BAB I PENDAHULUAN. untuk menghadapi perkembangan global menuju ekonomi berbasis pengetahuan.

dokumen-dokumen yang mirip
PENGEMBANGAN TEKNOLOGI TERPADU

BUPATI MADIUN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 25 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Kebijakan peningkatan mutu pendidikan diarahkan pada pencapaian mutu

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM SEKOLAH GRATIS DI PROVINSI SUMATERA SELATAN

PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 21 TAHUN 2009

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

fesejarah Teknisi Jardiknas Written by Administrator Wednesday, 10 January 2007

BAB I PENDAHULUAN. berbagai bidang, seperti: militer, ekonomi-bisnis, sosial, politik, budaya,

RAKER GUBERNUR KALBAR HUT PEMDA KALBAR KE 53 KOORDINASI PEMANTAPAN PENYELENGGARAAAN DAN PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2010

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENGELOLAAN PENDIDIKAN OLEH PEMERINTAH DAERAH

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2008 TENTANG

Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. Nasional pasal 3 menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan

IMPLEMENTASI e-government, SEBUAH HARAPAN PENUH TANTANGAN DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

KEBIJAKAN TEKNIS. Oleh: Winarno, M.Sc

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Bab 6 INDIKATOR KINERJA DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR. A. Tujuan dan Sasaran Strategis

BAB I PENDAHULUAN. sangat ketat dalam segala aspek kehidupan. Menurut Zuhal (Triwiyanto,

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I. PENDAHULUAN. Teknologi informasi dan komunikasi (TIK) pada era global sangat

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia yang pada umumnya wajib dilaksanakan. globalisasi, maka pendidikan juga harus mampu menjawab kebutuhan

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 (DUA BELAS) TAHUN

Landasan Yuridis SI, SKL dan KTSP menurut UU No 20/2003 tentang Sisdiknas

BAB I PENDAHULUAN. berbagai dimensi dalam kehidupan mulai dari politik, sosial, budaya, dan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 (DUA BELAS) TAHUN

D S A A S R A R & & FU F N U G N S G I S PE P N E D N I D DI D KA K N A N NA N S A I S ON O A N L A

V. KESIMPULAN DAN SARAN. implementasi kebijakan RSBI di Propinsi DKI Jakarta. Berdasarkan penelitian

PROGRAM PRIORITAS PADA JENJANG PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi saat ini begitu pesat dan telah semakin luas.

I. PENDAHULUAN. proses pembelajaran. Keberadaan pendidikan yang sangat penting tersebut telah

KEWENANGAN PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN RSBI/SBI menurut PP No 17/2010

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. Sistem pendidikan dewasa ini telah mengalami kemajuan yang sangat

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

PEMERINTAH KOTA SALATIGA DINAS PENDIDIKAN, PEMUDA DAN OLAHRAGA Jl. LMU. Adisucipto 2 Telp Fax S A L A T I G A

BAB III VISI, MISI, DAN TUJUAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

Oleh: Norma Chunnah Zulfa NIM

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan pendidikan pada

I. PENDAHULUAN. dunia pendidikan sangat dirasakan kebermanfaatannya. Sejalan dengan

WALIKOTA SEMARANG PERATURAN WALIKOTA SEMARANG NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG SISTEM DAN TATA CARA PENERIMAAN PESERTA DIDIK DI KOTA SEMARANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN BANDUNG BARAT

PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN RENCANA KERJA DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA KOTA SALATIGA TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUA N. mensejahterakan kehidupan masyarakat. Ketatnya persaingan dunia dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. awal untuk meningkatkan sumber daya manusia. adalah satu bidang yang tidak mungkin bisa lepas dari kemajuan IPTEK, maka

DIKLAT/BIMTEK KTSP 2009 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL HALAMAN 1

UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 58 TAHUN 2011 TENTANG

BAB II LANDASAN TEORI. A. Tinjauan Tentang Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) 1. Pengertian Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI)

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUTAI TIMUR TAHUN 2010 NOMOR 8 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI TIMUR NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2006 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2006 TENTANG

BAB II BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH PENDIDIKAN TAMAN KANAK-KANAK DAN DAN SEKOLAH DASAR

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. kaidah manajemen organisasi meliputi: proses perencanaan, pengorganisasian,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNG MAS NOMOR 29 TAHUN 2011 T E N T A N G SISTEM PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN GUNUNG MAS

memberikan jaminan mutu pendidikan dengan standar yang lebih tinggi dari Standar Nasional Pendidikan.

INSTRUMEN EVALUASI MUTU INTERNAL (EMI) PROGRAM STUDI PADA UNIVERSITAS / INSTITUT /SEKOLAH TINGGI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BUPATI PENAJAM PASER UTARA

BAB IV BAB IV LANGKAH-LANGKAH TEROBOSAN PENDIDIKAN TAMAN KANAK-KANAK DAN SEKOLAH DASAR

-1- PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 18 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 (DUA BELAS) TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. program peningkatan mutu pendidikan, di antaranya adalah program

BAB I PENDAHULUAN. Pandaan menggalakkan pemanfaatan (TIK). Pemanfaatan TIK ini secara umum

LANDASAN DAN PENTAHAPAN PERINTISAN SBI. Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan Nasional

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur. Ringkasan Eksekutif

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 19 TAHUN 2005 Tentang STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MADIUN,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. SDIT Fithrah Insani adalah sekolah dasar yang dari tahun ketahun mengalami kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. yang lebih dikenal dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan

BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG

RINTISAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL (RSBI)

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENDANAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA,

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 63 TAHUN 2009 TENTANG SISTEM PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MANFAAT TIK DALAM PEMBELAJARAN. Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah TIP. Dosen Pengampu : Agus Susilo, S.Pd M.Pd

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 63 TAHUN 2009 TENTANG SISTEM PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. dengan perubahan budaya kehidupan. Perubahan dalam arti perbaikan pendidikan

BERITA DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2010 NOMOR : 08 PERATURAN WALIKOTA BANDUNG NOMOR : 177 TAHUN 2010 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. dan dihasilkan melalui pendidikan.dalam proses pendidikan pula, manusia. belajar dari, tentang, dan dengan tehnologi itu sendiri.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. saing secara nasional dan sekaligus internasional pada jenjang pendidikan dasar

DASAR & FUNGSI. Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2006 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2006 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) menuntut

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur. Kata Pengantar

JURNAL SKRIPSI. Oleh Nuryadin Bambang Sutjiroso

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2008 TENTANG WAJIB BELAJAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR : 20 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI SLEMAN PERATURAN BUPATI SLEMAN NOMOR : 10 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PENERIMAAN PESERTA DIDIK BARU PADA TAMAN KANAK-KANAK DAN SEKOLAH

NORMA, STANDAR, PROSEDUR, DAN KRITERIA (NSPK) PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD) FORMAL DAN PENDIDIKAN DASAR DI KABUPATEN/KOTA

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALI KOTA KEDIRI NOMOR 26 TAHUN 2010

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang pesat beberapa tahun terakhir menjadi perhatian berbagai pihak. Arus informasi begitu cepat berubah sehingga menuntut kita untuk bersikap aktif dalam menghadapi perubahan tersebut. Wujud nyata perkembangan teknologi informasi dan komunikasi adalah internet. Hampir semua aspek kehidupan tidak luput dari jangkauan internet, baik instansi pemerintah maupun swasta. Semua aspek kehidupan sudah menggunakan internet untuk mendukung kelancaran perolehan informasi yang serba cepat. Persaingan yang makin tinggi pada masa mendatang menuntut peningkatan kemampuan penguasaan dan penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek) untuk menghadapi perkembangan global menuju ekonomi berbasis pengetahuan. Teknologi Informatika dan Komunikasi (TIK) sudah menjadi bagian yang sulit dipisahkan dari kehidupan sehari-hari. Keberadaan TIK memudahkan semua proses kehidupan menjadi lebih cepat, lebih efisien, dan lebih akurat. Demikian pula pemanfaatan TIK di dunia pendidikan, yaitu dalam proses belajar-mengajar baik jarak jauh (distance learning). Aplikasi e-learning bukan merupakan hal baru lagi di dunia pendidikan. Proses belajar-mengajar tidak lagi mengenal keterbatasan ruang dan waktu. TIK memungkinkan terjadinya knowlegde sharing 1

2 melalui e-book dan e-library. Pemanfaatan kemajuan TIK akan semakin mendekatkan sumber informasi kepada guru dan peserta didik sehingga mereka memperoleh kemudahan mengakses informasi dari berbagai sumber, khususnya yang berkaitan dengan materi paling mutakhir di bidang pendidikan/pembelajaran. Oleh karena itu, kemajuan TIK diharapkan dapat membantu para pengembang pembelajaran (instructional developers) dan guru untuk menyusun dan menyajikan materi pelajaran yang lebih berkualitas dan variatif dalam rangka menunjang usaha peningkatan mutu pendidikan nasional. Berdasarkan Renstra Depdiknas tahun 2010-2014, Pemerintah berusaha mengoptimalkan penggunaan TIK yang tercermin dalam salah satu arah kebijakan pembangunan pendidikan nasional yaitu Penerapan TIK untuk e-pembelajaran dan e-administrasi. Pendayagunaan TIK diyakini dapat menunjang upaya peningkatan dan pemerataan akses pendidikan, peningkatan mutu, relevansi, dan daya saing pendidikan, serta tata kelola, akuntabilitas, dan citra publik pendidikan. Sedangkan arah kebijakan pemerintah yang bertujuan untuk meningkatkan mutu dan daya saing pendidikan adalah pendidikan bertaraf internasional. Pasal 50 ayat (3) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional mengamanatkan bahwa pemerintah dan/atau pemerintah daerah menyelenggarakan sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan pada semua jenjang pendidikan untuk dikembangkan menjadi satuan pendidikan bertaraf internasional. Karakteristik pendidikan

3 bertaraf internasional adalah proses dan lulusan pendidikan minimal setara dengan sekolah dan perguruan tinggi di negara-negara maju. Pasal 5 ayat 2 Permendiknas Nomor 78 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) pada Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah menyebutkan bahwa proses pembelajaran kelas SBI menerapkan pendekatan pembelajaran berbasis teknologi informasi dan komunikasi, aktif, kreatif, efektif, menyenangkan dan kontekstual. Pada pasal 6 ayat 2 menyebutkan bahwa seluruh pendidik mampu memfasilitasi pembelajaran berbasis TIK. Pasal 10 ayat 2 mengamanatkan bahwa setiap ruang kelas SBI dilengkapi dengan sarana pembelajaran berbasis TIK, serta Pasal 10 ayat 3 mengamanatkan bahwa SBI memiliki perpustakaan yang dilengkapi dengan sarana digital yang memberikan akses ke sumber pembelajaran ke seluruh dunia (e-library). Permendiknas tersebut menjadi pedoman bahwa pemanfaatan TIK dalam proses pembelajaran kelas SBI memang wajib. Oleh karena itu, penggunaan TIK harus maksimal agar mampu meningkatkan mutu proses pembelajaran kelas SBI. Mulai tahun 2006 Depdiknas berkomitmen untuk menerapkan TIK secara massal, baik untuk keperluan e-pembelajaran maupun e-administrasi. Penerapan TIK secara besar-besaran tersebut ditandai dengan dioperasikannya Jejaring Pendidikan Nasional (Jardiknas) untuk mensosialisasikan berbagai kebijakan terbaru Depdiknas ataupun modul-modul pembelajaran. Jardiknas merupakan

4 intranet/wide Area Network (WAN) yang menghubungkan antara simpul pendidikan di seluruh Indonesia/Nasional yang terdiri dari 4 zona jaringan, meliputi: Zona Kantor Dinas/Insitusi: Transaksi data online Sistem Informasi Manajemen Pendidikan, Zona Perguruan Tinggi (INHERENT): Riset dan Pengembangan IPTEKS, Zona Sekolah (SchoolNet): Akses Informasi dan E- Learning Sekolah, Zona Personal (Guru dan Siswa): Akses Informasi dan E- Learning Personal. Visi Jardiknas adalah mencerdaskan bangsa, sedangkan misinya adalah mengintegrasikan sistem pendidikan nasional ke dalam sistem pembelajaran dan administrasi abad 21 yang berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (digital). Adapun tujuan Jardiknas adalah a. Melayani e-administrasi di lingkungan Depdiknas Pusat dan satker-satker terkait di dalam (daerah) maupun di luar negeri. b. Melayani e-pembelajaran di jenjang pendidikan dasar dan menengah maupun pendidikan tinggi. Pada tahun 2008, Jardiknas telah menghubungkan kantor Depdiknas pusat di Jakarta dengan lebih dari 15.000 sekolah, 82 Pergurun Tinggi Negeri (PTN), 133 Perguruan Tinggi Swasta (PTS), 37 Unit Pendidikan Belajar Jarak Jauh (UPBJJ) Universitas Terbuka, 34 Dinas Pendidikan Provinsi, 461 Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota, 31 Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP), 2 Pusat Pengembangan Pendidikan Nonformal Dan Informal (PPPNFI), 7 Balai

5 Pengembangan Pendidikan Nonformal Dan Informal (BPPNFI), 16 Balai Pengembangan Kegiatan Belajar (BPKB), 60 Sanggar Kegiatan Belajar (SKB), 17 Balai/Kantor Bahasa, dan 17 Kantor/Balai Teknologi Informasi dan Komunikasi Pendidikan (BTKP) (http://jardiknas.depdiknas.go.id/index.php/tentang-kami). Depdiknas melalui Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi Pendidikan (Pustekkom) mencanangkan program schoolnet yaitu internet gratis yang diberikan ke beberapa sekolah di Indonesia untuk mewujudkan e- pembelajaran. Jumlah sekolah yang telah terkoneksi internet hingga 31 Januari 2010 mencapai 25.580 sekolah, baik SD, SMP dan SMA sederajat di seluruh wilayah Indonesia. Berdasarkan peta schoolnet Pustekkom Kementrian Pendidikan Nasional tahun 2009, diketahui bahwa jumlah sekolah penerima schoolnet di Yogyakarta mencapai 379 sekolah, terdiri dari 63 SMA, 50 SMK, 11 MA, 40 SMP, 14 MTs, 198 SD, dan 3 MI. Adapun penerapan e-administrasi di Yogyakarta sudah diwujudkan dengan adanya Blue Print Jogja Cyber Province yang diatur dalam Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 42 Tahun 2006. Jogja Cyber Province merupakan bentuk implementasi Electronic Government (e- Government) yang dikembangkan guna mendorong pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi seluas-luasnya bagi masyarakat dan pemerintah dalam rangka meningkatkan interaksi satu dengan yang lainnya. Jogja Cyber Province

6 adalah model provinsi yang melakukan transformasi layanan berorientasi pelanggan (masyarakat) berbasis pada proses bisnis, informasi, dan pengetahuan dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi sebagai akselerator pembangunan wilayah propinsi yang berdaya saing, nyaman, mandiri, efisien, dan efektif. (http://www.pendidikan-diy.go.id/) Langkah awal untuk mewujudkan Jogja Cyber Province adalah implementasi Digital Government Services (DGS) atau pelayanan kepada masyarakat didukung oleh teknologi yang menyediakan data dan informasi yang bersifat digital. Pengembangan DGS adalah inisiatif yang dikembangkan guna mendorong pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi yang seluas-luasnya bagi masyarakat dan Pemerintah dalam rangka meningkatkan interaksi satu dengan yang lainnya, sehingga diharapkan dapat mengakselerasi upaya peningkatan taraf hidup dan daya saing Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Implementasi DGS pada bidang pendidikan di Daerah Istimewa Yogyakarta berupa DIY Learning Gateway atau Gerbang Pembelajaran. Dinas Pendidikan Propinsi DIY memberikan fasilitas kepada masyarakat untuk mendapat kesempatan menikmati pendidikan yang baik (khususnya tingkat dasar, menengah dan pendidikan luar sekolah), memberikan fasilitas bagi para guru untuk mengembangkan profesinya serta memberikan fasilitas kepada semua insan pendidikan (orang tua/wali murid, dewan pendidikan, praktisi, dan sebagainya) untuk berkontribusi terhadap peningkatan kualitas pendidikan di DIY. Jogja

7 Learning Gateway yang diberi nama "jogjabelajar.org" adalah portal belajar bagi masyarakat pendidikan di DIY. Keberadaan portal ini dapat dijadikan sebagai sarana belajar online tanpa mengenal batas, ruang, dan waktu. Para pendidik mulai dari SD, SMP, SMA, dan, SMK serta Pendidikan non Formal (Luar Sekolah) dipersilakan memberikan kontribusi dalam memperkaya materi pembelajaran dan memperluas perannya tidak hanya di sekolahnya sendiri tetapi ke seluruh sekolah di DIY secara virtual. Peserta didik SD, SMP, SMA, dan SMK serta pendidikan-pendidikan non formal (luar sekolah) dipersilakan untuk memanfaatkan layanan ini sebagai media pembelajaran baik di sekolah maupun di luar sekolah. Masyarakat umum dapat memberikan saran, komentar, dan memanfaatkan layanan ini secara maksimal. (http://www.jogjabelajar.org/mod/resource/view.php?id=74 ) Banyaknya penggunaan teknologi informasi dan komunikasi di bidang pendidikan di wilayah Yogyakarta yang dikenal sebagai kota pelajar mendorong penulis untuk mengkaji lebih detail penggunaan TIK dalam pembelajaran khususnya e-learning. E-learning merupakan singkatan dari Electronic Learning, yaitu cara baru dalam proses belajar mengajar yang menggunakan media elektronik khususnya internet sebagai sistem pembelajaran. E-learning memungkinkan siswa mengakses materi kapan pun dan dimana pun tanpa terikat batas ruang dan waktu. Guru pun tetap dapat memantau kemajuan belajar para

8 siswanya. Adanya e-learning diharapkan mampu meningkatkan mutu pembelajaran di suatu sekolah melalui berbagai variasi metode pembelajaran. Meskipun e-learning memungkinkan siswa memperoleh materi secara mandiri, bukan berarti menggantikan peran guru sepenuhnya, karena essensi dari proses pembelajaran bukan hanya mengajar tetapi juga mendidik siswa. Maka dari itu, keberadaan guru tetap dibutuhkan untuk mendidik siswa tentang nilainilai kehidupan. Kombinasi antara pembelajaran tatap muka dan pembelajaran melalui e-learning perlu dilaksanakan dalam rangka meningkatkan mutu proses pembelajaran. Namun, belum semua sekolah menerapkan e-learning untuk proses pembelajaran. Sekolah-sekolah tertentu menggunakan e-learning karena menyadari manfaat e-learning dapat mendukung program unggulan sekolahnya. Beberapa sekolah di Yogyakarta memiliki program unggulan yaitu kelas akselerasi (percepatan) dan kelas Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) yang membutuhkan aplikasi teknologi informasi dan komunikasi.. Pembelajaran yang dilaksanakan kelas SBI berpusat pada siswa, efektif, efisien, kontekstual, dan menyenangkan dengan memanfaatkan TIK dengan bahasa pengantar bahasa Inggris untuk mata pelajaran matematika, IPA dan IPS. Dengan demikian, proses pembelajaran kelas SBI sangat membutuhkan e- learning. SMP Negeri 5 Yogyakarta sebagai salah satu sekolah yang menyelenggarakan kelas SBI berusaha mengelola e-learning yang dimiliki secara

9 maksimal untuk mendukung kelancaran dan peningkatan mutu proses pembelajaran kelas SBI. Gambaran jelas tentang program RSBI yang dilaksanakan di SMP Negeri 5 Yogyakarta dapat dilihat pada stuktur organisasi sekolah berikut ini. STRUKTUR ORGANISASI SMP NEGERI 5 YOGYAKARTA KOMITE KEPALA SEKOLAH KONSULTAN WAKA SEKOLAH URS. TATA USAHA URS. AKADEMIK URS. KESISWAAN URS. SARANA URS. HUMAS LITBANG/M Reguler Akselera si RSBI Unit Penunjang Kepala Lab. Elektonika Kepala Lab. Bahasa GURU MP WALI KELAS GURU BK SISWA komando Garis Garis Gambar 1: Struktur organisasi sekolah

10 Dari struktur organisasi SMP Negeri 5 Yogyakarta diatas dapat diketahui bahwa program kelas RSBI berada dibawah naungan wakil kepala sekolah urusan akademik bersama dengan program reguler dan akselerasi. Tiap program memiliki unit layanan khusus yang dipimpin oleh ketua jurusan, misalnya jurusan RSBI dan jurusan akselerasi. Hal ini bertujuan untuk memudahkan administrasi peserta didik tiap program. Pada struktur diatas menggunakan nama SBI karena SMP Negeri 5 Yogyakarta masih berstatus SBI yang belum semua kelas dilaksanakan berdasarkan standar internasional. Dasar pengembangan program RSBI di SMP Negeri 5 Yogyakarta adalah Surat Keputusan Direktorat Pembinaan SMP Nomor 543/C3/KEP/2007 tertanggal 14 Maret 2007, yang menetapkan SMP Negeri 5 Yogyakarta sebagai Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional. Kelas RSBI sudah dilaksanakan sejak tahun pelajaran 2007/2008, dengan 48 peserta didik yang dibagi menjadi 2 kelas. Pada tahun pelajaran 2008/2009, kelas rintisan RSBI SMP Negeri 5 Yogyakarta akan menerima 120 peserta didik yang dibagi menjadi 4 rombongan belajar. Hingga saat ini jumlah peserta didik RSBI secara keseluruhan mencapai 247 peserta didik yang terbagi menjadi 10 kelas. Kelas VII RSBI terdiri dari 5 rombongan belajar, Kelas VIII RSBI terdiri dari 3 rombongan belajar, dan kelas IX RSBI terdiri dari 2 rombongan belajar. Adapun jumlah tenaga pendidik untuk kelas RSBI adalah 49 orang. (http://smpn5yogyakarta.sch.id/site.php). Hasil observasi peneliti di SMP Negeri 5 Yogyakarta mengungkapkan bahwa e-learning dapat menunjang peningkatan mutu proses pembelajaran di

11 suatu sekolah apabila didukung dengan infrastruktur yang memadai. Namun kenyataan yang ada, kecepatan akses internet di lingkungan SMP Negeri 5 Yogyakarta masih lambat sehingga menghambat peserta didik RSBI dalam memanfaatkan e-learning. Antusiasme dan keterlibatan pengguna e-learning juga faktor penting untuk keberadaan e-learning. E-learning di SMP Negeri 5 Yogyakarta ditujukan untuk semua peserta didik, baik program reguler, akselerasi maupun RSBI. Tetapi belum semua peserta didik menggunakan fasilitas e- learning tersebut. Sebuah fasilitas akan sia-sia apabila penggunanya tidak memiliki kesadaran untuk memanfaatkan, baik dari pihak pendidik maupun peserta didik. Begitu pula pendidik dan peserta didik pada kelas RSBI di SMP Negeri 5 Yogyakarta. Hal ini terjadi karena penggunaan e-learning menuntut kemampuan mengoperasikan komputer dan internet. Tidak dapat dipungkiri bahwa kemampuan pendidik maupun peserta didik kelas RSBI di SMP Negeri 5 Yogyakarta berbeda satu sama lain dalam hal penguasaan teknologi komunikasi dan informasi. Selain itu, paradigma pendidik kelas RSBI di SMP Negeri 5 Yogyakarta tentang pembelajaran klasikal menuju pembelajaran digital masih sulit diubah meskipun e-learning bersifat pendukung proses pembelajaran bukan menggantikan peran pendidik di kelas. E-learning diupayakan untuk menyajikan materi pembelajaran secara menarik, dilengkapi dengan penugasan atau soal-soal untuk mengukur kemampuan pemahaman peserta didik kelas RSBI di SMP Negei 5 Yogyakarta

12 tentang konsep-konsep mata pelajaran yang telah diajarkan oleh pendidik. Maka, peran pendidik kelas RSBI adalah mendesain isi e-learning sebaik mungkin agar peserta didik kelas RSBI di SMP Negeri 5 Yogyakarta memahami materi secara mandiri dan memahami bagaimana cara mengerjakan soal-soal tersebut dengan memberikan instruksi yang jelas. Namun belum semua pendidik kelas RSBI di SMP Negeri 5 Yogyakarta mempunyai kesadaran dan kemampuan untuk membuat isi e-learning secara menarik, mereka lebih mengandalkan pengelola e- learning untuk memperbaharui isi e-learning. Sedangkan pendidik menyerahkan bahan mentahya saja, mengingat beban mengajar mereka cukup bervariasi antar satu pendidik dengan pendidik yang lain. Selain itu, masih ada perbedaan pendapat antar pendidik tentang konsep penyajian materi di e-learning. Sebagian pendidik berpendapat bahwa e-learning disajikan berdasarkan kelompok mata pelajaran, sebagian pendidik yang lain berpendapat bahwa e-learning sebaiknya disajikan berdasarkan kelompok kelas. Pencapaian mutu proses pembelajaran yang baik memerlukan e-learning yang berkualitas. Adapun kualitas e-learning dapat dilihat dari beberapa aspek pendukung diantaranya kebijakan sekolah yang mengatur pemanfaatan e-learning dalam proses pembelajaran, pemahaman dan penguasaan pendidik, pemahaman dan penguasaan peserta didik, serta kesiapan infrastuktur pendukung e-learning meliputi sofware, hardware dan brainware.

13 B. Fokus Penelitian Berdasarkan pembatasan masalah di atas yang disesuaikan dengan ruang lingkup permasalahan yang akan diteliti. Maka fokus dalam penelitian ini adalah: bagaimana pengelolaan e-learning di kelas SBI SMP 5 Yogyakarta? Fokus tersebut dapat dirumuskan menjadi sub fokus sebagai berikut: 1. Bagaimana kebijakan sekolah yang mengatur pemanfaatan e-learning untuk kelas RSBI di SMP Negeri 5 Yogyakarta? 2. Bagaimana pemahaman dan penguasaan guru RSBI dalam memanfaatkan e- learning di SMP Negeri 5 Yogyakarta? 3. Bagaimana pemahaman dan penguasaan siswa RSBI dalam memanfaatkan e- learning di SMP Negeri 5 Yogyakarta? 4. Bagaimana kesiapan infrastruktur e-learning untuk pemanfaatan e-learning di kelas RSBI di SMP Negeri 5 Yogyakarta? 5. Bagaimana penyelenggaraan e-learning pada proses pembelajaran kelas RSBI di SMP Negeri 5 Yogyakarta? 6. Bagaimana dampak e-learning terhadap peningkatan mutu proses pembelajaran siswa RSBI di SMP Negeri 5 Yogyakarta? C. TUJUAN PENELITIAN Adapun tujuan penelitian ini untuk mengetahui: 1. Kebijakan sekolah yang mengatur pemanfaatan e-learning untuk kelas RSBI di SMP Negeri 5 Yogyakarta. 2. Pemahaman dan penguasaan guru SBI dalam memanfaatkan e-learning di SMP Negeri 5 Yogyakarta. 3. Pemahaman dan penguasaan siswa SBI dalam memanfaatkan e-learning di SMP Negeri 5 Yogyakarta. 4. Kesiapan infrastruktur e-learning untuk pemanfaatan e-learning di kelas RSBI di SMP Negeri 5 Yogyakarta.

14 5. Penyelenggaraan e-learning pada proses pembelajaran kelas RSBI di SMP Negeri 5 Yogyakarta. 6. Dampak e-learning terhadap peningkatan mutu proses pembelajaran siswa RSBI di SMP Negeri 5 Yogyakarta. D. MANFAAT PENELITIAN Manfaat dari penelitian ini antara lain: 1. Manfaat teoritis Memberikan wawasan tentang penyelenggaraan e-learning sebagai salah satu media pembelajaran dalam rangka meningkatkan mutu proses pembelajaran di Sekolah Bertaraf Internasional. 2. Manfaat praktis a. Bagi Sekolah Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan bagi kepala sekolah, guru, pengelola e-learning dan siswa dalam penyelenggaraan e-learning untuk proses pembelajaran kelas RSBI agar mutu pembelajaran dapat ditingkatkan. b. Peneliti Selanjutnya Memberikan informasi kepada pihak-pihak terkait tentang pengelolaan e- learning, sehingga dapat menjadi acuan untuk perbaikan pengelolaan e- learning bagi kelas RSBI di masa mendatang.

15