HUBUNGAN USIA IBU DENGAN KEJADIAN ABORTUS INKOMPLETE DI RUMAH SAKIT PALANG BIRU KUTOARJO

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN UMUR DAN PARITAS DENGAN KEJADIAN ABORTUS INKOMPLIT DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAHARIFIN ACHMAD PEKANBARU TAHUN 2012

HUBUNGAN ANTARA IBU HAMIL PRE EKLAMSI DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI RSUD SLEMAN YOGYAKARTA TAHUN

Jurnal Keperawatan, Volume IX, No. 2, Oktober 2013 ISSN HUBUNGAN USIA IBU DENGAN KOMPLIKASI KEHAMILAN PADA PRIMIGRAVIDA

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 1, April 2016 ISSN HUBUNGAN UMUR DAN PARITAS DENGAN KEJADIAN PLASENTA PREVIA PADA IBU BERSALIN

HUBUNGAN FAKTOR RESIKO IBU BERSALIN DENGAN KEJADIAN PARTUS LAMA DI RSIA NORFA HUSADA BANGKINANG TAHUN 2013

HUBUNGAN ANTARA USIA IBU DAN RIWAYAT ABORTUS DENGAN KEJADIAN ABORTUS INKOMPLETUS DI RSB UMMI KOTA TASIKMALAYA TAHUN 2015

HUBUNGAN KETUBAN PECAH DINI DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD DR. H. MOCH. ANSHARI SALEH BANJARMASIN TAHUN 2014

GAMBARAN UMUR DAN PARITAS IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN ABORTUS INKOMPLIT DI RUMAH SAKIT MUHAMADIYAH PALEMBANGTAHUN 2014

Gambaran kejadian Hipertensi Gravidarum Berdasarkan Karakteristik di Bidan Ny. Y Kelurahan Sambongpari Kecamatan Mangkubumi Kota Tasikmalaya

HUBUNGAN PERSALINAN LAMA DENGAN KEJADIAN ATONIA UTERI DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA 2009

Volume 4 No. 2, September 2013 ISSN :

HUBUNGAN SENAM HAMIL TERHADAP LAMANYA PROSES PERSALINAN PADA IBU BERSALIN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAYAT KLATEN

Hubungan Umur dan Paritas Dengan Kejadian Abortus Di RSUD Kabupaten Rokan Hulu 2015

Popy Handayani, Fitria Primi Astuti, S.SiT., M.Kes, Cahyaningrum, S.SiT Program Studi DIII Kebidanan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

KONSELING GIZI IBU HAMIL OLEH TENAGA KESEHATAN (BIDAN, PETUGAS GIZI) TERHADAP KEJADIAN ANEMIA DI PUSKESMAS JOGONALAN I

HUBUNGAN GRAVIDITAS DAN RIWAYAT ABORTUS DENGAN KEJADIAN RETENSIO PLASENTA PADA IBU BERSALIN DI RSUD

HUBUNGAN USIA DAN PARITAS DENGAN INVOLUSIO UTERUS PADA IBU NIFAS DI RSUD DR. H. MOCH ANSARI SALEH BANJARMASIN

HUBUNGAN TINGKAT PENDAPATAN DENGAN JUMLAH PERSALINAN DI WILAYAH PUSKESMAS MAMBURUNGAN KOTA TARAKAN

SISTEM RUJUKAN BIDAN DENGAN KASUS PRE EKLAMSIA DAN EKLAMSIA DI RSU DR. SAIFUL ANWAR MALANG

HUBUNGAN UMUR DAN PARITAS IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN ABORTUS INKOMPLIT DI RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH PALEMBANG TAHUN 2013

HUBUNGAN KEHAMILAN POSTTERM DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD ABDUL MOELOEK

HUBUNGAN KEHAMILAN USIA DINI DENGAN KEJADIAN PERSALINAN PREMATUR DI RUANG BERSALIN RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PARADISE TAHUN 2015

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Robekan Jalan Lahir Pada Ibu Bersalin

KARAKTERISTIK IBU HAMIL DENGAN ABORTUS DI RSUD dr. H SOEWONDO KENDAL

UMUR DAN PENDIDIKAN IBU BERSALIN DENGAN KEJADIAN BBLR

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Intra Uterine Fetal Death (IUFD)

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PLASENTA PREVIA DI RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH PALEMBANG TAHUN 2009

Dinamika Kesehatan Vol.6 No. 1 Juli 2015 Maolinda et al.,persalinan Tindakan...

HUBUNGAN UMUR DAN PARITAS DENGAN LAMANYA PELEPASAN PLASENTA PADA IBU BERSALIN DI RUMAH BERSALIN AL-AMIN DONOYUDAN KALIJAMBE SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN. Sasaran Pembangunan Millenium Development Goals (MDGS) adalah 102 per

HUBUNGAN ANTARA ANEMIA IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN BERAT BAYI LAHIR RENDAH DAN PERDARAHAN POSTPARTUM

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERSALINAN SECTIO CAESAREA DI RSU PKU MUHAMMADIYAH KOTA YOGYAKARTA 2016

USIA DENGAN KEJADIAN ABORTUS PADA IBU HAMIL

HUBUNGAN PELAKSANAAN ASUHAN SAYANG IBU DENGAN KECEMASAN PROSES PERSALINAN DI BPM HESTI UTAMI DESA GRANTUNG KECAMATAN BAYAN KABUPATEN PURWOREJO

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP BIDAN DENGAN PELAKSANAAN ASUHAN PERSALINAN NORMAL (APN) DI RSUD CIDERES KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2015.

BAB I PENDAHULUAN. Organization (WHO), salah satunya diukur dari besarnya angka kematian

Ria Yulianti Triwahyuningsih Akademi Kebidanan Muhammadiyah Cirebon, Jawa Barat, Indonesia

FAKTOR RISIKO KEJADIAN PERSALINAN PREMATUR (STUDI DI BIDAN PRAKTEK MANDIRI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GEYER DAN PUSKESMAS TOROH TAHUN 2011)

HUBUNGAN PARITAS DAN RIWAYAT SC DENGAN KEJADIAN PLASENTA PREVIA PADA IBU BERSALIN DI RSUD ABDOEL MOELOEK PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2016

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA IBU HAMIL TRIMESTER III DI PUSKESMAS KECAMATAN CURUG TANGERANG

Volume 4 No. 1, Maret 2013 ISSN : HUBUNGAN PARITAS DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) DI RSUD R.A KARTINI JEPARA INTISARI

HUBUNGAN ANTARA KEHAMILAN SEROTINUS DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD INDRAMAYU PERIODE 01 SEPTEMBER-30 NOVEMBER TAHUN 2014

HUBUNGAN INDUKSI PERSALINAN DENGAN ASFIKSIA BAYI BARU LAHIR DI RSU PKU MUHAMMADIYAH DELANGGU KLATEN TAHUN Sri Wahyuni 1), Titin Riyanti 2)

PENELITIAN KARAKTERISTIK IBU HAMIL PADA KEJADIAN ABORTUS. Diana Meti*

HUBUNGAN KEJADIAN PRE EKLAMSIA DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI RUMAH SAKIT ISLAM KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. sebesar 307 per kelahiran hidup (KH). Data AKI tahun 2009 sebesar

HUBUNGAN BERAT BADAN BAYI LAHIR DENGAN DERAJAT LASERASI JALAN LAHIR PADA IBU PRIMIPARA DI RSUD SUNAN KALIJAGA DEMAK

FAKTOR RISIKO MATERNAL KEJADIAN ABORTUS (Studi Kasus di RSUD Dr. Soeselo Slawi Kabupaten Tegal) Maternal Risk Factors for Abortion

BAB I PENDAHULUAN. status kesehatan ibu pada suatu wilayah, salah satunya yaitu angka

BAB 1 PENDAHULUAN. dibawah 11 gr% (Saifuddin, 2001), sedangkan menurut Royston (1993) anemia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kehamilan merupakan suatu proses yang dialami oleh seluruh wanita

BERAT BADAN LAHIR RENDAH DENGAN KEJADIAN ASFIXIA NEONATORUM

HUBUNGAN PREMATURITAS DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD JEND. AHMAD YANI KOTA METRO TAHUN 2016

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KETUBAN PECAH DINI DI RSUD DR. H. MOCH ANSARI SALEH BANJARMASIN

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG TANDA BAHAYA NIFAS BERDASARKAN KARAKTERISTIK IBU DI BPM HJ. MAHMUDAH, S.S.T KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2016

GAMBARAN UMUR IBU HAMIL YANG MENGALAMI ABORTUS DI RSUD SALATIGA TAHUN 2012 NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU HAMIL DENGAN KUNJUNGAN K1 AKSES (KUNJUNGAN AWAL) DI PUSKESMAS PELAMBUAN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN PERDARAHAN POSTPARTUM DI RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi kesehatan dunia memperkirakan diseluruh dunia setiap hari

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU HAMIL TENTANG KEHAMILAN RESIKO TINGGI DIPUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERDARAHAN POSTPARTUM PRIMER DI RSUD ROKAN HULU TAHUN 2010

Prevalensi Kejadian Asfiksia Neonatorum Ditinjau Dari Faktor Risiko Intrapartum Di PONEK RSUD Jombang

Trisna Ebtanastuti 2, Anjarwati 3 INTISARI

HUBUNGAN ANTARA PREEKLAMPSIA DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD ARJAWINANGUN TAHUN 2015

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELENGKAPAN IMUNISASI TETANUS TOKSOID PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS TABONGO KECAMATAN TABONGO KABUPATEN GORONTALO TAHUN

HUBUNGAN ANEMIA PADA IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN BAYI LAHIR. Nofi Yuliyati & Novita Nurhidayati Akademi Kebidanan Estu Utomo Boyolali

ANALISIS FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PRE-EKLAMPSIA BERAT DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. H. ABDUL MOELOEK PROVINSI LAMPUNG 2013

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PENDIDIKAN BIDAN DENGAN PENGGUNAAN PARTOGRAF DI PUSKESMAS PAGADEN PERIODE MARET SAMPAI JULI 2008

PENGARUH PENGETAHUAN DAN PENGALAMAN KERJA DENGAN PERILAKU BIDAN DALAM PENERAPAN 58 LANGKAH APN DI RSUD KOTA BEKASI TAHUN 2014

TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG KEKURANGAN ENERGI KRONIK (KEK) DI PUSKESMAS KEDUNG MUNDU KECAMATAN TEMBALANG KOTA SEMARANG

Yeni Yuniarti 2, Suesti 3 INTISARI

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan. Penurunan AKI juga merupakan indikator keberhasilan derajat

BAB I PENDAHULUAN. hidup, dan Singapura 6 per kelahiran hidup. 1 Berdasarkan SDKI. tetapi penurunan tersebut masih sangat lambat.

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan pada 2007 sebesar 228 per kelahiran hidup. Kenyataan

Dinamika Kebidanan vol. 2 no.2. Agustus 2012

Hubungan Antara Partus Lama Dan Kondisi Air Ketuban Dengan Kejadian Asfiksia Pada Bayi Baru Lahir (Stady Kasus Di Rsud Kota Salatiga Tahun 2012)

Volume 4 No. 2, September 2013 ISSN : HUBUNGAN RIWAYAT PERSALINAN PADA IBU MULTIPARA DENGAN

BAB I PENDAHULUAN. Penyebab tingginya angka kematian ibu terutama disebabkan karena faktor

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KETUBAN PECAH DINI PADA IBU BERSALIN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TERJADINYA BBLR PERIODE JANUARI SAMPAI DESEMBER 2012 DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH dr. ZAINOEL ABIDIN TAHUN 2012

PROSESPENYEMBUHAN LUKA POST OPERASI SECTIO CAESARIADI RSUD RATU ZALECHA MARTAPURA TAHUN 2013

Agus Byna 1, Laurensia Yunita 2, Indah Ratna Sari * *Korespondensi Penulis, Telepon : ,

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN PEREMPUAN DENGAN KEJADIAN PERNIKAHAN USIA DINI DI KUA WILAYAH KERJA KECAMATAN PURBOLINGGO

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN SEKSIO SESAREA DI RSUD SUMEDANG

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 1, April 2016 ISSN FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PARTUS LAMA

BAB I PENDAHULUAN. tahun diperkirakan wanita di dunia meninggal sebagai akibat. per kelahiran hidup (Wiknjosastro, 2006).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN USIA DAN PARITAS IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN PERDARAHAN ANTEPARTUM DI RSUD ABDOEL MOELOEK BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013

STIKES Nani Hasanuddin Makassar 2. STIKES Nani Hasanuddin Makassar 3. STIKES Nani Hasanuddin Makassar

Hubungan Pengetahuan dengan Sikap Ibu Hamil tentang Pemanfaatan Kelas Ibu Hamil di Desa Nagrak Kecamatan Cianjur Kabupaten Cianjur

HUBUNGAN USIA DAN PARITAS DENGAN KEJADIAN RETENSIO PLASENTA PADA IBU BERSALIN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISIS FAKTOR RISIKO USIA KEHAMILAN DAN PARITAS TERHADAP KEJADIAN ABORTUS. La Ode Ali Imran Ahmad Universitas Haluoleo Kendari.

ANALISIS PENGARUH PENERAPAN STANDART PELAYANAN KEHAMILAN TERHADAP KUNJUNGAN IBU HAMIL DI PUSKESMAS GEMOLONG SRAGEN TAHUN 2011

FAKTOR RISIKO YANG MEMPENGARUHI KASUS PERSALINAN DI UGD RSUP Dr. KARIADI VINA EKA WULANDARI G2A PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA KEDOKTERAN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERSALINAN PRETERM DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA PRABUMULIH TAHUN 2014

HUBUNGAN PARITAS DAN USIA IBU DENGAN BERAT BADAN BAYI BARU LAHIR DI RUMAH SAKIT UMUM INSANI KECAMATAN STABAT KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2014

HUBUNGAN USIA IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN ABORTUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MUNGKID KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2012 ABSTRACT

1

Transkripsi:

HUBUNGAN USIA IBU DENGAN KEJADIAN ABORTUS INKOMPLETE DI RUMAH SAKIT PALANG BIRU KUTOARJO Fetty Chandra Wulandari, Nur Nasikhah ABSTRAK AKI di Indonesia saat ini masih cukup tinggi. Menurut SDKI 2012 menyebut angka kematian ibu (AKI) adalah 359 per 100.000 kelahiran hidup dan abortus menjadi penyebab kematian ibu. Salah satu penyebab terjadinya abortus yaitu dari faktor usia ibu. Studi pendahuluan di Rumah Sakit Palang Biru Kutoarjo menunjukkan bahwa terdapat 101 kejadian abortus dan 58 diantaranya merupakan abortus inkomplete. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan usia ibu dengan kejadian abortus inkomplete di Rumah Sakit Palang Biru Kutoarjo. Penelitian ini menggunakan desain survey analitik dengan pendekatan waktu cross sectional. Dalam pengumpulan data, peneliti menggunakan data sekunder. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu yang mengalami abotus. Penelitian ini menggunakan teknik total sampling. Waktu penelitian pada bulan April 2014. Analisa data menggunakan uji Chi Squaredan koefisien kontingensi. Dari hasil uji statistik Chi Square diperoleh nilai X 2 hitung=10,355 dengan p=0,001 dan nilai signifikasi (p) adalah 0,05, maka 0,001<0,05. Sedangkan nilai koefisien kontingensiadalah 0,305, menunjukan keeratan hubungan berada pada kategori rendah. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara usia ibu dengan kejadian abortus inkomplete di Rumah Sakit Palang Biru Kutoarjo. Kata kunci : Usia ibu, Kejadian abortus inkomplete

PENDAHULUAN Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk melihat derajat kesehatan perempuan. Angka kematian ibu juga merupakan salah satu target yang telah ditentukan dalam tujuan pembangunan millenium yaitu tujuan ke 5 yakni meningkatkan kesehatan ibu dimana target yang akan dicapai sampai tahun 2015 adalah mengurangi sampai tiga per empat resiko jumlah kematian ibu. Dari hasil survei yang dilakukan, Angka Kematian Ibu telah menunjukkan penurunan dari waktu ke waktu, namun demikian upaya untuk mewujudkan target tujuan pembangunan millenium masih membutuhkan komitmen dan usaha keras yang terus menerus (Depkes RI, 2010). Pada tahun 2012 ini, sudah terjadi 13 kasus angka kematian ibu (AKI) melahirkan di Kabupaten Purworejo. Jumlah tersebut sama dengan tahun 2010, dan sempat menurun pada tahun 2011 dengan jumlah 9 kasus. Penyebab kematian AKI rata-rata karena pendarahan, kesehatan reproduksi yang masih sering bermasalah diantaranya karena faktor usia, kehamilan yang tidak dikehendaki, serta persalinan tidak bersih (Mujiyani, 2012). Berdasarkan SDKI 2012, rata-rata angka kematian ibu (AKI) tercatat mencapai 359 per 100 ribu kelahiran hidup. Rata-rata kematian ini jauh melonjak dibanding hasil SDKI 2007 yang mencapai 228 per 100 ribu. Dalam hal ini, fakta lonjaknya kematian ini tentu sangat memalukan pemerintahan yang sebelumnya bertekad akan menurunkan Angka Kematian Ibu hingga 108 per 100 ribu pada 2015 sesuai dengan target MDGs (Trisnantoro, 2013). Angka kematian ibu di provinsi Jawa Tengah pada tahun 2012 yaitu 116,34 per 100.000 kelahiran hidup atau 675 kasus kematian ibu. Penyebabnya antara lain dikarenakan pendarahan, hipertensi, infeksi, abortus dan partus lama (Sugihanto, 2011). WHO memperkirakan sekitar 15-20% kematian ibu disebabkan oleh abortus. Angka kematian ibu karena abortus tidak aman diperkirakan 100.000 wanita setiap tahun, 99% diantaranya terjadi di negara berkembang termasuk Indonesia. Data dari beberapa negara memperkirakan bahwa antara 10-15 % kehamilan terdiagnosis secara klinis berakhir dengan abortus. Abortus lebih sering terjadi pada wanita usia di atas 30 tahun

dan meningkat pada usia di atas 35 tahun (Llewellyn, 2005). Abortus (keguguran) merupakan salah satu penyebab perdarahan yang terjadi pada kehamilan trimester pertama dan kedua. Perdarahan ini dapat menyebabkan berakhirnya kehamilan atau kehamilan terus berlanjut. Abortus dapat menyebabkan perdarahan yang hebat dan dapat menimbulkan syok, perforasi, infeksi, dan kerusakan faal ginjal (renal failure) sehingga mengancam keselamatan ibu. Kematian dapat terjadi apabila pertolongan tidak diberikan secara cepat dan tepat (Wiknjosastro, 2006). Jumlah kasus abortus di Indonesiadiperkirakan mencapai 2 juta per tahun, 750.000 diantaranya dilakukan dikalangan remaja. Kejadian abortus inkomplete diperkirakan terjadi pada 10-15% kehamilan (Depkes RI, 2007). Risiko terjadinya abortus lebih sering terjadi pada usia muda dibawah 20 tahun dan usia tua lebih dari 35 METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik yaitu penelitian yang mencoba menggali bagaimana fenomena kesehatan itu terjadi. Kemudian melakukan analisis dinamika korelasi tahun. Usia dapat mempengaruhi kejadian abortus karena pada usia kurang dari 20 tahun belum matangnya alat reproduksi untuk hamil sehingga dapat merugikan kesehatan ibu maupun pertumbuhan dan perkembangan janin (Manuaba, I.B.G., 2010), sedangkan abortus yang terjadi pada usia lebih dari 35 tahun disebabkan berkurangnya fungsi alat reproduksi, kelainan pada kromosom atau penyakit lain. Studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di Rumah Sakit Palang Biru Kutoarjo pada tanggal 9 Januari 2014 menunjukkan bahwa angka kejadian abortus inkomplete pada bulan Januari-Desember 2013 masih tinggi yaitu sebesar 57,4% (58) dari 101 kejadian abortus yang ada di Rumah Sakit Palang Biru Kutoarjo. Kejadianabortus inkomplete tersebut 44,8 % (26) oleh usia ibu lebih dari 35 tahun dan 10,3 % (6) usia ibu kurang dari 20 tahun. Sedangkan 44,8 % (26) terjadi pada usia ibu 20 sampai 35 tahun. antara fenomena atau antara faktor resiko dengan faktor efek (Notoatmodjo, 2010). Penelitian ini menggunakan rancangan cross sectional, yaitu suatu penelitian untuk mempelajari dinamika

korelasi antara variable bebas dan variable terikat yang diobservasikan dan sekaligus pada waktu yang sama, Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2014 di Rumah Sakit Palang Biru Kutoarjo. Populasi dalam penelitian ini adalah semua kejadian abortus di Rumah Sakit Palang Biru Kutoarjo pada periode bulan Januari-Desember 2013 dengan jumlah 101 kejadian. Pengambilan sampel menggunakan total sampling yaitu keseluruhan populasi dijadikan sampel. Maka sampel dalam penelitian ini yaitu semua kejadian abortus di Rumah Sakit Palang Biru Kutoarjodari bulan Januari- Desember tahun 2013. Instrument dalam penelitian ini menggunakan lembar isian berupa tabel yang berisi nomor rekam medik, nama ibu, usia ibu, a. Distribusi frekuensi berdasarkan usia ibu. Kriteria usia ibu dibagi menjadi 2 kategori yaitu usia 20-35 tahun dan <20 dan >35 tahun. Setelah dilakukan analisis data hasilnya dapat dilihat pada tabel sebagai berikut: Tabel 3 Distribusi frekuensi berdasarkan usia No Presentase Usia Frekuensi % 1 20-35 59 58,4 artinya penelitian hanya diukur dan dilakukan sekali saja dalam waktu yang sama (Notoatmojo, 2010). dan klasifikasi abortus yang diperoleh dari rekam medik tahun 2013. Analisis bivariat dalam penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara usia ibu dengan kejadian abortus inkomplete. Hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat digunakan uji statistik Chi square dengan tingkat kepercayaan 95% ( =0,05) karena skala data dalam penelitian ini adalah nominal dan nominal. HASIL PENELITIAN Analisis Univariat Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian. tahun <20 dan 2 >35 42 41,6 tahun Jumlah 101 100 Sumber: Data Rekam Medik, tahun 2013 Berdasarkan hasil analisa data pada tabel 3 dapat diketahui bahwa 59 orang (58,4%) merupakan ibu berusia 20-35 tahun dan 42 orang (41,6%) berusia <20 dan >35 tahun.

b. Distribusi frekuensi berdasarkan kejadian abortus inkomplete Kriteria kejadian abortus inkomplete pada penelitian ini dibagi menjadi 2 kategori yaitu abortus inkomplete dan selain abortus inkomplete. Setelah dilakukan analisa data hasilnya dapat dilihat pada tabel sebagai berikut: Tabel 4 Distribusi frekuensi berdasarkan kejadian abortus inkomplete No Abortus Presentase Frekuensi inkomplete % 1 Ya 58 57,4 2 Tidak 43 42,6 Jumlah 101 100 Sumber: Data Rekam Medik, tahun 2013 Berdasarkan hasil analisa data pada table 4 dapat diketahui bahwa dari 101 kejadian abortus di Rumah Sakit Palang Biru Kutoarjo, terdapat 58 orang (57,4%) mengalami abortus inkomplete dan 43 orang (42,6%) merupakan selain abortus inkomplete. Analisis Bivariat Analisis bivariat digunakan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan yaitu mempelajari hubungan antar variabel. a. Analisis hubungan antara usia ibu dengan kejadian abortus inkomplete. Table 5 Tabulasi silang antara usia ibu dengan kejadian abortus inkomplete di Rumah Sakit Palang Biru Kutoarjo Data table 5 menunjukkan bahwa responden berusia 20-35 tahun yang mengalami abortus inkomplete 26 orang (25,7%), dan yang tidak mengalami abortus inkomplete (selain abortus inkomplete) 33 orang (32,7%). Sedangkan responden berusia <20 dan >35 tahun yang mengalami abortus inkomplete 32 orang (31,7) dan yang tidak mengalami abortus inkomplete (selain abortus inkomplete) 10 orang (9,9%).

Table 5 menunjukkan analisis Abortus inkomplete Usia Total Ya Tidak ibu f % f % f % 20-35 59 58,4 26 25,7 33 32,7 th <20 42 41,6 dan 32 31,7 10 9,9 >35 th Total 58 57,4 43 42,6 101 100 X 2 hitung=10,355 (p=0,001) uji hubungan menggunakan Chi Square diperolehx 2 hitung sebesar 10,355 dengan p=0,001. Sehubungan dengan p value<0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima artinya ada hubungan antara usia ibu dengan kejadian abortus inkomplete di Rumah Sakit Palang Biru Kutoarjo. Tingkat keeratan hubungan antar variabelnya dalam kategori rendah dengan nilai C=0,305. PEMBAHASAN 1. Usia ibu Hasil penelitian menunjukkan bahwa usia ibu yang mengalami abortus inkomplete di Rumah Sakit Palang Biru Kutoarjodengan kategori usia 20-35 tahun 26 orang (25,7%), kategori usia <20 dan >35 tahun 32 orang (31,7%). Usia mempunyai pengaruh terhadap kehamilan dan persalinan ibu.usia yang kemungkinan tidak resiko tinggi pada saat kehamilan dan persalinan yaitu umur 20-35 tahun, karena pada usia tersebut rahim sudah siap menerima kehamilan, mental sudah matang dan sudah mampu merawat bayi dan dirinya. Sedangkan umur kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun merupakan umur yang resiko tinggi terhadap kehamilan dan persalinan. Ibu yang berumur kurang dari 20 tahun rahim dan bagian tubuh lainnya belum siap untuk menerima kehamilan dan cenderung kurang perhatian terhadap kehamilannya. Ibu yang berumur 20-35 tahun rahim dan bagian tubuh lainnya sudah siap untuk menerima dan diharapkan untuk memperhatikan kehamilannya. Ibu yang berumur

lebih dari 35 tahun, rahim dan bagian tubuh lainnya sudah menurun fungsi dan kesehatannya (Neli, 2008). Hasil penelitian ini juga sesuai dengan pernyataan Wiknjosastro (2006) bahwa usia kurang dari 20 tahun alat reproduksi belum siapmenerima kehamilan. Usia lebih dari 35 tahun alat-alat reproduksi telah mengalami regenerasi sehingga mudah terjadi risiko pada kehamilannya. 2. Abortus inkomplete Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 58 orang (57,4%) yang mengalami abortus inkomplete di Rumah Sakit Palang Biru Kutoarjo, dan selebihnya yaitu 43 orang (42,6%) merupakan kategori selain abortus inkomplete. Hal ini sesuai pernyataan Norma dan Dwi (2013) bahwa abortus inkomplete adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum usia 20 minggu dengan masih ada sisa yang tertinggal di dalam uterus. Menurut Sukarni dan Margareth (2013), penyebab keguguran sebagian besar tidak diketahui secara pasti, tetapi terdapat beberapa faktor yang berpengaruh antara lain: faktor pertumbuhan hasil konsepsi, penyakit ibu, kelainan plasenta, dan usia ibu. Handono (2009) juga menyatakan bahwa resiko abortus meningkat seiring dengan usia ibu. Frekuensi abortus yang secara klinis terdeteksi meningkat dari 12% pada wanita berusia kurang dari 20 tahun menjadi 26% pada mereka yang usianya lebih dari 40 tahun. 3. Hubungan usia ibu dengan kejadian abortus inkomplete di Rumah Sakit Palang Biru Kutoarjo Hasil tabulasi silang usia ibu dengan kejadian abortus inkomplete menunjukkan bahwa terdapat 58 orang yang mengalami abortus inkomplete dengan kriteria ibu berusia 20-35 tahun 26 orang (25,7%), danibu berusia <20 dan >35 tahun 32 orang (31,7%). Sedangkan selebihnya terdapat 43 orang merupakan ibu yang tidak mengalami abortus inkomplete (selain abortus inkomplete) dengan kriteria ibu berusia 20-35 tahun 33

orang (23,7%), dan ibu berusia <20 dan >35 tahun 10 orang (9,9%). Analisis uji hubungan menggunakan Chi Square diperoleh ada hubungan usia ibu dengan kejadian abortus inkomplete di Rumah Sakit Palang Biru Kutoarjo dengan X 2 hitung sebesar 10,355 danp=0,001 dengan nilai koefisien kontingensi=0,305 yang berarti tingkat keeratan hubungan antar variabelnya dalam kategori rendah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara usia ibu dengan kejadian abortus inkomplete. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan pernyataan Sinsin, I (2008) yaitu usia yang terlalu muda atau kurang dari 20 tahun dan usia yang terlalu lanjut atau lebih dari 35 tahun merupakan kehamilan risiko tinggi. Kehamilan pada usia muda merupakan faktor risiko, hal ini disebabkan belum matangnya organ reproduksi untuk hamil (endometrium belumsempurna).faktor usia lanjut juga dapat mempengaruhi kejadian abortus karena pada usia lebih dari 35 tahun sudah mulai berkurangnya fungsi alat reproduksi, kelainan pada kromosom, dan penyakit kronis. Semakin lanjut usia wanita maka risiko terjadi abortus makin meningkat karena semakin tipisnya cadangan telur yang ada serta menurunnya kualitas sel telur atau ovum. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa keeratan hubungan pada penelitian ini adalah rendah, hal ini sesuai dengan pernyataan Sukarni dan Margareth (2013) bahwa abortus inkomplete tidak hanya disebabkan oleh usia ibu melainkan oleh faktor-faktor lain meliputi faktor pertumbuhan hasil konsepsi, penyakit ibu, dan kelainan plasenta. Penelitian yang dilakukan oleh Pasaribu, E (2011) menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara usia dan paritas ibu dengan kejadian abortus spontan di Instalasi Rawat Inap RSU Dr. M. Soewendhi Surabaya tahun 2011 didapatkan ρ value=0,012 pada usia ibu. Penelitian lain yang dilakukan oleh Mariani (2012) dengan judul faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadin abortus inkomplete di ruang

kebidanan RSUD Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh tahun 2012 didapatkan bahwa terdapat hubungan antara usia ibu dengan kejadian abortus inkomplete dengan p value=0,032. KETERBATASAN PENELITIAN Peneliti hanya menganalisis 2 variabel saja yaitu usia ibu dan kejadian abortus inkomplete saja dan tidak menganalisis semua faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya abortus inkomplete. Penelitian ini pengambilan sampel hanya menggunakan data yang diambil dari rekam medis sehingga tidak memperoleh data atau keterangan lebih mendalam dari responden secara langsung. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian, analisis data, dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Usia ibu yang mengalami abortus inkomplete di Rumah Sakit Palang Biru Kutoarjo yaitu antara <20 dan >35 tahun (31,7%). 2. Kejadian abortus inkomplete dirumah Sakit Palang Biru Kutoarjo yaitu 58 orang (57,4%). 3. Ada hubungan usia ibu dengan kejadian abortus inkomplete di Rumah Sakit Palang Biru Kutoarjo dengan X 2 hitung sebesar 10,355 denganp=0,001 dan nilai koefisien kontingensi=0,305 yang berarti tingkat keeratan hubungan antar variabel pada penelitian tersebut rendah. SARAN 1. Bagi Institusi Pendidikan Dalam mencetak tenaga kesehatan khususnya seorang bidan yang profesional, Akademi Kebidanan Bhakti Putra Bangsa Purworejo sebagai salah satu institusi pendidikan, diharapkan dapat terus meningkatkan kualitas dan kuantitas pada setiap mahasiswa baik itu dalam proses belajar maupun dalam kegiatan praktik, terutama yang berkaitan dengan kejadian abortus sehingga kasus kejadian abortus khususnya abortus inkomplete dapat ditekan.

2. Bagi Rumah Sakit Palang Biru Kutoarjo Ditemukannya kejadian abortus inkomplete di Rumah Sakit Palang Biru Kutoarjo Tahun 2013 sebanyak 58 kasus ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan dalam pengambilan sikap dan tindakan pihak Rumah Sakit Palang Biru Kutoarjo kaitannya dalam menekan kasus kejadian abortus khususnya abortus inkomplete. 3. Bagi Masyarakat Melalui penelitian ini diharapkan masyarakat, terutama ibu hamil dapat mencegah terjadinya kejadian abortus khususnya abortus inkomplete dengan mengambil sikap dan tindakan yang tepat selama kehamilannya. 4. Bagi Peneliti Selanjutnya Peneliti selanjutnya diharapkan mampu untuk melakukan penelitian yang lebih mendalam tentang abortus inkomplete serta dapat mengendalikan variabel-variabel yang dalam penelitian ini belum bisa dikendalikan.

DAFTAR PUSTAKA Andriwati. 2007. Asuhan kebidanan ibu hamil. Jakarta: EGC Fadlun. 2011. Asuhan kebidanan patologi. Jakarta: Salemba Medika Handono, Budi. 2009. Abortus berulang. Bandung: PT Refika Aditama Kurniawati, Desi. 2009. Obgynacea. Yogyakarta: TOSCA Entreprise Llewellyn, Derek. 2005. Dasar-dasar obstetric danginekologi. Jakarta:Hipokrates Manuaba, Ida Bagus. 2010. Pengantar kuliah obstetri. Jakarta: EGC Mariani. 2012. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian abortus inkomplete di RSUD Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh tahun 2012. http://lppm.stikesubudiyah.ac.id/jurnal/mariani-jurnal_ilmiah_mariani.pdf 17 Mei 2013 Marmi, dkk. 2011. Asuhan kebidanan patologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Maryunani, Anik dan Yulianingsih. 2009. Asuhan kegawatdaruratan dalam kebidanan. Jakarta: Trans Info Media Mochtar, Rustam. 2011. Sinopsis obstetri. Jakarta: EGC Mujiyani. 2012. Kasus AKI di Purworejo. http://www.purworejokab.go.id 30 Desember 2013 Neli. 2008. Pengaruh usia terhadap kehamilan. http://repository.usu.ac.id. 12 Januari 2014 Norma dan Dwi. 2013. Asuhan kebidanan patologi teori dan tinjauan kasus. Yogyakarta: Nuha Medika Notoatmodjo. 2010. Metodologipenelitiankesehatan. Jakarta:RinekaCipta Nugroho, Taufan. 2012. Patologi kebidanan. Yogyakarta: Nuha Medika Rukiyah, Ai Yeyeh. 2010. Asuhan kebidanan IV (patologi). Jakarta: Trans Info Media Nugroho, S. 2010. Catatan kuliah ginekologi dan obstetric (obsgyn). Yogyakarta: Nuha Medika Sinsin, I. 2008. Masa kehamilan dan persalinan. Jakarta: Gramedia Sugihanto, 2011. Angka kematian ibu di Jawa Tengah masih tinggi. http://jateng.bkkbn.go.id30 Desember 2013 Sugiyono. 2010. Statistika untuk penelitian. Bandung:Alfabeta Sujiyatini. 2009. Asuhan patologi kebidanan. Jogjakarta: Nuha Medika

Sukarni dan Margareth. 2013. Kehamilan persalinan dan nifas dilengkapi dengan patologi. Yogyakarta: Nuha Medika Tim Penyususn Kamus Pusat Bahasa Indonesia. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Trisnantoro, Laksono. 2013. Angka kematian ibu masih tinggi. http://kebijakankesehatanindonesia.net/component/content/article/2132.html7 Desember 2013 Walessa, 2012. Resiko kehamilan usia muda http://banten.bkkbn.go.id12 Desember 2013 Wiknjosastro, Hanifa. 2006. Ilmu kebidanan. Jakarta: PT. Bina Pustaka