KAJIAN PENGHEMATAN ENERGI LISTRIK DENGAN PEMASANGAN INVERTER PADA MOTOR FAN MENARA PENDINGIN RSG - GAS

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH SOFTSTARTER PADA ARUS MOTOR POMPA PENDINGIN PRIMER RSG-GAS

PENGUJIAN PERFORMANCE MOTOR LISTRIK AC 3 FASA DENGAN DAYA 3 HP MENGGUNAKAN PEMBEBANAN GENERATOR LISTRIK

ANALISIS PENGGUNAAN ENERGI LISTRIK PADA MOTOR INDUKSI SATU PHASA DENGAN MENGGUNAKAN INVERTER

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. relevan dengan perangkat yang akan dirancang bangun yaitu trainer Variable Speed

BAB IV ANALISA DAN PENGUJIAN ALAT

ek SIPIL MESIN ARSITEKTUR ELEKTRO

PENGATURAN KECEPATAN KIPAS ANGIN DENGAN TEKNOLOGI INVERTER FAN CONTROLLING BASED ON INVERTER TECHNOLOGY

KAJIAN MODA OPERASI TWO OF THREE PADA ARUS BEBAN SISTEM PENDINGIN SEKUNDER RSG-GAS

Dampak Perubahan Putaran Terhadap Unjuk Kerja Motor Induksi 3 Phasa Jenis Rotor Sangkar

PERHITUNGAN KESEIMBANGAN CATU DAYA SISTEM PENDINGIN SEKUNDER RSG-GAS

BAB II HARMONISA PADA GENERATOR. Generator sinkron disebut juga alternator dan merupakan mesin sinkron yang

Pembuatan Modul Inverter sebagai Kendali Kecepatan Putaran Motor Induksi

Perbaikan Faktor Daya Motor Induksi 3 fase menggunakan Mikrokontroler 68HC11

PEMANFAATAN ENERGI MATAHARI MENGGUNAKAN SOLAR CELL SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF UNTUK MENGGERAKKAN KONVEYOR

PENGATURAN KECEPATAN DAN POSISI MOTOR AC 3 PHASA MENGGUNAKAN DT AVR LOW COST MICRO SYSTEM

RANCANGAN BANGUN PENGUBAH SATU FASA KE TIGA FASA DENGAN MOTOR INDUKSI TIGA FASA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH KETIDAKSEIMBANGAN BEBAN TRANSFORMATOR KERING BHT02 RSG GA SIWABESSY TERHADAP ARUS NETRAL DAN RUGI-RUGI

PERBANDINGAN PENGARUH TAHANAN ROTOR TIDAK SEIMBANG DAN SATU FASA ROTOR TERBUKA : SUATU ANALISIS TERHADAP EFISIENSI MOTOR INDUKSI TIGA FASA

DAFTAR ISI PROSEDUR PERCOBAAN PERCOBAAN PENDAHULUAN PERCOBAAN Kontrol Motor Induksi dengan metode Vf...

STUDI PENGARUH PERUBAHAN TEGANGAN INPUT TERHADAP KAPASITAS ANGKAT MOTOR HOISTING ( Aplikasi pada Workshop PT. Inalum )

BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA. Dalam system tenaga listrik, daya merupakan jumlah energy listrik yang

MODUL 3 TEKNIK TENAGA LISTRIK PRODUKSI ENERGI LISTRIK (1)

Proteksi Motor Menggunakan Rele Thermal dengan Mempertimbangkan Metode Starting

SISTEM PENGENDALIAN MOTOR SINKRON SATU FASA BERBASIS MIKROKONTROLER

Tim PPM: Dr. Istanto Wahyu Djatmiko Muhammad Ali, ST., MT. Drs. S u n o m o, MT. Yuwono Indro Hatmojo, S.Pd., M.Eng. Nopa Widiyanto, A.Md.

MODUL 10 DASAR KONVERSI ENERGI LISTRIK. Motor induksi

ANALISA PENGARUH PERUBAHAN BEBAN TERHADAP KARAKTERISTIK GENERTOR SINKRON ( Aplikasi PLTG Pauh Limo Padang )

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA

BAB II MOTOR INDUKSI 3 Ø

Hubungan Antara Tegangan dan RPM Pada Motor Listrik

BAB III PERANCANGAN SISTEM

Perencanaan dan Pembuatan Modul Inverter 3 Phase Sebagai Suplai Motor Induksi Pada Pengembangan Modul Praktikum Pengemudi Listrik (Sub Judul Hardware)

Pemodelan Konverter AC DC Tiga Fasa Dua Arah Pada Sepeda Listrik Menggunakan Metode SPWM

Rancang Bangun Inverter Tiga Phasa Back to Back Converter Pada Sistem Konversi Energi Angin

Teknik Tenaga Listrik(FTG2J2)

MODUL KULIAH ELEKTRONIKA DAYA PENGANTAR ELEKTRONIKA DAYA

MOTOR LISTRIK 1 & 3 FASA

BAB III 3 METODE PENELITIAN. Peralatan yang digunakan selama penelitian sebagai berikut : 1. Generator Sinkron tiga fasa Tipe 72SA

Alexander et al., Perancangan Simulasi Unjuk Kerja Motor Induksi Tiga Fase... 1

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS MOTOR INDUKSI SATU FASA DENGAN METODE CYCLOCONVERTER BERBASIS MIKROKONTROLER AT89C51

Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) ISSN: X

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Air dingin ( Chiller water ) merupakan air dingin yang di hasilkan

PENGANTAR ELEKTRONIKA DAYA

ANALISA KEBUTUHAN ENERGI MOTOR LISTRIK PADA PROTOTYPE MOBIL HYBRID

KATA PENGANTAR. Meulaboh,15 Januari Penulis. Afrizal Tomi

ANALISIS PERBANDINGAN TORSI START

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA

ANALISIS PENGARUH JATUH TEGANGAN TERHADAP KINERJA MOTOR INDUKSI TIGA FASA ROTOR BELITAN (Aplikasi pada Laboratorium Konversi Energi Listrik FT-USU)

Optimasi Energi pada Motor Induksi 3 Fasa dalam Memproduksi Kebutuhan Air (Studi Kasus di PDAM Karang Pilang Surabaya)

PRINSIP KERJA MOTOR. Motor Listrik

Modul Kuliah Dasar-Dasar Kelistrikan 1

Analisis Pengaruh Perubahan Tegangan Terhadap Torsi Motor Induksi Tiga Fasa Menggunakan Simulasi Matlab

BAB I PENDAHULUAN. efesiensi, torsi, kecepatan tinggi dan dapat divariasikan, serta biaya perawatan

BAB II LANDASAN TEORI. mobil seperti motor stater, lampu-lampu, wiper dan komponen lainnya yang

ANALISA EFISIENSI MOTOR INDUKSI TIGA FASA PADA POMPA SIRKULASI PENDINGIN GENERATOR DI PT. PUPUK SRIWIDJAJA PALEMBANG

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

BAB IV PENGUJIAN, ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Motor listrik dewasa ini telah memiliki peranan penting dalam bidang industri.

Pemodelan Dinamik dan Simulasi dari Motor Induksi Tiga Fasa Berdaya Kecil

Rancang Bangun Rangkaian AC to DC Full Converter Tiga Fasa dengan Harmonisa Rendah

Kiswanto, Teguh Sulistyo, Muhammad Taufiq, Yuyut S

RANCANG BANGUN INVERTER PENGENDALI KECEPATAN MOTOR AC PADA KONVEYOR MENGGUNAKAN MIKROKONTROLER AT89S51

ANALISIS PENENTUAN TEGANGAN TERMINAL, REGULASI, DAN EFISIENSI GENERATOR SINKRON 3 FASA ROTOR SALIENT POLE DENGAN METODE BLONDEL (TWO REACTION THEORY)

BAB III CARA KERJA INVERTER

BAB III PERANCANGAN ALAT

MESIN LISTRIK. 2. JENIS MOTOR LISTRIK Motor berdasarkan bermacam-macam tinjauan dapat dibedakan atas beberapa jenis.

9/10/2015. Motor Induksi

PENGGUNAAN MOTOR INDUKSI SEBAGAI GENERATOR ARUS BOLAK BALIK. Ferdinand Sekeroney * ABSTRAK

Simulasi dan Analisis Konverter Kaskade Buck- Boost Dua Arah sebagai Pencatu Tegangan Inverter Motor Induksi pada Mobil Listrik

DESAIN DAN IMPLEMENTASI INVERTER SATU PHASA 500 V.A. Habibullah 1 Ari Rizki Ramadani 2 ABSTRACT

PERENCANAAN KONTROL PID PADA MOTOR INDUKSI BERBASIS MATLAB SIMULINK

SINGUDA ENSIKOM VOL. 7 NO. 2/Mei 2014

BAB II LANDASAN TEORI

Protech Vol. 6 No. 1 April Tahun

PENGUJIAN UNJUK KERJA VARIABEL SPEED DRIVE VF-S9 DENGAN BEBAN MOTOR INDUKSI 3 FASA 1 HP

BAB II LANDASAN TEORI

Starter Dua Speed Untuk Motor dengan Lilitan Terpisah. (Separate Winding)

BAB II LANDASAN TEORI

Politeknik Elektronika Negeri Surabaya ITS Kampus ITS Sukolilo,Surabaya

Speed Bumb sebagai Pembangkit Listrik Ramah Lingkungan dan Terbarukan

BAB II MOTOR INDUKSI SATU PHASA. Motor induksi adalah motor listrik arus bolak-balik (ac) yang putaran

MODIFIKASI ALTERNATOR MOBIL MENJADI GENERATOR SINKRON 3 FASA PENGUAT LUAR 220V/380V, 50Hz. M. Rodhi Faiz, Hafit Afandi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

MAKALAH ANALISIS SISTEM KENDALI INDUSTRI Synchronous Motor Derives. Oleh PUSPITA AYU ARMI

BAB IV BAHASAN UTAMA

Politeknik Elektronika Negeri Surabaya ITS Kampus ITS Sukolilo Surabaya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Sistem Pengaturan Kecepatan Motor Induksi Rotor Belitan Menggunakan DC Chopper

ANALISA HARMONISA DAN PENGARUHNYA TERHADAP TORSI ELEKTROMAGNETIK PADA MOTOR INDUKSI JENIS ROTOR BELIT PADA SISTEM PEMAKAIAN SENDIRI PT PJB GRESIK

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi konverter elektronika daya telah banyak digunakan pada. kehidupan sehari-hari. Salah satunya yaitu dc dc konverter.

PENGATURAN TEGANGAN DAN FREKUENSI GENERATOR INDUKSI MENGGUNAKAN VSI UNTUK SISTEM TIGA FASA EMPAT KAWAT

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK TENAGA LISTRIK NO LOAD AND LOAD TEST GENERATOR SINKRON EXPERIMENT N.2 & N.4

PETUNJUK PRAKTIKUM MESIN KAPAL JURUSAN TEKNIK SISTEM PERKAPALAN MARINE ENGINEERING

Seminar Nasional Sains dan Teknologi Terapan IV 2016 ISBN Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya

Elektronika Daya dan Electrical Drives. AC & DC Driver Motor

Smart Control Distribusi Air Menggunakan Variable Frequency Drive

KONSERVASI ENERGI DENGAN KENDALI SISTEM PEMOMPAAN AIR MENGGUNAKAN VARIABLE FREQUENCY DRIVE

Transkripsi:

KAJIAN PENGHEMATAN ENERGI LISTRIK DENGAN PEMASANGAN INVERTER PADA MOTOR FAN MENARA PENDINGIN RSG - GAS Koes Indrakoesoema, Kiswanto, Muhammad Taufiq Pusat Reaktor Serba Guna BATAN Kawasan Puspiptek, Ged. 31, Serpong - Tangerang Selatan 15310 Email : koes@batan.go.id ABSTRAK KAJIAN PENGHEMATAN ENERGI LISTRIK DENGAN PEMASANGAN INVERTER PADA MOTOR FAN MENARA PENDINGIN RSG - GAS. Kebutuhan akan tenaga listrik semakin meningkat seiring dengan perkembangan industri dan meningkatnya taraf hidup masyarakat. Permasalahan terjadi bahwa perkembangan ini tidak diikuti dengan penyediaan sumber tenaga listrik yang memadai. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, maka dibutuhkan suatu cara untuk menghemat pemakaian tenaga listrik, khususnya dalam pengendalian motor listrik. Untuk memperoleh penghematan energy pada pengendalian motor induksi tiga fasa adalah dengan menggunakan inverter sebagai pengendali motor listrik. Satu Motor fan ( AH001) pada cooling tower system pendingin sekunder telah diuji coba dalam pengendalian putarannya dan didapatkan saat putaran motor diturunkan hingga 1300 rpm diperlukan daya yang lebih kecil, yaitu 18,8 kw, sehingga diperoleh penghematan energy 36.800 kwh dalam pengoperasian 4000 jam per tahun. Kata kunci : Penghematan, energy, inverter, motor induksi ABSTRAC ASSESSMENT OF ELECTRIC ENERGY WITH INSTALLATION OF INVERTER ON MOTOR FAN OF COOLING TOWERS RSG - GAS. The need for electricity is increasing along with the development of industry and the rising living standards for people. The problems occur when these developments is not followed by the provision of adequate power sources. To overcome these problems, it is needed to save on electricity consumption, especially in the control of electric motors. To obtain energy savings in three phase induction motor is used the inverter as an electric motor controllers. The fan motor ( AH001) on secondary cooling system was tested in the control of rotation and obtained when the motor speed reduced to 1300 rpm, the power also reduce to 18.8 kw, and achieved the energy savings of 36,800 kwh in the operation 4000 hours per year. Key words : Saving, energy, inverter, induction motor PENDAHULUAN Reaktor Serba Guna GA. Siwabessy adalah reaktor penelitan dengan daya 30 MW thermal, dilengkapi dengan 2 buah sistem pendingin, yaitu Sistem Pendingin Primer dan Sistem Pendingin Sekunder. Sistem pendingin primer berfungsi mengambil panas teras sebagai hasi reaksi fisi dan sistem pendingin sekunder mengambil panas dari sistem primer melalui Heat Exchanger untuk dibuang ke lingkungan melalui blower menara pendingin. Sistem pendingin primer dilengkapi dengan 3x50% pompa sirkulasi, masing-masing JE-01 AP001, JE-01 AP002 dan JE-01 AP003. Saat reaktor dioperasikan hanya 2 pompa yang dihidupkan sedangkan pompa yang lain sebagai cadangan. Sistem pendingin sekunder juga dilengkapi dengan 3x50% pompa sirkulasi, masing-masing AP001, PA- 02 AP001 dan PA-03 AP001 serta hanya 2 yang 345

dioperasikan saat reaktor beroperasi dan pompa lainnya sebagai cadangan. Dalam operasinya sistem sekunder terbagi dalam 2 jalur, yaitu jalur 1 () dan jalur 2 (PA- 02). Sisi isap pompa terhubung dengan kolam menara pendingin dan sisi tekan terhubung dengan Heat Exchanger 1 (HE1) untuk dan HE2 untuk PA- 02. Air sekunder keluaran HE1 dihubungkan dengan menara pendingin blok 1 dan air sekunder keluaran HE2 dihubungkan dengan menara pendingin blok 2. Pada menara pendingin blok 1 terpasang 4 buah modul fan, 3 modul untuk operasi normal ( AH001, AH002 dan AH003) dan 1 modul untuk melayani percobaan (PD-01 AH001). Pada menara pendingin blok 2 terpasang 3 buah modul fan, yaitu AH001, AH002 dan AH003. Menara pendingin dirancang untuk suhu air sekunder masuk 39,2 C dan suhu air keluar menara pendingin 32 C pada suhu lingkungan 28 C. Motor fan yang digunakan untuk mendinginkan air sekunder adalah motor induksi 3 fasa dengan putaran tetap selama reaktor beroperasi, sehingga energy yang dibangkitkan akan tetap pula. Untuk penghematan energy selama reactor beroperasi, maka pada motor fan akan dipasang inverter untuk mengurangi kecepatan motor dengan sudut blade dipertahankan tetap sehingga massa alir udara hanya tergantung dari putaran motor. Agar pembahasan lebih terarah, maka permasalahan yang akan dilakukan pada tulisan ini dibatasi pada beberapa hal sebagai berikut: a. Pengambilan data dilakukan pada motor fan (PA- 01 AH001) pada system pendingin sekunder. b. Analisis dilakukan pada motor tiga fasa, 30 kw, 380/660 (Δ/Y) Volt, 50 Hz, cos φ 0,86, 1470 rpm. c. Analisis dilakukan untuk menghitung penghematan energi pada putaran motor fan 1300 rpm. TEORI Motor induksi merupakan salah satu peralatan yang banyak digunakan di Industri untuk keperluan penggerak berbagai proses yang ada di industri diantaranya adalah : Pompa, Kompresor, Fan, Blower, Konveyor, dan penggerak proses produksi lainnya.hal ini disebabkan karena motor induksi memiliki banyak keunggulan dibanding motor sinkron atau motor DC yaitu konstruksi sederhana, tahan lama, perawatan mudah dan efisiensinya tinggi. Dibalik keunggulannya terdapat juga kelemahan yaitu dalam hal pengaturan kecepatan dan torsi awal yang rendah. Untuk mengatasi permasalahan ini dapat digunakan Sistem kontrol dengan mengatur tegangan input dan frekuensinya untuk mendapatkan pengaturan kecepatan dan torsi sesuai dengan kebutuhan. Parameter yang dibutuhkan dari motor induksi adalah pengaturan kecepatan dan torsi motor. Untuk itu dibutuhkan pengaturan yang fleksibel dengan cara mengubah frekuensi inputannya dari 50 Hz menjadi frekuensi yang diinginkan agar motor dapat berputar pada kecepatan yang diinginkan. Sumber Listrik PLN atau pembangkit sendiri mempunyai frekuensi konstan, dengan standar 50 Hz. Pengaturan Kecepatan Motor Motor induksi pada umumnya berputar dengan kecepatan konstan, mendekati putaran sinkronnya. N =, (1) dimana : N = putaran motor f = frekuensi jala p = jumlah kutub Meskipun demikian pada penggunaan tertentu dikehendaki juga adanya pengaturan putaran. Pengaturan putaran dapat dilakukan dengan cara mengubah frekuensi dan mengatur tegangan jala-jala. Pengaturan putaran motor induksi dapat dilakukan dengan mengubah-ubah harga frekuensi jala. Pengendalian model ini biasanya diikuti dengan pengaturan tegangan masuk yang sebanding dengan frekuensi tersebut, karena untuk mendapatkan fluks yang konstan, yaitu: T = Ф I (2) Ф = (3) dengan : T = Torsi motor, Ф = fluksi, V = tegangan stator = tegangan jala, I = arus rotor Berdasarkan rumus di atas, dapat dikatakan untuk menjaga agar fluksi motor tetap konstan dapat dilakukan dengan menjaga agar perbandingan V/f konstan, perbandingannya terlihat pada Gambar 1. Dengan Ǿ yang konstan, maka jelas torque sekarang hanya merupakan fungsi dari arus rotor saja (I). 3) f V Gambar 1. Perbandingan frekuensi dan tegangan 346

Besarnya kopel motor induksi dinyatakan oleh persamaan berikut: 1) T = (4) dengan : P n = Daya nominal motor (kw) N = putaran motor (rpm) Inverter Tiga Fasa Untuk mengubah sumber AC menjadi DC dibutuhkan Rangkaian Rectifier (Penyearah) atau Converter (Penyearah Terkendali). Pada umumnya digunakan konverter (penyearah terkendali) untuk mendapatkan sumber DC dari listrik AC. Setelah listrik AC diubah jadi sumber DC maka perlu dilakukan perataan bentuk gelombang DC yang masih mengandung ripple (riak) AC. Caranya dengan menambahkan DC Link atau semacam regulator. Hal ini berfungsi untuk meratakan bentuk gelombang DC agar berbentuk lurus dan stabil tidak terjadi naik turun (riak). Setelah didapatkan listrik DC yang murni, berikutnya adalah mengubah Listrik DC menjadi listrik AC dengan rangkaian inverter. Inverter sebenarnya berisi rangkaian flip flop yang melakukan pensaklaran secara bergantian terhadap listrik DC sehingga menghasilkan listrik AC. Bentuk gelombang SEMINAR NASIONAL VIII yang dihasilkan dengan rangkaian inverter bisa gelombang kotak atau gelombang sinus. Untuk menghasilkan Listrik AC dari Output rangkaian inverter dengan gelombang sinus diperlukan rangkaian PWM (Pulse Width Modulator). Rangkaian ini yang akan mencacah listrik DC menjadi listrik AC dengan bentuk gelombang mendekati sinus. Gambar 2 memperlihatkan blok diagram hubungan inverter dengan motor AC. Gambar 2. Hubungan Inverter dan Motor AC PERCOBAAN Dari 7 (tujuh) motor blower yang ada pada system pendingin sekunder (Gambar 3), diambil satu blower ( AH001) untuk dirubah putarannya. HE-01 HE-02 AH001 AH002 AH003 PD-01 AH001 AH001 AH002 AH003 Kolam menara pendingin PA-03 AP001 AP001 AP001 Gambar 3. Diagram alir sistem pendingin sekunder 347

Alat ukur sudut (digital) Ujung luar sudu-sudu (tampak samping) Gambar 4. Tampak atas fan Gambar 5. Skema pengukuran sudut sudu Terlebih dahulu sudut sudu (blade) diatur dengan kemiringan 22 0 (Gambar 4 dan 5), karena dengan kemiringan ini dicapai efisiensi fan 70% 2). Tujuh buah motor fan yang yang digunakan pada menara pendingin adalah indentik, dengan spesifikasi sebagai berikut : Jenis Motor : Induksi 3 phasa, 4 pole Daya : 30 kw Tegangan : 380 Volt Arus : 58 A Putaran : 1475 rpm Cos φ : 0,86 Modul inverter dipasang pada satu motor fan ( AH001), lihat Gambar 6, dari modul inverter dilakukan perubahan variasi putaran motor sehingga didapatkan parameter listrik lainnya seperti, tegangan, arus, daya, frekuensi dan torsi. Gambar 6. Modul Inverter HASIL Laju alir udara diukur di 4 titik pada sudu untuk setiap putaran motor, dengan sudut sudu 22. Dengan luas area fan 9,11 m 2 maka massa laju alir adalah : 348

Massa laju alir (m 3 /jam) = laju alir x luas area fan. Hasil pengukuran dan perhitungan seperti terlihat pada Tabel 1 dan Tabel 2. SEMINAR NASIONAL VIII Melalui modul Inverter seperti pada Gambar 6, didapat beberapa parameter listrik seperti ditunjukkan pada Tabel 3. Tabel 1. Pengukuran laju alir No. 1000 rpm 1100 rpm 1200 rpm 1300 rpm 1400 rpm 1500 rpm Laju alir udara (meter/menit) 1. 565 630 640 750 775 810 2. 470 530 560 620 650 725 3. 375 430 450 510 530 575 4. 340 390 400 460 475 500 Rata2 437,5 495 512,5 585 607,5 652,5 Laju alir rata2 (meter/menit) Massa laju alir (m 3 /jam) Tabel 2. Massa laju alir 437,5 495 512,5 585 607,5 652,5 239137,5 270567 280132,5 319761 332059,5 356656,5 Tabel 3. Hasil pengukuran beberapa parameter listrik rpm f (Hz) V (Volt) I (Ampere) Pin(kW) Pout(kW) Torsi (%) LF (%) 1500 50 380 52.5 29.7 28 93 93 1400 46.67 355 47.5 24.4 23.2 83 83 1300 43.3 330 42.5 19.7 18.8 72 71 1200 40 305 38.11 15.65 14.8 61 62 1100 36.67 280 35.8 12.7 12 54 54 1000 33.3 256 32.05 9.67 8.5 43 42 Analisis Penghematan Energi Perhitungan daya dapat di hitung dengan rumus: P = 3 V L-L I cos φ (5) dengan : P = daya motor V L-L = tegangan jala I = arus motor Cos φ = faktor daya Energi listrik yang dibutuhkan selama motor fan AH001 beroperasi dapat di hitung dengan rumus : W = P x t (6) dengan : W = Energi listrik (kwh) P = Daya listrik (kw) t = Waktu penggunaan (jam) Dengan sudut sudu/blade 22 dan putaran motor 1500 rpm diperoleh daya output 28 kw dan daya inputnya 29,7 kw yang mendekati spesifikasi daya motor. Untuk satu motor cooling tower yang dioperasikan ( AH001) selama 4000 jam per tahun, dengan putaran motor 1500 rpm, energy yang dihasilkan adalah: W = 28 kw x 4000 jam = 112.000 kwh. Dari Tabel 1 dan 2, pada putaran 1300 rpm diperoleh laju alir udara rata-rata 585 meter/menit dan massa laju alir 319761 m 3 /jam. Pada putaran motor 1300 rpm, daya output motor adalah 18,8 kw, sehingga bila motor blower tersebut dioperasikan selama 4000 jam per tahun, energy yang dihasilkan adalah : W = 18,8 kw x 4000 jam = 75.200 kwh Dari sini dapat dilihat adanya penghematan sebesar 36.800 kwh bila putaran motor diturunkan hingga 1300 rpm dan bila harga per kwh adalah Rp. 900,-, maka penghematannya adalah Rp. 33.120.000,- per tahun atau Rp. 2.760.000 per bulan. Dengan harga inverter Rp. 28.680.000,-, maka Return of Investment (ROI) dapat tercapai selama 10 bulan. 349

KESIMPULAN Melalui inverter putaran motor dapat diatur sehingga didapat penghematan energy. Dengan menurunkan putaran motor pada motor fan cooling tower ( AH001) menjadi 1300 rpm, energi yang dihemat selama satu tahun operasi (4000 jam) adalah 36.800 kwh dan Return of Investment dapat dicapai dalam jangka waktu 10 bulan. DAFTAR PUSTAKA 1. ZUHAL, 1995, Dasar Teknik Tenaga Listrik dan Elektronika Daya, PT Gramedia Pustaka, Jakarta. 2. SUWARTO, 2006, Optimalisasi Sudut Sudu-Sudu Fan Menara Pendingin RSG-GAS, Tugas Akhir, Fakultas Teknik Jurusan Mesin, Universitas Pamulang. 3. M. ABD. HAMID, 2010, dkk., Penghematan Energi Pada Penggunaan Inverter Sebagai Pengendali Kecepatan Motor Induksi, Jurnal Elektro ELTEK, Vol.1, No.1. 350