Kondisi Kekumuhan Kampung Nelayan Sejahtera Kota Bengkulu dalam Upaya Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh

dokumen-dokumen yang mirip
Persepsi Masyarakat terhadap Permukiman Bantaran Sungai

BAB I PENDAHULUAN. dilakukannya penelitian ini terkait dengan permasalahan-permasalahan

Perencanaan Fasilitas Permukiman di Kawasan Periferi Kasus : Kelurahan Sudiang Raya, Kecamatan Biringkanaya, Makassar

BAB 1 KONDISI KAWASAN KAMPUNG HAMDAN

I. PENDAHULUAN. Padatnya penduduk di wilayah perkotaan berdampak terhadap daerah perkotaan

Salah satunya di Kampung Lebaksari. Lokasi Permukiman Tidak Layak

BAB IV ANALISIS PENANGANAN KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH DI PUSAT KOTA BANDUNG KELURAHAN NYENGSERET

IDENTIFIKASI KONDISI PERMUKIMAN KUMUH DI KECAMATAN PANCORAN MAS KOTA DEPOK ( STUDI KASUS RW 13 KELURAHAN DEPOK )

INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN FATUBESI KEC. KOTA LAMA KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR

Kualitas Ruang Terbuka pada Permukiman Industri di Kelurahan Cigondewah Kaler, Bandung, Jawa Barat

INERSIA Vol. V No. 1, Maret 2013 Penelitian Pemetaan Kawasan Kumuh Permukiman Kecamatan Tanjung Selor - Kabupaten Bulungan

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

IDENTIFIKASI TINGKAT KEKUMUHAN DAN POLA PENANGANAN YANG TEPAT DI KAWASAN KUMUH KELURAHAN TANJUNG KETAPANG TAHUN 2016

WALI KOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Identifikasi Pola Perumahan Rumah Sangat Sederhana di Kawasan Sematang Borang Kota Palembang

PLPBK RENCANA TINDAK PENATAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN BAB III GAMBARAN UMUM KAWASAN PRIORITAS KELURAHAN BASIRIH BANJARMASIN BARAT

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Identifikasi Permukiman Kumuh Berdasarkan Tingkat RT di Kelurahan Keputih Kota Surabaya

3.3 KONSEP PENATAAN KAWASAN PRIORITAS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

WALIKOTA PANGKALPINANG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 17 TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Nelayan dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu nelayan buruh, nelayan

V. DESKRIPSI LOKASI DAN SAMPEL PENELITIAN. Kelurahan Kamal Muara merupakan wilayah pecahan dari Kelurahan

PROFIL BADAN KESWADAYAAN MASYARAKAT (BKM) Bilah Makmur

Korespondensi antara Faktor Penyebab Kemacetan dan Solusinya

Konsep Hunian Vertikal sebagai Alternatif untuk Mengatasi Masalah Permukiman Kumuh, Kasus Studi Kampung Pulo

Rilis PUPR #2 12 November 2017 SP.BIRKOM/XI/2017/555. Sentuhan Infrastruktur PUPR Berupaya Menghapus Wajah Kumuh Kampung Nelayan Tegalsari

Persepsi Masyarakat dalam Penerapan Rumah Hemat Energi

PEMETAAN TINGKAT RESIKO KEKUMUHAN DI KELURAHAN PANJISARI KABUPATEN LOMBOK TENGAH. Oleh:

BAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN. Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi

PENANGANAN PERMUKIMAN RAWAN BANJIR DI BANTARAN SUNGAI Studi Kasus: Permukiman Kuala Jengki di Kelurahan Komo Luar & Karame, Kota Manado

BAB I. Persiapan Matang untuk Desain yang Spektakuler

KRITERIA DAN TIPOLOGI PERUMAHAN KUMUH DAN PERMUKIMAN KUMUH

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber

Konsep Land Sharing Sebagai Alternatif Penataan Permukiman Nelayan di Kelurahan Gunung Anyar Tambak Surabaya

BAB I KONDISI KAWASAN DALAM BEBERAPA ASPEK. kepada permukiman dengan kepadatan bangunan tinggi, dan permukiman ini

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Hubungan Karakteristik Penduduk dengan Pemilihan Ruang Publik di Kampung Luar Batang, Jakarta Utara

RENCANA PENATAAN LANSKAP PEMUKIMAN TRADISIONAL

V. ANALISIS DAN SINTESIS

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan kawasan kawasan permukiman kumuh. Pada kota kota yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam pemenuhannya masih sulit dijangkau terutama bagi penduduk berpendapatan

Sabua Vol.7, No.2: Oktober 2015 ISSN HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB V ANALISIS. V.1.1 Kualitas Lahan Permukiman. yang telah ditentukan masyarakat bersama. V.1.2 Kapasitas Lahan Permukiman

Identifikasi Karakteristik Lingkungan Permukiman Kumuh Berdasarkan Persepsi Masyarakat Di Kelurahan Tlogopojok

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Persepsi Penilaian dan Keinginan Pengunjung terhadap Pasar Dadakan Sunday Morning (Sunmor) di Kawasan Kampus Universitas Gadjah Mada, D.

PENDAHULUAN. waktu terjadi pasang. Daerah genangan pasang biasanya terdapat di daerah dataran

BAB IV PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA DI KELURAHAN KALIGAWE

Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat tentang Peningkatan Kualitas terhadap Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh; Mengingat : 1. Undang-Undang N

Visi, Misi, dan Tujuan Keorganisasian BKM. Keberadaan BKM dan Lingkungan. Misi Masyarakat Puraka lebih madani tahun 2016

ISSN No Jurnal Sangkareang Mataram 27 PEMETAAN TINGKAT RESIKO KEKUMUHAN DI LINGKUNGAN JURING LENENG KABUPATEN LOMBOK TENGAH.

TUJUAN DAN KEBIJAKAN. 7.1 Program Pembangunan Permukiman Infrastruktur Permukiman Perkotaan Skala Kota. No KOMPONEN STRATEGI PROGRAM

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL

-1- PENETAPAN LOKASI PENILAIAN LOKASI. Gambar 1. Skema Penetapan Lokasi

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

Interpretasi dan Uji Ketelitian Interpretasi. Penggunaan Lahan vii

DOKUMEN ATURAN BERSAMA DESA KARANGASEM, KECAMATAN PETARUKAN, KABUPATEN PEMALANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

PENATAAN PERMUKIMAN KAWASAN PESISIR DI KECAMATAN LEKOK KABUPATEN PASURUAN

BABIII PROFIL PERMUKIMAN KUMUH KOTA MEDAN

KONDISI LINGKUNGAN PERMUKIMAN PASCA RELOKASI

Penjelasan Substansi. Dokumen Lengkap, ada pada BAB IV

KONSEP PENANGANAN SANITASI DI KAWASAN KUMUH PERKOTAAN

Konsep Pemukiman Kembali Kawasan Kumuh Kampung Pangalangan Batang Arau, Kota Padang

Identifikasi Karakteristik Lingkungan Permukiman Kumuh di Kelurahan Kapuk, Jakarta Barat

BAB I PENDAHULUAN. berakar pada faktor-faktor geografi dan sejarah nusantara yang selama berabad-abad

BAB I: PENDAHULUAN Latarbelakang.

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Hubungan antara kota dengan kawasan tepi air telah terjalin sejak awal peradaban manusia.

BAB V KESIMPULAN 5.1. Karakteristik Fisik Lingkungan Perumahan Pahandut Seberang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Prospek Analisis Kualitas Lingkungan Faktual untuk Meninjau Kualitas Lingkungan Permukiman Kumuh

GAMBARAN SANITASI DASAR PADA MASYARAKAT NELAYAN DI KELURAHAN POHE KECAMATAN HULONTHALANGI KOTA GORONTALO TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Oleh karena itu,bukan suatu pandangan yang aneh bila kota kota besar di

BAB II RANCANGAN PELAKSANAAN KEGIATAN PLPBK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

IDENTIFIKASI MASALAH PERMUKIMAN PADA KAMPUNG NELAYAN DI SURABAYA

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG KEPUTUSAN BUPATI BANGKA SELATAN NOMOR : 188

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

ANALISIS KEBUTUHAN PRASARANA DASAR PERMUKIMAN DI KELURAHAN MAASING, KECAMATAN TUMINTING, KOTA MANADO

SUPLEMEN TATACARA PEMUTAKHIRAN DATA BASELINE

DAFTAR ISI. Abstrak... Prakata... Daftar Isi... Daftar Gambar... Daftar Tabel... Daftar Lampiran... Daftar Pustaka...

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. karantina, para penderita penyakit tersebut berangsur angsur sembuh. Mengingat banyaknya

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG

MODEL PERATURAN DAERAH TENTANG PENCEGAHAN DAN PENINGKATAN KUALITAS TERHADAP PERUMAHAN KUMUH DAN PERMUKIMAN KUMUH TAHUN 2016

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BAB I. PENDAHULUAN. Medan merupakan suatu permukiman yang berada di daerah pesisir. Sebagian besar

PEREMAJAAN PEMUKIMAN KAMPUNG PULO DENGAN PENDEKATAN PERILAKU URBAN KAMPUNG

BUPATI LAMPUNG TIMUR PROVINSI LAMPUNG

Faktor Prioritas Penyebab Kumuh Kawasan Permukiman Kumuh Di Kelurahan Belitung Selatan, Kota Banjarmasin

BAB IV KONSEP 4. 1 IDE AWAL 4. 2 KONSEP TAPAK

KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN HABITAT SOSIAL

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. 1.2 Pemahaman Judul dan Tema

Transkripsi:

TEMU ILMIAH IPLI 206 Kondisi Kekumuhan Kampung Nelayan Sejahtera Kota engkulu dalam Upaya Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Muhammad Rijal (), Ardiansyah (2) () Lab. Preservasi dan Konservasi, Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Riau. (2) Kelompok Keilmuan Arsitektur Perkotaan, Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas andar Lampung. Abstrak Kampung Nelayan Sejahtera Kota engkulu tumbuh dan berkembang menjadi permukiman kumuh karena pertumbuhan penduduk alami, urbanisasi serta permasalahan kepemilikan lahan. Tujuan penelitian adalah menilai kondisi kekumuhan berdasarkan kriteria penilaian kumuh sebagai landasan dalam merumuskan kebutuhan penanganan pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh. Pada prinsipnya metode penelitian adalah kualitatif yang dijabarkan secara deskriptif. Namun dalam melakukan penilaian kondisi kekumuhan dilakukan secara kuantitatif berdasarkan kriteria penilaian kumuh menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 206 Tentang Penyelenggaraan Perumahan Dan Kawasan Permukiman. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa nilai kondisi kekumuhan adalah 6, yang berarti kawasan penelitian berada pada kondisi kumuh sedang. Pertimbangan legalitas tanah yang ilegal namun memiliki status kepemilikan yang jelas (HPL PT. Pelindo) memberikan kontribusi positif sekaligus tantangan dalam merumuskan kebutuhan penanganan pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh pada Kampung Nelayan Sejahtera di Kota engkulu. Kata-kunci : kampung nelayan, permukiman kumuh, kondisi kekumuhan Pengantar Gambar. Situasi Kampung Nelayan Sejahtera pada Kelurahan Sumber Jaya Kecamatan Kampung Melayu Kota engkulu sebagai Kawasan permukiman nelayan/tepian air. Hasil pendataan dan identifikasi lokasi kawasan kumuh Kota engkulu pada awalnya sudah ditetapkan melalui Keputusan Walikota engkulu No. Tahun 20 Tentang Penetapan Lokasi Lingkungan Permukiman Kumuh Di Kota engkulu. Kemudian dilakukan perubahan dalam bentuk lampiran Surat Keputusan Walikota engkulu No. 4 Tahun 20 Tentang Perubahan Atas Keputusan Walikota engkulu No. Tahun 20 Tentang Penetapan Lokasi Lingkungan Permukiman Kumuh Di Kota engkulu, karena tidak sesuai dengan kondisi di lapangan sehingga perencanaan dan penanganan kawasan kumuh menjadi tidak akurat. Pada Tanggal 9 April 206, diterbitkan kembali Surat Keputusan Walikota engkulu No. Tahun 206 Tentang Perubahan Kedua Atas Keputusan Walikota engkulu No. Tahun 20 Tentang Penetapan Lokasi Lingkungan Permukiman Kumuh Di Kota engkulu, dimana Kampung Nelayan Sejahtera merupakan bagian Prosiding Temu Ilmiah IPLI 206 G 06

Kondisi Kekumuhan Kampung Nelayan Sejahtera Kota engkulu dalam Upaya Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh dari Kelurahan Sumber Jaya ditetapkan luas kawasan permukiman kumuh adalah 47,42 Ha. Hasil penelitian Yulius (200) menunjukan bahwa, dalam menentukan upaya penanganan kawasan permukiman kumuh nelayan pada kawasan Pulau aai Kota engkulu ada beberapa hal pokok yang harus diketahui baik itu kriteria permukiman kumuh itu sendiri maupun faktor penyebab kekumuhan yang terjadi dikawasan tersebut. Pada saat penelitian tersebut kriteria penilaian belum ditetapkan secara tegas dalam bentuk peraturan pemerintah, sama halnya hasil penelitian Nurcahyanti (200), Mardhanie (20), Suparman (204), Sulestianson & Indrajati (20), namun prinsip upaya penanganan tetap mengedepankan faktor penyebab menjadi kawasan kumuh, merupakan hal yang harus diperhatikan untuk menentukan upaya yang kongkrit dalam penanganan permasalahan permukiman kumuh. Pada tahun 206 ini, kriteria penilaian sudah dipayungi pemerintah secara tegas dalam bentuk Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 206 Tentang Penyelenggaraan Perumahan Dan Kawasan Permukiman. Fakta permasalahan utama menunjukan bahwa Kampung Nelayan Sejahtera Kota engkulu tumbuh dan berkembang menjadi permukiman kumuh karena pertumbuhan penduduk alami, urbanisasi serta permasalahan kepemilikan lahan. Namun seberapa besar nilai kondisi kekumuhan agar bisa ditemukan upaya pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh sesuai dengan perkembangan kebijakan saat ini. Oleh karena itu, tujuan penelitian adalah menilai kondisi kekumuhan berdasarkan kriteria penilaian kumuh berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 206 Tentang Penyelenggaraan Perumahan Dan Kawasan Permukiman, sebagai landasan dalam merumuskan kebutuhan penanganan pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh. Metode Jenis metode yang digunakan adalah mixedmethod (reswell, 2008). Pada prinsipnya metode penelitian adalah kualitatif yang G 062 Prosiding Temu Ilmiah IPLI 206 dijabarkan secara deskriptif tentang kondisi fisik dan non fisik kekumuhan kawasan penelitian. Selanjutnya dilakukan penilaian kondisi kekumuhan sebagai data kuantitatif berdasarkan kriteria penilaian kumuh menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 206 Tentang Penyelenggaraan Perumahan Dan Kawasan Permukiman. Sifat penelitian adalah deskriptif, (Groat & Wang, 2002). Metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi dan pengisian questionair terhadap 00 KK (0% dari jumlah penduduk Kampung Nelayan Sejahtera Kota engkulu) yang dilakukan pada awal tahun 206. Sedangkan Metode analisis data dilakukan secara deskriptif atas penilaian kondisi kekumuhan yang telah discoring untuk menemukan upaya yang harus ditempuh dalam pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh. Analisis dan Interpretasi Kondisi Fisik erdasarkan atas hasil pengamatan pada kawasan penelitian, sebagian besar bangunan pada kawasan ini merupakan bangunan permanen. Kondisi bangunan yang bukan permanen sebagian besar terletak di area tengah blok permukiman yang memiliki akses kecil (antar bangunan) dan pada bagian tepi air. erdasarkan data yang ada, kondisi bangunan yang bukan permanen berjumlah 4 20% dari total bangunan yang ada pada kawasan. Untuk tingkat keteraturan bangunan, sebagian besar bangunan nampak teratur dengan orientasi menghadap ke jalur akses/jalan dan gang yang ada. Ketidakteraturan bangunan terjadi pada bagian tengah blok bangunan dan bagian tepi air yang dianggap tidak memberikan muka bagi kawasan. Dari pengamatan terhadap figure ground, tampak bahwa orientasi bangunan sebagian besar sudah mengikuti pola umum pada kawasan. Akan tetapi hadapan / entrance bangunan tampak masih beragam arahnya, terutama pada bagian tengah blok bangunan dan tepi air. Kondisi bangunan yang tidak teratur aksesnya ini sekitar 40% dari seluruh

bangunan yang ada atau kurang lebih 20 bangunan. Gambar 2. Kondisi bangunan Kampung Nelayan Sejahtera Kota engkulu. Kepadatan bangunan pada kawasan relatif cukup tinggi bila dibandingkan dengan rata-rata kepadatan bangunan untuk satu kelurahan. Dengan luas lahan,8 Ha, maka kepadatan bangunan yang terbentuk yaitu 2,7 unit bangunan/ha, terpaut jauh dari rata-rata kepadatan tingkat kelurahan yang unit bangunan/ha. Kepadatan bangunan (KD) ratarata pada kawasan penelitian adalah berkisar antara 60 7%. erdasarkan pengamatan di lapangan, sebagian besar jalan merupakan jalan tanpa perkerasan. Perkerasan dengan material aspal telah dibentuk di Gg. arokah yang menuju ke Masjid Al arokah. erdasarkan penilaian komponen kumuh tingkat kelurahan, Kelurahan Sumber Jaya memiliki akses jalan rusak hingga 00% yang berarti semua jalan yang ada di kawasan kumuh kelurahan dianggap memerlukan perbaikan dan peningkatan kualitas jalan. Sebagai kawasan kumuh dengan tipologi kampung tepi air, maka selain dapat diakses melalui jalan darat, kampung ini juga dapat diakses melalui air lewat sungai yang ada di sisi Timur (Sungai angkahan). Pada sisi ini terdapat beberapa dermaga dan tambatan perahu nelayan yang menjadi titik masuk menuju kampung nelayan. Di sepanjang sisi tepian air dibuat jalur pejalan kaki (gertak) yang terbuat dari kayu dan dipancangkan ke dalam sungai. Jalur ini terputus-putus/tidak menerus. Terdapat Muhammad Rijal beberapa titik dermaga di sepanjang sisi Timur kampung nelayan. Kawasan penelitian tidak memiliki jaringan drainase yang terencana di sisi jalur jalan/akses daratnya, sehingga permukiman yang ada hampir sebagian besar tidak terlayani oleh jaringan drainase, baik untuk aliran air hujan maupun air limbah (grey water). Drainase hanya terdapat di sisi utara dan tengah kawasan yang merupakan jaringan drainase untuk mengalirkan air dari jalan utama ke sungai. Panjang jaringan drainase ini yaitu sekitar 800 m yang terbuat dari perkerasan beton dan hanya melayani rumahrumah yang dilewati oleh saluran ter-sebut. Dengan kondisi tersebut, maka pada musim penghujan pada beberapa titik kawasan terdapat genangan air, namun tidak terlalu lama genangan tersebut surut dan tidak terlalu luas area genangannya. erdasarkan atas data peta kawasan banjir di Kecamatan Kampung Melayu, kawasan penelitian kampung nelayan Sumber Jaya ini tidak termasuk dalam kawasan yang terancam banjir. erdasarkan dari data kumuh tingkat kelurahan, kawasan kumuh di Kelurahan Sumber Jaya yang belum terlayani oleh sistem persampahan adalah % luas kawasan. Sedangkan di kawasan penelitian, sistem pengelolaan sampah sebagian sudah dilayani dengan pengumpulan sampah secara periodik dan sebagian masih dibuang secara tradisional ke sungai, yang terlihat dari kondisi tepian yang dipenuhi dengan sampah. Perlu peningkatan kesadaran masyarakat dalam mengelola sampah dan peningkatan sarana pembuangan sampah yang lebih memenuhi syarat. erdasarkan data kumuh Kelurahan Sumber Jaya, bangunan hunian di kawasan kumuh yang belum memiliki jamban dan septik tank sekitar 29% dari total bangunan yang ada. Sementara untuk saluran air limbah, 9% kawasan kumuh Kelurahan Sumber Jaya belum memiliki jaringan air limbah yang terpadu. Dari pengamatan di lapangan, air limbah (grey water) pada sebagian hunian dibuang pada saluran yang ada disekitar hunian dan tidak menyatu dengan saluran pembuangan utama, sehingga banyak area yang tergenang oleh air limbah. Sementara untuk Prosiding Temu Ilmiah IPLI 206 G 06

Kondisi Kekumuhan Kampung Nelayan Sejahtera Kota engkulu dalam Upaya Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh septik tank sebagian sudah terdapat septik tank, namun masih banyak yang langsung memanfaatkan sungai sebagai tempat pembuangan/ kakus. erdasarkan data kawasan kumuh Kelurahan Sumber Jaya, kawasan yang belum terlayani oleh jaringan air bersih adalah sekitar 80%. Jangkauan jaringan PDAM hanya mampu melayani 20% kawasan kumuh kelurahan. Untuk kawasan penelitian, jaringan perpipaan PDAM sudah masuk, namun baru melayani sebagian kecil kawasan. Selain dari PDAM, untuk kebutuhan memasak dan minum, warga menggunakan air galon untuk memenuhinya. Sementara air sumur pada kawasan penelitian dimanfaatkan untuk kegiatan mandi dan mencuci karena rasa air yang payau dan tidak layak konsumsi. Kawasan penelitian kampung nelayan Sumber Jaya tidak memiliki sistem pencegahan kebakaran. Hal ini didukung pula oleh beberapa blok hunian dengan kondisi permukiman yang padat sehingga jarak antar bangunan sangat kecil dan minim ruang terbuka. Kondisi Non Fisik Lahan permukiman Kampung Nelayan Sejahtera berada pada kawasan yang menjadi HPL PT. Pelindo II. Dalam kebijakan tata ruang kota (RTRW Kota engkulu 202-202) kawasan ini juga ditetapkan sebagai kawasan Ruang Terbuka Non Hijau (RTNH). erdasarkan data kepadatan penduduk kawasan kumuh Kelurahan Sumber Jaya, kepadatan yang ada saat ini adalah 6 jiwa/ha untuk satu kelurahan. Dengan asumsi unit bangunan Tabel. Niai Kondisi Kekumuhan Kampung Nelayan Sejahtera pada Kelurahan Sumber Jaya Kecamatan Kampung Melayu Kota engkulu sebagai Kawasan permukiman nelayan/tepian air No Aspek Kriteria Nilai Jumlah Aspek I IDENTIFIKASI KONDISI KEKUMUHAN Kondisi angunan gedung A 2 Kondisi Jalan Lingkungan A Kondisi Penyediaan Air Minum A 4 Kondisi Drainase Lingkungan A D E Kondisi Pengelolaan Air Limbah A 6 Kondisi Pengelolaan Sampah A 7 Kondisi Proteksi Kebakaran A Jumlah Nilai Aspek I 6 Aspek II IDENTIFIKASI LEGALITAS TANAH Kejelasan Status Tanah A (+) positif 2 Kesesuaian dengan RTR A (-) negatif Aspek III IDENTIFIKASI PERTIMANGAN LAIN Pertimbangan lain A Jumlah Nilai Aspek III G 064 Prosiding Temu Ilmiah IPLI 206 7 6 0 9 4 9 0

KK (4 jiwa), maka dapat diperkirakan bahwa jumlah penduduk pada kawasan penelitian adalah kurang lebih 2.488 jiwa dengan kepadatan penduduk di lokasi penelitian adalah 20 jiwa/ha. Penduduk pada kawasan penelitian sebagian besar memiliki pekerjaan di sector informal. erdasarkan data kawasan kumuh Kelurahan Sumber Jaya, 72% warga bekerja di sektor informal seperti PKL, asongan, pemulung, penarik becak, pengamen, pedagang pasar, buruh dan nelayan. Dengan melihat tipologi kampung kumuh yang ada, maka penduduk di kawasan penelitian memiliki mayoritas mata pencaharian sebagai nelayan dan pedagang. Pada kawasan penelitian, hanya terdapat (satu) fasilitas pendidikan yaitu PAUD di RT 2. Sementara untuk fasilitas pendidikan dasar dan menengah lainnya berada di luar kawasan dengan rincian (satu) Sekolah Dasar dan (satu) Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama. Untuk fasilitas kesehatan tidak terdapat di kawasan penelitian. Fasilitas kesehatan dilayani diluar kawasan penelitian yaitu terdapat (satu) puskesmas, (satu) posyandu dan (tiga) praktek dokter. Kondisi Kekumuhan Penilaian kondisi kekumuhan berdasarkan kriteria penilaian kumuh menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 206 Tentang Penyelenggaraan Perumahan Dan Kawasan Permukiman. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa nilai kondisi kekumuhan adalah 6, yang berarti kawasan penelitian berada pada kondisi kumuh sedang. Perincian penilaian kondisi kekumuhan Kampung Nelayan Sejahtera Kota engkulu dapat dilihat pada Tabel. Upaya Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Kondisi faktual menunjukan bahwa status lahan kawasan sebagai lahan negara yang masih dikuasakan penggunaan hak pakainya (HPL) oleh PT Pelindo II. Oleh karena itu diperlukan perumusan mekanisme penyerahan/pengalihan Muhammad Rijal lahan kampung nelayan sejahtera Kota engkulu dari PT. Pelindo II kepada Pemerintah Kota engkulu sebagai kebijakan utama penanganan permukiman kumuh. Untuk itu, upaya pencegahan dapat dilakukan melalui pemantapan deliniasi kawasan/lahan dalam bentuk cluster kumuh yang tegas pada kawasan penelitian yang akan diserahkan ke Pemerintah Kota engkulu untuk ditindaklanjuti dalam penanganan konkrit sesuai dengan kriteria penilaian yang telah ditetapkan. Sedangkan upaya peningkatan kualitas permukiman kumuh dapat dilakukan melalui upaya penyediaan fasilitas sesuai standar pelayanan minimal untuk infrastruktur dasar permukiman. Fakta berikutnya menunjukan bahwa isu strategis kebijakan daerah menetapkan kawasan penelitian sebagai Ruang Terbuka Non Hijau (RTNH) dan kawasan perlindungan setempat sempadan sungai. Oleh karena itu diperlukan evaluasi penataan ruang oleh Pemerintah Kota engkulu untuk mengakomodasi penataan kawasan. Untuk itu, upaya pencegahan dapat dilakukan melalui pembatasan perkembangan permukiman dengan membatasi pembangunan pada kawasan perlindungan setempat seperti sempadan sungai. Sedangkan upaya peningkatan kualitas permukiman kumuh dapat dilakukan melalui upaya pembentukan jalur tepi sungai (gertak) dan promenade sebagai area sirkulasi dan ruang terbuka kawasan tepi air. Kondisi faktual lainnya menunjukan bahwa kawasan penelitian berada pada kawasan strategis Kota engkulu yaitu bagian dari Kawasan Pelabuhan Pulau aai. Oleh karena itu diperlukan pemisahan kegiatan permukiman dan kegiatan kepelabuhanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Untuk itu, upaya pencegahan dapat dilakukan melalui pembentukan barrier/pemisah yang jelas antara kawasan permukiman dan kawasan pelabuhan. Sedangkan upaya peningkatan kualitas permukiman kumuh dapat dilakukan melalui pengalihan fasilitas penunjang kawasan (PPI) sehingga dapat lebih terpadu dan tidak mengganggu kepentingan pelabuhan. Selain itu diperlukan upaya peningkatan dan pembuatan akses terpisah untuk mencapai kampung nelayan sejahtera Kota engkulu. Prosiding Temu Ilmiah IPLI 206 G 06

Kondisi Kekumuhan Kampung Nelayan Sejahtera Kota engkulu dalam Upaya Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Kesimpulan Dari hasil rekapitulasi penilaian kondisi kekumuhan Kampung Nelayan Sejahtera Kota engkulu, total skor untuk kondisi kekumuhan adalah 6, yang berarti kawasan penelitian berada pada kondisi Kumuh Sedang. Pertimbangan legalitas tanah yang ilegal namun memiliki status kepemilikan yang jelas (HPL PT. Pelindo) memberikan kontribusi positif sekaligus tantangan dalam merumuskan kebutuhan penanganan pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh pada Kampung Nelayan Sejahtera di Kota engkulu. Daftar Pustaka reswell, J.W. (2008). Research Design: Qualitative, Quantitative, and Mixed Methods Approaches. alifornia: Sage Publications, Inc. Groat, L. & Wang, D. (2002). Architectural Research Methods. New York: John Wiley & Sons. Inc. Mardhanie,.A. (20). Penelitian Pemetaan Kawasan Kumuh Permukiman Kecamatan Tanjung Selor - Kabupaten ulungan. Jurnal INERSIA, Vol. No., 0-08. Nurcahyanti, E.E. (200). Penataan Permukiman Nelayan Puger Ditinjau Dari Aspek Kekumuhan. Jurnal Tata Kota dan Daerah, Vol. 2 No. 2, 4-48. Suparman, M. (204). Faktor Pembentuk Karakteristik Permukiman ontang Kuala Kota ontang Kalimantan Timur. Jurnal MODUL, Vol. 4 No. 2, 7-78. Sulestianson, E. & Indrajati, N.P. (20). Penanganan Permukiman Kumuh Dengan Pendekatan Karakteristik dan Faktor Penyebab Kekumuhan (Studi Kasus: Permukiman Kumuh di Kelurahan Tamansari dan Kelurahan raga). Jurnal Penelitian Wilayah dan Kota SAPPK, V N, 26-270. Yulius (200). Upaya Penanganan Kawasan Permukiman Kumuh Nelayan Pulau aai Kota engkulu. Seminar Nasional Perumahan Permukiman dalam Pembangunan Kota 200, Jurusan Arsitektur ITS, -. G 066 Prosiding Temu Ilmiah IPLI 206