JURNAL PENJATUHAN PIDANA TERHADAP PENJUAL MINUMAN KERAS OPLOSAN YANG MENGAKIBATKAN KEMATIAN (STUDI KASUS DI PENGADILAN NEGERI KOTA YOGYAKARTA)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. hanya menimbulkan dampak positif, tetapi ada beberapa kebiasaan yang dinilai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Fenomena minuman keras saat ini merupakan permasalahan yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang

BAB III PENUTUP. penelitian ini, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENJATUHKAN PIDANA PENJARA TERHADAP ANAK

OLEH : Ni Ketut Arie Setiawati. A.A Gde Oka Parwata. Bagian Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT

tertolong setelah di rawat RSU dr. Wahidin Sudiro Husodo, kota Mojokerto. 1

SANKSI PIDANA TERHADAP PELAKU PEMBANTU KEJAHATAN TERHADAP NYAWA

PEMIDANAAN TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA MELARIKAN WANITA YANG BELUM CUKUP UMUR

BAB I PENDAHULUAN. kekuasaan tertinggi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Konsep Negara

BAB V PENUTUP. unsur-unsurnya adalah sebagai berikut : dapat diminta pertanggung jawaban atas perbuatannya.

JURNAL EVEKTIVITAS PIDANA DENDA SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN TINDAK PIDANA KORUPSI

TINNERHA SISPAYERTY SITOMPUL

Penerapan Pidana Bersyarat Sebagai Alternatif Pidana Perampasan Kemerdekaan

GAGASAN PENGATURAN PENJATUHAN SANKSI PIDANA DENGAN BERORIENTASI PADA KORBAN

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945

PIDANA KERJA SOSIAL DALAM RANGKA MENCAPAI TUJUAN PEMIDANAAN DI INDONESIA

JURNAL SKRIPSI. Disusun oleh : AYU CAHYANI SIRAIT

JURNAL. N P M Program Program Hukum FAKULTAS

DASAR PERTIMBANGAN HAKIM MEMBERIKAN PUTUSAN BERSYARAT TERHADAP ANAK PEMAKAI NARKOTIKA DI PENGADILAN NEGERI KELAS 1A PADANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap bangsa mempunyai kebutuhan yang berbeda dalam hal

PENANGGULANGAN ABORTUS PROVOCATUS CRIMINALIS DALAM PERSPEKTIF HUKUM PIDANA

PENJATUHAN HUKUMAN UNTUK PELAKU TINDAK PIDANA PENGANIAYAAN HEWAN

BAB III PENUTUP. terdahulu, maka penulis menyimpulkan beberapa hal yaitu :

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sistem pertanggungjawaban pidana dalam hukum pidana positif saat ini

LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI DISPARITAS PUTUSAN PENGADILAN. lembaga yang berwenang kepada orang atau badan hukum yang telah

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 3 TAHUN 2010 SERI : E NOMOR : 3

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tindak pidana merupakan pengertian dasar dalam hukum pidana ( yuridis normatif ). Kejahatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum, maka

BAB III PENUTUP. 1. Akibat yang ditimbulkan oleh tindak pidana terorisme antara lain:

I. PENDAHULUAN. karna hukum sudah ada dalam urusan manusia sebelum lahir dan masih ada

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN MINUMAN BERALKOHOL DI KABUPATEN BULUNGAN

BAB V P E N U T U P. untuk itu penulis dapat mengemukan kesimpulan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. besar peranannya di dalam mewujudkan cita-cita pembangunan. Dengan. mewujudkan suatu masyarakat yang adil dan makmur.

JURNAL PERTIMBANGAN HUKUM OLEH HAKIM DALAM MENJATUHKAN PUTUSAN TERHADAP ANAK YANG MELAKUKAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA

BAB IV SIMPULAN A. SIMPULAN

LARANGAN MINUMAN KERAS

BAB I PENDAHULUAN. faktor sumber daya manusia yang berpotensi dan sebagai generasi penerus citacita

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO MINUMAN KERAS

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMENJARAAN BAGI PELAKU TINDAK PIDANA KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA PUTUSAN NO.203/PID.SUS/2011/PN.

PEMIDANAAN TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PEMALSUAN DAN PENGEDARAN UANG PALSU SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. kurang atau tidak memperoleh kasih sayang, asuhan bimbingan dan

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS ATMAJAYA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. konstitus yang mengatakan bahwa Negara Indonesia adalah Negara

Lex Crimen Vol. V/No. 2/Feb/2016. PENJATUHAN PIDANA TERHADAP PERBUATAN PERCOBAAN MELAKUKAN TINDAK PIDANA 1 Oleh: Magelhaen Madile 2

DAFTAR PUSTAKA. Abdulsyani, Sosiologi Kriminalitas, Remadya Karya, CV Bandung, 1987

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang dilarang atau diharuskan dan diancam dengan pidana oleh undang-undang,

II. TINJAUAN PUSTAKA. perbuatan jahat atau kejahatan. Secara yuridis formal, tindak kejahatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil, dan

PERKEMBANGAN PIDANA DENDA DALAM PERSPEKTIF PEMBAHARUAN HUKUM PIDANA INDONESIA

KEBIJAKAN DALAM PENJATUHAN SANKSI PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA PELACURAN SESUAI DENGAN PERDA KOTA DENPASAR NO. 2 TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Tercatat 673 kasus terjadi, naik dari tahun 2011, yakni 480 kasus. 1

BAB I PENDAHULUAN. berhak mendapatkan perlindungan fisik, mental dan spiritual maupun sosial

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kebudayaan atau pun kebiasaan masyarakat di Indonesia.

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Setelah dilakukan pembahasan dan analisis, disimpulkan bahwa

Kebijakan Kriminal, Penyalahgunaan BBM Bersubsidi 36

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

GUBERNUR PAPUA PERATURAN DAERAH PROVINSI PAPUA NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG PELARANGAN PRODUKSI, PENGEDARAN DAN PENJUALAN MINUMAN BERALKOHOL

ANALISA YURIDIS PEMIDANAAN PADA TINDAK PIDANA PERSETUBUHAN TERHADAP ANAK DI BAWAH UMUR (STUDI KASUS PUTUSAN NO.85/PID.SUS/2014/PN.DPS.

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BAGI PEMBELI BARANG HASIL KEJAHATAN DITINJAU DARI PASAL 480 KUHP TENTANG PENADAHAN

BAB I PENDAHULUAN. ketidakadilan yang dilakukan oleh hakim kepada pencari keadilan. Disparitas. hakim dalam menjatuhkan suatu putusan.

TINJAUAN YURIDIS TENTANG PUTUSAN PENGADILAN MENGENAI BESARNYA UANG PENGGANTI DALAM PERKARA TINDAK PIDANA KORUPSI SUPRIYADI / D

JURNAL SKRIPSI DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENJATUHKAN PIDANA MATI TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA NARKOTIKA

I. PENDAHULUAN. Pembunuhan berencana dalam KUHP diatur dalam pasal 340 adalah Barang

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 132/PUU-XIII/2015 Ketentuan Pidana Bagi Penyedia Jasa dan Pemakai Pada Tindak Pidana Prostitusi

BAB I PENDAHULUAN. Perbuatan yang oleh hukum pidana dilarang dan diancam dengan pidana

BAB III PENUTUP. maka dapat diambil kesimpulan bahwa: 1. Dasar pertimbangan yang dipergunakan oleh hakim di dalam menerapkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan dari pidana itu adalah untuk mencegah timbulnya kejahatan

BEBERAPA HAMBATAN YANG DIHADAPI HAKIM DALAM PROSES PEMERIKSAAN PERKARA PIDANA KORUPSI DI PENGADILAN NEGERI JAMBI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG LARANGAN MINUMAN KERAS DAN MINUMAN BERALKOHOL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

perundang-undangan tentang pemberantasan tindak pidana korupsi serta tugas dan wewenang Kejaksaan, maka dapat disimpulkan bahwa:

Cek adalah perintah pembayaran (kepada bank) dari orang yang membawanya atau orang yang

JURNAL PENGANCAMAN SANKSI PIDANA PENJARA TERHADAP ANAK YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA SETELAH BERLAKUNYA UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2012

BAB III PENUTUP. bersifat yuridis adalah pertimbangan yang didasarkan pada fakta - fakta yang

DISPARITAS PUTUSAN SANKSI PIDANA TINDAK PIDANA KORUPSI (Studi Kasus Putusan Pengadilan Negeri Gianyar dan Denpasar)

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang dan peraturan serta ketentuan-ketentuan lain yang berlaku di

Dea Arsyandita dan Edy Herdyanto. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Adanya hukum dan di buat tumbuh dan berkembang dalam masyarakat

II. TINJAUAN PUSTAKA. arti yang luas dan berubah-ubah, karena istilah tersebut dapat berkonotasi dengan bidang-bidang

I. PENDAHULUAN. Anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI) adalah warga negara Indonesia yang

BAB I PENDAHULUAN. adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi

V. PENUTUP. polri studi putusan No: 283/pid.B./2011/PN.MGL. Pertanggungjawaban atas

BAB I PENDAHULUAN. bernegara, sebagaimana yang telah diamanahkan oleh Undang-undang Dasar

Penerapan Tindak Pidana Ringan (Studi Putusan Pengadilan Negeri Kisaran Nomor 456/Pid.B/2013/PN.Kis)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan Negara hukum, hal ini telah dinyatakan dalam

BAB IV ANALISIS TENTANG SANKSI PIDANA ATAS PENGEDARAN MAKANAN TIDAK LAYAK KONSUMSI

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BAGI PENGGUNA BAHAN BAKAR MINYAK ECERAN YANG TIDAK MEMILIKI IZIN PENJUALAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NO.

JURNAL IMPLEMENTASI SANKSI PIDANA PEMBAYARAN UANG PENGGANTI DALAM PERKARA TINDAK PIDANA KORUPSI

BAB I PENDAHULUAN. pemberantasan atau penindakan terjadinya pelanggaran hukum. pada hakekatnya telah diletakkan dalam Undang-Undang Nomor 48 tahun

BAB I PENDAHULUAN. dalam kesatuan langkah menuju tercapainya tujuan pembangunan tersebut.

BAB II BATASAN PENGATURAN KEKERASAN FISIK TERHADAP ISTRI JIKA DIKAITKAN DENGAN TINDAK PIDANA PENGANIAYAAN MENURUT KETENTUAN HUKUM PIDANA DI INDONESIA

BUPATI HULU SUNGAI UTARA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

SKRIPSI PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PENETAPAN PENGEMBALIAN ANAK KEPADA ORANG TUA ATAU WALI TERHADAP ANAK YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA

yang tersendiri yang terpisah dari Peradilan umum. 1

Kajian yuridis terhadap tindak pidana pembunuhan disertai pemerkosaan yang dilakukan oleh anak ( studi kasus di Pengadilan Negeri Surakarta )

BAB I PENDAHULUAN. Setiap tahun kenakalan anak selalu terjadi. Apabila dicermati

BAB I. Hakim sebagai salah satu penegak hukum bertugas memutus perkara yang. diajukan ke Pengadilan. Dalam menjatuhkan pidana hakim berpedoman pada

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 44/PUU-XII/2014 Alasan Pemberatan Pidana Bagi Pelaku Tindak Pidana Korupsi

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG LARANGAN MINUMAN BERALKOHOL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Transkripsi:

JURNAL PENJATUHAN PIDANA TERHADAP PENJUAL MINUMAN KERAS OPLOSAN YANG MENGAKIBATKAN KEMATIAN (STUDI KASUS DI PENGADILAN NEGERI KOTA YOGYAKARTA) Diajukan oleh : Erico Aldeo Hasanussy NPM : 100510423 Program Studi Program Kekhususan : Ilmu Hukum : Peradilan Pidana UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA FAKULTAS HUKUM 2015

I. Penjatuhan Pidana Terhadap Penjual Minuman Keras Oplosan Yang Mengakibatkan Kematian (Studi Kasus Di Pengadilan Negeri Kota Yogyakarta) II. III. Nama : Erico Aldeo Hasanussy, P. Prasetyo Sidi Purnomo, S.H., MS. Ilmu Hukum, Fakultas Hukum Universitas Atma Jaya Yogyakarta IV. Abstract, In this essay writing, the writer discussed issues on Criminal Punishment For Illegal Liquor Seller Who Makes People Dies in Yogyakarta. Until now illegal liquor has kill many peoples because the alcohol in the illegal liquor is not healthy for human consumed. The alcohol in illegal liquor used to be for medical, but some of peoples use the alcohol for make a liquor for human consumed. This research is aimed to know the judge s basic consederation, especially in deciding the verdict of guilty towards illegal liquor seller who makes people die. This research used library research to obtain the secondary data and field research to obtain the primary data by conducting interviews. This research was conducted in Yogyakarta State Court, Data obtained then was analyzed by comparing actual situation and data on positive criminal law and how law application valid for the ilegal liquor seller. Judge s basic consideration when deciding the verdict of guilty towards illegal liquor seller who makes people die are consideration of law and consideration of social.

Key Word : Criminal Punishment, Ilegal Liquor Seller, Judge s Basic Consederation. V. Pendahuluan Generasi muda merupakan harapan masa depan bagi bangsa Indonesia. Dalam perkembangannya, generasi muda Indonesia mulai meniru kebudayaan dari luar Indonesia, berupa cara berpenampilan sampai dengan gaya hidup barat telah diterapkan oleh generasi muda sekarang ini. Namun, pengaruh ini tidak hanya menimbulkan dampak positif, tetapi ada beberapa kebiasaan yang dinilai negatif atau tidak sesuai dengan budaya bangsa Indonesia. Salah satunya kebiasaan mengkonsumsi minuman keras yang saat ini banyak dilakukan oleh kebanyakan masyarakat di Indonesia. Belakangan ini minuman keras yang beredar di kota tidak hanya minuman keras yang legal, tetapi juga banyak minuman keras illegal termasuk minuman keras oplosan. Pada umumnya peminum minuman keras di kota Yogyakarta adalah mahasiswa. Sebagian besar peminum kelas pemabukan mempengaruhi dan dipengaruhi oleh orang lain. Mengkonsumsi minuman keras dalam jumlah yang banyak dapat berdampak buruk bagi kesehatan, bahkan banyak yang kehilangan nyawa akibat mengkonsumsi minuman keras. Jenis minuman keras yang sering menyebabkan kematian adalah minuman keras oplosan.

Minuman keras oplosan dibuat dengan bahan yang seharusnya tidak dikonsumsi karena dapat membahayakan kesehatan, bahan yang digunakan seperti alkohol murni yang biasanya dipakai untuk membersihkan luka dicampur dengan gula halus, dan perasa makanan. Kadar alkohol murni yang digunakan dalam campuran minuman keras tradisional bermacam-macam, mulai dari yang berkadar alkohol rendah sampai yang kadar alkoholnya 96 %. Jenis alkohol yang aman dikonsumsi hingga jumlah tertentu adalah alkohol dengan 2 atom karbon atau ethanol, sementara alkohol yang sering dijadikan bahan untuk membuat minuman keras oplosan adalah alkohol dengan satu atom karbon atau methanol umumnya digunakan sebagai pelarut atau bahan bakar, sehingga sangat beracun jika diminum. Mengkonsumsi minuman keras illegal yang tidak memiliki standar kesehatan sesuai dengan yang ditentukan peraturan perundangundangan yang berlaku, maka tentu saja hal ini sangat berbahaya bagi kesehatan peminum tersebut. Dalam hal ini penulis akan membahas minuman keras oplosan yang menyebabkan kematian dalam hal penjatuhan pidana terhadap penjual. Dalam pelaksanaan atau penegakan hukum harus adil. Hukum tidak identik dengan keadilan. Hukum itu bersifat umum, mengikat setiap orang, bersifat menyamaratakan. Penjatuhan pidana bukan semata-mata sebagai pembalasan dendam. Yang paling penting adalah pemberian bimbingan dan pengayoman.

Dalam ketentuan Pasal 204 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, mengancam barangsiapa menjual barang yang bersifat membahayakan dan mengakibatkan kematian dengan pidana penjara paling lama dua puluh tahun. Dalam Ketentuan Pasal 62 Undangundang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, juga mengancam pelaku usaha yang tidak memenuhi atau tidak sesuai dengan standar yang dipersyaratkan dan ketentuan peraturan perundang-undangan dengan pidana paling lama lima tahun penjara dan denda paling banyak Rp 2.000.000.000,00 (dua milyar rupiah). Dalam kenyataan, banyak pelaku penjual minuman keras oplosan hanya dijatuhi pidana ringan dan jauh dari ancaman Kitab Undangundang Hukum Pidana maupun Peraturan perundang-undangan lainnya. Oleh sebab itu penulis akan membahas lebih jauh mengenai apakah yang menjadi dasar pertimbangan hakim dalam menjatuhkan pidana terhadap penjual minuman keras oplosan yang menyebabkan kematian di Kota Yogyakarta? VI. Isi Makalah 1. Pengertian Minuman Keras Oplosan

Minuman keras atau minuman beralkohol menurut Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2013 tentang Pengendalian Dan Pengawasan Minuman Beralkohol adalah minuman yang mengandung alkohol atau ethanol (C2H50H) yang diproses dari bahan hasil pertanian yang mengandung karbohidrat dengan cara fermentasi dan destilasi atau fersermentasi tanpa destilasi. Minuman keras oplosan adalah minuman keras yang ditambahkan bahan-bahan sebagai perasa pada minuman keras. Bahanbahan yang digunakan oleh pembuat minuman oplosan sangat tidak lazim untuk dikonsumsi. 2. Pengertian Pidana Pengertian hukum pidana secara tradisional adalah Hukum yang memuat peraturan-peraturan yang mengandung keharusan dan larangan terhadap pelanggarnya yang diancam dengan hukuman berupa siksa badan. Menurut Sudarto, pidana adalah nestapa yang diberikan oleh Negara kepada seseorang yang melakukan pelanggaran terhadap ketentuan Undang-Undang (hukum pidana), sengaja agar diberikan sebagai nestapa. Pemberian nestapa atau penderitaan yang sengaja dikenakan kepada seorang yang melanggar ketentuan Undang-Undang tidak

hanya dimaksudkan untuk memberikan penderitaan, akan tetapi bertujuan agar orang tersebut merasa jera dan membuat pelanggar kembali hidup bermasyarakat sebagaimana layaknya. 3. Pengertian Penjatuhan Pidana Menurut Soedarto, pemidanaan dapat diartikan denga penghukuman. Penghukuman itu berasal dari kata dasar hukum, sehingga dapat diartikan sebagai menetapkan hukum atau memutuskan tentang hukumnya. Penjatuhan pidana atau pemidanaan berasal dari kata pidana yang diartikan pula sebagai hukuman. Penjatuhan pidana dapat diartikan pula sebagai penghukuman. Apabila orang mendengar kata penghukuman, maka biasanya yang dimaksud adalah penderitaan yang diberikan kepada orang yang melanggar hukum pidana. 4. Pengertian Pertimbangan Hakim Pertimbangan hakim merupakan salah satu aspek terpenting dalam menentukan terwujudnya nilai dari suatu putusan hakim yang mengandung keadilan (ex aequo et bono) dan mengandung kepastian hukum, di samping itu juga mengandung manfaat bagi para pihak yang bersangkutan sehingga pertimbangan hakim ini harus disikapi dengan

teliti, baik, dan cermat. Apabila pertimbangan hakim tidak teliti, baik, dan cermat, maka putusan hakim yang berasal dari pertimbangan hakim tersebut akan dibatalkan oleh Pengadilan Tinggi/Mahkamah Agung. Hakim yang hendak menjatuhkan putusan pidana penjara bagi terpidana akan memperhatikan beberapa hal yang menjadi pertimbangan yuridis dan perttimbangan sosiologis. VII. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang telah dilakukan penulis, maka dapat disimpulkan bahwa penjatuhan pidana terhadap penjual minuman keras oplosan yang mengakibatkan kematian, studi kasus di Kabupaten Kota Yogyakarta adalah : Dalam penjatuhan pidana, hakim tidak hanya menegakkan bunyi ketentuan-ketentuan dalam Undang-Undang saja, melainkan juga berdasarkan pertimbangan yuridis dan sosiologis dari Majelis Hakim, dengan cara menggali, mengikuti, dan memahami nilai-nilai hukum yang hidup didalam masyarakat untuk diterapkan dalam putusannya. Pertimbangan yuridis dan sosiologis yang meringankan terdakwa yang dilakukan hakim dalam menjatuhkan putusan adalah: a) Pertimbangan Yuridis (Hukum) 1) Terdakwa baru pertama kali melakukan tindak pidana 2) Terdakwa telah membayar ganti kerugian kepada korban

3) Terdakwa tidak mengetahui bahwa perbuatan yang dilakukannya akan menimbulkan kerugian yang besar 4) Korban tindak pidana mendorong terjadinya tindak pidana tersebut 5) Terdakwa tidak mengetahui bahwa perbuatan yang dilakukannya akan menimbulkan kerugian yang besar 6) Korban tindak pidana mendorong terjadinya tindak pidana tersebut 7) Kepribadian dan perilaku terdakwa meyakinkan bahwa ia tidak akan melakukan tindak pidana yang lain 8) Pidana penjara akan menimbulkan penderitaan yang besar bagi terdakwa maupun keluarganya 9) Penjatuhan pidana yang lebih ringan tidak akan mengurangi sifat beratnya tindak pidana yang dilakukan terdakwa b) Pertimbangan Sosiologis (Praktek Peradilan) 1) Apakah tindak pidana yang dilakukan direncanakan atau tidak direncanakan sebelumnya 2) Latar belakang dilakukannya tindak pidana 3) Dampak tindak pidana terhadap korban 4) Tindak pidana tersebut merupakan pengulangan atau bukan 5) Tingkah laku terdakwa selama di dalam persidangan 6) Terdakwa belum pernah dihukum

VIII. Daftar Pustaka Buku: Bambang Waluyo, 2004, Pidana Dan Pemidanaan, Sinar Grafika, Jakarta. Djoko Prakoso dan Nurwachid, 1985, Pidana Mati di Indonesia Dewasa Ini, Ghalia Indonesia, Jakarta. Mukti Arto, 2004, Praktek Perkara Perdata pada Peradilan Agama, Pustaka Pelajar, Yogyakarta. Niniek Suparni,1996, Eksistensi Pidana Denda dalam Sistem Pidana dan Pemidanaan, Sinar Grafika, Jakarta. Samidjo, 1985, Ringkasan dan Tanya Jawab Hukum Pidana,CV Armico, Bandung. Soedjono Dirdjosisworo,1984, Alkoholisme: paparan hukum dan kriminologi CV. Remadja karya, Bandung. Sudarto, 1981, Kapita Selekta Hukum Pidana, Alumni, Bandung. Sudikno Mertokusumo,2003, Mengenal Hukum Liberty, Yogyakarta. Peraturan Perundang-Undangan: Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 86/Men.Kes/Per/IV/77 tentang minuman keras. Website: http://tugasfiles.blogspot.com/2014/02/makalah-miras-oplosan.html.