Tumaji, Mubasysyir Hasanbasri, Mohammad Hakimi Kebijakan dan Manajemen Pelayanan Kesehatan, Universitas Gadjah Mada

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Pelayanan antenatal adalah upaya untuk menjaga kesehatan ibu pada masa

BAB I PENDAHULUAN. keadaan lingkungan tempat bidan bekerja (Soepardan & Hadi, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dengan melihat indikator yang tercantum dalam Milenium

BAB I PENDAHULUAN. spesialis kebidanan, dokter umum, dan bidan) pada ibu selama masa kehamilannya

BAB I PENDAHULUAN. menilai derajat kesehatan. Kematian Ibu dapat digunakan dalam pemantauan

BAB I PENDAHULUAN. yang khusus agar ibu dan janin dalam keadaan sehat. Karena itu kehamilan yang

BAB I PENDAHULUAN. menentukan derajat kesehatan masyarakat. Di Indonesia angka kematian ibu

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) masih merupakan masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Apa Kabar Kesehatan Ibu dan Anak di Indonesia?

BAB I PENDAHULUAN. positif bagi ibu maupun bayinya dengan cara membina hubungan saling percaya

BAB I PENDAHULUAN. berhasil dalam meningkatkan derajat kesehatan masyara kat yang setinggitingginya.

BAB 1 PENDAHULUAN. berbeda-beda yang tentu saja sangat berpengaruh terhadap Angka Kematian Bayi

BAB I PENDAHULUAN. diselenggarakan secara mandiri atau bersama-sama dalam satu organisasi

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi merupakan suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Saat ini dalam setiap menit setiap hari, seorang ibu meninggal disebabkan

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN IBU HAMIL DENGAN KETERATURAN ANC DI PUSKESMAS TURI KABUPATEN LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN. khususnya untuk indikator kesehatan ibu (Kementerian Kesehatan RI, 2011).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keinginan dan harapan pelanggan dapat terpenuhi melalui produk yang dikonsumsi.

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai penerus keturunan keluarga. Kehamilan menurut Manuaba (2010) adalah

BAB V ANALISIS, PENELUSURAN DATA KOHORT DAN RENCANA TINDAK LANJUT

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dikandungnya. Kehamilan merupakan suatu proses reproduksi yang perlu

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan. Penurunan AKI juga merupakan indikator keberhasilan derajat

BAB I PENDAHULUAN. janin selamat dalam kehamilan dan persalinan (Mufdlilah, 2009: 1).

ALI SADIKIN NIM : J

BAB I PENDAHULUAN. masih cukup tinggi dengan negara ASEAN lainnya. Menurut data Survei

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) antenatal care selama

PERCEPATAN PENCAPAIAN MDGs GOAL 5 DI PROVINSI BENGKULU

BAB 1 PENDAHULUAN. anemia pada masa kehamilan. (Tarwoto dan Wasnidar, 2007)

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan adalah kondisi umum dari seseorang dalam semua aspek baik

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU HAMIL TENTANG KEHAMILAN RESIKO TINGGI DIPUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN

BAB 1 PENDAHULUAN. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) Berdasarkan

HUBUNGAN PERSEPSI PASIEN TENTANG SIKAP TENAGA KESEHATAN DENGAN KEPATUHAN IBU PERIKSA HAMIL DI PUSKESMAS I GROGOL SUKOHARJO SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. atau konsentrasi hemoglobin dibawah nilai batas normal, akibatnya dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. 102/ kelahiran hidup (Visi Indonesia Sehat 2015). Penyebab tingginya angka

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi saat hamil, bersalin atau dalam 42 hari setelah persalinan dengan

BAB I PENDAHULUAN. bidan atau dokter sedini mungkin semenjak ia merasa dirinya hamil untuk

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Jangka Panjang Nasional (RPJPN) Angka Kematian Ibu. tertinggi bila dibandingkan dengan AKI di Negara ASEAN lainnya.

EKUITAS DALAM PEMBERIAN PELAYANAN KESEHATAN (Studi Pada Ibu Pengguna Jampersal dan Non-Jampersal di Wilayah Kerja Puskesmas Dupak Kota Surabaya)

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan janin intrauterin mulai sejak konsepsi dan berakhir sampai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang menimbulkan respon ketidaknyamanan bagi ibu hamil (Bartini, 2012).

BAB 1 PENDAHULUAN. Keadaan kehamilan kembar sebetulnya abnormal yang mungkin terjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kalender atau 40 minggu atau 280 hari (Megasari, 2015). Kehamilan secara umum

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kematian Bayi (AKB) menjadi indikator pertama dalam menentukan derajat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah Angka Kematian Ibu (AKI) sangat tinggi di dunia, tercatat 800 perempuan meninggal setiap hari akibat

BAB I PENDAHULUAN. kontrasepsi merupakan proses fisiologis dan berksinambungan. Pada

BAB 1 PENDAHULUAN. ibu dan anak penting untuk dilakukan (Kemenkes RI, 2016) Berdasarkan laporan Countdown bahwa setiap dua menit, disuatu

BAB I PENDAHULUAN. Ibu di negara ASEAN lainnya. Angka Kematian Ibu diketahui dari jumlah

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam masa kehamilan perlu dilakukan pemeriksaan secara teratur dan

I. PENDAHULUAN. dalam bidang kesehatan. Sampai saat ini Angka Kematian Ibu (AKI) di. Indonesia menempati teratas di Negara-negara ASEAN, yaitu 228 per

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kematian dan kesakitan ibu di Indonesia masih merupakan

BAB III METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian analitik retrospektif menggunakan data rekam medis.

BAB 1 PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan suatu proses yang dialami oleh wanita di seluruh

BAB I PENDAHULUAN. (Depkes RI, 2010). Kondisi ini menunjukkan bahwa kemampuan pelayanan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. nifas sehingga mampu menghadapi persalinan, kala nifas, persiapan pemberiaan ASI

BAB I PENDAHULUAN. Derajat kesehatan ibu dan bayi merupakan perhatian utama. bayi terbesar di Indonesia adalah Berat Badan Lahir Rendah (BBLR),

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang lainnya. Angka Kematian Bayi (AKB) adalah jumlah kematian bayi

ANALISIS PENGARUH PENERAPAN STANDART PELAYANAN KEHAMILAN TERHADAP KUNJUNGAN IBU HAMIL DI PUSKESMAS GEMOLONG SRAGEN TAHUN 2011

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ibu melahirkan merupakan salah satu dari tujuan Millenium Development

KEPUASAN IBU HAMIL TERHADAP PELAYANAN ANTENATAL CARE (ANC) OLEH BIDAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NGORESAN

BAB 1 PENDAHULUAN. bayi baru lahir merupakan proses fisiologis, namun dalam prosesnya

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. berpengaruh tidah baik terhadap kehamilan tersebut (Prawiroharjo, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. hamil sangat dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan ANC komprehensif yang

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IBU HAMIL DALAM MELAKUKAN PEMERIKSAAN ANTENATAL CARE

BAB 1 PENDAHULUAN. dibandingkan negara-negara ASEAN lainnya seperti Thailand hanya 44 per

BAB I PENDAHULUAN. anemia masih tinggi, dibuktikan dengan data World Health Organization

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI TERHADAP KEPATUHAN PERIKSA KEHAMILAN DI PUSKESMAS 1 TOROH KABUPATEN GROBOGAN

BAB 1 PENDAHULUAN. bayi yang di kandung (Saifuddin, 2009:284). (Hani, 2011:12). Berdasarkan pengalaman praktek di polindes Kradenan

KERANGKA ACUAN POSTNATAL CARE (PNC)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tersebut perlu dilakukan secara bersama-sama dan berkesinambungan oleh para

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan seorang ibu dalam usia reproduktif. Perubahan-perubahan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. menjamin bahwa proses alamiah dari kehamilan berjalan normal. Tujuan dari

Pendekatan Kebijakan di Hulu. Maria Agnes Etty Dedy Disajikan dalam Forum Nasional IV Kebijakan Kesehatan Indonesia Kupang, 4 September 2013

BAB I PENDAHULUAN. Kematian Ibu (AKI) ini adalah mengacu pada deklarasi Millenium

Jurnal Kesehatan Masyarakat. ZAHRATUN NIDA Mahasisiwi Kebidanan STIKes U Budiyah Banda Aceh. Inti Sari

HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM TABLET FE PADA IBU PRIMIGRAVIDA DENGAN KEJADIAN ANEMIA DI PUSKESMAS TEGALREJO TAHUN 2016

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. maternal di Kabupaten Bantul tahun didapatkan hasil sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. penyebab kecelakaan atau incidental) (CIA, 2014). AKI (Angka Kematian Ibu)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Program pembangunan kesehatan di Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi merupakan salah satu topik penting di bidang

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMERIKSAAN KEHAMILAN TRIMESTER I DENGAN KUNJUNGAN K1 MURNI DI BPS HANIK SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. baik fisik dan mental serta menyelamatkan ibu dan anak dalam kehamilan,

BAB I PENDAHULUAN. Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya

Trisna Ebtanastuti 2, Anjarwati 3 INTISARI

BAB I PENDAHULUAN. millenium (MDG s) nomor 5 yaitu mengenai kesehatan ibu. Adapun yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. akan berkembang menjadi komplikasi yang berkaitan dengan kehamilannya serta

BAB I PENDAHULUAN. Di seluruh dunia, diperkirakan ibu meninggal karena komplikasi

BAB I PENDAHULUAN. dapat terwujud (Kemenkes, 2010). indikator kesehatan dari derajat kesehatan suatu bangsa, dimana kemajuan

BAB 5 HASIL PENELITIAN. n % n % Total % %

KUESIONER PENELITIAN TESIS KUALITAS PELAYANAN JAMINAN PERSALINAN DI KECAMATAN PERBAUNGAN. Nama Responden : (*boleh tidak diisi) Umur : Alamat : Rp...

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 27 TAHUN 2008

BAB I PENDAHULUAN. persalinan, perawatan bayi yang baru lahir dan pemeliharaan ASI

Transkripsi:

Forum Nasional IV Kupang, 4-7 September 2013 Tumaji, Mubasysyir Hasanbasri, Mohammad Hakimi Kebijakan dan Manajemen Pelayanan Kesehatan, Universitas Gadjah Mada

Angka Kematian Ibu di Negara-negara ASEAN Tahun 2008 (Per 100.000 KH). 350 300 250 200 150 100 339 266 228 219 50 0 84 64 47 42 37 16 Sumber : Hogan, et al. 2008. Maternal mortality for 181 countries, 1980-2008.

Other indirect causes 12% Abortion 6% Other direct causes 2% Unclassified deaths 6% Haemorrhage 31% Hypertensive disorders 9% Obstructed labour 9% Sepsis/Infections 12% Anaemia 13% Sumber : Khan, et. al., 2006. WHO analysis of causes of maternal death

Perkotaan Perdesaan K1 K4 (1-1-2) Komponen antenatal Sumber : Laporan Hasil Riskesdas 2010

Tidak semua orang di kota, hidup lebih baik dari di desa Berpendidikan rendah Tidak memiliki pekerjaan tetap Hidup dibantaran sungai Daerah kumuh perkotaan

Perempuan yang pernah menikah yang berusia 10-59 tahun Pernah hamil dan melahirkan selama periode 1 Jan 2005 s/d 2010 Selama kehamilan pernah memeriksakan kandungan ke nakes Tinggal di daerah kumuh perkotaan di Indonesia

Variabel Persentase Umur 20-30 tahun 76,8 Tingkat pendidikan Rendah 62,6 Pekerjaan Tidak bekerja 60,9 Status kawin Kawin 98,1 Urutan anak yang dilahirkan Ke 2-3 46,1 Jumlah anak Ke 1-2 65,6 Jrk kehamilan dg anak sebelumnya > 5 tahun 30,4 Tingkat pendidikan suami Rendah 67,9 Pengeluaran perkapita keluarga Kuintil 2 23,3 Kepemilikan asuransi kesehatan Tidak memiliki 94,6 Perencanaan kehamilan Merencanakan 73,0 Komplikasi kehamilan Tidak ada komplikasi 92,9

Variabel Kunjungan antenatal care Dokter (n=166) Provider Bidan (n=1806) Dokter+Bidan (n=346) Total (n=2318) K1 pada trimester 1 87,3 83,0 91.3 84,6 K4 dengan pola 1-1-2 78,3 70,4 81,2 72,6 Komponen antenatal care Timbang BB 96,4 97,0 99,4 97,3 Ukur TD 96,4 95,5 97,4 95,9 Ukur TFU 90,4 94,5 94,8 94,3 Imunisasi TT 63,9 71,7 74,9 71,6 Pemberian Tablet Fe 80,7 86,0 87,0 85,8 Semua item*) 48,2 60,5 63,3 60,0 Antenatal care Memadai 37,3 45,2 53,8 45,9 Kurang memadai 62,7 54,8 46,2 54,1

1. K1 pada trimester I sebanyak 84,6% sedikit lebih tinggi dari rata-rata perkotaan (82,1%) Pemeriksaan pd tri 1 penting dilakukan bila ada masalah dapat segera ditangani, karena penanganan masalah pada akhir kehamilan tdk memiliki efek positif (Osendrap, 2000) 2. K4 dengan pola 1-1-2 sebanyak 72,6% jauh dari target pemerintah (95%) Ada beberapa alasan : Status single, usia muda, kehamilan pertama, paritas tinggi, tidak memiliki asuransi kesehatan, merasa tidak ada keluhan, tidak memiliki uang (Blondel& Marshall, 1998; Low et al, 2005) serta kualitas pelayanan (Ibnouf et al, 2007). Hal ini diperparah dengan sulitnya masyarakat di daerah kumuh perkotaan mengakses tempat pelayanan kesehatan (Matthews et al, 2010)

Variabel RSU (n=43) RS Swasta (n=115) Pusk (n=392) Fasilitas kesehatan Dokter (n=58) Bidan (n=928) Polindes (n=97) > 1 tmpat (n=685) Total (n=2318) Kunjungan anc K1 trimester I 90,7 87,0 79,3 87,9 86,9 74,2 84,8 84,6 K4 pola 1-1-2 69,8 81,7 66,8 70,7 75,8 59,8 72,1 72,6 Komponen anc Timbang BB 95,3 99,1 97,7 98,3 97,1 94,8 97,5 97,3 Ukur TD 95,3 96,5 95,4 98,3 96,4 95,9 95,3 95,9 Ukur TFU 95,3 93,9 95,2 94,8 94,2 96,9 93,4 94,3 Imunisasi TT 72,1 60,9 73,0 70,7 68,9 74,2 76,1 71,6 Pemberian Fe 79,1 86,1 87,8 81,0 84,8 88,7 86,4 85,8 Semua item*) 55,8 54,8 62,2 56,9 57,4 62,9 63,2 60,0 Antenatal care Memadai 37,2 45,2 43,9 48,3 46,8 38,1 47,4 45,9 Kurang memadai 62,8 54,8 56,1 51,7 53,2 61,9 52,6 54,1

Hanya 60% ibu hamil yang menerima lengkap komponen antenatal care dan puskesmas memberikan pelayanan yang lebih baik. Wanita yang melakukan antenatal care di sektor swasta memiliki resiko lebih tinggi untuk menerima kecukupan anc yang rendah (Ribeiro et al, 2009) Banyak alasan masyarakat memilih sektor swasta. Namun layanan yang diberikan sering tidak memadai, tidak sesuai pedoman pemerintah (Zwi et al, 2001; Waters et al, 2003). Kondisi ini diperburuk dengan perlakuan mereka terhadap masyarakat yang rentan secara sosial ekonomi (Erbaydar, 2003). Alasan tidak patuhnya sektor swasta : Peraturan dan kontrol yang lemah (Tuan, 2005). Kalaupun ada, sering kali kurang efektif karena rendahnya pengawasan publik dan lemahnya penegakan hukum (Basu et al, 2012).

Pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh pasien adalah hasil interaksi antara pasien sebagai konsumen dengan penyedia. Diperlukan strategi yang mengintervensi pihak penyedia maupun pihak konsumen. Pihak provider : Adanya peraturan, dengan peraturan akan membatasi kesalahan dalam praktek dan meningkatkan kualitas teknik perawatan (Smith et al, 2004). Pihak konsumen : Informasi kesehatan dan pendidikan kepada konsumen serta meningkatkan kesadaran akan hak-haknya. Dengan strategi tersebut bisa membantu orang mengenali dan memperoleh kualitas perawatan yang lebih tinggi dan tahu standar minimum yang seharusnya mereka terima (Boller et al, 2003)

Pada sisi lain kita liat bahwa meski kualitas teknis layanan antenatal care lebih rendah di banding di puskesmas/polindes, namun fasilitas kesehatan swasta justru mendapat kunjungan antenatal care yang lebih tinggi. Kualitas non teknis seperti dalam penyambutan pasien, kenyamanan ruang tunggu, maupun pemberian privasi konsultasi pada fasilitas kesehatan swasta memang lebih baik (Boller et al., 2003).

Variabel B OR P Umur (tahun) 19 (Referensi) 20-34 -0,436 0,647* 0,029 35-0,379 0,684 0,105 Tingkat pendidikan Rendah (Referensi) Menengah -0,284 0,750* 0,003 Tinggi -0,271 0,763 0,177 Jumlah anak 1-2 (Referensi) >3 0,284 1,328* 0,013 Jarak kehamilan (bulan) 0 0,159 1,172 0,190 24 0,432 1,540* 0,003 25-59 0,094 1,099 0,450 60 (Referensi) Tgkt pgeluaran perkapita kelg Kuintil 1 0,588 1,800* 0,000 Kuintil 2 0,348 1,416* 0,019 Kuintil 3 0,369 1,446* 0,012 Kuintil 4 0,217 1,242 0,136 Kuintil 5 (Referensi) Asuransi kesehatan Ya -0,760 0,468* 0,000 Tidak (Referensi) Provider Dokter (Referensi) Bidan -0,653 0,520* 0,000 Dokter+Bidan 0,755 0,470* 0,000

1. Umur Umur 20-34 tahun signifikan berpengaruh terhadap kunjungan antenatal care. Perempuan di usia paruh baya lebih mungkin untuk melakukan pemeriksaan kehamilan daripada kelompok usia remaja (Van Ejik et al, 2006). Hal ini mungkin disebabkan kehamilan pada remaja merupakan kehamilan yang tidak dikehendaki sehingga mereka mencoba untuk menyembunyikan (Zanconato et al, 2006). 2. Tingkat pendidikan Tingkat pendidikan menengah signifikan berpengaruh terhadap kunjungan antenatal care. Pendidikan yang tinggi secara signifikan dapat meningkatkan pemanfaatan perawatan kesehatan ibu (Nisar& White, 2003). Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, kesadaran pentingnya kesehatan cenderung semakin meningkat. Sehingga mereka lebih mungkin untuk menggunakan layanan kesehatan preventif, termasuk antenatal care (Celik & Hotchkiss, 2000)

3. Jumlah anak jumlah anak berpengaruh signifikan terhadap kunjungan antenatal care. Jumlah anak sebelumnya terbukti penting dalam menentukan permintaan pelayanan antenatal care (Ortiz, 2007). Hal ini mungkin disebabkan bahwa perempuan yang memiliki tiga anak atau lebih, cenderung percaya bahwa perawatan kesehatan modern tidak diperlukan karena pengalaman dan akumulasi pengetahuan dari kehamilan sebelumnya (Celik& Hotchkiss, 2000). 4. Jarak kehamilan jarak kehamilan 2 tahun kunjungan antenatal care nya kurang memadai 1,5 kali lebih besar dibanding jarak kehamilan 5 tahun. Dibanding dengan yang jarak kehamilannya < 2 tahun, jarak kehamilan > 3 tahun antenatal care nya lebih baik (Magadi et al, 2000). Jarak yang dekat antara kehamilan terakhir dengan kelahiran anak sebelumnya, membuat ibu terlalu sibuk merawat anak terdahulu yang relatif masih kecil (Erci, 2003; Pardedes et al, 2005).

5. Tingkat pengeluaran perkapita keluarga Tingkat pengeluaran perkapita keluarga secara signifikan berpengaruh pada kunjungan antenatal care. Status ekonomi keluarga yang rendah merupakan faktor utama yang berhubungan dengan tidak memadainya pemanfaatan antenatal care (Tran et al, 2012). Hal ini dimungkinkan karena pendapatan dan aset rumah tangga dapat meningkatkan kemampuan dan kesediaan rumah tangga untuk membayar pelayanan kesehatan (Celik& Hotchkiss, 2000). 6. Kepemilikan asuransi kesehatan kepemilikan asuransi kesehatan secara signifikan berpengaruh terhadap kunjungan antenatal care. Cakupan asuransi kesehatan ditemukan memiliki dampak positif dan signifikan terhadap penggunaan perawatan sebelum melahirkan maupun pertolongan persalinan. Dengan kepemilikan asuransi kesehatan, ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya tidak perlu repotrepot menyediakan dana untuk membayar pelayanan antenatal care (Celik & Hotchkiss 2000).

7. Provider penyedia layanan antenatal care Ibu yang berkunjung ke bidan, antenatal care nya lebih memadai dari pada ke dokter. Hasil tabulasi silang antara variabel pemberi pelayanan antenatal care dengan variabel komplikasi kehamilan menunjukkan bahwa persentase subyek penelitian yang memiliki komplikasi kehamilan diantara yang berkunjung ke dokter lebih banyak dibanding yang berkunjung ke bidan. Hal inilah yang kemungkinan menjadi penyebab kenapa antenatal care dibidan lebih memadai daripada ke dokter. Karena terkadang ibu hamil mengunjungi fasilitas kesehatan ataupun ke dokter hanya untuk memeriksa status janin sehingga dokter mungkin menganggap mereka sebagai pasien biasa dan tidak ketat mengikuti pedoman antenatal care (Tran et al, 2011).

1. Kunjungan K1 relatif tinggi (84,6%), namun cakupan K4 masih rendah (72,6%). Jauh dari target yang ditetapkan pemerintah (95%). 2. Kualitas layanan komponen antenatal care juga masih rendah. Hanya 60,0% ibu yang menerima layanan komponen antenatal care secara lengkap. Bahkan di fasilitas kesehatan sektor swasta, persentasenya lebih rendah. 3. Kecukupan antenatal care secara keseluruhan masih rendah. Ibu yang antenatal care nya memadai (K1 pada trimester I, K4 pola 1-1-2, serta menerima lengkap komponen anc) hanya 45,9% i. 4. Faktor-faktor yang menentukan kunjungan antenatal care di daerah kumuh perkotaan di Indonesia adalah umur, tingkat pendidikan, jumlah anak, jarak kehamilan, tingkat pengeluaran per kapita keluarga, kepemilikan asuransi kesehatan, serta provider penyedia layanan antenatal care.

1. Melakukan promosi kesehatan serta meningkatkan kesadaran ibu hamil akan hak-haknya sebagai pasien. 2. Memprioritaskan perempuan yang berpendidikan rendah, miskin dan tidak memiliki asuransi kesehatan dalam meningkatkan pemanfaatan dan kualitas program antenatal care. 3. Meningkatkan kualitas pelayanan non teknis (customer oriented) di fasilitas kesehatan publik (puskesmas maupun polindes) 4. Perlunya peraturan dan kontrol yang baik guna meningkatkan kepatuhan penyedia layanan kesehatan terhadap standar yang berlaku terutama di sektor swasta.