BAB II TINJAUAN PUSTAKA EMPLOYMENT STOCK OWNERSHIP PROGRAM (ESOP) Employment Stock Ownership Program (ESOP) merupakan program

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II LANDASAN TEORI. antara manajer (agent) dengan pemilik (principal). Agar hubungan kontraktual ini

BAB I PENDAHULUAN. atau perusahaan, khususnya perusahaan publik di Indonesia tentu saja tidak akan

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk mengelola perusahaan, dalam kenyataannya seringkali menghadapi masalah

BAB I PENDAHULUAN. tidak terlepas dari pengaruh praktek manajemen yang ada di negara lain, khususnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini berjudul Reaksi Pasar Terhadap Pengumuman Employee

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bapepam (2002) merangkum dua masa perkembangan ESOP di Indonesia,

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. yang memberi wewenang (principal) yaitu investor dengan pihak yang menerima

BAB I PENDAHULUAN. Employee Stock Ownership Programe (ESOP) adalah program kepemilikan

BAB I PENDAHULUAN. dikelola dengan sebaik-baiknya agar nantinya mampu memberikan output yang

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mencerminkan prestasi manajemen. diri setiap manusia memiliki tujuan dan pandangan yang berbeda-beda.

ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN SEBELUM DAN SESUDAH PENGADOPSIAN EMPLOYEE STOCK OPTION PROGRAM

BAB 1 PENDAHULUAN. satunya adalah dengan berinvestasi. Investasi adalah penanaman modal untuk satu

BAB I PENDAHULUAN. (dividen reinvestment plan), menjual langsung kepada pembeli tunggal, secara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Dalam teori keagenan hubungan manajer dan pemegang saham digambarkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perusahaan, yakni antara principal (pemilik) dan agent (agen) sebagai pelaku

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. variabel pengembalian yang akan menentukan nilai saham bagi pemilik dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Berdasarkan Smith dan Zimmerman (1976, dalam Nyi Ayu Helfasari,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III PERHITUNGAN DAN ANALISIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. banyak diminati masyarakat saat ini. Menerbitkan saham merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi saat ini, persaingan dalam dunia usaha menjadi semakin

BAB I PENDAHULUAN. berinvestasi di pasar modal. Mulai dari pengusaha, pegawai, buruh,

Hal ini terlihat dari semakin banyaknya perusahaan yang melakukan go public. tahun 1985 hingga sejumlah 506 emiten terdaftar di tahun 2014.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang menerbitkan saham. Kismono (2001 : 416) menyatakan:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Agency theory memamparkan adanya pemisahan antara. disebut agency problem atau agency cost. Agency problem disebabkan adanya

PENGARUH KEBIJAKAN EMPLOYEE STOCK OWNERSHIP PROGRAM (ESOP) PADA KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Saham merupakan instrumen keuangan yang paling diminati. masyarakat dan populer untuk diperjualbelikan di pasar modal.

BAB I PENDAHULUAN. satu tujuan lain perusahaan. Untuk meningkatkan laba,

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. perusahaan serta proyeksi keuangan, dan harus mengevaluasi akuntansi. untuk meramalkan laba, deviden, dan harga saham.

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan pada kesejahteraan karyawan dalam manajemen personalia.karyawan harus

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Industri bidang pengolahan sektor makanan dan minuman (foods and

BAB I PENDAHULUAN. berarti juga memaksimalkan kemakmuran pemegang saham yang merupakan

( Studi Kasus pada Perusahaan-perusahaan yang Terdaftar pada Bursa Efek Indonesia )

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam perkembangan dunia usaha yang semakin pesat, bidang keuangan

BAB I PENDAHULUAN. diukur dengan Current Ratio, Debt to Equity dan Return on Investment terhadap

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Penilaian Kinerja PT Tambang Batu Bara Bukit Asam, Tbk dan PT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dana atau modal. Dalam memenuhi kebutuhan dana atau modal, perusahaan sering

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. tentang pengaruh kinerja keuangan terhadap harga saham.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Return on Assets, Return on Equity, Total Asset Turnover, Net Profit Margin dan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat (investor) yang kemudian disalurkan kepada sektor-sektor yang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. dagang bertujuan untuk mencari laba, agar kelangsungan hidup dan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama investor dalam menanamkan modalnya di sebuah perusahaan yaitu

BAB I PENDAHULUAN. peluang investasi karena banyak perusahaan berlomba-lomba meningkatkan

Nama : Martha Romadoni NPM : Kelas : 3EA13

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan. Model yang sering digunakan dalam melakukan analisis

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada umumnya, keberlangsungan suatu perusahaan tidak terlepas dari peran

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu fungsi utama pasar modal adalah sebagai sarana untuk

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan keputusan yang tepat dan cepat. Dalam bisnis setiap

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. serta kondisi keuangan perusahaan. Melalui laporan keuangan perusahaan dapat

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tandelin (2010) pasar modal itu sendiri adalah pertemuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN TEORITIS. Tujuan utama suatu perusahaan menurut theory of the firm adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manajemen untuk menunjukkan efektivitas pencapaian tujuan dan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. profitabilitas yang tinggi. Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. laporan keuangan yang dapat berfungsi sebagai alat ukur dalam menilai kinerja

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. dapat berkompetisi secara luas dengan perusahaan lainnya. Salah satu strateginya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Bab II. Tinjauan Pustaka

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku, yang memiliki harapan akan kesejahteraan masyarakat yang lebih baik.

BAB I PENDAHULUAN UKDW. macam resiko dan ketidakpastian yang seringkali sulit diprediksikan oleh para

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 5 PENUTUP. kinerja keuangan PT. Fastfood Indonesia, Tbk dan PT. Pioneerindo Gourmet

LAPORAN KEUANGNAN DAN ANALISIS LAPORAN KEUANGAN. Febriyanto, S.E., M.M.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Seiring dengan perkembangan dunia usaha yang semakin pesat, tingkat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. hotel, pusat pusat perbelanjaan dan fasilitas fasilitas lainnya semakin

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PT. TOKO GUNUNG AGUNG, Tbk TAHUN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS DU PONT SYSTEM TERHADAP PENGGUNAAN RASIO KEUANGAN UNTUK MENGUKUR KINERJA PERUSAHAAN PADA PT. NIPPON INDOSARI CORPINDO Tbk.

BAB I PENDAHULUAN. tersebut melalui suatu analisis yang dapat dijadikan pedoman untuk menilai

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan perekonomian di indonesia pada waktu ke waktu terus

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Horne dan Wachowicz (1997:135), rasio likuiditas membandingkan

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Djarwanto (2004:5) laporan keuangan merupakan hasil dari

profitabilitas, rasio likuiditas, rasio aktivitas, dan rasio solvabilitas. Salah satu indikator penting dalam penilaian prospek sebuah perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan Employee Stock Ownership Program (ESOP) akan diberikan kepada karyawan yang memiliki kinerja baik atau

BAB II LANDASAN TEORI

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. saran yang sesuai dengan penelitian analisis data yang telah dilakukan.

Analisa Rasio Keuangan Untuk Meningkatkan Kinerja Keuangan Pada PT. Bukit Asam, Tbk

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN. suatu perusahaan dalam periode tertentu. Salah satu cara dalam penilaian

ANALISIS RASIO KEUANGAN SEBAGAI ALAT UKUR KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN PADA PT. MANDOM INDONESIA TBK.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka kesimpulan yang dapat

: AYU ASTREA NINGSIH B.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan karyawan agar karyawan dapat terus berkerja.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 EMPLOYMENT STOCK OWNERSHIP PROGRAM (ESOP) Employment Stock Ownership Program (ESOP) merupakan program kepemilikan saham oleh karyawan atas saham perusahaan dimana karyawan tersebut bekerja (Bapepam, 2002). Terdapat beberapa alasan mengapa perusahaan mengadopsi ESOP (Redep et al, 2005) antara lain: a. Pemilik perusahaan ingin memasukkan para pekerja dalam kepemilikan b. Masuknya kepemilikan saham perusahaan di pasar saham c. Salah satu solusi dalam pencegahan krisis dalam pemecatan karyawan d. Memperoleh tax benefit e. Meningkatkan produktivitas f. Pencegahan dari pengambilalihan dari perusahaan lain. Tujuan umum program ini antara lain (Bapepam, 2002): 1. Memberikan penghargaan (reward) kepada seluruh pegawai, direksi, dan pihak-pihak tertentu atas kontribusinya terhadap meningkatnya kinerja perusahaan. 2. Menciptakan keselarasan kepentingan serta misi dari pegawai dan pejabat eksekutif dengan kepentingan dan misi pemegang saham, sehingga tidak ada benturan kepentingan antara pemegang saham dan pihak-pihak yang menjalankan kegiatan usaha perusahaan.

3. Meningkatkan motivasi dan komitmen karyawan terhadap perusahaan karena mereka juga merupakan pemilik perusahaan, sehingga diharapkan akan meningkatkan produktivitas dan kinerja perusahaan. 4. Menarik, mempertahankan, dan memotivasi (attract, retain, and motivate) pegawai kunci perusahaan dalam rangka peningkatan shareholders value. 5. Sebagai sarana program sumber daya manusia untuk mendukung keberhasilan strategi bisnis perusahaan jangka panjang, karena ESOP pada dasarnya merupakan bentuk kompensasi yang didasarkan atas prinsip insentif, yaitu ditujukan untuk memberikan pegawai suatu penghargaan yang besarnya dikaitkan dengan ukuran kinerja perusahaan atau shareholders value. Namun terdapat pula tujuan strategis dari kepemilikan saham oleh karyawan ini yaitu (Bapepam, 2002): a. Daya tarik dalam perekrutan dan retensi Dalam proses perekrutan karyawan potensial menjadi daya tarik tersendiri bagi calon karyawan jika perusahaan tersebut mempunyai peluang keuangan yang ditawarkan kepada calon karyawan tersebut dengan menjanjikan penyertaan ekuitas. Begitu juga dalam mempertahankan karyawan lama. b. Peningkatan arus kas Kompensasi ekuitas seringkali dapat menggantikan kompensasi kas. Sebuah program pembelian saham oleh karyawan secara nyata dapat meningkatkan

arus kas pada saat karyawan melakukan kontribusi kas di saat mereka membayar saham yang mereka beli. c. Motivasi dan kinerja Dalam pemberian saham ini pada umumnya dierikan sesuai dengan kontribusi yang diberikan karyawan terhadap perusahaan. Hal ini tentu saja akan meningkatkan motivasi yang pada akhirnya mempengaruhi kinerja karyawan yang juga semakin meningkat. d. Pengembangan budaya kelompok Perusahaan-perusahaan dengan pengalaman kepemilikan karyawan jangka paanjang telah menemukan bahwa hal tersebut memberikan dasar yang kuat dalam membangun budaya kerja yang kuat. Setelah dikembangkan dengan tepat, kepemilikan karyawan meningkatkan jiwa kebersamaan dan kerja tim, dimana seluruh karyawan bekerjasama memfokuskan pada tujuan kinerja perusahaan. e. Memberikan pasar bagi saham pendiri ESOP memberikan pasar bagi saham dari perusahaan tertutup. f. Alat antisipasi pengambilalihan (takeover defense) Perusahaan-perusahaan yang mempertahankan diri dari pengambilalihan secara tidak bersahabat (hostile take-over), menggunakan ESOP untuk mengatasi hal itu. Dalam hal penawaran pengambilalihan telah dilakukan, penggunaan ESOP sebagai alat bela diri menjadi agak terlambat. Namun,

apabila ESOP telah dilaksanakan sebelum dimulainya usaha pengambilalihan, ESOP menjadi alat yang efektif untuk mempertahankan diri. Adapun perkembangan pelaksanaan kepemilikan saham oleh karyawan di Indonesia, sebagai berikut: 1. Sebelum tahun 1998, ESOP yang dilaksanakan oleh perusahaan-perusahaan Indonesia, pada awal perkembangannya berbentuk alokasi saham pada saat perusahaan go public, sehingga dapat disimpulkan lebih merupakan sebuah stock allocationscheme. Di mana pada penawaran tersebut karyawan memperoleh subsidiataupun pinjaman yang dijamin oleh perusahaan. 2. Tahun 1998 sekarang, perkembangan lebih lanjut mengenai kepemilikan saham oleh karyawan selain penjatahan tetap hasil penawaran umum 10%, kemudian lebih menyerupai suatu program opsi dimana sebelum melakukan penawaran umum (go public) karyawan diberi waran yang dapat dilaksanakan pembelian sahamnya dengan harga tertentu di masa yang akan datang yang telah ditentukan periode dan harganya. Terdapat sarana-sarana atau pendekatan yang biasanya digunakan perusahaan untuk menerapkan program ini yaitu: a. Pemberian Saham (Stock Grants) Dalam hal ini perusahaan menghibahkan saham-sahamnya kepada karyawankaryawan yang terpilih sebagai suatu kompensasi bonus. Hibah ini dapat berupa tanpa pembatasan (non restricted) atau dengan pembatasan (restricted).

Pemberian saham tanpa pembatasan adalah suatu pemberian penghargaan berupa saham, biasanya diberikan kepada karyawan kunci untuk mencapai tujuan keuangan atau tujuan strategis. Penghargaan ini mirip dengan suatu bonus kas tradisional tetapi penghargaannya dalam bentuk saham. Pemberian saham dengan pembatasan adalah suatu penghargaan yang terikat dengan syarat-syarat yang harus dipenuhi karyawan. Pembatasan yang paling umum adalah suatu jadwal tunggu berdasarkan waktu, yang mengharuskan karyawan untuk tetap di perusahaan selama suatu jangka waktu tertentu sebelum seluruh kepemilikan atas seluruh sahamnya ditransfer. b. Program Pembelian Saham Oleh Karyawan (Direct Employee Stock Purchase Plans) Program pembelian saham oleh karyawan memungkinkan karyawan membeli saham perusahaan dengan persyaratan yang menguntungkan. Keputusan karyawan untuk membeli saham yang tersedia untuknya adalah sukarela. Dengan program ini karyawan dapat membayar sahamnya melalui pemotongan gaji. Karena karyawan diharuskan membayarup front (dimuka) atas saham yang mereka beli, suatu program pembelian saham oleh karyawan secara umum tidak menghasilkan tingkat partisipasi yang tinggi (biasanya kurang dari 25% dari karyawan yang memenuhi syarat), juga tidak akan merubah ekuitas perusahaan dalam jumlah besar kepada tenaga kerjanya (bila dibandingan dengan program kepemilikan saham yang lain).

c. Program Opsi Saham (Stock Option Plans) Dalam program opsi saham, suatu perusahaan memberikan kepada karyawan secara perorangan hak kontraktual, atau opsi, yang merupakan untuk membeli suatu jumlah tertentu atas saham perusahaan sepanjang periode waktu tertentu, membayar dengan harga yang ditetapkan pada saat tanggal pemberian. Konsep dibalik opsi ini adalah bahwa jika harga saham perusahaan meningkat dalam tahun-tahun setelah pemberian, karyawan mendapatkan keuntungan dengan membeli saham pada harga lebih rendah yaitu harga yang berlaku pada waktu pemberian dan kemudian menjualnya dengan harga yang lebih tinggi, setelah harga saham meningkat sebagai dampak peningkatan kinerja perusahaan. Nilai suatu opsi saham bagi karyawan sifatnya terkait pada kinerja perusahaan di masa yang akan datang. Opsi saham ditawarkan kepada karyawan sebagai imbalan dan jasa karyawan dikompensasi, diukur, dan diakui sebesar nilai wajar instrumen ekuitas yang bersangkutan. d. Employee Stock Ownership Plans ( ESOPs ) Employment Stock Ownership Plans (ESOPs) merupakan suatu jenis program pensiun yang dirancang untuk menerima kontribusi perusahaan pada suatu pengelola dana (fund) yang akan melakukan investasi pada saham perusahaan untuk kepentingan karyawan. Pendekatan ini merupakan program kepemilikan saham oleh karyawan yang diformulasikan oleh Luis Kelso seorang investment banker yang mempunyai gagasan kuat sistem kapitalis akan menjadi lebih kuat

apabila karyawan diikutsertakan dalam kepemilikan saham perusahaan. Dengan demikian, hubungan hukum antara karyawan dengan perusahaan tidak terbatas pada hubungan perburuhan, melainkan karyawan juga sekaligus pemilik perusahaan. Sarana yang digunakan untuk memberikan kesempatan berpartisipasi dalam kepemilikan saham perusahaan adalah melalui program ESOPs. Program ESOPs merupakan program kompensasi berbasis ekuitas (saham) yang diberikan karyawan atas kinerja yang diberikannya terhadap perusahaan. Kepemilikan saham oleh karyawan perusahaan (insiders) memberi kesan sebagai financial investment. Kepemilikan tersebut akan memberikan feeling yang besar terhadap kepuasan juga komitmen dan kontrol kepada perusahaan. (Klein, 1987). Terdapat tiga keuntungan yang dapat diperoleh dari penggunaan ESOP (Oyer, 2005): 1. Dana opsi dapat memberikan insentif kepada karyawan, dihubungkan dengan kemakmuran karyawan kepada nilai perusahaan maka akan dapat mengatasi masalah agensi dan memotivasi karyawan untuk melakukan aksi yang dapat meningkatkan keuntungan perusahaan. 2. Perusahaan dapat mengurangi biaya kompensasi yang dibayar secara kontan dengan memberikan opsi. 3. Pemberian opsi ini akan dapat membantu menahan karyawan untuk tetap bekerja di perusahaan tersebut.

2.1.2 KINERJA PERUSAHAAN Kinerja perusahaan dapat dlihat dari kinerja keuangan. Kinerja keuangan dapat dinilai dari laporan keuangan yang telah dipublikasikan perusahaan. Dalam penelitian ini akan dibahas tentang rasio profitabilitas, rasio solvabilitas, rasio likuiditas, dan rasio aktifitas. Rasio-rasio ini merupakan ukuran kinerja operasional yang terkena dampak daripada pengadopsian ESOP. Rasio-rasio tersebut yaitu: A. Rasio Profitabilitas Rasio profitabilitas menggambarkan tingkat keuntungan perusahaan, dimana dapat dijadikan petunjuk seberapa baik perusahaan beroperasi sepanjang tahun dan seberapa mampu menghasilkan laba. Terdapat tiga rasio yang dapat mengukur profitabilitas perusahaan, yaitu: 1. Net profit margin (NPM) Rasio yang dihitung dengan membandingkan net income dengan revenue, mengindikasikan berapa banyaknya net income yang dihasilkan dari setiap rupiah pendapatan. NPM dapat dihitung menggunakan rumus berikut: NPM = 2. Return on assets (ROA) Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan mengukur laba dengan menggunakkan total aset yang dipunyai perusahaan setelah disesuaikan

dengan biaya-biaya untuk mendanai asset tersebut. ROA dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut: ROA = Semakin tinggi nilai ROA maka menunjukkan semakin efisien perusahaan tersebut dapat mengatur kekayaan yang dimiliki (manajemen asset). Begitu sebaliknya jika nilai ROA rendah maka manajemen asset perusahaan tersebut kurang efisien. 3. Return on equity (ROE) ROE merupakan rasio profitabilitas lain yang mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba berdasarkan modal saham tertentu. Rasio ini merupakan ukuran profitabilitas dari sudut pandang para pemegang saham. Rasio ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus: ROE = B. Rasio Aktifitas Rasio aktifitas, digunakan untuk melihat sejauh mana efisiensi dalam penggunaan aktiva perusahaan dalam menghasilkan pendapatan perusahaan. Ukuran perputaran yang akan digunakan yaitu total assets turnover (TATO) yang dapat dihitung dengan cara membandingkan antara penjualan dengan total aktiva. Rasio ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

TATO = C. Rasio Solvabilitas Rasio ini bertujuan mengukur efisiensi perusahaan dalam menjalankan aktifitasnya. Rasio solvabilitas sering disebut rasio permodalan yang digunakan untuk: 1. ukuran kemampuan perusahaan tersebut untuk menyerap kerugian-kerugian yang tidak dapat dihindarkan 2. sumber dana yang diperlukan untuk membiayai kegiatan usahanya sampai batas tertentu, karena sumber-sumber dana dapat juga berasal dari hutang penjualan aset yang tidak dipakai dan lain-lain 3. alat pengukuran besar kecilnya kekayaan perusahaan tersebut yang dimiliki oleh para pemegang sahamnya 4. dengan modal yang mencukupi, memungkinkan manajemen perusahaan yang bersangkutan untuk bekerja dengan efisien yang tinggi, seperti yang dikehendaki para pemilik modal pada perusahaan tersebut. Rasio solvabilitas yang akan digunakan adalah Debt to Asset Ratio (DAR). Rasio ini menunjukkan sejauh mana uang dapat ditutupi oleh aktiva rasionya lebih aman (solvable). DAR =

D. Rasio Likuiditas Rasio ini bertujuan untuk mengukur seberapa likuid suatu perusahaan. Rasio likuiditas adalah rasio yang menunjukkan hubungan kas dan aktiva lancar lainnya dengan kewajiban lancar (Brigham,2001: 79). Kas merupakan aktiva yang paling likuid. Aktiva lain mungkin relatif likuid atau tidak likuid tergantung seberapa cepat aktiva ini dapat dikonversikan ke kas. Analisis likuiditas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Rasio likuiditas yang menjadi fokus penelitian ini adalah Current Ratio. Rasio ini dihitung dengan rumus: Current Ratio = 2.1.3 HUBUNGAN ESOP DENGAN KINERJA PERUSAHAAN Program ESOP adalah suatu program kepemilikan perusahaan oleh karyawan dimana secara tidak langsung akan mempengaruhi rasa kepemilikan karyawan terhadap perusahaan itu sendiri. Rasa memiliki tersebutlah yang memotivasi karyawan untuk melakukan sesuatu yang dapat meningkatkan keuntungan perusahaan yang secara langsung akan mempengaruhi kinerja perusahaan yang dapat terlihat dari analisis rasio-rasio keuangan perusahaan itu sendiri. ESOP juga merupakan program kompensasi terhadap karyawan, dimana karyawan-karyawan yang terpilih atau yang mempunyai kinerja baik akan

mendapatkan kompensasi berupa saham. Tentu saja hal tersebut akan mendorong karyawan untuk meningkatkan kinerjanya atau kinerja kelompoknya supaya mendapatkan kompensasi tersebut. Sebagai insentif untuk menghargai kinerja jangka panjang perusahaan, ESOP merupakan langkah efektif untuk mempersempit problem keagenan dan menurunkan agency cost melalui penyejajaran kepentingan para eksekutif dengan para pemegang saham (Brenner et al.,2000). Tingkat seorang manajer menggunakan kemampuannya untuk memaksimalkan kemakmuran shareholder tergantung pada persentase kepemilikan manajer tersebut di dalam perusahaan. Sehingga hal tersebut dapat mengurangi masalah keagenan yang sering muncul. Insentif yang diberikan kepada para eksekutif dan karyawan perusahaan dalam bentuk opsi saham diharapkan dapat meningkatkan nilai perusahaan melalui peningkatan kinerja. Kinerja yang dicapai perusahaan berhubungan dengan persentase modal yang dimiliki oleh para eksekutif serta persentase kompensasinya yang berbasis ekuitas (Mehran, 1995).

2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu No Peneliti (Tahun) Tabel 2.1 Ringkasan Tinjauan Penelitian Terdahulu Judul penelitian Variabel yang Hasil Penelitian Diteliti 1. Arie Anggara (2008) Analisis Perbandingan Tingkat Produktivitas Tenaga Kerja Perusahaan Sebelum dan Sesudah Penerapan Employee Stock Ownership Program (ESOP) Tingkat produktivitas kerja karyawan sebelum ESOP Tingkat produktivitas kerja karyawan sesudah ESOP Tingkat produktivitas kerja karyawan sesudah penerapan ESOP lebih tinggi secara signifikan dibandingkan sebelum penerapan ESOP 2. Ghea Maharani Pandansari (2010) Analisis Perbandingan Kinerja Perusahaan Sebelum dan Sesudah Mengadakan Employee Stock Ownership Program (ESOP) dengan Perusahaan yang Tidak Mengadakan ESOP NPM ROA ROE TATO Tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada kinerja perusahaan antara sebelum dan sesudah perusahaan mengadopsi ESOP Tidak terdapat perbedaan yang signifikan diantara perusahaan yang mengadopsi ESOP dan tidak mengadopsi 3. Lisa F. Borstadt and Thomas J. Zwirlein ESOPS in Publicly Companies: Evidence on Productivity and Firm Performance ROA TATO NPM Penyelanggaraan ESOP tidak memperlihatkan perbedaan yang signifikan terhadap

(1995) kinerja perusahaan Sumber: Penulis (2011) Penelitian penulis dengan penelitian terdahulu diatas terdapat beberapa perbedaan, seperti dengan penelitian Anggara (2008), dimana yang membedakan penelitian penulis dengan penelitian Anggara ini adalah penulis membandingkan kinerja perusahaan antara perusahaan yang mengadakan dan yang tidak mengadakan ESOP, sedangkan penelitian Anggara membandingkan tingkat produktivitas tenaga kerja perusahaan sebelum dan sesudah mengadakan ESOP. Selain itu pengukuran kinerja dari perusahaan tersebut juga berbeda antara penelitian penulis dengan penelitian Anggara, sedangkan dengan penelitian Borstadt and Zwirlein (1995) perbedaannya terdapat pada rasio-rasio yang dipergunakan untuk mengukur kinerja dari perusahaan yang diteliti. Penelitian penulis ini lebih merujuk kepada penelitian Pandansari (2010), namun yang membedakan penelitian penulis dengan penelitian Pandansari adalah penelitian Pandansari juga melakukan perbandingan kinerja perusahaan sebelum dan sesudah mengadakan ESOP dimana penelitian menggunakan metode statistik yang berbeda dengan peneliti, selain itu rasio-rasio yang dipergunakan untuk mengukur kinerja dari perusahaan juga berbeda.

2.2 Kerangka Konseptual Kerangka berpikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah penting. Berdasarkan latar belakang masalah dan tujuan penelitian yang telah dikemukakan sebelumnya, maka dibuat kerangka konseptual sebagai berikut: PERUSAHAAN MANUFAKTUR Perusahaan yang mengadakan ESOP Perusahaan yang tidak mengadakan ESOP Laporan Keuangan Laporan Keuangan Kinerja keuangan: NPM ROA ROE DAR TATO Current Ratio Kinerja keuangan: NPM ROA ROE DAR TATO Current Ratio Dibandingkan Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual ini merupakan gambaran perbandingan yang akan dilakukan antara perusahaan manufaktur yang mengadakan ESOP dengan yang tidak mengadakan ESOP. Perbandingan yang akan dianalisis peneliti mengenai kinerja keuangannya. Dalam hal ini pengukuran kinerja perusahaannya adalah melalui Return on Asset (ROA), Return on Equity (ROE), Net Profit Margin (NPM), (DAR), Total Asset Turnover (TATO), dan Current Ratio. 2.4 Hipotesis Penelitian Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, oleh karena itu rumusan masalah penelitian biasanya disusun dalam kalimat pertanyaan (Sugiyono:2004:51). Berdasarkan perumusan masalah sebelumnya, maka hipotesis penelitian ini adalah adalah sebagai berikut: Ha : return on asset (ROA), return on equity (ROE), net profit margin (NPM), debt to asset ratio (DAR), current ratio, serta total asset turn over (TATO) berbeda signifikan antara perusahaan yang mengadakan ESOP dan perusahaan yang tidak mengadakan ESOP baik secara parsial maupun secara keseluruhan yang diwakili oleh variabel kinerja.