BAB V : MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA

BAB IV. MANAJEMEN ORGANISASI

1. Hubungan Sistem Pemasyarakatan dengan Lembaga-Lembaga Penegak Hukum Lainnya dalam Sistem Peradilan Pidana Terpadu

BAB IV TINJAUAN MANAJEMEN ORGANISASI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

2 telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2007 tetapi belum diangkat sebagai Calon Pegawai Negeri Sipil. Dalam Peraturan Pemerintah in

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB II PROFIL INSTANSI / LEMBAGA A. PROFIL BADAN KEPEGAWAIAN, PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

2014, No Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3890); 2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian (Lemb

1. PENDAHULUAN. Perencanaan Dan..., Widyantoro, Program Pascasarjana, Universitas Indonesia

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTAHANAN. PNS. Pokok- Pokok. Pembinaan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR TAHUN 2016 TENTANG

2 Indonesia Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3890); 2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian (L

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR TAHUN 2016 TENTANG

BERITA NEGARA. No.38, 2013 KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Pengangkatan. Kepala LP Klas I. Syarat. Tata Cara.

TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN SELEKSI TERBUKA JABATAN PIMPINAN TINGGI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2 Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang Majelis Permusya

PENGUMUMAN NOMOR: 4820/KP.230/A/12/2016 SELEKSI TERBUKA JABATAN PIMPINAN TINGGI PRATAMA KEMENTERIAN PERTANIAN TAHUN 2016

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA

PERPANJANGAN PENGUMUMAN NOMOR: 1548/KP.230/A/04/2015 SELEKSI TERBUKA JABATAN PIMPINAN TINGGI MADYA KEMENTERIAN PERTANIAN TAHUN 2015

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2007 NOMOR : 3 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG

PERATURAN BERSAMA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 02/V/PB/2010 NOMOR 13 TAHUN 2010

PENGUMUMAN NOMOR: 346/KP.230/A/02/ SELEKSI TERBUKA JABATAN PIMPINAN TINGGI PRATAMA KEMENTERIAN PERTANIAN TAHUN 2016

PERATURAN PEMERINTAH 15 TAHUN 1994 TENTANG PENGANGKATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DALAM JABATAN STRUKTURAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 34/PRT/M/2007 TENTANG PEMBINAAN JABATAN FUNGSIONAL DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM

IV. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN. melaksanakan manajemen Pegawai Negeri Sipil Daerah yang menjadi

B a b I I G a m b a r a n P e l a y a n a n S K P D Tugas Pokok, Fungsi dan Struktur Organisasi SKPD

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.114, 2013 KEMENTERIAN PERTAHANAN. Uraian Jabatan. Penyusunan. Pedoman

PENGUMUMAN NOMOR: 2647/KP.230/A/07/2016 SELEKSI TERBUKA JABATAN PIMPINAN TINGGI MADYA KEMENTERIAN PERTANIAN TAHUN 2016

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR 17 TAHUN 2010

PENGUMUMAN NOMOR: 2589/KP.230/A/07/2015 SELEKSI TERBUKA JABATAN PIMPINAN TINGGI PRATAMA KEMENTERIAN PERTANIAN TAHUN 2015

PENYELENGGARAAN ORIENTASI CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL BAB I PENDAHULUAN

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI. Seleksi Pegawai. Lembaga Penegak Hukum. Promosi.

2017, No Indonesia Nomor 5494); 3 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpu

RINCIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI. Biro Organisasi dan Kepegawaian Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian

PENGUMUMAN NOMOR: 562/KP.290/A/02/2017 SELEKSI TERBUKA JABATAN PIMPINAN TINGGI PRATAMA KEMENTERIAN PERTANIAN TAHUN 2017

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA,

LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH

PENGUMUMAN NOMOR: 2246/KP.230/A/06/2015 SELEKSI TERBUKA JABATAN PIMPINAN TINGGI PRATAMA KEMENTERIAN PERTANIAN TAHUN 2015

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah ( LKIP ) Tahun 2016 BAB I PENDAHULUAN

Oleh : S u p a n d i, SE (Kabid Pengembangan BKD Kab. Kolaka) A. Pendahuluan

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PENGUMUMAN NOMOR: 263/KP.230/A/01/2016 SELEKSI TERBUKA JABATAN PIMPINAN TINGGI MADYA KEMENTERIAN PERTANIAN TAHUN 2016

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PENGUMUMAN NOMOR: 1995/KP.230/A/06/2015 SELEKSI TERBUKA JABATAN PIMPINAN TINGGI PRATAMA KEMENTERIAN PERTANIAN TAHUN 2015

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 1994 TENTANG PENGANGKATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DALAM JABATAN STRUKTURAL

, No Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 29 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Hukum dan Hak

PENGUMUMAN NOMOR: 952/KP.290/A/03/2017 SELEKSI TERBUKA JABATAN PIMPINAN TINGGI PRATAMA KEMENTERIAN PERTANIAN TAHUN 2017

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6,

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN

PENGUMUMAN NOMOR: 2566/KP.230/A/07/2016 SELEKSI TERBUKA JABATAN PIMPINAN TINGGI PRATAMA KEMENTERIAN PERTANIAN TAHUN 2016

MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

RENCANA AKSI AREA PERUBAHAN 6 PENGUATAN SDM APARATUR

TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN JABATAN FUNGSIONAL PENGHULU DAN ANGKA KREDITNYA MENTERI AGAMA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA,

PERATURAN BERSAMA KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 1 TAHUN 2010 NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG

BERITA NEGARA. DEPARTEMEN HUKUM DAN HAM. Organisasi. Tim Penilai. Perancang Perundang-undangan. Kanwil. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

PENGUMUMAN NOMOR: 03/Pansel/JPT Pratama/11/2016

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik lndonesia Tahun 2003 No

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2013 TENTANG ORIENTASI CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN BERSAMA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL DAN NOMOR 01/III/PB/2011 NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2009 TENTANG UNIT KERJA PRESIDEN BIDANG PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN PEMBANGUNAN

PENATAAN SISTEM MANAJEMEN SDM APARATUR DALAM RANGKA REFORMASI BIROKRASI BIRO KEPEGAWAIAN

PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 89 TAHUN 2012

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

2017, No Kementerian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 322); 2. Keputusan Presiden Nomor 110 Tahun 2001 tentang Unit Organis

BUPATI KEDIRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEDIRI,

PERBANDINGAN MATERI POKOK UU NO. 8 TAHUN 1974 JO UU NO. 43 TAHUN 1999 TENTANG POKOK-POKOK KEPEGAWAIAN DAN RUU TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA (RUU ASN)

PENGUMUMAN NOMOR:B-3094/KP.230/A/08/2016 SELEKSI TERBUKA JABATAN PIMPINAN TINGGI PRATAMA KEMENTERIAN PERTANIAN TAHUN 2016

PENGUMUMAN NOMOR: 445/KP.290/A/01/2017 SELEKSI TERBUKA JABATAN PIMPINAN TINGGI MADYA KEMENTERIAN PERTANIAN TAHUN 2017

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2015 TENTANG KANTOR STAF PRESIDEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 29 TAHUN 2012 TENTANG TUGAS BELAJAR DAN IZIN BELAJAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MODUL DIKLAT ANALIS KEPEGAWAIAN TIM PENILAIAN ANGKA KREDIT JABATAN ANALIS KEPEGAWAIAN

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR: 21 TAHUN 2010 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 38 TAHUN 2013 TENTANG

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 107 TAHUN 2016 TENTANG

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG

2016, No Indonesia Nomor 5494); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR : PER/ 66 /M.PAN/6/2005 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL WIDYAISWARA DAN ANGKA KREDITNYA

Keputusan Presiden Nomor 59/P Tahun 2011; MEMUTUSKAN:

2011, No Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3890); 2. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Le

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 101 TAHUN 2000 TENTANG PENDIDIKAN DAN PELATIHAN JABATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

- 1 - PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN TUGAS BELAJAR SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR : 29 TAHUN 2013

JABATAN FUNGSIONAL PENGELOLA PENGADAAN BARANG/JASA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB V : MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA NO FOKUS PEMBARUAN PENGADAAN PEGAWAI A 1 Perencanaan Kebutuhan Pegawai PERMASALAHAN SARAN TINDAK INDIKATOR KEBERHASILAN Data formasi pegawai yang telah diusulkan kepada Sekertaris Jenderal pada umumnya selalu berubah dan tidak sesuai dengan kebutuhan. organisasi kondisi ini berimbas pada pemenuhan jumlah dan mutu sumber daya manusia dalam organisasi secara keseluruhan. perlu membuat standar analisis kebutuhan yang berpedoman pada Pasal 4 Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2003 tentang Perubahan Atas Peraturan Nomor 97 Tahun 2000 Tentang Formasi Pegawai Negeri Adanya standard analisis kebutuhan sebagai bahan penyusunan dan perencanaan formasi pegawai yang dapat dijadikan pedoman bagi unit-unit pelaksana teknis di daerah RENCANA AKSI embentuk tim untuk nyusun standar analisis butuhan dan analisis atan di Direktorat nderal andar analisis yang usun disampaikan pada Sekjen partemen agar gunakan sebagai dasar nyusunan formasi JANGKAWAKTU PELAKSANAAN Terkait dengan pembaruan pelaksanaan sistem akan banyak perubahan struktur yang terjadi. Konsekuensi yang timbul adalah perlunya penyusunan analisis jabatan untuk mengetahui jumlah jabatan yang harus dipenuhi tiap-tiap organisasi membuat standard analisis jabatan bagi berdasarkan karakteristik tugas dan fungsi tiap-tiao organisas dari tingkat Pusat ( PAS) hingga UPT Adanya standar analisis jabatan 1

2 Kebutuhan Persyaratan Khusus Dalam Rekrutmen Pegawai Sekretariat Jenderal Departemen Hukum dan HAM kurang memperhatikan karakteristik atau persyaratan khusus yang harus dipenuhi dalam merekrut pegawai untuk memenuhi kebutuhan bagi pegawai. Persyaratan khusus tersebut berkenaan dengan fungsi yang diemban oleh disetiap unit-unit pelaksana teknis Pasal 6 Peraturan a rumusan yang dibuat oleh tim untuk Pemerintah Nomor 11 mengenai n persyaratan khusus Tahun 2002 Tentang ratan-persyaratan khusus s yang Perubahan Atas Peraturan pelamar dalam tahap nakan dalam proses Pemerintah Nomor 98 men pegawai Departemen pegawai. Tahun 2000 Tentang m dan HAM khususnya usan tim disampaikan Pengadaan Pegawai onsultasikan kepada Negeri Sipil telah Jenderal agar dapat mengatur mengenai akannya persyaratan khusus pada setiap pengadaan syarat-syarat khusus yang ut dalam proses pengadaan bagi harus dipenuhi pelamar ai atan. diantaranya mensyaratkan an adanya kualifikasi pendidikan, kecakapan, keahlian dan ketrampilan yang diperlukan serta Syarat lain yang ditentukan dalam persyaratan jabatan Persyaratan khusus perlu diperhatikan mengingat merupakan Pejabat Fungsional Penegak Hukum yang melaksanakan tugas dan fungsi di bidang pelayanan, pembinaan, pengamanan, dan pembimbingan serta perawatan bagi WBP dan tahanan 2

B PEMBINAAN KARIER 1 Pola Karier Sistem pembinaan karier yang dikelola oleh Sekertariat Jenderal Departemen dianggap kurang transparan, kurang objektif dan kurang akuntabel sehingga pada akhirnya melahirkan keadaan bahwa tidak percaya lagi dengan pengelolaan sistem pembinaan karier yang ada Departemen Hukum dan HAM melalui saluran pengawasan struktural perlu melakukan pengawasan yang seksama terhadap pelaksanaan tugas-tugas pembinaan karier dan pengendalian kepangkatan dijajaran Biro Kepegawaian Sekertariat Jenderal Departemen. 1. Adanya peningkatan deral pengawasan yang n peran pengawasan dilakukan oleh ungsional dengan aktif Departemen Hukum temuan-temuan dan HAM dengan dalam proses menindak atau pangkatan menghukum pegawai yang terlibat dalam praktek KKN dalam kja untuk menyusun laian Kinerja proses pengendalian Instrumen tersebut kepangkatan baik engan Surat keputusan yang dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. 2. Adanya Instrumen Penilaian Kinerja personal yang disusun oleh berdasarkan analisis jabatan dan deskripsi kerja. Agar dapat digunakan sebagai alat untuk mengukur objektifitas pembinaan karier pegawai, termasuk pemberian hukuman atau pemberian penghargaan terhadap yang berprestasi. 2 Jabatan Fungsional Penegak Hukum Bagi Pasal 8 ayat (1) Undang-undang No. 12 tahun 1995 tentang menyebutkan bahwa merupakan Pejabat Fungsional Penegak Hukum. Untuk menjawab danya Surat Keputusan tantangan dalam enteri Pendayagunaan menjalankan tugas dan paratur Negara yang fungsi enetapkan kedepan Departemen emasyarakatan sebagai Hukum dan HAM harus batan fungsional keahlian 1. Membentuk Pokja untuk melakukan studi tentang jabatan fungsional Jangka Menengah 3

Permasalahannya jabatan fungsional penegak hukum tersebut hanya sebatas pengaturan tetapi tidak diimplementasikan secara serius oleh Departemen Hukum dan HAM secepatnya mendorong agar Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara segera menetapkan sebagai jabatan fungsional penegak hukum Konsekuensi dari etugas peningkatan status danya ketentuan mengenai tersebut maka secepatnya andar jenjang jabatan ngsional penegak hukum membuat etugas dan menyusun kembali : danya Pedoman - Analisis jabatan dan enyusunan tunjangan deskripsi jabatan ngsional fungsional emasyarakatan - Angka Kredit jabatan fungsional penegak hukum - Standar jenjang jabatan fungsional penegak hukum - Pedoman penyusunan tunjangan fungsional an menjadi bagian dalam mpun hukum dan Peradilan danya ketentuan mengenai nalisis jabatan dan deskripsi batan fungsional emasyarakatan danya ketentuan mengenai ngka Kredit jabatan ngsional penegak hukum 2. Fokus studi meliputi ketentuan mengenai Analisis jabatan dan deskripsi jabatan, angka kredit, standar jenjang jabatan dan besaran tunjangan. 3. Hasil studi disampaikan kepada Menteri dan menjadi bagian dari agenda reformasi birokrasi di Direktorat Jenderal C Pendidikan Dan Pelatihan 4

Penyelenggaran Diklat Bagi Salah satu faktor penyebab tidak efisiennya penyelenggaraan diklat disebabkan Struktur organisasi BPSDM dilakukan dengan pendekatan sistem fungsi yang terbagi atas Pusat Pengembangan Kepemimpinan dan Manajemen, Pusat Pengembangan Teknis dan Pusat Pengembangan Fungsional dan HAM, keseluruhan Pusat ini mengadakan pelatihan untuk seluruh unit utama di Departemen Hukum dan HAM termasuk. Departemen Hukum dan HAM perlu menyempurnakan kembali struktur organisasi BPSDM. restrukturisasi organisasi BPSDM sebaiknya menggunakan pendekatan perbidang sehingga penyelenggaraan diklat menjadi terpadu dalam satu manajemen sehingga tujuan diadakannya pendidikan dan pelatihan secara maksimal dapat tercapai Perubahan struktur organisasi Pusat di BPSDM dalam ketentuan organisasi dan tata kerja BPSDM diatur dalam Peraturan Menteri Hukum Dan Ham R.I Nomor: M.09-PR.07.10 Tahun 2007 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Departemen Hukum Dan HAM R.I. Pembentukan Tim kerja yang berafiliasi antara Direktorat Jenderal, Sekjen Departemen Hukum dan HAM dan BPSDM untuk melakukan kajian pembaruan sistem diklat bagi Belum ada konsep pembaruan sistem Diklat di departemen Hukum dan HAM bagi Kurangnya peningkatan kapasitas yang diselenggarakan secara mandiri oleh Direktorat Jenderal sebagai terobosan untuk menutupi lemahnya penyelenggaraan diklat BPSDM harus mulai merencanakan dan membuat konsep Pembaruan Sistem Pengembangan Sumber Daya Manusia Departemen Hukum dan HAM yang didalamnya memuat konsep pembaruan Diklat bagi. Terkait dengan desentralisasi penyelenggaraan dan pengelolaan Diklat, Direktorat PAS diberikan kewenangan tertentu untuk meningkatkan kapasitas di daerah dengan program dan anggaran khusus yang disiapkan oleh Departemen Adanya Kertas kerja Pembaruan Sistem Pengembangan Sumber Daya Manusia Departemen Hukum dan HAM yang didalamnya memuat konsep pembaruan Diklat bagi Adanya program penguatan kapasitas di bidang administratif dan teknis baik di Rutan, Bapas, Lapas dan Rupbasan yang dilakukan secara rutin dan berkesinambungan oleh maupun oleh Kanwil dengan dukungan anggaran yang memadai Pembentukan Tim yang akan melakukan Penyusunan program penguatan kapasitas berdasarkan usulan dari tiap-tiap UPT berdasarkan kualifikasi tupoksi masing-masing yang dijadikan prioritas 5

Peserta Diklat pada umumnya diikuti oleh yang berada di Kanwil. Bukan dari UPT sehingga menimbulkan ketimpangan kemampuan dan kapasitas SDM di UPT. D AKADEMI ILMU PEMASYARAKATAN (AKIP) 1 Manajemen Organisasi Dalam Lampiran Peraturan dan Tata Kerja AKIP Menteri Hukum Dan Ham R.I Nomor: M.09-PR.07.10 Tahun 2007 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Departemen Hukum Dan HAM R.I terlihat AKIP diletakan dalam bagan tata struktur sub organisasi di bawah BPSDM Permasalahannya dalam segi substansi aturanaturan dalam Organisasi dan tata Kerja Departemen tidak satu pasalpun yang secara khusus mengatur dan menjelaskan keberadaan AKIP terutama tata hubungan kerjanya dengan BPSDM. Terkait dengan penentuan peserta diklat oleh Kanwil maka diharapkan agar membuat persyaratan-persyaratan khusus bagi peserta yang mengikuti pendidikan dan pelatihan. Persyaratan khusus tersebut digunakan oleh Sekjen dalam melakukan rekrutmen peserta diklat. Peraturan Menteri Hukum Dan Ham R.I Nomor: M.09-PR.07.10 Tahun 2007 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Departemen Hukum Dan HAM R.I perlu direvisi dengan usulan ada satu pasal yang mengatur mengenai kedudukan AKIP dan hubungannya dengan BPSDM Diutamakannya peserta diklat yang berasal dari UPT yang beban tugasnya berat namun presentasi yang mengikuti diklat dari UPT tersebut masih sedikit. Peserta yang mengikuti diklat sudah melalui proses seleksi dengan persyaratan khusus Adanya revisi Peraturan Menteri Hukum Dan Ham R.I Nomor: M.09- PR.07.10 Tahun 2007 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Departemen Hukum Dan HAM R.I dengan usulan ada satu pasal yang mengatur mengenai kedudukan AKIP dan hubungannya dengan BPSDM Pembentukan Tim Kerja yang melakukan assessment di UPT yang belum dan yang telah mengikuti diklat dengan mengutamakan yang belum mengikuti diklat berdasarkan kualifikasi dan seleksi program diklat yang berjalan Pembentukan Tim kerja yang berafiliasi antara Direktorat Jenderal, Sekjen Departemen Hukum dan HAM dan BPSDM dan tim dari AKIP untuk melakukan kajian dan penyusunan kertas kerja pembaruan penyelenggaraan pendidikan bagi taruna AKIP 6

Direktur AKIP yang statusnya eselon III bertanggungjawab langsung kepada Kepala Badan yang statusnya eselon I Penyelenggaraan pendidikan AKIP belum jelas apakah mengarah pada pendidikan profesional ataukah hanya untuk memenuhi kebutuhan dan peningkatan kualitas sumber daya manusia AKIP melalui BPSDM perlu mengajukan konsep untuk merevisi Keputusan Menteri Kehakiman Nomor. M. 07-PR.07.04 Tahun 1999 tentang Organisasi dan Tata Kerja AKIP. Dimana Direktur AKIP bertanggungjawab langsung kepada Kepala Pusat Pendidikan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia yang eselon II jadi tidak bertanggungjawab langsung kepada Kepala BPSDM AKIP idealnya diarahkan pada pendidikan yang profesional dengan basis akademis dengan program rintisan gelar setara S1. bentuknya menjadi Sekolah Tinggi Ilmu. jika AKIP diarahkan untuk menjadi profesional maka penyelenggaraan harus memperhatikan ketentuan sebagaimana diatur dalam Sistem Pendidikan Nasional. Sehingga kualitas kelulusan yang dihasilkan mendapat pengakuan secara nasional dan bermutu. Adanya revisi Keputusan Menteri Kehakiman Nomor. M. 07-PR.07.04 Tahun 1999 tentang Organisasi dan Tata Kerja AKIP. AKIP dijadikan sekolah Tinggi Ilmu (STIP) dengan rintisan gelar S1 dengan standar yang sesuai dengan sistem pendidikan nasional 7

Lulusan AKIP belum diarahkan pada penjurusan dengan spesifikasi kekhususan yang dibutuhkan oleh semua sub sistem organisasi mulai dari Rutan, Bapas, Lapas dan Rupbasan Status pembinaan karier Pegawai AKIP masih berdiri di dua unit kerja utama yakni di dan di BPSDM Dengan status D3 penjurusan bagi taruna AKIP agak sulit untuk diterapkan. Namun demikian apabila jika diarahkan untuk lulusan S1 maka penjurusan bisa dilakukan pada Tingkat III penjurusan ini diusulkan sejalan dengan pengangkatan Taruna AKIP menjadi PNS dari sebelumnya berstatus CPNS. Dengan sistem ini diharapkan penyelenggaraan dan pemanfaatan lulusan taruna AKIP lebih efektif dan efisien. Bila struktur organisasi BPSDM disusun dengan pendekatan bidang maka Status pembinaan karier pegawai AKIP sebaiknya tunduk pada manajemen kepegawaian di BPSDM saja sebagai pembina fungsi. Yang bertanggungjawab kepada SDM, anggaran dan kepegawaian sedangkan bertanggungjawab sebagai pembina teknis hanya mengurus masalah kurikulum dan usulan peserta diklat sehingga seharusnya jelas status kepegawain tenaga pengajar di AKIP Adanya penjurusan taruna AKIP pada saat mencapai semester III yang sejalan dengan proses pengangkatan taruna menjadi PNS Pembinaan karier Pegawai AKIP sepenuhnya diserahkan kepada BPSDM sebagai Pembina fungsi 8

2 Penyelenggaraan Rekrutmen Taruna AKIP Rekrutmen AKIP dilakukan oleh Departemen melalui mekanisme penerimaan calon pegawai departemen hukum dan HAM dengan persyaratan penerimaan pegawai. Sistem rekrutmen tersebut dirasakan kurang efektif apabila AKIP ingin diarahkan menjadi sekolah Tinggi Ilmu. Rekrutmen taruna AKIP yang langsung diangkat menjadi pegawai negeri ketika mengikuti pendidikan menyebabkan semangat untuk belajar dan kompetensi dalam mencapai prestasi terbaik dan berkualitas dikhawatirkan kurang tercapai. Apabila model pengangkatan taruna AKIP menjadi PNS dilaksanakan pada Tingkat III maka model perekrutan taruna sebaiknya tidak dilakukan bersama dengan penerimaan pegawai. Rekrutmen sebaiknya berdasarkan standar rekrutmen taruna semata. Dengan demikian kewenangan untuk melakukan rekrutmen dapat diserahkan kepada AKIP tidak lagi di Sekjen. Profesionalitas penyelenggaraan pendidikan taruna AKIP diharapkan dapat tercapai dengan model ini. Rekrutmen taruna AKIP dilaksanakan secara mandiri oleh AKIP tidak lagi oleh Sekjen yang dilakukan bersamaan dengan penerimaan pegawai. Adanya pengajuan persyaratan khusus pada tahapan rekrutmen taruna AKIP dimana persyaratan khusus disusun oleh AKIP melalui BPSDM kemudian disampaikan kepada Sekjen Departemen. Pembentukan Tim kerja yang berafiliasi antara Direktorat Jenderal, Sekjen Departemen Hukum dan HAM dan BPSDM dan tim dari AKIP untuk melakukan kajian dan penyusunan kertas kerja pembaruan penyelenggaraan pendidikan bagi taruna AKIP Jangka Panjang Model rekrutmen ini diperkuat dengan adanya persyaratan khusus Belum adanya pedoman penyelenggaraan pendidikan di AKIP yang disusun secara komprehensif berdasarkan visi untuk maju dan professional AKIP melalui BPSDM harus membuat pedoman penyelenggaraan pendidikan di AKIP mulai dari sistem penerimaan taruna AKIP hingga sistem penggunaannya untuk, dengan memperhatikan ketentuan yang ada pada sistem pendidikan Nasional Adanya Peraturan Menteri Hukum dan HAM yang mengatur mengenai kemandirian dan profesionalitas penyelenggaraan Pendidikan di AKIP E Tunjangan Klasifikasi tunjangan yang diberikan pemerintah kepada saat ini adalah Tunjangan Yang membuat: - Analisis jabatan dan deskripsi jabatan 1. Adanya draft yang diajukan ke Menpan sebagai bahan ditetapkannya 1. Membentuk Pokja untuk melakukan studi tentang Jangka Menegah 9

Dipersamakan Dengan Tunjangan Jabatan. Oleh karena itu nomenklatur dalam Peraturan Presiden nomor 21 tahun 2006 disebutkan sebagai Tunjangan bukan Tunjangan Jabatan Fungsional. fungsional - Angka Kredit jabatan fungsional penegak hukum - Standar jenjang jabatan fungsional penegak hukum - Pedoman penyusunan tunjangan fungsional Dengan bahan tersebut dapat diajukan perubahan besaran tunjangan bagi kepada Pemerintah agar disesuaikan dengan klasifikasi jabatan fungsional sebagai jabatan fungsional yang meliputi : - Analisis jabatan dan deskripsi jabatan fungsional - Angka Kredit jabatan fungsional penegak hukum - Standar jenjang jabatan fungsional penegak hukum - Pedoman penyusunan tunjangan fungsional 2.. Adanya Peraturan Presiden yang mengatur mengenai Tunjangan Jabatan Fungsional sebagai pengganti Peraturan Presiden Nomor 21 Tahun 2006 tentang Tunjangan pembaruan Sistem Renumerasi bagi 2. Fokus studi meliputi penghitungan besarn tunjangan berdasarkan analisis kompetensi, beban kerja dan lain-lain 3. Hasil studi disampaikan kepada Menteri dan menjadi bagian dari agenda reformasi birokrasi di Direktorat Jenderal 1