Indonesia berada tepat di pusat segi tiga karang (Coral Triangle) suatu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BALAI TAMAN NASIONAL BALURAN

3. METODOLOGI PENELITIAN

KONDISI TERUMBU KARANG PULAU KASIAK PARIAMAN PROPINSI SUMATRA BARAT PASCA GEMPA BUMI PADANG 30 SEPTEMBER

Transkripsi:

III. METODE KERJA A. Waktu dan Tempat Pelaksaan Penelitian Penelitian ini dilakukan pada Bulan Juli sampai dengan Bulan Oktober 2012. Lokasi penelitian berada di perairan Pulau Rakata, Pulau Panjang, dan Pulau Sertung, Kecamatan Rajabasa, Lampung selatan. B. Cara Kerja a. Survei Pendahuluan (Manta Tow) Penentuan titik sampling ditentukan dengan menggunakan metode manta tow (pengamatan langsung di atas permukaan air atau ditarik perlahan dengan menggunakan rubber boat dilengkapi dengan alat snorkeling yaitu masker, snorkel, dan fins). Dari hasil survei pendahuluan di permukaan, ditentukan titik sampling di Kepulauan Krakatau dengan tiga titik sampling di Pulau Rakata, dan satu titik di Pulau Panjang. Masing-masing titik sampling tersebut ditandai dengan menggunakan GPS (Global Position System). b. Alat dan Bahan Penelitian ini menggunakan alat selam dasar dan SCUBA untuk membantu Aktivitas penelitian di bawah air, depth meter untuk mengukur kedalaman, sachi disk untuk mengukur kecerahan, mikroskop binokuler untuk mengamati foraminifera,

refraktometer untuk mengukur salinitas, ph meter untuk mengukur kadar ph perairan sekitar penelitian, thermometer untuk mengukur suhu serta kamera bawah air untuk dokumentasi penelitian, alat tulis berupa sabak dan pensil, dan kantong plastik untuk masing-masing sampel. c. Pengambilan Data Pengambilan data untuk analisis terumbu karang dilakukan dengan menggunakan metode Line Intercept Transect (LIT). Panjang transek garis (rol meter) yang digunakan 50 meter, dibentangkan sejajar garis pantai, pada kedalaman 5 dan 15 meter di titik sampling yang telah ditentukan dengan GPS. Mencatat panjang tutupan dan keanekaragaman jenis terumbu karang sesuai dengan pedoman yang telah baku dengan metode Life form, mengambil gambar dan video dengan kamera bawah air dan mengidentifikasi jenis terumbu karang hingga tingkat genus (Veron, 2000). Jika ada jenis terumbu karang yang belum diketahui maka akan diambil sebagian kecil fragmen karang untuk diidentifikasi di laboratorium untuk diamati septa terumbu karang di bawah mikroskop. Fragmen akan dimasukkan kedalam kantong-kantong yang telah dinomori berdasarkan urutan jarak dan sampling. Pengambilan sampel foraminifera dengan sampel sedimen di setiap titik yang sama dengan pengambilan data terumbu karang pada kedalaman mengikuti kedalaman pengambilan LIT terumbu karang, kemudian sampel dimasukkan kedalam kantong yang telah diberi label. Selain itu sampel air, ph, salinitas, dan suhu sebagai data penunjang. Preparasi sampel dilakukan berdasarkan metode Kennedy & Ziedler (1976) yang terdiri dari tahapan pencucian sampel, pemisahan foraminifera dari sedimen,

deskripsi dan identifikasi serta penempelan. Pencucian sampel dilakukan dengan air mengalir di atas saringan hingga bersih dan dikeringkan menggunakan oven pada suhu 30 C selama 2 jam. Sampel yang telah kering dimasukkan ke dalam kantong plastik yang telah diberi label untuk analisis lebih lanjut. Tahap selanjutnya adalah pemisahan foraminifera dari sedimen yaitu menyebarkan sampel yang telah dicuci pada cawan petri di bawah mikroskop secara merata. Foraminifera yang terdapat dalam sampel tersebut diambil dan disimpan. Kemudian dilakukan proses deskripsi dan identifikasi terhadap individu yang didapatkan dengan menggunakan metode berdasarkan Chapman (1902), Boltovskoy & Wright (1976), Buzas & Culver (1982). Kegiatan ini dilakukan di Laboratorium Zoologi Biologi FMIPA Unila. Tahap selanjutnya merupakan analisis kuantitatif untuk mendapatkan data kelimpahan (Natsir, 2010). d. Pengolahan Data Menghitung persentase tutupan terumbu karang dengan rumus : PC = ni n X 100% Keterangan : PC = Persen tutupan ni = Luas koloni karang n = Luas unit terumbu karang Untuk menghitung FORAM Indeks dengan rumus: FI = (10 Ps) + (Po) + (2 Ph) Keterangan:

FI = FORAM Index Ps = Ns/ T Ns = Jumlah individu yang mewakili foraminifera yang berasosiasi dengan terumbu karang: Amphistegina, Heterostegina, Alveolinella, Borelis, Sorites, Amphisorus, Marginophora. Po = No/T No = Jumlah individu yang mewakili foraminifera oportunis: Ammonia, Elphidium, beberapa marga dari suku Trochaminidae, Lituolidae, Bolivinidae, Buliminidae. Ph = Nh/T Nh = Jumlah individu yang mewakili foraminifera kecil lain yang heterotrofik: beberapa marga dari Miliolida, Rotaliida, Textulariida dan lain-lain. T = Jumlah seluruh individu foraminifera yang didapatkan dari sampel yang diuji. Interpretasi nilai FORAM Indeks berdasarkan Hallock et al.(2003): FI > 4 = Lingkungan sangat kondusif untuk pertumbuhan terumbu karang 3 < FI 4 = Lingkungan peralihan 2 FI 3 = Lingkungan cukup untuk pertumbuhan terumbu karang, namun tidak cukup untuk pemulihan FI < 2 =Lingkungan tidak layak untuk pertumbuhan terumbu karang Tabel 2. Panduan Life form terumbu karang (UNEP, 1993) No Kategori Singkatan Terjemahan Biotik 1 Karang mati DC Dead Coral 2 Karang mati diselimuti alga DCA Dead Coral Algae Terlihat titik pertumbuhan 3 Karang bercabang ACB Acropora Branching 4 Karang menyebar ACE Acropora Encrusting 5 Karang submasif ACS Acropora Submassive 6 Karang menjari ACD Acropora Digitate 7 Karang meja ACT Acropora Tabulate

Tidak terlihat titik pertumbuhan 8 Karang bercabang CB Coral Branching 9 Karang menyebar CE Coral Encrusting 10 Karang submasif CS Coral Submassive 11 Karang masif CM Coral Massive

Tabel 2. Panduan Life form...(lanjutan) 12 Karang daun/bunga CF Coral Foliose 13 Karang jamur CMF Coral Mushroom 14 Karang api CME Coral millepora 15 Karang biru CHL Coral Heliopora Biota lain 16 Karang lunak SC Soft Coral 17 Spongia SP Sponge 18 Zoantid ZO Zoantid 19 Lain-lain OT Others Abiotik 25 Pasir S Sand 26 Serpihan karang R Rubble 27 Lempung SI Silt 28 Air WA Water 29 Batu RCK Rock