PERATURAN DAERAH KOTA DUMAI NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG

dokumen-dokumen yang mirip
BUPATI BANGKA TENGAH

LEMBARAN DAERAH KOTA DUMAI

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH ANEKA USAHA KABUPATEN MAGELANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

LEMBARAN DAERAH KOTA SUKABUMI

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG

NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN USAHA MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG SELATAN,

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERUSAHAAN DAERAH BATURAJA MULTI GEMILANG

PEMERINTAH KOTA SINGKAWANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN USAHA MILIK DAERAH (BUMD) KABUPATEN BELITUNG TIMUR

BUPATI SIDOARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG PERSEROAN TERBATAS BANK PERKREDITAN RAKYAT DELTA ARTHA

PEMERINTAH KOTA SINGKAWANG

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KOTA BALIKPAPAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 11 TAHUN 2006 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2007 NOMOR : 15 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 11 TAHUN 2006 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG PERSEROAN TERBATAS SARANA PATRA HULU CEPU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BOYOLALI PROVINSI JAWA TENGAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 11 TAHUN 2009 SERI E.5 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 9 TAHUN 2012

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 08 TAHUN 2004 TENTANG PENDIRIAN PERUSAHAAN DAERAH PELABUHAN KOTA TARAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG

2017, No Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG BADAN USAHA MILIK DAERA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2017 TENTANG BADAN USAHA MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARIMUN NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM TIRTA KARIMUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KOTA MAGELANG

Dengan Persetujuan Bersama. DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN PELALAWAN Dan BUPATI PELALAWAN MEMUTUSKAN :

PEMERINTAH KABUPATEN LINGGA

KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 50 TAHUN 1999 TENTANG KEPENGURUSAN BADAN USAHA MILIK DAERAH MENTERI DALAM NEGERI,

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI KEPULAUAN MERANTI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN USAHA MILIK DAERAH PT. PEMBANGUNAN BELITUNG TIMUR

BUPATI LAHAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAHAT NOMOR 06 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN PERUSAHAAN DAERAH BUKIT SERELO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI OGAN ILIR PERATURAN BUPATI OGAN ILIR NOMOR : 15 TAHUN 2010 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

- 1 - BUPATI ACEH TAMIANG. Draf Rancangan QANUN KABUPATEN ACEH TAMIANG NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERSEROAN TERBATAS (PT) REBONG PERMAI

Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG PENDIRIAN PERUSAHAAN DAERAH PASAR KOTA TARAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO

PEMERINTAH KABUPATEN BENGKULU TENGAH

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 6A TAHUN 2009 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH PASAR RESIK KOTA TASIKMALAYA

PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 05 TAHUN 2010 TENTANG

Menimbang : Mengingat :

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG PENDIRIAN PERUSAHAAN DAERAH PERHOTELAN KABUPATEN BANYUWANGI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 12 TAHUN 2009

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

BUPATI JEPARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH ANEKA USAHA KABUPATEN JEPARA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2005 TENTANG PENDIRIAN, PENGURUSAN, PENGAWASAN, DAN PEMBUBARAN BADAN USAHA MILIK NEGARA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2005 TENTANG PENDIRIAN, PENGURUSAN, PENGAWASAN, DAN PEMBUBARAN BADAN USAHA MILIK NEGARA

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN PT. PEMBANGUNAN PRASARANA SUMATERA UTARA

WALIKOTA MAKASSAR PROVINSI SULAWESI SELATAN

PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS HULU

WALIKOTA PONTIANAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KOTA PONTIANAK NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH KAPUAS INDAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 4 TAHUN 2003 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KATINGAN

WALIKOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH PASAR MANUNTUNG JAYA

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI MADIUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH OBYEK WISATA UMBUL KABUPATEN MADIUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KABUPATEN BERAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMBA BARAT DAYA,

LEMBARAN DAERAH TAHUN 2011 NOMOR 2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA PEKANBARU NOMOR 11 TAHUN 2006 TENTANG PENDIRIAN BANK PERKREDITAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKANBARU,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 01 Tahun : 2009 Seri : D

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2010 NOMOR 2 SERI D PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 21 TAHUN 2010

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BEKASI TAHUN 2010 NOMOR 2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BEKASI NOMOR : 2 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN P.T. BEKASI PUTERA JAYA

BUPATI BANDUNG RANCANGA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 29 TAHUN 2012 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH LAMONGAN NOMOR 06 TAHUN 2008 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH PASAR KABUPATEN LAMONGAN

BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT BANK SLEMAN

WALIKOTA LUBUKLINGGAU PROVINSI SUMATERA SELATAN PERATURAN DAERAH KOTA LUBUKLINGGAU NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG

WALIKOTA SERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN USAHA MILIK DAERAH

PERATURAN DAERAH KOTA MOJOKERTO NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT PEMERINTAH KOTA MOJOKERTO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 7 TAHUN 2001 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH SARANA PEMBANGUNAN SIAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK,

WALIKOTA PARIAMAN PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA PARIAMAN NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO

BUPATI BATU BARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATU BARA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

PEMERINTAH KOTA SUNGAI PENUH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 09 TAHUN 2011 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH OBYEK WISATA AIR BOJONGSARI KABUPATEN PURBALINGGA

PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUTAI TIMUR TAHUN 2010 NOMOR 5 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

WALIKOTA SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN LANDAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 10 TAHUN 2007 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 7 TAHUN 2001 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH SARANA PEMBANGUNAN SIAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2008 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) JAMINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2008 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) JAMINAN KREDIT INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Transkripsi:

PERATURAN DAERAH KOTA DUMAI NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN BENTUK BADAN HUKUM DAN NAMA PERUSAHAAN DAERAH PELABUHAN DUMAI BERSEMAI MENJADI PERSEROAN TERBATAS PELABUHAN DUMAI BERSERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, WALIKOTA DUMAI, Menimbang : a. bahwa keberadaan Perusahaan Daerah (PD) Pelabuhan Dumai Bersemai sejak berdiri Tahun 2004 sudah mampu menunjukkan kinerjanya baik diukur dari aspek ekonomis maupun sosial masyarakat; b. bahwa dalam upaya meningkatkan daya saing dan fleksibilitas berusaha guna menyesuaikan dengan perkembangan ekonomi dan daya saing, dipandang perlu meningkatkan fungsi dan perannya untuk meraih laba; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Perubahan Bentuk Badan Hukum Perusahaan Daerah Menjadi Menjadi Perseroan Terbatas Dan Sekaligus Perubahan Nama Perusahaan Daerah Pelabuhan Dumai Bersemai Menjadi Perseroan Terbatas Pelabuhan Dumai Berseri. Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1962 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2387); 3. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kotamadya Daerah Tingkat II Dumai (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 50, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3829); 4. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 70, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4297); 5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

6. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintahan Pusat Dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 7. Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 106, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4756); 8. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4849); 9. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234); 10. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578); 11. Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 151, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5070); 12. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2011 tentang Tata Cara dan Pemakaian nama Perseroan Terbatas (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578); 13. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 3 Tahun 1998 tentang Bentuk Badan Hukum Badan Usaha Milik Daerah; 14. Peraturan Menteri Dalam Negeri 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah; 15. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 53 Tahun 2011 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah; 16. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 50 Tahun 1999 tentang Kepengurusan Badan Usaha Milik Daerah; 17. Peraturan Daerah Kota Dumai Nomor 7 tahun 2008 tentang penyertaan modal Pemerintah Kota Dumai Pada Badan Usaha Milik Daerah (Lembaran Daerah Kota Dumai Tahun 2008 Nomor 5 Seri D); 18. Peraturan Daerah Kota Dumai Nomor 14 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Daerah dan Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Dumai (Lembaran Daerah Kota Dumai Tahun 2008 Nomor 7 Seri D) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kota Dumai Nomor 2 Tahun 2011 tentang Perubahan Peraturan Daerah Kota Dumai Nomor 14 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Daerah dan Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Dumai (Lembaran Daerah Kota Dumai Tahun 2011 Nomor 2 Seri D).

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA DUMAI dan WALIKOTA DUMAI MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PERUBAHAN BENTUK BADAN HUKUM DAN NAMA PERUSAHAAN DAERAH PELABUHAN DUMAI BERSEMAI MENJADI PERSEROAN TERBATAS PELABUHAN DUMAI BERSERI. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kota Dumai. 2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Daerah Kota Dumai. 3. Walikota adalah Walikota Dumai. 4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Dumai. 5. Perseroan Terbatas yang selanjutnya disebut Perseroan adalah Badan Hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam peraturan perundangundangan; 6. Rapat Umum Pemegang Saham yang selanjutnya disingkat RUPS adalah Organ Perseroan yang mempunyai wewenang yang tidak diberikan kepada Direksi atau Dewan Komisaris dalam batas yang ditentukan dalam perundang-undangan dan/atau anggaran dasar. 7. Direksi adalah Organ Perseroan yang berwenang dan bertanggungjawab penuh atas pengurusan Perseroan untuk kepentingan Perseroan, sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan serta mewakili Perseroan, baik di dalam maupun di luar pengadilan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar. 8. Dewan Komisaris adalah Organ Perseroan yang bertugas melakukan pengawasan secara umum dan/atau khusus sesuai dengan anggaran dasar serta memberi nasehat kepada Direksi. 9. Direktur adalah Direktur PT. Pelabuhan Dumai Berseri. 10. Akta Pendirian adalah akta pendirian PT. Pelabuhan Dumai Berseri yang memuat anggaran dasar dan keterangan lain berkaitan dengan pendirian PT. Pelabuhan Dumai Berseri; 11. Anggaran Dasar adalah Anggaran Dasar PT. Pelabuhan Dumai Berseri berikut perubahan-perubahannya. 12. Saham adalah bukti kepemilikan modal PT. Pelabuhan Dumai Berseri yang memberikan hak kepada pemiliknya sesuai dengan ketentuan undang-undang tentang perseroan dan/atau anggaran dasar perseroan. 13. Modal dasar adalah nilai keseluruhan nilai perusahaan yaitu seberapa besar perusahaan tersebut dapat dinilai berdasarkan permodalannya. 14. Modal ditempatkan adalah kesanggupan para pemegang saham untuk menanamkan modalnya didalam perseroan. 15. Modal disetor adalah modal perseroan yang dianggap riil karena disetorkan ke dalam PT. Pelabuhan Dumai Berseri.

BAB II PERUBAHAN BENTUK BADAN HUKUM DAN NAMA Pasal 2 (1) Dengan Peraturan Daerah ini bentuk Badan Hukum dan nama PD. Pelabuhan Dumai Bersemai diubah menjadi PT. Pelabuhan Dumai Berseri atau nama lain yang disetujui Kementrian Hukum dan HAM. (2) Dengan perubahan status Badan Hukum dan perubahan nama sebagaimana dimaksud pada ayat (1), maka seluruh kekayaan, kegiatan usaha, hak dan kewajiban, pegawai dan perizinan serta hal-hal lain yang dimiliki PD. Pelabuhan Dumai Bersemai beralih kepada PT. Pelabuhan Dumai Berseri. (3) Dalam rangka perubahan status Badan Hukum dan perubahan nama sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), Walikota atau Pejabat yang ditunjuk berwenang untuk memproses perubahan tersebut lebih lanjut sesuai dengan prosedur dan menurut ketentuan peraturan perundang-undangan yang belaku. BAB III MAKSUD DAN TUJUAN Pasal 3 Maksud perubahan bentuk badan hukum dan nama PD. Pelabuhan Dumai Bersemai menjadi PT. Pelabuhan Dumai Berseri adalah untuk meningkatkan peran dan fungsi Badan Usaha Milik Daerah dalam mendorong pertumbuhan perekonomian, menggali dan meningkatkan potensi pendapatan asli daerah guna mewujudkan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Pasal 4 Tujuan perubahan status badan hukum dan perubahan nama PD. Pelabuhan Dumai Bersemai menjadi PT. Pelabuhan Dumai Berseri adalah: a. peningkatan kinerja perusahaan yang sesuai dengan prinsip Perseroan yang berorientasi pada pencapaian laba yang sebesarbesarnya; b. mengusahakan keuntungan berdasarkan prinsip pengelolan perusahaan secara efektif dan efisien serta mampu mengelola keuangan perusahaan dengan baik; c. menggali potensi sektor kepelabuhanan di Kota Dumai; d. memberikan kontribusi Pendapatan Asli Daerah Kota Dumai dalam meningkatkan kegiatan ekonomi untuk kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat Dumai khususnya. BAB IV TEMPAT KEDUDUKAN DAN KEGIATAN USAHA Pasal 5 PT. Pelabuhan Dumai Berseri berkedudukan dan berkantor pusat di Kota Dumai dan dapat membuka cabang di wilayah lain sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku di wilayah tersebut. Pasal 6 (1) PT. Pelabuhan Dumai Berseri melaksanakan kegiatan jasa kepelabuhanan dan jasa lain yang berhubungan dengan kepelabuhanan.

(2) Rincian usaha sebagaimana dimaksud ayat (1) diatur dalam akta pendirian. BAB V MODAL DAN SAHAM Bagian Kesatu Modal Pasal 7 (1) Modal dasar PT. Pelabuhan Dumai Berseri ditetapkan sebesar Rp.32.000.000.000,- (tiga puluh dua milyar rupiah). (2) Modal disetor PT Pelabuhan Dumai Berseri disesuaikan dengan hasil audit dari akuntan publik per 30 September 2012. (3) Modal sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan kekayaan daerah yang dipisahkan. (4) Penetapan modal dasar, modal ditempatkan dan/atau disetor serta perubahan modal dasar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2), diatur lebih lanjut dalam Anggaran Dasar Perseroan dan ditetapkan dalam RUPS sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pasal 8 (1) Penambahan modal dilakukan sesuai dengan kemampuan keuangan daerah. (2) Penetapan besaran penambahan modal sebagaimana dimaksud ayat (1) dilakukan melalui Peraturan Daerah tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah tahun berkenaan yang dianggarkan dalam penyertaan modal (investasi) Pemerintah Daerah. (3) Pelaksanaan penyertaan modal sebagaimana dimaksud ayat (1) ditetapkan melalui Peraturan Daerah. Pasal 9 Perubahan jumlah penyertaan modal Pemerintah Daerah dan pihak lain pada Perseroan, baik penambahan, pengurangan, maupun pemindahan modal ditetapkan dalam RUPS. Bagian Kedua Saham-Saham Pasal 10 (1) Saham-saham yang dikeluarkan oleh Perseroan adalah saham atas nama. (2) Jenis dan nilai nominal saham ditetapkan dalam RUPS. (3) Setiap pemegang saham, menurut hukum tunduk dan patuh kepada semua keputusan yang ditetapkan secara sah dalam RUPS. Pasal 11 Daftar pemegang saham, pemindahtanganan saham dan duplikat saham ditetapkan dalam RUPS dengan memperhatikan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

BAB VI ORGAN PERSEROAN Bagian Kesatu Umum Pasal 12 Organ Perseroan terdiri dari: a. RUPS; b. Dewan Komisaris; dan c. Direksi. Bagian Kedua RUPS Pasal 13 (1) RUPS merupakan pemegang kekuasaan tertinggi. (2) RUPS terdiri atas RUPS Tahunan dan RUPS lainnya. (3) RUPS diadakan sekurang-kurangnya sekali dalam setahun. (4) RUPS Tahunan diadakan ditempat kedudukan Perseorangan atau tempat Perseroan melakukan kegiatan usahanya kecuali ditentukan lain dalam Anggaran Dasar Perseroan. (5) RUPS tahunan diadakan dalam waktu paling lambat 180 (seratus delapan puluh) hari setelah Tahun Buku ditutup. (6) RUPS lainnya dapat diadakan sewaktu-waktu berdasarkan kebutuhan. (7) RUPS dipimpin oleh Komisaris Utama atau komisaris lainnya yang ditunjuk oleh Komisaris Utama. (8) Tata tertib penyelenggaraan RUPS ditetapkan oleh dalam RUPS pertama dengan berpedoman pada Anggaran Dasar Perseroan. (9) Keputusan RUPS diambil berdasarkan atas musyawarah dan mufakat dengan memperhatikan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Bagian Ketiga Dewan Komisaris Pasal 14 (1) Dewan Komisaris berjumlah 3 (tiga) orang yang terdiri dari Komisaris Utama dan Komisaris. (2) Pengangkatan dan pemberhentian Dewan Komisaris dilakukan melalui RUPS yang ditetapkan oleh Walikota. (3) Komisaris Utama dijabat oleh Sekretaris Daerah dan Komisaris dijabat oleh Pejabat Daerah dan/atau orang yang profesional dibidangnya. (4) Untuk dapat diangkat sebagai anggota Dewan Komisaris harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: a. bukan pengurus partai politik dan/atau anggota legislatif dan/atau tidak sedang mencalonkan diri sebagai calon anggota legislastif; b. memiliki integritas, dedikasi dan menguasai manajemen Perusahaan yang berkaitan dengan salah satu fungsi manajemen; c. menyediakan waktu yang cukup untuk melaksanakan tugasnya; d. memiliki pengetahuan yang memadai dibidang usaha jasa kepelabuhanan;

e. tidak terkait hubungan keluarga dengan Walikota atau dengan Anggota Dewan Komisaris atau dengan anggota Direksi sampai derajat ketiga baik menurut garis lurus maupun kesamping termasuki menantu dan ipar; dan/atau f. tidak pernah dihukum karena melakukan tindak pidana yang merugikan keuangan Negara. Pasal 15 (1) Masa jabatan anggota Komisaris paling lama adalah 4 (empat) tahun dan dapat diperpanjang untuk 1 (satu) kali masa jabatan. (2) Pengangkatan kembali Dewan Komisaris sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuktikan dengan kinerja Perusahaan yang semakin meningkat. Pasal 16 Anggota Dewan Komisaris dilarang memangku jabatan rangkap sebagai berikut: a. Anggota Direksi pada BUMD, Badan Usaha Milik Swasta dan jabatan lain yang dapat menimbulkan benturan kepentingan dan/atau; b. Pengurus Partai Politik, dan/atau mencalonkan diri menjadi calon anggota legislatif; dan/atau c. Jabatan lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. Pasal 17 Dewan Komisaris mempunyai tugas sebagai berikut: a. memberikan laporan tahunan perusahaan ke DPRD; b. menghadiri undangan DPRD dalam rangka penilaian kinerja Direksi Perseroan; dan c. dalam hal tugas sebagaimana dimaksud pada huruf a dan b Dewan Komisaris boleh mewakilkan kepada Direksi. Pasal 18 Dewan Komisaris mempunyai wewenang sebagai berikut: a. menilai kinerja Direksi dalam mengelola Perseroan; b. menilai laporan triwulan dan laporan tahunan yang disampaikan Direksi; c. meminta keterangan Direksi mengenai pengelolaan dan pengembangan Perseroan; dan d. mengusulkan pengangkatan, pemberhentian sementara, rehabilitasi dan pemberhentian Direksi kepada Pemegang Saham. Pasal 19 Gaji, tunjangan dan penghasilan lainnya Dewan Komisaris ditetapkan dengan RUPS. Pasal 20 (1) Komisaris berhenti karena: a. masa jabatannya berakhir; dan/atau b. meninggal dunia.

(2) Anggota Dewan Komisaris diberhentikan karena: a. atas permintaan sendiri; b. reorganisasi; c. kedudukan sebagai pejabat daerah telah berakhir; d. tidak dapat melaksanakan tugasnya; e. tidak melaksanakan tugas dan wewenangnya; f. mencapai batas usia 65 (enam puluh lima) tahun; g. terlibat dalam tindakan yang merugikan moral perusahaan; dan/atau h. melakukan tindakan atau bersikap yang bertentangan dengan kepentingan daerah atau negara. (3) Pemberhentian anggota Dewan Komisaris sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dibahas dan ditetapkan dalam RUPS. Bagian Keempat Direksi Pasal 21 (1) Perseroan dipimpin oleh Direksi yang terdiri dari seorang Direktur atau lebih, dalam hal diangkat lebih dari seorang Direktur, maka salah seorang diantaranya diangkat sebagai Direktur Utama. (2) Direksi diangkat dan diberhentikan oleh RUPS untuk jangka waktu 4 (empat) tahun dan dapat diangkat kembali untuk 1 (satu) kali periode berikutnya dengan Keputusan Walikota. (3) Pengangkatan Direktur/Direktur Utama dilakukan melalui ujian dan dinyatakan lulus oleh Tim Uji Kelayakan dan Kepatutan (fit and proper test). (4) Tim Uji Kelayakan dan Kepatutan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang terdiri dari: a. 3 (tiga) orang Dewan Komisaris yang ditetapkan dengan Keputusan Walikota; b. 1 (satu) orang Tenaga Ahli/Profesional dibidang bisnis kepelabuhanan yang ditetapkan dengan Keputusan Walikota; c. 1 (satu) orang Psikolog/Unsur Akademisi dari Perguruan Tinggi yang ditetapkan dengan Keputusan Walikota; dan d. 2 (dua) orang Anggota DPRD (Komisi yang membidangi Kepelabuhanan). (5) Untuk dapat diangkat sebagai Direktur/Direktur Utama harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: a. diutamakan mempunyai pendidikan sekurang-kurangnya Sarjana (S1); b. sehat jasmani dan rohani; c. mempunyai pengalaman kerja minimal 5 (lima) tahun di perusahaan yang dibuktikan dengan surat keterangan (referensi) dari perusahaan sebelumnya dengan penilaian baik; d. membuat dan manyajikan proposal tentang Visi, Misi dan Strategi Perusahaan; e. bukan pengurus partai politik dan/atau tidak sedang mencalonkan diri sebagai calon anggota legislastif; f. tidak pernah dihukum karena melakukan tindak pidana yang merugikan keuangan Negara; g. tidak terkait hubungan keluarga dengan Walikota atau dengan Anggota Direksi atau dengan Anggota Komisaris lainnya sampai derajat ketiga baik menurut garis lurus maupun ke samping termasuk menantu dan ipar; dan h. berumur minimal 30 (tiga puluh) tahun dan maksimal 60 (enam puluh) tahun.

Pasal 22 (1) Dalam melaksanakan tugasnya, Direksi wajib mencurahkan tenaga, pikiran dan perhatian secara penuh pada tugas, kewajiban dan pencapaian tujuan Perusahaan Daerah. (2) Untuk diangkat menjadi anggota Direksi adalah orang perorangan yang memenuhi keahlian, integritas, kepemimpinan, pengalaman, jujur, perilaku yang baik serta memiliki dedikasi yang tinggi untuk memajukan perusahaan. Pasal 23 Anggota Direksi dilarang memangku jabatan rangkap sebagai: a. anggota Direksi pada BUMD lain, Badan Usaha Milik Swasta, dan jabatan lain yang dapat menimbulkan benturan kepentingan; b. jabatan struktural dan fungsional lainnya pada instansi/lembaga Pemerintahan pusat dan daerah; c. jabatan yang dapat menimbulkan benturan kepentingan pada perseroan; d. menjadi pengurus partai politik, menjadi anggota legislatif dan/atau mencalonkan diri sebagai calon legislatif; dan/atau e. jabatan lainnya sesuai dengan ketentuan dalam peraturan perundang-undangan. Pasal 24 Direksi dalam mengelola Perusahaan daerah mempunyai tugas sebagai berikut: a. memimpin dan mengendalikan semua kegiatan Perusahaan; b. menyusun dan menyampaikan Rencana Kerja Tahunan dan Rencana Kerja Anggaran Perusahaan kepada Dewan Komisaris untuk mendapat pengesahan; c. melakukan perubahan terhadap program kerja setelah mendapat persetujuan Dewan Komisaris; d. membina pegawai; e. mengurus dan mengelola kekayaan Perusahaan; f. menyelenggarakan administrasi umum dan keuangan; g. mewakili Perusahaan baik dalam dan di luar Pengadilan; h. menyampaikan laporan tahunan kepada RUPS setelah ditelaah Dewan Komisaris; dan i. menyampaikan laporan hasil usaha secara berkala atau sewaktuwaktu kepada Dewan Komisaris. Pasal 25 Direksi dalam mengelola Perusahaan Daerah mempunyai wewenang sebagai berikut: a. mengangkat dan memberhentikan pegawai; b. mengangkat, memberhentikan dan memindahtugaskan pegawai dari jabatan di bawah Direksi; c. menandatangani neraca dan perhitungan laba/rugi; dan d. menandatangani ikatan hukum dengan pihak lain. Pasal 26 Direksi memerlukan persetujuan dari Dewan Komisaris dalam hal-hal: a. mengadakan perjanjian-perjanjian kerja sama usaha dan pinjaman yang mungkin dapat berakibat terhadap berkurangnya asset dan membebani anggaran Perusahaan; b. memindahtangankan atau menghipotekkan atau menggadaikan benda bergerak dan atau tidak bergerak milik Perusahaan; dan c. penyertaan modal dalam perusahaan lain.

Pasal 27 (1) Penghasilan Direksi terdiri dari: a. Gaji; b. Tunjangan; dan c. penghasilan lainnya yang sah. (2) Jenis dan besarnya penghasilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dalam RUPS atas usul Direksi. Pasal 28 (1) Direksi memperoleh hak cuti sebagai berikut: a. cuti tahunan selama 12 (dua belas) hari kerja; b. cuti besar atau cuti panjang selama 2 (dua) bulan untuk setiap 1 (satu) periode; c. cuti melahirkan selama 3 (tiga) bulan bagi Direksi perempuan; d. cuti alasan penting atau cuti untuk menunaikan ibadah haji; dan e. cuti menikah. (2) Pelaksanaan hak cuti sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan setelah mendapat persetujuan Dewan Komisaris dengan berpedoman kepada peraturan perundang-undangan. (3) Direksi selama melaksanakan cuti mendapat penghasilan penuh dari Perseroan. Pasal 29 (1) Direksi berhenti karena : a. meninggal dunia; dan b. masa jabatannya berakhir. (2) Direksi diberhentikan karena : a. atas permintaan sendiri; b. reorganisasi; c. karena kesehatan sehingga tidak dapat melaksanakan tugasnya, dibuktikan dengan Surat Keterangan Dokter; d. tidak melaksankan tugas sesuai dengan program kerja yang telah disetujui; e. terlibat dalam tindakan yang bertentangan dengan kepentingan daerah dan negara dan merugikan Perusahaan; f. dihukum Pidana berdasarkan putusan Pengadilan Negeri yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap; dan g. meninggalkan tugas selama 30 (tiga puluh) hari berturut-turut tanpa ada keterangan yang disetujui oleh Dewan Komisaris. Pasal 30 (1) Apabila Direksi melakukan salah satu perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 ayat (2) huruf d, e, f dan g, Dewan Komisaris segera melakukan pemeriksaan terhadap yang bersangkutan. (2) Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan terhadap Direksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terbukti, oleh Dewan Komisaris segera melaporkan kepada RUPS untuk diambil tindakan sesuai dengan peraturan yang berlaku. Pasal 31 (1) Direksi yang diberhentikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 ayat (2) huruf a, b dan c diberhentikan dengan hormat.

(2) Direksi yang diberhentikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 ayat (2) huruf d, e, f, dan g diberhentikan tidak dengan hormat. (3) Direksi yang diberhentikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 ayat (1) huruf a selain diberikan uang duka sebesar 3 (tiga) kali penghasilan yang diterima pada bulan terakhir juga diberikan uang penghargaan yang besarnya ditetapkan secara proposional sesuai masa jabatannya. (4) Direksi yang diberhentikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 ayat (2) huruf c diberikan uang penghargaan yang besarnya ditetapkan secara proporsional sesuai masa jabatannya. (5) Direksi yang berhenti karena habis masa jabatannya dan tidak diangkat kembali, diberikan uang penghargaan sesuai dengan kemampuan Perusahaan dengan persetujuan Dewan Komisaris. BAB VII KEPEGAWAIAN DAN STAF AHLI Bagian Kesatu Kepegawaian Pasal 32 (1) Pegawai diangkat dan diberhentikan oleh Direksi. (2) Tatacara pengangkatan dan pemberhentian pegawai diatur dalam peraturan perusahaan. (3) Kedudukan, kewajiban dan hak pegawai diatur oleh Direksi sesuai dengan Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku. Bagian Kedua Staf Ahli Pasal 33 (1) Staf Ahli dapat ditunjuk dan diberhentikan oleh Direksi dengan pertimbangan dan persetujuan Dewan Komisaris. (2) Untuk dapat ditunjuk sebagai Staf Ahli diutamakan mempunyai pendidikan sekurang-kurangnya Magister (S2) yang memiliki sertifikasi dibidangnya. (3) Besaran Honorarium yang diberikan kepada Staf Ahli harus dengan persetujuan Dewan Komisaris. BAB VIII TAHUN BUKU, ANGGARAN PERUSAHAAN DAERAH DAN LAPORAN KEUANGAN TAHUNAN Pasal 34 (1) Tahun Buku Perusahaan adalah tahun kalender. (2) Rencana Anggaran Perusahaan (RAP) disusun dan diajukan oleh Direksi kepada Dewan Komisaris sebagaimana ditentukan dalam anggaran dasar untuk memperoleh pengesahan. (3) Pengesahan RAP sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), ditetapkan selambat-lambatnya 1 (satu) bulan sebelum Tahun Buku berakhir. (4) Perubahan atau tambahan Anggaran Perusahaan yang terjadi dalam tahun Anggaran yang sedang berjalan, harus disampaikan oleh Direksi kepada Dewan Komisaris untuk mendapatkan pengesahan.

Pasal 35 (1) Pada setiap penutupan Tahun Buku, Direksi berkewajiban menyampaikan Laporan Keuangan Tahunan yang terdiri dari Neraca dan Laporan Laba/Rugi Perusahaan yang disusun berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan dan telah diaudit oleh Akuntan Negara dan/atau Akuntan Publik yang ditunjuk oleh Komisaris. (2) Selambat-lambatnya dalam jangka waktu 6 (enam) bulan setelah Tahun Buku berakhir, Direksi wajib membuat dan menyampaikan Laporan Tahunan untuk diajukan dan dibahas dalam RUPS Tahunan. (3) Laporan tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memuat sekurang-kurangnya: a. laporan keuangan yang terdiri atas sekurang-kurangnya neraca akhir tahun buku yang baru lampau dan perbandingannya dengan tahun buku sebelumnya, laporan laba rugi, laporan arus kas, laporan perubahan ekuitas, serta catatan atas laporan keuangan tersebut; b. laporan mengenai kegiatan Perseroan; c. laporan pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan; d. rincian masalah yang timbul selama tahun buku yang mempengaruhi kegiatan usaha Perseroan; e. laporan mengenai tugas pengawasan yang telah dilaksanakan oleh Dewan Komisaris selama tahun buku yang baru lampau; f. nama anggota Direksi dan anggota Dewan Komisaris; dan g. gaji dan tunjangan bagi anggota Direksi dan gaji atau honorarium dan tunjangan anggota Dewan Komisaris untuk tahun yang baru lampau. Pasal 36 (1) Laporan tahunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat (1) di atas ditandatangani oleh semua anggota Direksi dan semua anggota Dewan Komisaris yang menjabat pada tahun buku yang bersangkutan. (2) Dalam hal terdapat anggota Direksi dan/atau anggota Dewan Komisaris yang tidak menandatangani laporan tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), yang bersangkutan harus menyebutkan alasannya secara tertulis, atau alasan tersebut dinyatakan oleh Direksi dalam surat tersendiri yang dilampirkan dalam laporan tahunan. (3) Dalam hal terdapat anggota Direksi dan/atau anggota Dewan Komisaris yang tidak menandatangani laporan tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan tidak memberi alasan secara tertulis yang bersangkutan dianggap telah menyetujui isi laporan tahunan. BAB IX PENGGUNAAN LABA Pasal 37 (1) Laba Bersih ditetapkan oleh RUPS. (2) Besaran Bagian dari Laba Bersih Perusahaan yang menjadi hak Pemerintah Derah diputuskan dalam RUPS dengan memperhatikan cadangan untuk investasi dan pengembangan perusahaan, terutama untuk melengkapi aset perusahaan.

(3) Bagian dari Laba Bersih Perusahaan yang menjadi hak Pemerintah Daerah yang diperoleh selama Tahun Anggaran Perusahaan, setelah disahkan oleh RUPS dimasukkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) dan disetorkan ke Kas Daerah selambatlambatnya 3 (tiga) bulan setelah RUPS selesai dilaksanakan. (4) Bagian dari Laba Bersih Usaha yang menjadi hak Perusahaan yang diperoleh selama Tahun Anggaran Perusahaan, dibukukan sesuai prinsip akuntansi yang berlaku, dan selanjutnya dialokasikan sesuai dengan RAP yang telah disahkan oleh Dewan Komisaris. BAB X PENGGABUNGAN, PELEBURAN DAN PENGAMBILALIHAN Pasal 38 (1) Penggabungan, Peleburan dan Pengambilalihan Perusahaan ditetapkan oleh RUPS dan diajukan ke DPRD untuk dilakukan perubahan Peraturan Daerah. (2) Tata cara Penggabungan, Peleburan dan Pengambilalihan Perusahaan dituangkan dalam Anggaran Dasar. BAB XI PEMBUBARAN DAN LIKUIDASI Pasal 39 (1) Pembubaran dan Likuidasi Perseroan ditetapkan melalui RUPS dan selanjutnya diterbitkan Peraturan Daerah tentang pembubaran dan likuidasi tersebut. (2) Apabila telah ditetapkan dalam Peraturan Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), sisa hasil likuidasi atau pembubaran Perusahaan disetor langsung ke kas daerah. (3) Dalam melakukan tindakan sebagaimana dimaksud ayat (1), kepentingan pemegang saham, pihak ketiga, dan karyawan Perusahaan harus tetap diperhatikan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan berlaku. BAB XII KETENTUAN PERALIHAN Pasal 40 (1) Selama proses administrasi perubahan status badan hukum dan perubahan nama belum selesai, maka PD. Pelabuhan Dumai Bersemai tetap beroperasi sesuai ketentuan yang berlaku. (2) Dalam proses administrasi perubahan status badan hukum dan perubahan nama dimaksud, maka Direksi PD. Pelabuhan Dumai Bersemai tetap menjalankan tugas dan wewenangnya sampai dengan ditetapkannya Dewan Komisaris dan Direksi yang baru sesuai Peraturan Daerah ini. (3) Selambat-lambatnya dalam waktu 60 (enam puluh) hari setelah Peraturan Daerah ini disahkan, RUPS menetapkan Dewan Komisaris dan Direksi PT. Pelabuhan Dumai Berseri.

Pasal 41 (1) Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, untuk memperlancar proses administrasi perubahan bentuk PD. Pelabuhan Dumai Bersemai menjadi PT. Pelabuhan Dumai Berseri, secara ex officio Badan Pengawas dijabat oleh Sekretaris Daerah dan Surat Keputusan tentang Badan Pengawas dinyatakan tidak berlaku. (2) Setelah proses administrasi perubahan status Badan Hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 ayat (1) dan ayat (2), maka Peraturan Daerah Kota Dumai Nomor 7 Tahun 2005 tentang Pendirian Perusahaan Daerah Pelabuhan Dumai Bersemai (Lembaran Daerah Kota Dumai Tahun 2005 Nomor 7 Seri D) dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. BAB XIII KETENTUAN PENUTUP Pasal 42 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kota Dumai. Ditetapkan di Dumai pada tanggal 10 Oktober 2012 WALIKOTA DUMAI, dto Diundangkan di Dumai pada tanggal 7 Desember 2012 SEKRETARIS DAERAH KOTA DUMAI, dto KHAIRUL ANWAR SAID MUSTAFA LEMBARAN DAERAH KOTA DUMAI TAHUN 2012 NOMOR 2 SERI D

PENJELASAN ATAS RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA DUMAI NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN BENTUK BADAN HUKUM DAN NAMA PERUSAHAAN DAERAH PELABUHAN DUMAI BERSEMAI MENJADI PERSEROAN TERBATAS PELABUHAN DUMAI BERSERI I. PENJELASAN UMUM Sesuai dengan arahan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah dan Pemerintah Daerah, Pemerintah dapat mengupayakan peningkatan penerimaan Pendapatan Asli Daerah antara lain melalui penerimaan dari hasil kekayaan daerah yang dipisahkan, seperti mendirikan Badan Usaha Milik Daerah. Disamping bertujuan untuk meningkatkan Penerimaan Daerah, Pendirian Perusahaan Daerah diharapkan juga dapat berfungsi sebagai pendorong bagi menggerakkan iklim berusaha sehingga dapat berperan dalam pelaksanaan pembangunan di daerah. Dilihat dari kondisi geografis, Kota Dumai yang terletak di wilayah pesisir timur pulau Sumatera mempunyai wilayah perairan yang sangat cocok untuk dijadikan usaha yang bergerak dibidang kepelabuhanan. Oleh karena itu pendirian Perusahaan Daerah di bidang kepelabuhanan ini dirasakan sangat cocok dalam menjalankan dan menambah sumber pendapatan daerah. Untuk tujuan sebagaimana dimaksud diatas, sudah selayaknya pendirian perusahaan daerah yang diberi nama Perusahaan Daerah Pelabuhan Dumai Bersemai haruslah tetap berpegang pada etos kerja yang produktif, efektif dan efisien sehingga dapat bersaing dengan sektor-sektor swasta lainnya. II. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Pasal 2 Pasal 3 Pasal 4 Pasal 5 Pasal 6 Pasal 7 Ayat 1 Ayat 2 Besarnya modal yang disetor didasarkan pada total aktifa PD. Pelabuhan Dumai Bersemai pada saat perubahan status badan hukum. Ayat 3

Pasal 8 Pasal 9 Pasal 10 Pasal 11 Pasal 12 Pasal 13 Ayat 1 Walikota bertindak selaku RUPS dalam hal seluruh saham dimiliki oleh Pemerintah Daerah dan bertindak selaku pemegang saham apabila tidak seluruh sahamnya dimiliki Pemerintah Daerah. Ayat 2 Ayat 3 Ayat 4 Ayat 5 Ayat 6 Ayat 7 Ayat 8 Ayat 9 Pasal 13 Pasal 14 Pasal 15 Pasal 16 Pasal 17 Pasal 18 Pasal 19 Pasal 20 Pasal 21 Ayat 1

Ayat 2 Karena Walikota bertindak sebagai RUPS, maka pengangkatan dan pemberhentian Direksi ditetapkan oleh Walikota. Ayat 3 Ayat 4 Ayat 5 huruf e Jika pernah menjabat sebagai pengurus partai politik dibuktikan dengan Surat Pengunduran Diri minimal 2 (dua) tahun sebelum mencalonkan diri sebagai Pimpinan Perusahaan. Pasal 22 Pasal 23 Pasal 24 Pasal 25 Pasal 26 Pasal 27 Pasal 28 Pasal 29 Pasal 30 Pasal 31 Pasal 32 Pasal 33 Pasal 34 Pasal 35 Pasal 36 Pasal 37 Pasal 38

Pasal 39 Pasal 40 Pasal 41 Pasal 42