REMOTE COURTSHIP CONFLICT OF INDIVIDUAL YOUNG ADULT

dokumen-dokumen yang mirip
KONFLIK PACARAN JARAK JAUH PADA INDIVIDU DEWASA MUDA. Disusun oleh: Nama : Saadatun Nisa NPM : Fakultas Psikologi, Universitas Gunadarma

KONFLIK PACARAN JARAK JAUH PADA INDIVIDU DEWASA MUDA

BAB I PENDAHULUAN. memiliki keinginan untuk mencintai dan dicintai oleh lawan jenis. menurut

BAB I PENDAHULUAN. rentang kehidupan seseorang. Individu pada masa ini telah melewati masa remaja

BAB I PENDAHULUAN. rentang kehidupan seseorang. Individu pada masa ini telah melewati masa remaja

PERBEDAAN KOMITMEN BERPACARAN ANTARA DEWASA MUDA YANG MEMILIKI SELF-MONITORING TINGGI DAN SELF-MONITORING RENDAH

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini,

Perbedaan Psychological Well-being pada Dewasa Muda Pasangan Long Distance Relationship dengan Pasangan Non Long Distance Relationship

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

BAB I PENDAHULUAN. rentang kehidupan seseorang. Individu pada masa dewasa awal telah melewati

GAMBARAN KECEMASAN ORANG TUA TERHADAP ORIENTASI MASA DEPAN ANAK TUNARUNGU DITINJAU DARI TUGAS PERKEMBANGAN MASA DEWASA AWAL

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan periode yang penting, walaupun semua periode

GAMBARAN PROFIL ORIENTASI MASA DEPAN BIDANG PERNIKAHAN PADA WANITA BEKERJA USIA TAHUN YANG BELUM MENIKAH. Siti Anggraini

BAB I PENDAHULUAN. penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana dua

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membahas mengenai kualitas komunikasi yang dijabarkan dalam bentuk pengertian kualitas

SKRIPSI EKY JULIANY FAMY LUBIS

ABSTRAK Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha

ANALISIS KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL GARIS SINGGUNG LINGKARAN BERDASARKAN ANALISIS NEWMAN PADA KELAS VIII SMP NEGERI 1 KEC.

BAB III METODE PENELITIAN. dengan pendekatan studi kasus. Menurut Sugiyono (2012), metode penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 40 tahun. Pada masa ini, orang-orang mencari keintiman emosional dan fisik

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. berubah dari perubahan kognitif, fisik, sosial dan identitas diri. Selain itu, terjadi pula

HUBUNGAN TINGKAT KETIDAKPASTIAN DAN KONSEP DIRI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN KOMUNIKASI PRIA PADA TAHAP PERKENALAN DENGAN WANITA

Hubungan Kesejahteraan Psikologis Dengan Self Esteem Pada Wanita Rawan Sosial Ekonomi (WRSE) di Wilayah Kecamatan Tebet

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yang digunakan, subjek penelitian, metode pengumpulan data, alat

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak dapat hidup seorang diri karena manusia merupakan

BAB I PENDAHULUAN. manusia pun yang dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan kehadiran manusia lain

BAB 3 METODE PENELITIAN. kualitatif., artinya data yang dikumpulkan bukan berupa angka-angka melainkan

DAFTAR ISI v. KATA PENGANTAR.. i ABSTRAK iii ABSTRACT iv. DAFTAR TABEL viii DAFTAR BAGAN... ix DAFTAR LAMPIRAN. x

FAKTOR - FAKTOR YANG MENINGKATKAN HARGA DIRI PADA REMAJA TUNANETRA DI SEKOLAH INKLUSI SKRIPSI

TESIS PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA DONATA ASMARANTA MANIK. No. Mhs.

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai manusia yang telah mencapai usia dewasa, individu akan

GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN LANSIA DALAM MENGHADAPI KEMATIAN DI DESA TRIBUANA BANJARNEGARA TAHUN 2017

PROSES TERBENTUKNYA INTIMATE RELATIONSHIP DAN UPAYA MENGELOLA KONFLIK DALAM HUBUNGAN PACARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan

Pengaruh Perceraian Pada Anak SERI BACAAN ORANG TUA

MEMAAFKAN (FORGIVENESS) DALAM KONFLIK HUBUNGAN PERSAHABATAN

BAB I PENDAHULUAN. tentang orang lain. Begitu pula dalam membagikan masalah yang terdapat pada

BAB I PENDAHULUAN. dalam memenuhi kebutuhannya. Salah satu tugas perkembangan seorang individu adalah

BAB I. PENDAHULUAN...

EMA SAFITRI

BAB I PENDAHULUAN. sendiri dan membutuhkan interaksi dengan sesama. Ketergantungan dengan

ABSTRAK. Kata kunci: financial self-efficacy, faktor sosiodemografi, pengelolaan keuangan pribadi

BAB I PENDAHULUAN. sosialnya. Pengertian dari pacaran itu sendiri adalah hubungan pertemanan antar lawan

HARAPAN (HOPE) PADA REMAJA PENYANDANG THALASSAEMIA MAYOR (HOPE IN ADOLESCENTS WITH THALASSAEMIA MAJOR)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PERKEMBANGAN SOSIAL EMOSI ANAK USIA DINI PADA KELUARGA SINGLE PARENT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan mahluk sosial yang membutuhkan orang lain dalam menjalani suatu

BAB I PENDAHULUAN. tidak tinggal bersama (Long Distance Relationship) dalam satu rumah karena

GAMBARAN PROSES PENERIMAAN IDENTITAS HOMOSEKSUAL PADA LESBIAN SKRIPSI

3. METODE PENELITIAN

DAPATKAH AKU BERHENTI BERJUDI? (STUDI FENOMENOLOGIS PROFIL PENJUDI BOLA YANG MEMASUKI MASA DEWASA AWAL)

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penurunan kondisi fisik, mereka juga harus menghadapi masalah psikologis.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Komunikasi keluarga adalah komunikasi interpersonal yang sangat penting.

BAB III METODE PENELITIAN. Peneliti menggunakan penelitian kualitatif, yaitu suatu jenis penelitian yang

KOMUNIKASI ADAPTASI KELUARGA DALAM REMARRIAGE SUMMARY SKRIPSI. Disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan Pendidikan Strata 1.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN

Bab 2. Landasan Teori

BAB I PENDAHULUAN. Menjaga hubungan romantis dengan pasangan romantis (romantic partner) seperti

GAMBARAN PENERIMAAN DIRI REMAJA PUTRI YANG MENGALAMI OBESITAS SKRIPSI

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh: Rr. Sri Nuriaty Masdiputri NIM:

PENYESUAIAN PERKAWINAN PADA PASANGAN YANG BERLATAR BELAKANG ETNIS BATAK DAN ETNIS JAWA. Mia Retno Prabowo Fakultas Psikologi, Universitas Gunadarma

1 Universitas Indonesia

ABSTRAKSI. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. pemenuhan hasrat seksual, dan menjadi lebih matang. Pernikahan juga

BAB I PENDAHULUAN. hubungan sosial yaitu hubungan berpacaran atau hubungan romantis.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III METODE PENELITIAN

ABSTRAK. Kata kunci: conflict resolution style, dewasa awal, pacaran. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. individu saling mengenal, memahami, dan menghargai satu sama lain. Hubungan

ABSTRAK Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha

PENGARUH KONSEP DIRI TERHADAP KEKERASAN DALAM PACARAN PADA REMAJA DI JAKARTA

Peran Homeschooling Terhadap Motivasi Belajar Pada Remaja. Wita Hardiyanti. Dona Eka Putri, Psi, MPsi. Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma

Gambaran 26konsep pacaran, Nindyastuti Erika Pratiwi, FPsi UI, Metode Penelitian

GAMBARAN KOMITMEN PADA EMERGING ADULT YANG MENJALANI HUBUNGAN PACARAN JARAK JAUH DAN PERNAH MENGALAMI PERSELINGKUHAN

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2014

BAB 3 METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN. 23 Universitas Indonesia. Gambaran Penghayatan..., Mitra Atensi, FPSI UI, 2008

KOMUNIKASI ANTARPRIBADI REMAJA LAPAS DENGAN PENDAMPING. (Studi Deskriptif Kualitatif Komunikasi Antarpribadi Remaja di Lapas Klaten

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah individu yang menempuh perkuliahan di Perguruan Tinggi

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan jaman yang melaju sangat pesat dan persaingan global

BAB III METODE PENELITIAN. sesuai jika didekati dengan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. hubungan yang intim merupakan tugas perkembangan yang penting pada masa dewasa awal

BAB III METODE PENELITIAN

STUDI DESKRIPTIF MENGENAI GAMBARAN SELF-ESTEEM PADA SISWA SMA PELAKU BULLYING FRESHKA JULIE HARDI. Drs. Amir Sjarif Bachtiar, M.

Gambaran konsep pacaran, Nindyastuti Erika Pratiwi, FPsi UI, Pendahuluan

BAB II LANDASAN TEORI. Pada bab ini akan dibahas mengenai teori-teori yang menguraikan tahap

ABSTRAK Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Abstrak. Kata kunci : Anxiety, attentional bias, emotional stroop task

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dari mulai lahir sampai dengan meninggal dunia. Dari semua fase

PENINGKATAN INTERAKSI SOSIAL SISWA DENGAN TEMAN SEBAYA MELALUI LAYANAN KONSELING KELOMPOK

BAB I LATAR BELAKANG MASALAH

Komunikasi Antar Pribadi Pada Pasangan Romantis Pasca Perselingkuhan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah

Transkripsi:

REMOTE COURTSHIP CONFLICT OF INDIVIDUAL YOUNG ADULT SAADATUN NISA, PRAESTI SEDJO, S. PSI., M.SI Undergraduate Program, 2007 Gunadarma University http://www.gunadarma.ac.id Key Words: REMOTE courtship, YOUNG ADULT ABSTRACT : Young adulthood is the beginning of a stage of maturity in a person's life span. Individuals during adolescence have passed and now will enter the stage of maturity with all the challenges of achieving more diverse forms. Tasks range from the development of young adults in the building intimate relationships with others, particularly intimate relationships with the opposite sex, which is marked by well know each other personally identifying deficiencies or strengths of each individual who continued with dating. Usually courtship has been started since the younger adults who are at the age of 18-40 years and a period of adjustment to the patterns of new life and new social expectations as well. In undergo courtship; individuals often can not always be close to her partner, so they make longdistance courtship. Long-distance dating is a relationship between two parties who are committed to each other where the individual can not always be near each other, and can not be met when they need each other, because in school or working in different cities, different islands, even a country or continent different. Individuals who undergo longdistance courtship are likely to experience a conflict, if not immediately resolved can lead to frustration and mental imbalance and can give a direct influence on a relationship. Conflict is a situation where the individual was faced with two or more goals or individual choices and must choose one of several choices. When disagreements arise in the form of influence from within individuals themselves or from outside who are not in accordance with the goals, hopes or desires that cause a conflict between forces that existed at the individual's own self as well as between other parties or individuals with different views, opinions and attitudes that occur either by yourself or with others. This study aims to find a picture of the conflict, the causes of conflict, and how to resolve conflicts experienced by young adult individuals who undergo long-distance courtship. The approach used in this study is qualitative method with case study research approach, which in this study v using the interview method in general as well as non-participant observation method. Individual subjects were young adults aged 20-35 years long-distance dating relationships. Based on the results of research that could be identified that the subject had a personal conflict, including the desire to establish official relations subject but the subject has not been allowed to feel their parents, when the subject is a problem not her boyfriend was beside the subject, the subject was difficult to find time to communicate with his girlfriend, dropped out of a sense of fear and fear that if her boyfriend cheating and the subject have thought to look for a replacement. In addition, the subjects were experiencing interpersonal conflict, including non-current due to communication and differences in economic status. The reason is that there is an agreement between the subject and her boyfriend are not being met by the subject, attention began to decrease the intensity of communication, the 1

subjects felt that his girlfriend had changed and his attention began to diminish. Subject ways to overcome this conflict by way of communicating with his girlfriend, positive thinking, patience, trust, understand each other and the strong commitment from both parties 2

Abstraksi Masa dewasa muda merupakan awal dari suatu tahap kedewasaan dalam rentang kehidupan seseorang. Individu pada masa telah melewati masa remaja dan kini akan memasuki tahap pencapaian kedewasaan dengan segala tantangan yang lebih beragam bentuknya. Tugas perkembangan dewasa muda berkisar pada pembinaan hubungan intim dengan orang lain, terutama hubungan intim dengan lawan jenis, yang ditandai dengan saling mengenal pribadi seseorang baik kekurangan ataupun kelebihan masing-masing individu yang dilanjutkan dengan berpacaran. Biasanya pacaran sudah dimulai sejak dewasa muda yang berada pada usia 18-40 tahun dan merupakan periode penyesuaian terhadap pola-pola hidup yang baru dan harapan sosial yang baru pula. Dalam menjalani pacaran, seringkali individu tidak selalu dapat berdekatan dengan pasangannya, sehingga mereka melakukan pacaran jarak jauh. Pacaran jarak jauh merupakan suatu hubungan antara dua pihak yang saling berkomitmen dimana individu tidak dapat selalu berada secara berdekatan satu sama lain, dan tidak dapat bertemu ketika mereka saling membutuhkan, karena bersekolah atau bekerja pada kota yang berbeda, pulau yang berbeda, bahkan negara ataupun benua yang berbeda. Individu yang menjalani pacaran jarak jauh sangat mungkin akan mengalami suatu konflik, jika tidak segera diselesaikan dapat mengakibatkan frustasi dan ketidakseimbangan kejiwaan dan dapat memberikan pengaruh langsung pada suatu hubungan. Konflik adalah suatu keadaan dimana individu dihadapkan pada dua atau lebih tujuan atau pilihan dan individu harus memilih satu dari beberapa pilihan tersebut. Ketika muncul ketidaksetujuan berupa pengaruh dari dalam diri individu itu sendiri maupun dari luar yang tidak sesuai dengan tujuan, harapan ataupun keinginan sehingga menimbulkan suatu pertentangan antara kekuatan yang ada pada diri individu sendiri maupun antara individu dengan pihak lain atau perbedaan pandangan, pendapat dan sikap yang terjadi baik dengan diri sendiri maupun dengan orang lain. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran mengenai konflik, penyebab konflik, dan cara penyelesaian konflik yang dialami oleh individu dewasa muda yang menjalani pacaran jarak jauh. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif, dengan pendekatan penelitian studi kasus, dimana dalam penelitian ini menggunakan metode wawancara secara umum serta metode observasi non partisipan. Subjek penelitian ini adalah individu dewasa muda yang berusia 20-35 tahun yang menjalin hubungan pacaran jarak jauh. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa subjek mengalami konflik personal, diantaranya keinginan subjek untuk menjalin hubungan resmi tetapi subjek merasa orang tuanya belum mengijinkan, pada saat subjek sedang ada masalah acarnya tidak berada di samping subjek, subjek sulit untuk mencari waktu ang tepat untuk berkomunikasi dengan pacarnya, adanya perasaan takut putus dan takut jika pacarnya selingkuh dan subjek mempunyai pikiran untuk mencari pengganti. Selain itu, subjek mengalami konflik interpersonal, diantaranya 2

dikarenakan komunikasi yang tidak lancar dan perbedaan status ekonomi. Penyebabnya adalah adanya kesepakatan antara subjek dan pacarnya yang tidak terpenuhi oleh subjek, perhatian intensitas komunikasi mulai berkurang, subjek merasa bahwa pacarnya sudah berubah dan perhatiannya mulai berkurang. Cara subjek untuk mengatasi konflik tersebut dengan cara berkomunikasi dengan pacarnya, berpikiran positif, bersabar, saling percaya, saling mengerti satu sama lain dan kuatnya komitmen dari kedua belah pihak. 3

KONFLIK PACARAN JARAK JAUH PADA INDIVIDU DEWASA MUDA Disusun oleh: Nama : Saadatun Nisa NPM : 10501257 Fakultas Psikologi, Universitas Gunadarma Masa dewasa muda merupakan awal dari suatu tahap kedewasaan dalam rentang kehidupan seseorang. Individu pada masa telah melewati masa remaja dan kini akan memasuki tahap pencapaian kedewasaan dengan segala tantangan yang lebih beragam bentuknya. Tugas perkembangan dewasa muda berkisar pada pembinaan hubungan intim dengan orang lain, terutama hubungan intim dengan lawan jenis, yang ditandai dengan saling mengenal pribadi seseorang baik kekurangan ataupun kelebihan masing-masing individu yang dilanjutkan dengan berpacaran. Biasanya pacaran sudah dimulai sejak dewasa muda yang berada pada usia 18-40 tahun dan merupakan periode penyesuaian terhadap pola-pola hidup yang baru dan harapan sosial yang baru pula. Dalam menjalani pacaran, seringkali individu tidak selalu dapat berdekatan dengan pasangannya, sehingga mereka melakukan pacaran jarak jauh. Pacaran jarak jauh merupakan suatu hubungan antara dua pihak yang saling berkomitmen dimana individu tidak dapat selalu berada secara berdekatan satu sama lain, dan tidak dapat bertemu ketika mereka saling membutuhkan, karena bersekolah atau bekerja pada kota yang berbeda, pulau yang berbeda, bahkan negara ataupun benua yang berbeda. Individu yang menjalani pacaran jarak jauh sangat mungkin akan mengalami suatu konflik, jika tidak segera diselesaikan dapat mengakibatkan frustasi dan ketidakseimbangan kejiwaan dan dapat memberikan pengaruh langsung pada suatu hubungan. Konflik adalah suatu keadaan dimana individu dihadapkan pada dua atau lebih tujuan atau pilihan dan individu harus memilih satu dari beberapa pilihan tersebut. Ketika muncul ketidaksetujuan berupa pengaruh dari dalam diri individu itu sendiri maupun dari luar yang tidak sesuai dengan tujuan, harapan ataupun keinginan sehingga menimbulkan suatu pertentangan antara kekuatan yang ada pada diri individu sendiri maupun antara individu dengan pihak lain atau perbedaan pandangan, pendapat dan sikap yang terjadi baik dengan diri sendiri maupun dengan orang lain. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran mengenai konflik, penyebab konflik, dan cara penyelesaian konflik yang dialami oleh individu dewasa muda yang menjalani pacaran jarak jauh. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif, dengan pendekatan penelitian studi kasus, dimana dalam penelitian ini menggunakan metode wawancara secara umum serta metode observasi non partisipan. Subjek penelitian ini adalah individu dewasa muda yang berusia 20-35 tahun yang menjalin hubungan pacaran jarak jauh. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa subjek mengalami konflik personal, diantaranya keinginan subjek untuk menjalin hubungan resmi tetapi subjek merasa orang tuanya belum mengijinkan, pada saat subjek sedang ada masalah pacarnya tidak berada di samping subjek, subjek sulit untuk mencari waktu yang tepat untuk berkomunikasi dengan pacarnya, adanya perasaan takut putus dan takut jika pacarnya selingkuh dan subjek mempunyai pikiran untuk mencari pengganti. Selain itu, subjek mengalami konflik interpersonal, diantaranya dikarenakan komunikasi yang tidak lancar dan perbedaan status ekonomi. Penyebabnya adalah adanya kesepakatan antara subjek dan pacarnya yang tidak terpenuhi oleh subjek, perhatian intensitas komunikasi mulai berkurang, subjek merasa bahwa pacarnya sudah berubah dan perhatiannya mulai berkurang. Cara subjek untuk mengatasi konflik tersebut dengan cara berkomunikasi dengan pacarnya, berpikiran positif, bersabar, saling percaya, saling mengerti satu sama lain dan kuatnya komitmen dari kedua belah pihak. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut pendapat Hurlock (1980), proses membentuk dan membangun hubungan personal dengan lawan jenis ini dapat berlangsung melalui apa yang biasa di sebut sebagai hubungan pacaran. Biasanya pacaran sudah dimulai sejak dewasa muda yang berada pada usia 18-40 tahun dan merupakan periode penyesuaian terhadap 4

pola-pola hidup yang baru dan harapan sosial yang baru pula. Hubungan pacaran dapat memiliki beberapa arti penting dan kontribusi positif bagi individu. Secara umum, alasan utama bagi seseorang untuk berpacaran ialah untuk menikmati kebersamaan dengan orang lain. Selain itu, adanya keinginan untuk merasakan cinta, kasih sayang, penerimaan dari lawan jenis, serta adanya rasa aman. Umumnya individu mencoba menemukan seseorang untuk dicintai, mencoba untuk mencintai, untuk mengerti dan bersimpati. Hal-hal tersebut bisa didapatkan lewat hubungan pacaran. Pacaran juga dapat memberi kesempatan bagi individu untuk belajar mengenai keterbukaan, umpan balik, dan kemampuan menyelesaikan konflik. Proses membuka diri secara timbal balik dalam hubungan pacaran juga membuat individu semakin memahami diri sendiri serta belajar memahami orang lain. Menurut Fisher, dkk (2000) konflik adalah hubungan antara dua pihak atau lebih (individu atau kelompok) yang memiliki, atau yang merasa memiliki, sasaran-sasaran yang tidak sejalan. Menurut Myers (1992), ada tiga tipe konflik, yaitu konflik personal (personal conflict), konflik interpersonal (interpersonal conflict), dan konflik kelompok (group conflict). Dalam menjalani pacaran jarak jauh kemungkinan besar akan mengalami konflik, salah satunya adalah komunikasi yang tidak lancar, sehingga pasangan rawan akan terjadinya konflik terutama pada individu dewasa muda yang menjalani pacaran jarak jauh. B. Pertanyaan Masalah Dalam penelitian, peneliti ingin mengetahui: 1. Bagaimana konflik personal dan konflik interpersonal yang terjadi pada pasangan yang mengalami pacaran jarak jauh? 2. Mengapa subjek mengalami konflik personal dan konflik interpersonal dalam menjalani pacaran jarak jauh? 3. Bagaimana subjek menyelesaikan konflik pacaran jarak jauh? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran mengenai konflik, penyebab konflik, dan cara penyelesaian konflik yangdialami oleh individu dewasa muda yang menjalani pacaran jarak jauh. D. Manfaat Penelitian Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini antara lain: 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan masukan bagi kemajuan ilmu Psikologi Sosial dan Psikologi Perkembangan pada tahap dewasa muda, khususnya yang berkenaan dengan konflik dan penyelesaian konflik pacaran jarak jauh pada individu dewasa muda. 2. Manfaat Praktis Penelitian diharapkan dapat memberikan masukan untuk individu yang sedang menjalani pacaran jarak jauh, dan bagi individu yang akan menjalani pacaran jarak jauh agar dapat mengantisipasi konflik-konflik yang kemungkinan terjadi dalam menentukan rencana atau langkah-langkah kehidupan dan memperbaiki atau meningkatkan suatu hubungan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konflik 1. Pengertian Konflik Sears, dkk (1985) mendefinisikan konflik sebagai suatu proses yang terjadi bila perilaku seseorang terhambat karena perilaku orang lain. Dalam hubungan cinta juga terjadi konflik karena hubungan ini melibatkan minimal dua individu yang memiliki kepribadian, keinginan dan kebutuhan yang berbeda-beda. Menurut Sudarsono (1993), konflik adalah suatu keadaan di mana individu diharapkan kepada dua atau lebih tujuan atau pilihan dan individu harus memilih satu dari beberapa pilihan tersebut. Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa konflik adalah suatu keadaan dimana individu dihadapkan pada dua atau lebih tujuan atau pilihan dan individu harus memilih satu dari beberapa pilihan tersebut. Ketika muncul ketidaksetujuan berupa pengaruh dari dalam diri individu itu sendiri maupun dari luar yang tidak sesuai dengan tujuan, harapan ataupun keinginan sehingga menimbulkan suatu pertentangan antara kekuatan yang ada pada diri individu sendiri maupun antara individu dengan pihak lain atau perbedaan pandangan, pendapat dan sikap yang terjadi 5

baik dengan diri sendiri maupun dengan orang lain. 2. Tipe atau Jenis Konflik Menurut Myers (1992) ada tiga tipe konflik, yaitu konflik personal (personal conflicts), konflik interpersonal (interpersonal conflicts) dan konflik kelompok (group conflicts). a. Konflik Personal (Personal Conflicts) Konflik ini terjadi jika seseorang mengalami: 1) Pertentangan keinginan, kebutuhan atau nilai. 2) Persaingan dalam cara-cara untuk mencapai tujuan 3) Frustasi karena hambatan yang menghalangi pencapaian tujuan 4) Diskrepansi peran b. Konflik Interpersonal (Interpersonal Conflicts) Konflik interpersonal menjadi bagian dari setiap hubungan interpersonal antara orang tua dan anak, saudara perempuan dan laki-laki, teman, kekasih dan para pekerja. Konflik ini dapat disebabkan karena: 1) Perbedaan individu 2) Keterbatasan sumber-sumber 3) Keseimbangan peran c. Konflik Kelompok (Group Conflicts) Konflik dalam kelompok dapat terjadi karena: 1) Struktur dan level 2) Fungsi dan tujuan 3) Sumber-sumber 3. Penyelesaian Konflik a. Penyelesaian Konflik dalam Berpacaran Apabila konflik yang terjadi tidak dikelola dengan baik, maka bisa saja konflik menimbulkan bahaya bagi hubungan, bahkan bisa membuat hubungan berakhir. Menurut Achmanto (2005) terdapat langkahlangkah dalam penyelesaian konflik yang bisa dilakukan pasangan dalam hubungan berpacaran: 1) Mendefinisikan konflik secara jelas. 2) Menilai berbagai alternatif solusi pemecahan. 3) Menilai berbagai alternatif solusi pemecahan. 4) Menguji dan mengevaluasi solusi. B. PACARAN JARAK JAUH 1. Pengertian Pacaran Untuk dapat memilih pasangan hidup dan membentuk keluarga, individu perlu menjalin hubungan cinta dengan orang lain terlebih dahulu. Masa ini disebut dengan masa pacaran. Bird Melville (1994) menyatakan bahwa pacaran adalah pertemuan-pertemuan antara dua orang yang sama secara khusus diarahkan untuk menjalin komitmen ke arah pernikahan. Pada umumnya berpacaran yang serius akan bertujuan kejenjang pernikahan. Oleh karena itu, masa berpacaran adalah masa untuk membangun suatu hubungan yang kuat dengan saling menerima setiap kelebihan dan kekurangan pasangan kita. Tentu saja proses untuk mencapai tujuan tersebut akan mengalami suatu konflik, oleh sebab itu dibutuhkan komitmen yang kuat pada masing-masing pasangan untuk menjalaninya. Berdasarkan berbagai definisi dan uraian mengenai pacaran tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pacaran merupakan salah satu bentuk hubungan yang ditandai dengan adanya rasa cinta, komitmen, dan self-disclosure atau pengungkapan diri. Namun pada umumnya, hubungan ini berkembang seiring dengan terjalinnya komunikasi dengan intensitas yang lebih besar. Komunikasi yang baik dapat menentukan berhasil tidaknya pasangan menyelesaikan pertengkaran yang dialami. a. Fungsi Pacaran Pada dasarnya, pacaran berfungsi agar individu mengenal dan belajar bagaimana bertindak terhadap lawan jenis. Dengan pacaran, individu mempelajari diri satu sama lain, belajar cara-cara berinteraksi dengan lawan jenis serta belajar hal-hal apa saja yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan terhadap lawan jenis. Menurut Duval & Miller (1985), fungsi dari pacaran adalah untuk mencari pasangan. Dengan pacaran, individu berusaha mencari seseorang yang mereka suka dan menimbulkan perasaan nyaman dalam diri mereka untuk kemudian dikenal lebih dalam lagi. Dengan pacaran, individu berusaha mencari seseorang yang mereka suka dan menimbulkan perasaan nyaman dalam diri mereka. 6

b. Bentuk-bentuk Pacaran Menurut Bennat (2004) dibagi menjadi beberapa bentuk, yaitu: 1. Pacaran in Common 2. Pacaran Backstreet 3. Pacaran Jarak Jauh 4. Pacaran Satu Lokasi 5. Pacaran Double 6. Pacaran Elektronik 2. Pengertian Pacaran Jarak Jauh Teman intim atau pacaran merupakan perwujudan dari hubungan romantis. salah satu ciri dari hubungan romantis adalah pasangan tidak mau memikirkan kalau mereka harus berpisah dan selalu ingin berbalas cinta. Bird & Melville (1994) mengatakan bahwa dalam menjalani masa pacaran, pada umumnya individu ingin merasa dekat dengan pasangannya, tetapi tidak semua individu dapat menjalani masa pacaran ini secara berdekatan dengan pasangannya. Mengingat individu sudah harus dapat mandiri dalam pendidikan dan pekerjaan, kadangkala pendidikan dan pekerjaan itulah yang memaksa pasangan untuk melangsungkan hubungan pacaran jarak jauh. Bisa saja pasangan terpaksa bersekolah atau bekerja pada kota yang berbeda, pulau yang berbeda, bahkan negara ataupun benua yang berbeda. Inilah yang disebut dengan pacaran jarak jauh. 3. Dampak Pacaran Jarak Jauh Mary E. Rohlfing (dalam Shumway, 2003) dalam penelitiannya mengenai hubungan pacaran jarak jauh, bahwa hubungan pacaran jarak jauh memiliki sisi negatif, yaitu kedua belah pihak memerlukan biaya yang cukup besar untuk mempertahankan hubungan dan hal ini biasanya sangat dirasakan oleh mahasiswa yang hidup dalam anggaran yang terbatas. Mahalnya biaya telepon dan perjalanan jarak jauh menjadi kendala tersendiri. Selain itu, individu yang menjalani hubungan ini cenderung memiliki pengaharapan yang tinggi akan kualitas waktu yang dihabiskan bersama pasangan. Jika waktu berkunjung tidak sesuai dengan harapan, maka dapat menimbulkan perasaan kecewa dan bahkan stres. 4. Penyelesaian Konflik dalam Berpacaran Jarak Jauh Berikut ini hal-hal yang harus dilakukan dalam hubungan pacaran jarak jauh untuk menyelesaikan konflik (dalam Achmanto, 2005), yaitu: a) Secara jelas mendefinisikan masalah dan mencoba mengulangi argumen pihak lain dalam kata-kata sendiri. b) Kemukakan perubahan yang masuk akal yang dapat mengatasi keluhan. c) Mengungkapkan perasaan negatif dan positif yang dimiliki. d) Menerima dengan tulus umpan balik atas perilaku yang telah dilakukan. e) Tetaplah bersikap toleransi serta terbukalah pada perasaan sendiri dan pasangan. f) Utamakan untuk berkompromi. g) Mengklarifikasi hal-hal mana saja yang disetujui dan tidak. h) Mengajukan pertanyaan yang membantu pihak-pihak lain menemukan kata-kata untuk mengekspresikan apa yang terjadi masalahnya. i) Menunggu ledakan emosi spontan surut tanpa melakukan balas dendam. j) Menawarkan saran positif untuk pengembangan bersama. k) Sarkasme adalah pertengkaran yang kotor. l) Lupakan masa lalu dan ingatlah apa yang ada di sini sekarang. m) Ambil waktu untuk memikirkan kembali apa yang akan dikatakan mengenai pikiran dan perasaan. C. Individu Dewasa Muda Menurut Monks (2002), dewasa dalam bahasa Belanda adalah volwassen Vol yaitu penuh dan wassen yaitu tumbuh, sehingga volwassen berarti sudah tumbuh dengan penuh atau selesai tumbuh. Menurut Hurlock (1980) dewasa muda berada pada usia 18-40 tahun dan merupakan periode penyesuaian terhadap pola-pola hidup yang baru dan harapan sosial yang baru pula. Masa muda (youth) adalah istilah ahli sosiologi Kenneth Kenniston untuk periode transisi antara masa remaja dan masa dewasa yang merupakan masa perpanjangan kondisi ekonomi dan pribadi yang sementara. Dua kriteria yang diajukan untuk menunjukkan akhir masa muda dan permulaan dari dewa awal adalah kemandirian ekonomi dan kemandirian dalam membuat keputusan. Kemampuan untuk membuat keputusan adalah ciri lain yang tidak sepenuhnya terbangun pada 7

kaum muda. Yang dimaksud disini adalah pembuatan keputusan secara luas tentang karir, nilai-nilai, keluarga dan hubungan, serta tentang gaya hidup. (dalam Santrock, 2002) BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Dalam penelitian ini, pendekatan yang digunakan peneliti adalah metode kualitatif, dengan pendekatan penelitian studi kasus. Pendekatan kualitatif adalah pendekatan yang memungkinkan evaluator untuk mempelajari isu yang dipilih secara mendalam dan terperinci (dalam Patton, 1990). Menurut Moleong (1990) studi kasus adalah studi yang berusaha memahami isuisu yang rumit atau objek dan dapat memperluas pengalaman atau menambah kekuatan terhadap apa yang telah dikenal melalui hasil penelitian yang lalu. Lebih lanjut dikatakan bahwa studi kasus menekankan pada rincian analisis-analisis kontekstual tentang sejumlah kecil kejadian atau kondisi dan hubungan-hubungan yang ada padanya. B. Subjek Penelitian Dalam penelitian ini subjek yang diteliti adalah individu usia dewasa muda berusia 20-35 tahun yang menjalin hubungan pacaran jarak jauh. Hal ini dilakukan agar rentang usia subjek tidak terlalu jauh. Batasan pacaran jarak jauh yang digunakan dalam penelitian ini adalah subjek dengan pasangannya berada pada pulau yang berbeda. C. Tahap-tahap Penelitian Sebelum pengambilan data di lapangan, penelitian terlebih dahulu melakukan hal-hal sebagai berikut: 1. Tahap Persiapan Tahap persiapan diawali dengan pertanyaan penelitian, yang akan dijadikan topik penelitian. Setelah itu pertanyaan masalah dituangkan dalam permulaan bab laporan penelitian. Langkah selanjutnya adalah pengumpulan konsep dan teori yang digunakan dalam penelitian sekaligus sebagai penunjang fakta yang akan ditemui di lapangan, yang pada akhirnya nanti akan dijadikan acuan dalam menentukan hubungan antara data yang diperoleh dengan teori yang melatarbelakanginya. Kemudian pedoman wawancara dan pedoman observasi disusun sebagai panduan ketika pengambilan data berlangsung. 2. Tahap Pelaksanaan Pada tahap ini merupakan inti penelitian dimana akan dilakukan pengambilan data dengan metode wawancara dan metode observasi, berdasarkan pedoman yang telah disusun sebelumnya ditahap awal setelah data diperoleh, maka analisis adalah langkah selanjutnya yang dilakukan oleh peneliti, data yang diperoleh dari penelitian kualitatif merupakan data yang bersifat deskriptif, dalam melakukan proses analisa. Peneliti melakukan beberapa prosedur untuk mengolah data yang didapat untuk dijadikan informasi yang nantinya akan dihubungkan dengan teori yang melatarbelakangi, pengolahan data hasil wawancara dapat dilakukan dengan pencatatan hasil wawancara secara menyeluruh (verbatim), analisis hasil wawancara dengan coding, serta pada akhirnya dapat ditarik kesimpulan dari hasil wawancara tersebut. Kemudian dilanjutkan dengan keseluruhan hasil dibuat kesimpulan kemudian di analisis dengan teori-teori yang melatarbelakangi yang sudah terlebih dahulu tertuang di bab tinjauan pustaka. D. Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kualitatif, dengan metode pengumpulan data yaitu: 1. Wawancara Wawancara adalah dialog yang dirancang untuk memperoleh informasi yang dapat dikualifikasikan. Wawancara adalah percakapan dan tanya jawab yang diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu. (dalam Poerwandari, 2001) Secara umum kita dapat membedakan tiga pendekatan dasar dalam memperoleh data kualitatif melalui wawancara (Patton, 1990): a. Wawancara informal b. Wawancara dengan pedoman umum c. Wawancara dengan pedoman terstandar yang terbuka Wawancara yang dipakai dalam penelitian ini adalah wawancara dengan pedoman umum. 2. Observasi Observasi menjadi metode yang paling dasar dan paling tua dari ilmu-ilmu sosial, karena dalam cara-cara tertentu kita selalu terlibat dalam proses mengamati. 8

Istilah observasi diturunkan dari bahasa Latin yang berarti melihat dan memperhatikan. Istilah observasi diarahkan pada kegiatan memperhatikan secara akurat, mencatat fenomena yang muncul, dan mempertimbangkan hubungan antar aspek dalam fenomena tersebut. (dalam Poerwandari, 2001) Menurut Moleong (1990) observasi ada dua macam, yaitu : a. Observasi partisipan (berperan serta) b. Observasi non partisipan (tidak berperan serta) Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan observasi non partisipan, karena dengan penelitian ini peneliti tidak berperan serta hanya melakukan fungsi sebagai pengamat dan melakukan fungsinya sebagai pengamat. E. Alat Bantu Penelitian Didalam penelitian peneliti menggunakan tiga instrumen penelitian, yaitu: 1. Pedoman Wawancara Pedoman wawancara digunakan agar wawancara yang dilakukan tidak menyimpang dari tujuan penelitian. Pedoman ini disusun tidak hanya berdasarkan tujuan penelitian, tetapi juga berdasarkan teori yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. 2. Pedoman Observasi Pedoman observasi digunakan dengan maksud agar peneliti dapat melihat tingkah laku apa yang nampak pada subjek selama proses wawancara berlangsung. 3. Alat Perekam Untuk memperoleh data yang utuh, peneliti menggunakan alat perekam selama wawancara. Hal ini dilakukan untuk meminimalkan bias yang mengkin terjadi karena keterbatasan dan subjektifitas peneliti. Peneliti terlebih dahulu meminta persetujuan subjek sebelum menggunakan alat perekam. F. Keabsahan dan Keajegan Penelitian 1. Keabsahan Penelitian Kredibilitas menjadi istilah yang paling banyak dipilih untuk mengganti konsep validitas, dimaksudkan untuk merangkum bahasan menyangkut kualitas penelitian kualitatif. Kredibilitas studi kualitatif terletak pada keberhasilannya mencapai maksud mengeksplorasi masalah atau mendeskripsikan setting, proses, kelompok sosial atau pola interaksi yang kompleks. Deskripsi mendalam yang menjelaskan kemajemukan (kompleksitas) aspek-aspek yang terkait dan interaksi dari berbagai aspek menjadi salah satu ukuran kredibilitas penelitian kualitatif (Poerwandari, 2001). 2. Keajegan Penelitian Menurut Lincoln & Guba (dalam Poerwandari, 1998) adalah dependability, menggantikan istilah reliabilitas dalam penelitian kuantitatif. Melalui konstruk dependability peneliti menghitungkan perubahanperubahan yang mungkin terjadi menyangkut fenomena yang diteliti, juga perubahan dalam desain sebagi hasil dari pemahaman yang lebih mendalam tentang setting yang diteliti. Yang dapat dilakukannya adalah mengkonsentrasikan diri pencatatan rincian fenomena yang diteliti, termasuk interrelsi aspek-aspek yang berkait (Marshall & Rossman, dalam Poerwandari, 1998). G. Teknik Analisis Data Analisis data yaitu proses mengatur, mengstrukturisasi dan mengartikan sejumlah data yang terkumpul. Proses analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini menurut Marshall & Rossman (dalam Poerwandari, 1998) akan di analisa dengan teknik data kualitatif. Dalam menganalisa penelitian kualitatif terdapat beberapa tahapan yang diperlukan. Tahapan-tahapan tersebut adalah: 1. Mengorganisasikan Data 2. Pengelompokkan Berdasarkan Kategori, Tema dan Pola Jawaban 3. Menguji Asumsi atau Permasalahan yang ada Terhadap Data 4. Mencari Alternatif Penjelasan Bagi Data 5. Menulis Hasil Penelitian BAB IV HASIL dan ANALSIS 1. Konflik Pacaran Jarak Jauh Dalam berinteraksi, setiap individu memiliki keinginan, kebiasaan dan nilai-nilai yang berbeda (Fisher & Adams, 1994). Kadang kala perbedaan tersebut terjadi pada pasangan dan menimbullkan konflik. Menurut Sudarsono (1993), konflik adalah suatu keadaan dimana individu diharapkan kepada dua atau lebih tujuan atau pilihan dan individu harus memilih satu dari beberapa pilihan tersebut. Menurut Myers (1992) ada tiga tipe konflik, yaitu konflik personal, konflik interpersonal, dan konflik kelompok. Dalam kasus 9

pacaran jarak jauh yang dialami subjek, yaitu subjek mengalami konflik personal dan konflik interpersonal. Konflik personal yang dialami subjek adalah pertama, keinginan subjek dalam menjalani pacaran dengan adanya ikatan resmi (tunangan), tetapi subjek merasa orang tuanya belum mengijinkan. Kedua, jika subjek sedang ada masalah, pacarnya tidak ada di samping subjek dan jika kangen tidak dapat bertemu langsung. Menurut Myers (1992), konflik terjadi jika seseorang mengalami pertentangan keinginan, kebutuhan atau nilai. Ketiga, cara subjek untuk berkomunikasi dengan pacarnya melalui telepon, tetapi subjek sulit untuk mencari waktu yang tepat dan jika subjek sms pacarnya terlalu lama untuk membalasnya, sehingga subjek menjadi bingung ingin telepon atau sms. Bird & Melville (1994) mengatakan bahwa dengan komunikasi yang lebih intens, pasangan menjadi lebih mampu memahami satu sama lain sehingga keintiman diantara mereka juga semakin erat terjalin. Komunikasi yang baik juga menentukan berhasil tidaknya pasangan menyelesaikan pertengkaran yang dialami. Keempat, Adanya perasaan takut yang subjek rasakan, yaitu subjek takut putus dan takut jika pacarnya selingkuh, serta mempunyai pikiran untuk mencari pengganti. Pengungkapan diri yang dilakukan subjek meliputi pengungkapan mengenai perasaan, pengalaman, harapan, ketakutan, kekhawatiran, serta impian-impiannya (Bird & Melville, 1994). Sedangkan konflik interpersonal yang subjek alami diantaranya, komunikasi yang tidak lancar, seperti subjek ingin membahasnya sampai selesai, sedangkan pacarnya tidak ingin membahasnya. Menurut Coleman (2000) dalam penelitiannya, pikiran dan perasaan yang muncul dalam hubungan jarak jauh, membutuhkan suatu alat komunikasi yang efektif untuk memperlancar suatu hubungan, seperti telepon dan internet. Tetapi komunikasi itu sendiri dapat menjadi penyebab putusnya hubungan pasangan. Selain itu, terdapat perbedaan antara subjek dan pacarnya, tetapi pacarnya selalu mempermasalahkannya semenjak enam bulan belakangan pacaran jarak jauh ini dan subjek merasa kesal karena pacarnya menganggap subjek lebih dari segala-galanya, dilihat dari segi ekonomi. Fisher, dkk (2000) memberikan ringkasan teori-teori utama mengenai sebab-sebab konflik, salah satunya yaitu teori transformasi konflik berasumsi bahwa konflik disebabkan oleh masalahmasalah ketidaksetaraan dan ketidakadilan yang muncul sebagai masalah-masalah sosial, budaya dan ekonomi. Dari konflik yang terjadi membuat subjek marah, perasaan tidak nyaman dan kesal, tetapi subjek menjadikan konflik tersebut sebagai pelajaran untuk menjadi lebih bersabar dan bertambah dewasa. Menurut Rohlfing (dalam Shumway, 2003) dalam penelitiannya mengenai hubungan pacaran jarak jauh, bahwa hubungan pacaran jarak jauh memiliki sisi negatif, yaitu dapat menimbulkan perasaan kecewa dan bahkan stres. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Mietzner & Li-Wen (Kompas, 2005) pacaran jarak jauh dapat berdampak positif, bahwa kebanyakan responden merasakan bertambah sabar, mandiri, lebih percaya, dan komunikasinya bertambah baik 2. Penyebab Konflik Menurut Braiker & Kelley (dalam Achmanto, 2005), mengelompokkan berbagai sumber konflik ke dalam tiga kategori yang berbeda-beda, yaitu pertama konflik bersumber dari perilaku spesifik pasangan, kedua sumber konflik berasal dari norma peran, dan ketiga sumber konflik karena disposisi pribadi. Penyebab konflik pada subjek, konflik yang bersumber dari perilaku spesifik pasangan, yaitu adanya kesepakatan antara subjek dan pacarnya, tetapi subjek tidak dapat memenuhinya pada saat pacarnya datang ke Jakarta, selain itu pada awal pacaran jarak jauh subjek mendapat perhatian yang lebih meskipun hanya lewat telepon, tetapi akhir-akhir ini menurut subjek pacarnya sudah jarang telepon, alasannya sibuk dan keuangannya tidak ada. Menurut Rohlfing (dalam Shumway, 2003) dalam penelitiannya mengenai hubungan pacaran jarak jauh, bahwa individu yang menjalani hubungan ini cenderung memiliki pengharapan yang tinggi akan kualitas waktu yang dihabiskan bersama 10

pasangan. Sumber konflik pada subjek yang berasal dari norma peran yaitu, sebelumnya subjek mendapatkan perhatian yang lebih dari pacarnya dilihat dari seringnya pacar subjek menelepon subjek, tetapi belakangan ini pacarnya sudah jarang telepon bahkan tidak pernah telepon hanya sms saja dan sekarang subjek yang lebih banyak telepon ke pacarnya dan pacarnya tidak menelepon, sms tidak dibalas, atau HPnya tidak aktif. Sumber konflik karena disposisi pribadi terjadi pada subjek, dikarenakan subjek merasa bahwa pacarnya sudah berubah dilihat dari waktu subjek ulang tahun, pacarnya tidak telepon untuk mengucapkannya dan keesokkan harinya pacarnya telepon, tetapi tidak sadar juga kalau subjek ulang tahun, setelah subjek kasih tahu, pacarnya minta maaf dan mengucapkan selamat ulang tahun. 3. Penyelesaian Konflik Cara subjek dalam menyelesaikan konflik yang terjadi dalam menjalani pacaran jarak jauh, yaitu dengan cara menelepon atau sms, berpikiran positif, bersabar dan mengalah, menenangkan diri, memikirkan kembali kesalahankesalahan yang sudah terjadi, setelah itu menceritakan permasalahan yang terjadi, masing-masing mengeluarkan pendapatnya, dan mengambil jalan tengahnya yang tebaik. Menurut Wilmot & Hocker (2001) terdapat beberapa gaya reaksi yang umumnya terjadi pada individu, salah satunya adalah berkompromi untuk menyelesaikan konflik, kadang-kadang individu memanipulasi pihak lain yang menyebabkan konflik melemah dan timbulnya kepercayaan di antara kedua pihak. Selain itu, menurut Achmanto (2005) terdapat langkah-langkah dalam penyelesaian konflik yang bisa dilakukan pasangan dalam hubungan berpacaran, yaitu menilai berbagai alternatif solusi pemecahan dan menerima atau menolak solusi. Selain penyelesaian konflik pacaran, Achmanto (2005) juga berpendapat tentang hal-hal yang harus dilakukan dalam konflik pacaran jarak jauh, yaitu Menawarkan saran positif untuk pengembangan bersama, Ambil waktu untuk memikirkan kembali apa yang akan dikatakan mengenai pikiran dan perasaan. Usaha yang subjek dan pacarnya lakukan untuk mempertahankan suatu hubungan dengan lebih banyak bersabar, saling percaya, saling mengerti satu sama lain, dan mengalahkan egonya. Menurut Wilmot (2001) harus saling percaya dan saling mengerti satu sama lain merupakan sikap dasar yang membangun sebuah hubungan dalam penyelesaian konflik yang sehat. BAB V PENUTUP A. Simpulan Berdasarkan keseluruhan hasil dan pembahasan dalam penelitian yang diperoleh dalam penelitian studi kasus ini, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Konflik Pacaran Jarak Jauh Konflik yang terjadi pada subjek dalam menjalani pacaran jarak jauh, yaitu konflik personal dan konflik interpersonal. 2. Penyebab Konflik Penyebab terjadinya konflik, karena ada kesepakatan yang tidak terpenuhi, intensitas komunikasi mulai berkurang, serta perhatian mulai berkurang. 3. Penyelesaian Konflik Dalam menyelesaikan konflik, cara yang digunakan subjek adalah menelepon, berpikir positif, selain itu subjek harus bersabar dan mengalah. Sesaat setelah terjadi konflik, subjek mengambil waktu untuk menenangkan diri, setelah itu menceritakan permasalahan, subjek dan pacarnya mengeluarkan pendapatnya, dan mengambil jalan tengahnya yang terbaik. Usaha yang subjek dan pacarnya lakukan untuk mempertahankan suatu hubungan dengan lebih banyak bersabar, saling percaya, saling mengerti satu sama lain, dan mengalahkan egonya. B. Saran-saran Berikut ini adalah saran-saran yang diajukan penulis, antara lain sebagai berikut: 1. Untuk Subjek Subjek disarankan agar dapat meningkatkan kembali kualitas 11

pertemuannya, misalnya dengan cara membuat perencanaan atau menyesuaikan waktunya terlebih dahulu, selain itu media komunikasi subjek diperluas agar lebih efektif, misalnya dengan menggunakan internet, serta membicarakan kembali kepada pacarnya mengenai hubungan yang sekarang mereka jalani. 2. Untuk Pasangan yang menjalani pacaran jarak jauh Disarankan agar dapat menyadari bahwa pacaran jarak jauh akan mengalami konflik, dan jika terjadi konflik sebaiknya diselesaikan dengan cara yang tepat oleh kedua individu agar konflik yang terjadi tidak berlarut-larut dan menjadi penyebab buruknya hubungan pasangan. 3. Untuk Peneliti Selanjutnya Diharapkan untuk dapat melakukan penelitian dengan mencari penyebab konflik lainnya yang terkait dengan pacaran jarak jauh. Sehingga hasil penelitian mengenai konflik dalam berpacaran jarak jauh semakin luas, misalnya konflik pacaran jarak jauh terjadi dikarenakan kurangnya komunikasi dan perbedaan-perbedaan yang terjadi dalam berpacaran jarak jauh. DAFTAR PUSTAKA Achmanto. 2005. Mengerti Cinta dari Dasar hingga Relung-relung. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Bellafiore, D. Interpersonal Conflict and Effective Communication. http://www.drbalternatives.com/articl es/cc2.html, 20 Maret 2002. Bird, E & Melville, K. 1994. Families and Intimate Relationship. New York: Mc.Graw Hill, Inc. Chaplin, J. P. 2004. Kamus Lengkap Psikologi / oleh James P. Chaplin; Penerjemah, Kartini Kartono Ed. 1. cet 9. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Coleman, D. 2000. Long Distancce Relationships. http://www.datingdoctor.com/longdist ance.htm, 1 Juli 2002. Duvall, E. M., & Miller, B. C. 1985. Married and Family Development, 6 th ed,. Cambridge: Harper & Row Publishers. Fisher, S., Abdi, D. I., Ludin, J., Smith, R., Williams, S., & Williams, S. 2000. Mengelola Konflik: Keterampilan dan Stategi untuk Bertindak. The Britis Council. Hurlock, E. B. 1980. Psikologi Perkembangan:Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Penterjemah: Istiwidayanti & Soedjarwo. Jakarta: Erlangga. Ma shum & Wahyurini. 2004. Pacaran. http//www.kompas.com/kirimberita/pr int. cfm?nnum. MÖnk, F. J. 2002. Psikologi Perkembangan:Pengantar Dalam Berbagai Bagiannya / F. J. MÖnks, A. M. P. Knoers, Siti Rahayu Haditono Cet. 14 Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Nijmah, Y. 2003. Gambaran Konflik dan Kecemasan Pada Individu Dewasa Muda yang Menjalani Pacaran Backstreet. Skripsi. (tidak diterbitkan). Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Papalia, D. E., & Sally, W. O. 1998. Human Development. New York: McGraw Hill, Inc. Patton. 1990. Qualitative Evaluation and Research Methods. New York: Sage Publication, Inc. Poerwandari, E. Kristi. 2001. Pendekatan Kualitatif untuk Penelitian Perilaku Manusia. E. Kristi Poerwandari; pengantar, Fuad Hassan edisi revisi Jakarta: Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi (LPSP3). Santrock, J. W. 2002. Life-Span Development / John W. Santrock; Alih Bahasa, Juda Damanik, Achmad Chusain; editor, Wisnu Chandra Kristiaji, Yati Sumiharti Ed. 5. Jakarta: Erlangga. Willmot, William, W. 2001. Interpersonal Conflict / Wiliam W. Wilmot, Joyce L. Hocker 6 th ed. The McGraw Hill Companies, Inc: New York. 12