BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, kebugaran jasmani, keterampilan berfikir kritis, stabilitas emosional,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Materi pelajaran pendidikan jasmani merupakan salah satu mata

BAB 1 PENDAHULUAN. Proses kegiatan belajar mengajar merupakan suatu aktivitas yang bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini berkembang pesat

BAB I PENDAHULUAN. fisik melalui mata pelajaran pendidikan jasmani. Hal tersebut bisa dipahami karena mengarahkan

I. PENDAHULUAN. secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan psikis yanglebih baik, sekaligus membentuk pola hidup sehat dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan dalam arti luas berarti suatu proses untuk mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam kehidupan modern manusia tidak dapat dipisahkan dari olah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendidikan merupakan suatu proses dalam rangka mempengaruhi peserta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan jasmani memiliki peran yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari sistem pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses kegiatan belajar mengajar merupakan suatu aktivitas yang

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan peraturan, pendidikan,pelatihan,pembinaan,pengembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. memberi dampak positif dalam aspek kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. gerak sebagai aktifitas jasmani, maka dari itu besar bagi manusia untuk mengenal

BAB I PENDAHULUAN. Lompat jauh gaya jongkok merupakan salah satu nomor yang tergabung dalam

BAB I PENDAHULUAN. gerak sebagai aktivitas jasmani adalah dasar bagi manusia untuk mengenal dunia

BAB I PENDAHULUAN. mengintensifkan peyelenggaraan pendidikan sebagai suatu proses pembinaan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. lempar. Selain dari itu gerakan yang terdapat dalam. mengemukakan bahwa atletik ibu dari semua cabang olahraga.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Suatu realita yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari bahwasannya di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Adi Maulana Sabrina, 2013

BAB I PENDAHULUAN. untuk mencerdaskan kehidupan bangsa berdasarkan (UUD 1945). Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari system pendidikan secara keseluruhan.

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan karakter bangsa dari suatu negara. Pendidikan jasmani

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Pengertian penjasorkes telah didefinisikan secara bervariasi oleh beberapa

BAB I PENDAHULUAN. baik dalam mata pelajaran pendidikan jasmani, maka mereka memiliki fondasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang telah ada sejak adanya manusia, dalam arti sejak adanya manusia telah ada pula usahausaha

BAB I PENDAHULUAN. pembinaan manusia yang berlangsung seumur hidup. Pendidikan jasmani

BAB I PENDAHULUAN. potensi tersebut bisa dimulai dengan menumbuhkan ketrampilan dan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berfikir kritis, keterampilan sosial,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan jasmani dan olahraga memiliki peran yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. merangsang pertumbuhan dan perkembangan yang seimbang.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan merupakan salah satu mata

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. moral, spiritual, dan lain-lain. Apabila manusia mengalami pendidikan yang baik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan dalam arti sederhana sering diartikan sebagai usaha manusia

BAB I PENDAHULUAN. dari pendidikan, karena pendidikan memiliki peran penting bagi kehidupan

I. PENDAHULUAN. penalaran, penghayatan nilai (sikap-mental-emosional-spiritual-sosial),

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan berfikir kritis, keterampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional,

BAB I PENDAHULUAN. Mudzakkir Faozi, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab I ini, akan dipaparkan beberapa cakupan yang akan digunakan

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tujuan pendidikan jasmani bukan hanya mengembangkan ranah jasmani,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam usaha pencapaian tujuan belajar perlu diciptakan adanya sistem

BAB I PENDAHULUAN. mendorong dan menfasilitasi kegiatan belajar mereka.

BAB I PENDAHULUAN. THN 2008) sistem keolahragan nasional. Pengembangan motorik dan. jasmani sekolah, dimana pendidikan jasmani merupakan media untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fakhry Brillian Hidayat, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Proses kegiatan belajar mengajar merupakan suatu aktivitas yang

BAB I PENDAHULUAN. diajarkan pada siswa kelas V Sekolah Dasar. Sedikit sekali siswa yang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan memiliki peran yang sangat

UPAYA MENINGKATKAN HASIL PEMBELAJARAN TOLAK PELURU GAYA O BRIEN DENGAN MENGGUNAKAN MODIFIKASI ALAT PADA SISWA KELAS VIII

I. PENDAHULUAN. Pendidikan sebagai suatu proses pembinaan manusia yang berlangsung seumur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan cara

BAB I PENDAHULUAN yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Ini merupakan proses yang

BAB I PENDAHULUAN. normal, namun anak anak yang memiliki keterbelakangan mental juga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. secara keseluruhan. Melalui pendidikan jasmani dikembangkan beberapa aspek yang

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan harus diarahkan pada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Suatu realita yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari bahwasannya di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

YUSRA FAUZA, 2015 PENGARUH KIDS ATHLETICS TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN MOTORIK KASAR SISWA SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari sistem pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan secara

I. PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya merupakan kebutuhan setiap orang di dalam

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional, tindakan moral, aspek

I. PENDAHULUAN. isi, dan arah untuk menuju kebulatan kepribadian sesuai dengan cita-cita

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai salah satu komponen pendidikan yang wajib diajarkan di

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan media pembelajaran melainkan hanya menggunakan talk and chalk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat.pendidikan pada

I. Pendahuluan. berlangsung seumur hidup. Berdasarkan undang-undang No.20 tahun. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sangat penting bagi manusia untuk menunjang dalam

MODUL 2 : MODIFIKASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah upaya yang dikerjakan secara sadar oleh manusia untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembelajaran, terjadi kegiatan belajar mengajar. Sagala (2008:61)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan wadah pendidikan formal mempunyai tugas untuk

BAB I PENDAHULUAN. yang terpendam tanpa dapat kita lihat dan rasakan hasilnya. Menindak lanjuti. mahluk yang butuh berinteraksi dengan lingkungannya.

dan bahkan akan terbelakang. Dengan demikian pendidikan harus betul-betul samping memiliki budi pekerti yang luhur dan moral yang baik.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Riska Dwi Herliana, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan jasmani memiliki peran yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Zulia Rachim, 2013

BAB I PENDAHULUAN. jasmani yang direncanakan secara sistematik untuk mencapai suatu tujuan yang

BAB I PENDAHULUAN. integral dari pendidikan secara keseluruhan. Tujuan pendidikan jasmani

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan keterampilan olah raga tetapi pada perkembangan si anak seutuhnya.

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Seperti halnya

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada saat ini ilmu pengetahuan dan teknologi semakin berkembang. dengan menggunakan tenaga manusia kini sudah banyak diganti dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Jasmani pada dasarnya merupakan bagian integral dari sistem pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kesehatan, kebugaran jasmani, keterampilan berfikir kritis, stabilitas emosional, keterampilan sosial, penalaran dan tindakan moral melalui aktivitas jasmani dan olahraga. Di dalam intensifikasi penyelengaraan pendidikan sebagai suatu proses pembinaan manusia yang berlangsung seumur hidup, peranan Pendidikan Jasmani adalah sangat penting, yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat langsung dalam aneka pengalaman belajar melalui aktivitas jasmani, bermain dan olahraga yang dilakukan secara sistematis. Pembekalan pengalaman belajar itu diarahkan untuk membina, sekaligus membentuk gaya hidup sehat dan aktif sepanjang hayat. Pendidikan Jasmani merupakan media untuk mendorong perkembangan keterampilan motorik, kemampuan fisik, pengetahuan, penalaran, penghayatan nilai (sikap-mental-emosional-spiritual-sosial), dan pembiasaan pola hidup sehat yang bermuara untuk merangsang pertumbuhan serta perkembangan yang seimbang. Dengan Pendidikan Jasmani siswa akan memperoleh berbagai ungkapan yang erat kaitannya dengan kesan pribadi yang menyenangkan serta berbagai ungkapan yang kreatif, inovatif, terampil, memiliki kebugaran jasmani,

2 kebiasaan hidup sehat dan memiliki pengetahuan serta pemahaman terhadap gerak manusia. Dalam proses pembelajaran Pendidikan Jasmani guru diharapkan mengajarkan berbagai keterampilan gerak dasar, teknik dan strategi permainan dan olahraga, internalisasi nilai-nilai (sportifitas, jujur, kerjasama, dan lain-lain) serta pembiasaan pola hidup sehat. Pelaksanaannya bukan melalui pengajaran konvensional di dalam kelas yang bersifat kajian teoritis, namun melibatkan unsur fisik, mental, intelektual, emosi dan sosial. Aktivitas yang diberikan dalam pengajaran harus mendapatkan sentuhan didaktik-metodik, sehingga aktivitas yang dilakukan dapat mencapai tujuan pengajaran. Tidak ada pendidikan yang tidak mempunyai sasaran paedagogis, dan tidak ada pendidikan yang lengkap tanpa adanya Pendidikan Jasmani, karena gerak sebagai aktivitas jasmani adalah dasar bagi manusia untuk mengenal dunia dan dirinya sendiri yang secara alamiah berkembang searah dengan perkembangan zaman Dalam proses belajar pendidikan jasmani, siswa diberi pengalaman pengalaman gerak lewat aktivitas jasmani. Dengan aktivitas jasmani ini diharpkan akan berkembangnya kemampuan gerak dasar siswa. Pendidikan jasmani pada dasarnya merupakan pendidikan melalui aktivitas jasmani untuk mencapai perkembangan individu secara menyeluruh. Sehingga keterampilan dan perkembangan lainnya yang bersifat jasmaniah sebagai tujuan. Melalui pendidikan jasmani,siswa disosialisaikan ke dalam aktivitas jasmani termasuk keterampilan olahraga. Tidak mengherankan apabila banyak pakar yang

3 meyakini dan mengatakan bahwa penndidikan jasmani merupakan bagian dari pendidkan menyeluruh dan sekaligus memiliki potensi yang strategis untuk mendidik. Suatu realita sehari-hari di dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) bidang studi Pendidikan Jasmani berlangsung, masih banyak guru belum memberdayakan seluruh potensinya dalam mengelola pembelajaran baik dalam menguasai materi maupun dalam menggunakan media pembelajaran, melainkan hanya menggunakan berbicara dan kapur tulis, sementara materi-materi dalam Pendidikan Jasamani (Penjas) dilakukan tidak hanya di dalam ruangan saja/kelas yang dalam arti teori melainkan praktek di lapangan. Pada Kenyataannya praktek dilapangan sering sekali didapati pembelajaran Penjas yang kurang efektif dan efisien. Dalam pengajaran materi, kebanyakan guru tidak menggunakan media maupun alat bantu pembelajaran. Padahal jika dikaji lebih mendalam, dengan menggunakan alat bantu pembelajaran informasi/pesan yang akan disampaikan akan lebih mudah ditangkap dan dicerna oleh siswa sehingga proses pembelajaran lebih efektif dan efisien. Hal ini disinyalir karena tidak tersedianya alat bantu tersebut dan kurangnya kreativitas para guru. Tidak tersedianya media pembelajaran/alat bantu di sekolah menjadi salah satu faktor penyebab guru malas dan kurang kreatif dalam mengelola pembelajaran sehinggahanya bermodalkan berbicara dan kapur tulis. Hal ini sering kita jumpai dalam KBM bidang studi Penjas yang efeknya dapat mengkondisikan siswa dalam situasi Duduk Diam Catat Hafal. Hal ini tentu bertentangan dengan tujuan pengajaran Penjas yang

4 sangat kompleks yang seharusnya bertujuan untuk meningkatkan aspek kognitif, afektif, psikomotorik, dan sosial, melainkan hanya aspek kognitifnya. Di samping itu, hal ini tentu bertentangan dengan harapan masyarakat (orang tua anak) yang menginginkan anak anaknya tumbuh lebih kreatif, dapat menggunakan dan menerapkan ilmu pengetahuan yang diperolehnya secara efektif dalam pemecahan masalah-masalah sehari-hari yang kontekstual. Salah satu tujuan Pendidikan Nasional yang tercantum dalam Undang- Undang Dasar 1945 adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Untuk mencapai cita-cita yang mulia tersebut, maka sangat diperlukan pembangunan dalam bidang pendidikan. Di dalam dunia pendidikan, mata pelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan merupakan satu mata pelajaran yang harus dimasukkan dalam kurikulum di semua jenis dan jenjang pendidikan mulai dari Taman Kanakkanak (TK), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), sampai dengan Perguruan Tinggi (PT). Hal tersebut juga sesuai dengan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) dan silabus yang ada. Dan hal tesebut merujuk pada peraturan pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan bahwa sekolah mempunyai kewengan mengebangkan kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan silabusnya. Adapun standar kompetensi dari materi tolak peluru ini adalah mempraktekan berbagai keterampilan permainan olahraga dengan teknik dan nilai-nilai yang terkandung didalamnya. Dan juga kompetensi dasar dari materi ini adalah mempraktekan ketrempilan teknik salah satu nomor atletik tolak peluru dengan menggunakan peraturan yang dimodifikasi serta nilai kerjasama, kerja keras dan

5 percaya. Atletik adalah aktivitas jasmani yang kompetitif/dapat diadu, meliputi beberapa lomba-lomba yang terpisah berdasarkan kemampuan gerak dasar manusia seperti: berjalan, berlari, melompat, dan melempar, (PASI, 1993:1). Selain itu dalam kejuaraan atletik ada beberapa nomor yang diperlombakan, diantaranya adalah nomor lari, jalan, nomor lompat dan nomor lempar. Tolak peluru adalah olahraga dengan menolakkan peluru (alat yang bundar seperti bola yang terbuat dari besi, atau kuningan), (PASI, 2003:60). Beratnya untuk yunior putri 3 kilogram dan putra 5 kilogram sedangkan untuk senior putri 4 kilogram dan putra 7,257 kilogram, garis tengah peluru putra 110-130 mm sedangkan peluru putri bergaris tengah 95-110 mm. Terdapat banyak kendala dan hambatan agar atletik disukai dan disenangi oleh siswa, bahkan bisa dijadikan ajang prestasi pada salah satu nomor lomba di tingkat pelajar. Salah satu kendala yang sering ditemui di lapangan antara lain adalah kurang tersedianya fasilitas dan perlengkapan untuk kegiatan atletik yang memmadai. Apalagi kalau dikaitkan dengan masalah dana untuk pengadaan dan pemeliharaan peralatan atletik standar yang harganya relatif mahal dan sulit dijangkau oleh anggaran sekolahnya. Masalah lainnya adalah kemampuan guru penjas dalam menyajikan Proses Belajar Mengajar (PBM) atletik yang lebih menekankan pada penguasaan teknik dan berorientasi kepada hasil atau prestasi siswa pada setiap nomor atletik. Dengan demikian unsur bermain dan kesenangan siswa menjadi kurang diperhatikan. Untuk itu, kreatifitas guru penjas perlu terus dikembangkan dan ditingkatkan dengan berbagai memodifikasi peralatan atletik. Barang-barang bekas atau bahan-bahan yang ada di sekitar lingkungan sekolah

6 atau rumah siswa yang mudah di dapat masih bisa digunakan atau dibuat bahkan relatif murah bila harus dibeli. Dengan demikian kita mencoba mengubah atau mengembangkan pola pikir kita sebagai guru penjas dalam PBM atletik: dari berorientasi prestasi berubah kepada orientasi PBM atletik bernuansa bermain, dari ketergantungan pada penggunaan alat-alat standar, menjadi pemanfaatan alatalat yang dimodifikasi. Sarana prasarana merupakan salah satu bagian strategis dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Dengan kata lain, lengkap dan tidak lengkapnya sarana prasarana pembelajaran turut mempengaruhi maksimal dan tidak maksimalnya ketercapaian tujuan pembelajaran. Sarana yang lengkap bisa memudahkan guru untuk mengejar target-target tertentu yang menjadi tujuan pembelajaranya. Begitu sebaliknya, sarana yang tidak lengkap akan menyulitkan bagi guru dalam mencapai target-target tujuan pembelajaranya. Salah satu bentuk sarana dalam pembelajaran adalah media pembelajaran. Penggunaan media pembelajaran ini sangat penting dalam proses pembelajaran guna mencapai target-target tujuan pembelajaran. Secara harfiah media berarti perantara atau pengantar. Association for Education Communication Technology mengartikan media sebagai segala bentuk yang dipergunakan untuk proses penyaluran informasi. Menurut National Education Association media merupakan segala hal yang dapat dimanipulasi (modifikasi), dilihat, didengar, dibaca, atau dibicarakan beserta pirantinya untuk kegiatan tersebut. Juliantine (2010: 67) secara umum menyatakan bahwa media sering juga disebut perangkat lunak atau

7 materi, maksudnya adalah segala hal yang memuat pesan atau bahan ajar untuk ditransmisikan melalui suatu alat tertentu. Khusus mengenai media yang termasuk bahan atau peralatan, pada dasarnya dapat diklasifikasikan dalam lima kategori, Gerlach & Ely yang dikutip oleh Rustaman (2003: 139) adalah sebagai berikut: a. Real material and person (transfaransi, slide, film trip, dan film), b. Isual material for projection (guru, psikologi, pimpinan perusahaan, tumbuh-tumbuhan dan hewan). c. Udio materials (kaset audio, piringan hitam, radio, compact disc). d. Rinted materials (buku tulis, diktat, Koran, majalah). e. Display material papan tulis, bulletin board, flannel board, flip chart, peta globe, bola, maket, patung, dan boneka). Keberadaan media pembelajaran yang kurang memadai dan mencukupi di suatu sekolah dapat menghambat berlangsungnya proses pembelajaran. Untuk itu diperlukan suatu alternatif media atau alat bantu dalam pembelajaran, salah satunya adalah media modifikasi alat. Modifikasi merupakan salah satu cara untuk mengatasi keterbatasan saran dan prasarana yang ada di sekolah. Minimnya sarana dan prasarana yang ada menuntut seorang guru pendidikan jasmani untuk lebih kreatif dalam memberdayakan dan mengoptimalkan penggunaan sarana dan prasarana itu sendiri. Seorang guru pendidikan jasmani yang kreatif akan mampu menciptakan sesuatu yang baru, atau memodifikasi yang sudah ada tetpi disajikan dengan cara yang semenarik mungkin, sehingga siswa akan merasa senang dan termotivasi dalam mengikuti pelajaran pendidikan jasmani yang diberikan. Modifikasi dapat digunakan sebagai suatu alternatif dalam mengatasi keterbatasan sarana dan prasarana pembelajaran dalam pendidikan jasmani.

8 Karena pendekatan ini mempertimbangkan tahap-tahap perkembangan dan karakteristik anak, sehingga anak akan mengikuti pelajaran pendidikan jasmani dengan senang dan gembira. Dalam hal ini peneliti mencoba mengatasi keterbatasan sarana dan prasarana tersebut dengan memodifikasi alat pembelajaran pendidikan jasmani. Alat modifikasi tersebut berupa peluru yang digunakan dalam pembelajaran tolak peluru. Peluru standar adalah peluru terbuat dari besi keras, kuningan atau logam lain tidak lebih lunak dari kuningan, atau kulit metal yang keras diisi dengan timah atau materi lain. Peluru beratnya untuk yunior putri 3 kilogram dan putra 5 kilogram sedangkan untuk senior putri 4 kilogram dan putra 7,257 kilogram. Peluru ini harus berbentuk bola/bulat dengan permukaan yang licin/halus. Garis tengah peluru putra min 110-130 mm max. Sedangkan untuk putri bergaris tengah 95-110 mm. Dari hasil studi pendahuluan, keberadaan peluru di sekolah sangatlah terbatas. Oleh karena itu peneliti mencoba untuk memodifikasi alat peluru ini dengan bola yang diisi kain bekas, bola plastik berisi pasir dan bola yang diisi semen (cor) dengan beberapa perbedaan dari alat peluru yang sesungguhnya. Selanjutnya modifikasi alat peluru yang lain adalah penggunaan bola berbahan plastik yang kemudian diisi dengan pasir, bola yang diisi kain bekas dan bola yang diisi semen (cor) beratnya 1 Kg 5 Kg. Sehingga penggunaan peluru yang dimodifikasi ini juga aman untuk digunakan oleh siswa. Selain itu peranan modifikasi alat dapat dijadikan suatu solusi atas problematika yang terjadi selama ini dan guru dapat mengurangi atau menambah

9 tingkat kompleksitasnya tugas ajar yang harus dilakukan siswa, seperti yang di ungkapkan oleh Lutan dan Suherman (2000: 69) sebagai berikut: Modifikasi peralatan, guru dapat mengurangi tingkat kompleksitasnya tugas ajar dengan cara memodifikasi peralatan yang digunakan untuk melakukan skill itu, misalnya: berat ringannya, besar kecilnya, tinggi rendahnya, panjang pendeknya, peralatan yang digunakan. Selain itu, Bahagia (2010: 3) mengemukakan bahwa: Kemampuan guru untuk memodifikasi segala sesuatu yang berkaitan dengan proses pembelajaran dengan jalan mengurangi atau menambah tingkat kesulitan yang dihadapi siswa baik dalam hal bantu dan perlengkapan, karakteristik materi yang disesuaikan dengan keadaan siswa, lingkungan pembelajaran serta cara evaluasi yang di berikan di akhir kegiatan kelak. Dari pernyataan tersebut, modifikasi memiliki peranan penting dalam proses pembelajaran terutama dalam mencitakan suasana pembelajaran pendidikan jasmani yang aktif dan mempunyai unsur kesenangan atau kegembiraan dalam pembelajaran tersebut serta dapat berguna bagi sekolah-sekkolah yang berada di perkotaan dengan segala keterbatasan sarana dan prasarana pembelajaran pendidikan jasmani. Dari beberapa kriteria media alternatif modifikatif untuk mengganti tolak peluru tersebut nampaknya bola plastik berisi pasir, bola yang di isi kain bekas, bola basket bekas, bola pelastik yang di isi semen yang dijadikan media alternatif modifikatif untuk mengganti peluru. Dari segi bentuk, jelas ada kemiripan dengan bentuk peluru yang biasa digunakan pada pembelajaran tolak peluru, dari segi ketersediaan dan harga, maka peluru dari bola plastik, bola yang di isi kain bekas,

10 bola basket bekas, bola pelastik yang di isi semen ini sangat mudah sekali di dapat di pasar-pasar tradisional dengan harga sangat murah. Berdasarkan latar belakang tersebut di atas maka peneliti menentukan judul Pengaruh Penggunaan Alat Bantu Pembelajaran Tolak Peluru Yang Dimodifikasi Terhadap Hasil. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka permasalah yang akan diteliti dalam penelitian ini dirumuskan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut: Adakah pengaruh penggunaan alat bantu pembelajaran tolak peluru yang dimodifikasi terhadap hasil belajar siswa? C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh penggunaan alat bantu pembelajaran tolak peluru yang dimodifikasi terhadap hasil belajar siswa. D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk berbagai pihak, baik secara teoritis maupun secara praktis. 1. Secara Teoritis Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi guru dan siswa sebagai sumber masukan dan tambahan informasi ilmiah.

11 2. Secara Praktis Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada: a. Bagi siswa Siswa dapat lebih senang dan partisipatif dalam proses pembelajaran Tolak Peluru. b. Bagi guru Pembelajaran tolak peluru menggunakan peluru modifikasi ini dapat menambah pengalaman dalam penggunaan media belajar yang di modifikasi dan membuat pembelajaran menjadi lebih efektif. c. Bagi sekolah Adanya peningkatan kualitas pembelajaran dan pengajaran yang berakibat terhadap peningkatan kualitas siswa dan guru, sehingga pada akhirnya akan mampu meningkatkan kualitas sekolah secara keseluruhan. d. Bagi Peneliti Dapat menjadi inspirasi pengetahuan untuk menemukan media modifikasi yang lain dalam cabang atletik dan cabang olahraga lain. E. Batasan Masalah Agar penelitian ini lebih jelas dan terarah, maka peneliti membatasi permasalahan hanya pada aspek-aspek yang menjadi fokus pada penelitian, diantaranya: 1. Modifikasi dilakukan pada alat pembelajaran tolak peluru.

12 2. Materi yang di ajarkan dalam tolak peluru meliputi, fase pegangan/grip, fase persiapan, fase luncuran/glide, fase pengataran fase gerakan lengan akhir. Dan fase pemulihan/recovery. F. Defenisi Operasional Untuk menghindari kesalah pahaman atau penafsiran dalam penelitian peneliti mencoba menjelsakan istilah-istilah yang di gunakan sebagai berikut: 1. Hasil Belajar Hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku subjek yang meliputi kemampuan kongnitif, afektif dan psikomotor dalam situasi tertentu berkat pengalalaman yang berulang-ulang (Hamalik, 2002:3). 2. Media Modifikasi Modifikasi dalam mata pelajaran pendidikan jasmani diperlukan, dengan tujuan agar siswa memperoleh kepuasan dalam mengikuti pelajaran, meningkatkan kemungkinan keberhasilan dalam berpartisipasi dan dapat melakukan pola gerak secara benar. Pendekatan ini dimaksudkan agar materi dapat disajikan sesuai dengan tahapan perkembangan siswa, baik dari segi kognitif, afektif dan psikomotor sehingga tujuan dari pembelajaran dapat tercapai (Lutan, 1988). 3. Peluru Tolak Peluru adalah suatu bentuk gerakan menolak atau mendorong suatu alat yang bundar dengan berat tertentu yang terbuat dari logam (peluru) yang

13 dilakukan dari bahu dengan satu tangan untuk mencapai jarak sejauh-jauhnya (Syaifuddin, 1992:144). 4. Pembelajaran Pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara sengaja di kelola untuk memungkinkan ia turut seta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi kondisi khusus untuk menghasilkan respon terhadap situasi tetentu, pemeblajaran merupakan bus set dari pendidikan (Sagala: 2005:61).